Anda di halaman 1dari 95

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

E-LEARNING HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH

KONSEP DASAR DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA


PENYUSUN : DR. BOEDIARSO TEGUH WIDODO, M.E.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Memahami Konsep Dasar dan Pokok-Pokok Kebijakan Keuangan Negara:
§ Memahami pengertian dan ruang lingkup keuangan negara;
§ Memahami pengertian, siklus, asas-asas umum, prinsip-prinsip dasar, serta kekuasaan dan pembagian kewenangan dalam
pengelolaan keuangan negara;
§ Memahami konsep dasar dan pokok-pokok kebijakan fiskal:
Ø Memahami pengertian kebijakan fiskal;
Ø Memahami tujuan serta fungsi dasar dan spesifik kebijakan fiskal;
Ø Memahami arti penting (urgensi) dan peranan strategis kebijakan fiskal;
Ø Memahami jenis-jenis dan instrumen kebijakan fiskal.
§ Memahami Konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN):
Ø Memahami pengertian, struktur dan format APBN;
Ø Memahami fungsi-fungsi APBN;
Ø Memahami siklus APBN (Budget Cycles);
Ø Memahami reformasi penyusunan dan penetapan APBN;
Ø Memahami tahap-tahap pelaksanaan APBN.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


KEKAYAAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN
JAKARTA, DESEMBER 2020
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 1
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

DASAR HUKUM KEUANGAN NEGARA :


No. Nama Peraturan Perundangan Tentang
1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 23: APBN
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Keuangan Negara
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah
6. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

7. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 yang Pemerintahan Daerah


beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor
8. Beberapa Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

9. PP 55 Tahun 2005 Dana Perimbangan

10. PP 19 Tahun 2019 sebagai pengganti PP 58 Pengelolaan Keuangan Daerah


Tahun 2005

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 2


PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEUANGAN NEGARA:
PENGERTIAN Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut (Pasal 1 Ketentuan Umum UU 17 Tahun 2003).
RUANG Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
LINGKUP melakukan pinjaman;
Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

Penerimaan Negara (Uang yang masuk ke kas negara);


Pengeluaran Negara (Uang yang keluar dari kas negara);
Penerimaan Daerah (Uang yang masuk ke kas daerah);
Pengeluaran Daerah (Uang yang keluar dari kas daerah);
Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/daerah.
Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah
3
PENDEKATAN DALAM PERUMUSAN KEUANGAN NEGARA :
Semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan
Dari sisi dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan Negara yang
dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun barang yang dapat dijadikan
OBYEK milik Negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Dari sisi Seluruh subyek yang memiliki/menguasai obyek sebagaimana tersebut di atas, yaitu:
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang
SUBYEK
PENDEKATAN DALAM PERUMUSAN ada kaitannya denganKEUANGAN
keuangan negara.NEGARA :

Dari sisi Seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek tersebut diatas
mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
PROSES pertanggungjawaban.

Dari sisi Seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan
dan/atau penguasaan obyek tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan
TUJUAN pemerintahan negara.

4
BEBERAPA DEFINISI LAIN TENTANG KEUANGAN NEGARA (1) :
Menyamakan pengertian Keuangan Negara dengan anggaran (budget) Negara.
Unsur-unsur definisi Keuangan Negara menyangkut :
• Anggaran belanja memuat data keuangan mengenai pengeluaran dan
John F. Due penerimaan dari tahun-tahun yang sudah lalu;
• Jumlah yang diusulkan untuk tahun yang akan datang;
• Jumlah taksiran untuk tahun yang sedang berjalan;
• Rencana keuangan tersebut untuk suatu periode tertentu;

Anggaran memiliki enam fungsi, sebagai:


a. Kebijakan yang menggambarkan tujuan dan sasaran khusus yang hendak dicapai
melalui suatu pengeluaran dalam anggaran
b. Sarana redistribusi kekayaan sebagai salah satu fungsi public yang paling utama
Goldenhuys dari anggaran
c. Program kerja pemerintah
d. Sumber informasi
e. Sarana koordinasi kegiatan pemerintahan
f. Alat pengawasan legislatif terhadap eksekutif

Muchsan Anggaran Negara merupakan alat penggerak untuk melaksanakan keuangan


Negara.
5
BEBERAPA DEFINISI LAIN TENTANG KEUANGAN NEGARA (2) :

Ada dualisme dalam pengeritan Keuangan Negara:


