Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah
3
PENDEKATAN DALAM PERUMUSAN KEUANGAN NEGARA :
Semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan
Dari sisi dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan Negara yang
dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun barang yang dapat dijadikan
OBYEK milik Negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dari sisi Seluruh subyek yang memiliki/menguasai obyek sebagaimana tersebut di atas, yaitu:
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang
SUBYEK
PENDEKATAN DALAM PERUMUSAN ada kaitannya denganKEUANGAN
keuangan negara.NEGARA :
Dari sisi Seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek tersebut diatas
mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
PROSES pertanggungjawaban.
Dari sisi Seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan
dan/atau penguasaan obyek tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan
TUJUAN pemerintahan negara.
4
BEBERAPA DEFINISI LAIN TENTANG KEUANGAN NEGARA (1) :
Menyamakan pengertian Keuangan Negara dengan anggaran (budget) Negara.
Unsur-unsur definisi Keuangan Negara menyangkut :
• Anggaran belanja memuat data keuangan mengenai pengeluaran dan
John F. Due penerimaan dari tahun-tahun yang sudah lalu;
• Jumlah yang diusulkan untuk tahun yang akan datang;
• Jumlah taksiran untuk tahun yang sedang berjalan;
• Rencana keuangan tersebut untuk suatu periode tertentu;
Pengertian Keuangan Negara dalam arti luas, dikaitkan dengan tanggung jawab
pemeriksaan keuangan Negara oleh BPK. Menurutnya apa yang diatur dalam
Hasan Pasal 23 ayat (5) UUD 1945 tidak saja mengenai pelaksanaan APBN, tetapi juga
Akman meliputi pelaksanaan APBD, keuangan unit-unit usaha Negara dan pada
hakikatnya pelaksanaan kegiatan yang didalamnya secara langsung atau tidak
langsung terkait keuangan negara.
6
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara
dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN.
Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban
daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.
ASAS Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
PROFESIONALITAS ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Asas yang membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu.
Asas ini tercermin pada Pasal 11 ayat (1) UU 17/2003, yang menyatakan bahwa “APBN
ASAS merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan
TAHUNAN UU”; serta Pasal 4 UU 17/2003, yang menyatakan: “Tahun Anggaran meliputi masa
satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember”.
BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni:
Perencanaan, Pelaksanaan; dan Pelaporan hasil pemeriksaan.
Kebebasan dalam tahap perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan
ASAS obyek yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang obyeknya telah diatur
PEMERIKSAAN tersendiri dalam UU, atau pemeriksa berdasarkan permintaan khusus dari lembaga
KEUANGAN perwakilan.
OLEH BADAN
PEMERIKSA Kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara lain meliputi
(BPK) kebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk
metode pemeriksaan yang bersifat investigatif.
Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup
ketersediaan SDM, anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.
PRESIDEN (CEO):
DIKUASAKAN PEMEGANG KEKUASAAN DISERAHKAN
PENGELOLA KEUANGAN
NEGARA
02 Stabilitas Harga
Tujuan lain dari penerapan fiscal policy adalah mempertahankan harga umum
pada tingkat yang layak dan menjamin kesempatan kerja penuh. Jika harga
umum turun secara tajam, maka akan mendorong timbulnya pengangguran
karena sektor usaha kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan.
Kondisi ini membuat perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja yang
berakibat timbulnya pengangguran yang sangat banyak. Sebaliknya, jika
harga-harga umum naik tajam dan terus meningkat, maka akan memberikan
dampak bagi memanasnya roda kegiatan perekonomian.