Pengertian keuangan Negara dalam arti luas: keuangan yang berasal dari
APBN, APBD, dan keuangan yang berasal dari Unit Usaha Negara atau
Perusahaan-perusahaan milik negara;
Pengertian keuangan Negara dalam arti sempit: keuangan yang berasal dari
Arifin APBN saja;
P. Soeria Definisi Keuangan Negara dalam Pasal 23 UUD 1945 dapat diinterprestasikan:
Atmadja (1) Keuangan Negara diartikan secara sempit, didasarkan pada pertanggung
jawaban keuanngan Negara oleh pemerintah yang telah disetujui oleh DPR
selaku pemegang hak begrooting yaitu APBN;
(2) Keuangan Negara diartikan secara luas, jika didasarkan pada obyek
pemeriksaan dan pengawasan keuangan Negara, yakni APBN, APBD,
BUMN/BUMD.

Pengertian Keuangan Negara dalam arti luas, dikaitkan dengan tanggung jawab
pemeriksaan keuangan Negara oleh BPK. Menurutnya apa yang diatur dalam
Hasan Pasal 23 ayat (5) UUD 1945 tidak saja mengenai pelaksanaan APBN, tetapi juga
Akman meliputi pelaksanaan APBD, keuangan unit-unit usaha Negara dan pada
hakikatnya pelaksanaan kegiatan yang didalamnya secara langsung atau tidak
langsung terkait keuangan negara.

6
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA :


TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari materi pelatihan ini, para peserta E-Learning HKPD diharapkan dapat
memahami konsep dasar dan pokok-pokok kebijakan fiskal :
§ Pengertian Pengelolaan Keuangan Negara;
§ Siklus Pengelolaan Keuangan Negara;
§ Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara;
§ Prinsip-prinsip Dasar dalam Pengelolaan Keuangan Negara.
§ Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara;

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 7


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PENGERTIAN DAN SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

• PENGELOLAAN KEUANGAN Kaidah Manajemen Keuangan


NEGARA, mencakup keseluruhan Negara:
kegiatan perencanaan, penguasaan,
penggunaan, pengawasan, dan Orientasi pada hasil
pertanggungjawaban (keuangan negara)
(Penjelasan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003).
Profesionalitas
• Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2014:
PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA: “Keseluruhan kegiatan pejabat
pengelola keuangan negara sesuai dengan
kedudukan dan kewenangannya yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, Akuntabilitas dan
pengawasan, dan pertanggungjawaban”. Transparansi

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 8


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 9


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan.
APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN setiap tahun
ditetapkan dengan undang-undang.

APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun


ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

APBN/APBD mempunyai fungsi Otorisasi, Perencanaan, Pengawasan, Alokasi,


Distribusi, dan Stabilisasi.

Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara
dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN.

Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban
daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.

Surplus penerimaan negara/daerah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran


negara/daerah tahun anggaran berikutnya.

Penggunaan surplus penerimaan negara/daerah untuk membentuk dana cadangan atau


penyertaan modal pada perusahaan negara/daerah harus memperoleh persetujuan
dahulu dari DPR/DPRD.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 10
ASAS-ASAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA: (1)

ASAS-ASAS UMUM: TUJUAN :


i. ASAS-ASAS YANG TELAH
LAMA DIKENAL Dalam a. Mendukung terwujudnya
Pengelolaan Keuangan Negara: good governance dalam
a. Asas tahunan; penyelenggaraan negara,
b. Asas universalitas; yaitu menjadi acuan
c. Asas kesatuan; dan dalam reformasi manaje-
d. Asas spesialitas. men keuangan negara;
ii. ASAS-ASAS BARU, sebagai b. Menjamin terselenggara-
pencerminan best practices nya prinsip-prinsip pe-
dalam pengelolaan keuangan merintahan daerah seba-
negara, meliputi: gaimana yang telah
1. Akuntabilitas berorientasi dirumuskan dalam bab
pada hasil; VI UUD 1945; serta
2. Profesionalitas; c. Memperkokoh landasan
3. Proporsionalitas; pelaksanaan desentralisa-
4. Keterbukaan dalam si dan otonomi daerah di
pengelolaan keuangan Negara Kesatuan Repu-
negara; serta blik Indonesia.
5. Pemeriksaan keuangan
oleh badan pemeriksa yang
bebas dan mandiri. 11
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

Terwujudnya Good Pengelolaan Keuangan Negara


Governance dalam diselenggarakan secara :
Penyelenggaraan Negara • Profesional
• Terbuka
• Bertanggung jawab
Sesuai
Pasal 23C
UUD 1945