03 Mencegah Pengangguran
Pencegahan terhadap terjadinya pengangguran merupakan tujuan utama dari diberlakukannya kebijakan fiskal. Kegagalan dalam
mencapai kesempatan kerja penuh atau adanya pengangguran akan menyebabkan tidak tercapainya tingkat pendapatan nasional yang
tinggi. Selain itu, adanya pengangguran membuat laju pertumbuhan ekonomi tidak tumbuh maksimal, dan bisa saja menurun. Dengan
penerapan fiscal policy yang tepat, maka pengangguran dapat dicegah sehingga output nasional tetap terus tumbuh. Hal ini karena
kesempatan kerja penuh dapat tercapai dan membuat pendapatan nasional tinggi dan laju pertumbuhan ekonomi semakin baik.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 21
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
KEBIJAKAN FISKAL
Pemerintah
Daerah Provinsi, MENDEKATKAN RENTANG KENDALI KEINGINAN PUBLIK LOKAL KESEJAHTERAAN
Dr. Kabupaten/Kota
Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 25
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
Dalam penerapannya, untuk mengatasi krisis keuangan yang terjadi pada tahun 2008, pada tahun 2009
Pemerintah menerapkan stimulus fiskal yang disepakati bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). Tujuan dari stimulus fiskal tersebut adalah: (a) mempertahankan dan/atau meningkatkan daya beli
masyarakat untuk dapat menjaga laju pertumbuhan konsumsi di atas 4,0 persen, (b) mencegah PHK dan
meningkatkan daya tahan dan daya saing usaha menghadapi krisis ekonomi dunia, dan (c) menangani dampak
PHK dan mengurangi tingkat pengangguran dengan meningkatkan belanja infrastruktur padat karya.
Peningkatan daya beli masyarakat antara lain melalui penurunan pajak penghasilan orang pribadi.
Peningkatan daya saing antara lain melalui penurunan pajak penghasilan pasal 21. Penanggulangan dampak
PHK antara lain dilakukan melalui penambahan anggaran untuk infrastruktur.
Pengukuran keefektifan stimulus fiskal dapat dilakukan dengan memperbandingkan apakah hasil dari
stimulus tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkannya. Pengukurannya ini juga harus
memperhatikan horison waktu berapa lama suatu kebijakan akan berdampak dalam suatu perekonomian
karena tidak semua program pemerintah akan terasa dampaknya dalam kurun waktu yang singkat.
Untuk program stimulus fiskal yang dilakukan pemerintah selama 2009 secara umum sudah menunjukkan
hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi secara umum pada tahun 2009 sebesar 4,5 persen.
Anggaran, atau lebih spesifik disebut APBN, disamping sebagai alat untuk melakukan alokasi dan
distribusi, juga berfungsi sebagai alat stabilisasi. Sebagai alat stabilisasi, APBN dipergunakan sebagai
instrumen yang sangat penting untuk mempengaruhi siklus bisnis (business cycle), terutama pada saat
turbulensi, yaitu melalui kebijakan anggaran defisit maupun anggaran surplus.
Kebijakan stimulus fiskal dalam bentuk peningkatan belanja pemerintah dibidang infrastruktur dan belanja
sosial lainnya, bersama dengan bentuk kebijakan stimulus fiskal lainnya yang berupa pemberian insentif
pajak dan subsidi pajak serta insentif non pajak pada APBN Tahun 2009 dapat dikatakan merupakan suatu
kebijakan kontra siklikal (counter cyclical policy).
Kebijakan tersebut terbukti mampu mendorong kembali pertumbuhan ekonomi yang semula telah
memperlihatkan kecenderungan menurun menjadi naik secara konsisten. Peningkatan ini salah satunya
disebabkan oleh mulai efektifnya pelaksanaan kebijakan stimulus fiskal. Secara rata-rata pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2009 mencapai 4,5 persen. Pada tahun 2009, diperkirakan tumbuh menjadi sebesar 5,5
persen.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 31
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
Fungsi Perencanaan
Anggaran negara menjadi pedoman
1 1
Fungsi Otorisasi
Anggaran negara menjadi dasar
2
bagi manajemen dalam untuk melaksanakan pendapatan
merencanakan kegiatan pada tahun dan belanja negara pada tahun
yang bersangkutan yang bersangkutan
Fungsi Alokasi
Anggaran negara harus diarahkan
3 Fungsi Pengawasan
Anggaran negara menjadi pedoman
4
untuk mengurangi pengangguran dan untuk menilai apakah kegiatan
pemborosan sumber daya, serta penyelenggaraan pemerintahan negara
meningkatkan efisiensi dan efektivitas sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan
5
perekonomian
Fungsi Distribusi
Fungsi Stabilisasi Anggaran negara harus
6
Anggaran pemerintah menjadi memperhatikan rasa keadilan dan
alat untuk memelihara dan kepatutan
mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian
STRUKTUR APBN: JUMLAH PENDAPATAN NEGARA TIDAK SAMA DENGAN BELANJA NEGARA?
SELISIH antara Anggaran Pendapatan Negara (termasuk Hibah) dengan Anggaran Belanja Negara
menunjukkan keseimbangan keseluruhan dari APBN atau dalam istilah kebijakan fiskal keseimbangan
keseluruhan (Overall Balance) dari APBN dapat merupakan selisih positip (surplus), negatif (defisit), atau
berimbang atau selisih nol (balance).
a. Pendapatan Negara > b. Pendapatan Negara < c. Pendapatan Negara =
dari Belanja Negara dari Belanja Negara Belanja Negara
PERBEDAAN OVERALL BALANCE DENGAN PRIMARY BALANCE PADA FORMAT BARU APBN
Overall Balance Primary Balance
(Kseseimbangan Umum) (Keseimbangan Primer)
Selisih antara Anggaran Pendapatan Negara Selisih antara Anggaran Pendapatan
(termasuk Hibah) dengan Anggaran Belanja Negara (tanpa hibah luar negeri) dengan
Negara menunjukkan keseimbangan secara
Anggaran Belanja Negara, diluar
keseluruhan dari APBN, disebut keseimbangan
keseluruhan atau Overall Balance. *Overall pembayaran bunga utang luar negeri,
Balance dapat merupakan selisih positif dalam istilah fiskal disebut keseimbangan
(surplus), negatif (defisit), atau berimbang atau primer, atau Primary Balance.
selisih nol (balance). (menurut konsep
Government Financial Statistics (GFS) dari
IMF)
Penerapan konsep GFS dalam APBN, merubah penyusunan neraca APBN dari semula berbentuk
T-Account menjadi I-Account. Dalam neraca I-Account inilah pengertian keseimbangan (balance)
dikelompokkan menjadi dua, yaitu Primary Balance dan Overall Balance. Tujuan utamanya adalah
untuk memudahkan orang atau siapapun yang berkepentingan, melakukan analisa fiskal, antara lain
untuk mengetahui kapasitas fiskal, fiscal sustainability, deficit vs surplus budget, dan sebagainya.
ALASAN PERUBAHAN PRESENTASI DAN FORMAT APBN SEJAK TAHUN 2000 (1)
Presentasi dan format APBN Indonesia mengalami perubahan yang sangat
fundamental semenjak tahun 2000.
APBN dipresentasikan dengan format yang mengikuti standar Government Finance
Statistics (GFS) yang dikembangkan oleh Dana Moneter Internasional (International
Monetary Fund IMF) dan dipublikasikan di dalam GES Manual 1986.
Penyusunan format APBN 2000 dengan standar internasional tersebut merupakan
bagiản dari upaya pembaharuan dan penyesuaian kebijakan fiskal (fiscal
adjustment and reform program) agar sesuai dengan praktek di negara-negara maju
lainnya.
Dengan format baru tersebut, APBN Indonesia menjadi sama dengan negara-
negara lain sehingga dapat dibandingkan dengan negara-negara lain secara konsisten
dan setara.
Presentasi APBN dengan format baru berubah dari sebelumnya format sisi kiri
(Pendapatan termasuk Utang) dan sisi kanan (Belanja) atau T-Account menjadi I-
Account, yaitu sisi atas yaitu Bagian Pendapatan saja, diikuti Bagian Belanja
diletakkan diatas garis (above the line), dan Bagian Pembiayaan (below the line).
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 40
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
ALASAN PERUBAHAN PRESENTASI DAN FORMAT APBN SEJAK TAHUN 2000 (2)
Penggunaan format baru APBN oleh pemerintah Indonesia ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa konsep ini mempunyai beberapa keunggulan.
Lebih menjamin transparansi dalam penyusunan, pelaksanaan, dan perhitungan anggaran
1 negara, serta sekaligus mempermudah pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan dan
Perhitungan Anggaran Negara (PAN).
ANATOMI APBN:
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa tidak semua penerimaan negara merupakan
pendapatan negara
Penerimaan negara terdiri atas pendapatan negara dan (penerimaan) dan pembiayaan. Apabila
penerimaan negara tersebut menambah kekayaan bersih, maka penerimaan negara tersebut merupakan
pendapatan negara. Sebaliknya, apabila penerimaan negara tersebut tidak menambah kekayaan bersih,
maka penerimaan tersebut merupakan (penerimaan) pembiayaan.
Penerimaan pajak
Penerimaan pajak
perdagangan Penerimaan SDA
dalam negeri
internasional
Penerimaan bagian
Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan
Bea Masuk pemerintah atas laba
(PPh) Nilai (PPN)
BUMN
Pajak Lainnya
47
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
§ PAJAK DALAM NEGERI adalah semua penerimaan negara yang berasal dari pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai barang dan berasal pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan,
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, cukai, dan pajak lainnya.
§ Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, honor /
honorarium, upah, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, jabatan dan kegiatan.
§ Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang
atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.
§ Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan terhadap perolehan Barang
Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak di dalam negeri atas nama Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap
§ Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan karena adanya
keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang
mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya. Dasar pengenaan pajak dalam
PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
§ Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak
atas tanah dan bangunan, yaitu perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya
atau dimilikinya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang perseorangan pribadi atau badan.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 48
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
FUNGSI PAJAK
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, terutama untuk
Fungsi anggaran membiayai kegiatan rutin dalam rangka pelaksanaan kenegaraan seperti
(budgetair) belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Fungsi redistribusi untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
pendapatan Pajak membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja,
yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Sebagai salah satu piranti utama kebijakan fiskal, anggaran belanja negara
2 mempunyai pengaruh yang cukup kuat di dalam mempengaruhi, baik arah dan
pola alokasi sumber daya ekonomi antarbidang, antarsektor, dan antarkegiatan
dalam masyarakat, maupun distribusi hasil pembangunan.
Anggaran belanja negara mempunyai pengaruh yang relatif signifikan terhadap arah
Belanja pemerintah pusat Belanja pemerintah Belanja pemerintah pusat Dana Dana Otonomi Dana
menurut organisasi; pusat menurut fungsi; menurut jenis belanja. Perimbangan Khusus Penyesuaian
Fungsi pelayanan Belanja Pegawai Dana Bagi Hasil
umum
Pengelompokkan Belanja Barang Dana Alokasi
belanja menurut Fungsi pertahanan Umum
alokasinya kepada
kementerian Belanja Modal Dana Alokasi
Fungsi Ketertiban Khusus
negara/lembaga, dan Keamanan
sesuai dengan
program-program Pembayaran
Rencana Kerja Fungsi Ekonomi Bunga Utang
Pemerintah yang
akan dijalankan. Fungsi Lingkungan Subsidi
Hidup
Belanja Hibah
Fungsi Perumahan
dan Fasilitas Umum
Bantuan Sosial
Fungsi Kesehatan
Belanja lain-lain
Fungsi Pariwisata
dan Budaya
Fungsi Agama
Fungsi Pendidikan
Fungsi Perlindungan
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 Sosial
63
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
BELANJA MODAL DAN BELANJA BARANG MERUPAKAN SALAH SATU FAKTOR STIMULUS
FISKAL
Dalam kerangka strategi pengelolaan utang, besar pinjaman (utang) dan porsinya dalam
bentuk pinjaman luar negeri (foreign debt) atau utang dalam negeri (domestic debt), dan
komposisinya dalam berbagai porsi valuta asing dan rupiah, maupun dalam berbagai
tingkat bunga, akan sangat berpengaruh pada besarnya beban pembayaran bunga utang,
yang pada gilirannya juga akan berdampak pada kapasitas fiskal dan ketahanan fiskal
(fiscal sustainability) dari APBN.
Apabila terjadi
Hasil pembahasan perubahan RKA-KL
disampaikan kepada Satuan Anggaran pada saat pembahasan
Hasil penelaahan
Menteri Keuangan c.q Kementerian/Lembaga
RKA-KL merupakan dijabarkan lebih lanjut dengan RAPBN
Direktorat Jenderal dasar penyusunan dengan DPR, maka
Penyusunan RKA-KL untuk tiap-tiap satuan
Anggaran untuk Satuan Anggaran dilakukan penyesuaian
dilakukan penelaahan kerja menjadi Satuan RKA-KL dan SAPSK
Kementerian/Lembaga Anggaran Per Satuan
dalam rangka meneliti . pada Satuan Anggaran
Kerja (SAP-SK).
kesesuaian RKA-KL Kementerian/Lembaga
.
Hasil
Pembahasan
DPR
Forward Pagu Pagu Alokasi
Estimate Indikatif Anggaran
3
Anggaran
Pagu Indikatif --
Reviu KPJM + pengusulan Inisiatif Baru
Pagu Anggaran --
Pagu Indikatif + penyesuaian angka dasar* + Inisiatif Baru
Alokasi Anggaran --
proses utama Pagu Anggaran + penyesuaian* + Inisiatif Baru
dalam * Penyesuaian terhadap perkembangan asumsi makro dan/atau kebijakan
penyusunan
anggaran K/L
PERATURAN
PRESIDEN NOV
SIKLUS MAR SURAT BERSAMA
PENYUSUNAN
Rincian APBN Pagu Indikatif
1. Exercise angka resource 1. Exercise angka pagu anggaran 1. Exercise DPR dan Pemerintah:
envelope 2. Rekomendasi angka pagu (1) pendapatan negara; (2) belanja
2. Exercise angka pagu indikatif anggaran. negara; (3) Pembiayaan anggaran
Postur APBN
3. Rekomendasi angka resource 3. Penyiapan bahan paparan 2. Postur penyesuaian Rincian Perpres
envelope dan pagu indikatif pimpinan. 3. Penyiapan bahan paparan
4. Penyiapan bahan paparan pimpinan.
Data yang dibutuhkan:
pimpinan
1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Data yang dibutuhkan:
2. Update angka dari masing- 1. Update angka hasil
Data yang dibutuhkan:
masing counterpart. pembahasan dengan DPR.
1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro
2. Supporting data dan informasi
2. Data berupa angka dari masing- 3. Supporting data dan informasi
masing counterpart. Mitra: DJA, Bappenas, K/L Mitra: DJA, Bappenas, K/L
3. Supporting data dan informasi Perundang-undangan: DJA, Perundang-undangan: DJA,
Setjen Kemenkeu, Setjen Kemenkeu,
Mitra: BKF, DJA, Bappenas, K/L Kemenkumham, Setneg Kemenkumham, Setneg
Waktu
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 90
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
1. Data realisasi ADEM dan 1. Data realisasi ADEM dan 1. Data realisasi ADEM dan
APBN tahun berjalan APBN tahun berjalan APBN terkini
2. Outlook sampai akhir tahun 2. Exercise proyeksi semester II 2. Exercise RAPBNP
3. Penyiapan bahan paparan 3. Penyiapan bahan paparan 3. Penyiapan bahan paparan
Postur APBN
Waktu
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 91
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PELAKSANAAN APBN
• Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama DPR
dengan Pemerintah Pusat dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun
anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:
• Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN;
• Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;
• Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi,
antarkegiatan, dan antarjenis belaja;
• Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran yang berjalan.
• Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/atau
disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
• Pemerintnah Pusat mengajukan rancangan undang-undang tentang Perubahan APBN tahun
anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan untuk mendapatkan persetujuan DPR
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.
OPINI
KRITERIA
LINGKUP
95
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020