Asas-Asas Umum Pengelolaan


Asas-asas Baru (best practises) : Keuangan Negara
Ø Akuntabilitas berorientasi
hasil
Ø Profesionalitas
Ø Proporsionalitas
Ø Keterbukaan dalam PKN Asas-asas yang telah lama dikenal :
Ø Pemeriksaan keuangan oleh Ø Tahunan
BP yg bebas & mandiri Ø Universalitas
Ø Kesatuan
Ø Spesialitas

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 12


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ASAS-ASAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA: (2)


Maksud dan tujuan penganggaran berbasis kinerja: (a) mengutamakan
upaya pencapaian hasil kerja (output) dan dampak (outcome) atas alokasi
ASAS belanja (input) yang ditetapkan; (b) disusun berdasarkan sasaran tertentu
AKUNTANBILITAS yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran; serta (c) program dan
kegiatan disusun berdasarkan renstra/tupoksi kementerian
negara/lembaga.

ASAS Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
PROFESIONALITAS ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

ASAS Asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban


PROPORSIONALITAS penyelenggara negara.

Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memeroleh


ASAS informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
KETERBUKAAN negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia negara.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 13


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ASAS-ASAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA: (3)

Asas ini tercermin pada:


Pasal 14 UU 1/2004: menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen
pelaksanaan anggaran untuk kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Presiden;
ASAS
UNIVERSALITAS Dokumen pelaksanaan anggaran: uraian sasaran yang hendak dicapai,
fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk
mencapai sasaran, rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta
pendapatan yang diperkirakan; Lampiran rencana kerja dan anggaran
Badan Layanan Umum dalam lingkungan kementerian negara yang
bersangkutan.

ASAS Menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah


KESATUAN disajikan dalam satu dokumen anggaran

ASAS SPESIALITAS Mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci


secara jelas peruntukannya

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 14


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ASAS-ASAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA: (4)

Asas yang membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu.
Asas ini tercermin pada Pasal 11 ayat (1) UU 17/2003, yang menyatakan bahwa “APBN
ASAS merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan
TAHUNAN UU”; serta Pasal 4 UU 17/2003, yang menyatakan: “Tahun Anggaran meliputi masa
satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember”.

BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni:
Perencanaan, Pelaksanaan; dan Pelaporan hasil pemeriksaan.
Kebebasan dalam tahap perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan
ASAS obyek yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang obyeknya telah diatur
PEMERIKSAAN tersendiri dalam UU, atau pemeriksa berdasarkan permintaan khusus dari lembaga
KEUANGAN perwakilan.
OLEH BADAN
PEMERIKSA Kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara lain meliputi
(BPK) kebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk
metode pemeriksaan yang bersifat investigatif.
Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup
ketersediaan SDM, anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 15


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara di Tangan Presiden:
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara dimaksud meliputi kewenangan yang bersifat
umum dan kewenangan yang bersifat khusus:
• Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam
pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN, penetapan
pedoman penyusunan rencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman
pengelolaan Penerimaan Negara.
• Kewenangan yang bersifat khusus meliputi keputusan/kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan
APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan
dana perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara.
Kekuasaan pengelolaan keuangan negara oleh Presiden:
• Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan.
• Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya.
• DISERAHKAN kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola
keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
• Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang,
yang diatur dengan undang-undang.
Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan bernegara. Dalam rangka
penyelenggaran fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara dimaksud setiap tahun disusun APBN dan
APBD.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 16
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PENGELOLAAN KEUANGAN : PEMBAGIAN KEWENANGAN PENGELOLAAN


KEUANGAN NEGARA
Sesuai dengan amanat Pasal 6 UU Nomor 17 tahun 2003, Pengelolaan Keuangan Negara
DIKUASAKAN dari Presiden kepada Menteri Keuangan sebagai Chief Financial Officer (CFO)
dan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Chief Operating Officer (COO), serta
DISERAHKAN kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalam pengelolaan keuangan daerah..

UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

PRESIDEN (CEO):
DIKUASAKAN PEMEGANG KEKUASAAN DISERAHKAN
PENGELOLA KEUANGAN
NEGARA

MENTERI MENTERI / GUB / BUPATI / WALIKOTA


KEUANGAN (CFO) PIMP. LEMBAGA Kepala Pemda untuk mengelola
(COO) keuangan daerah & wakil pemda atas
pengelola fiskal & wakil
pemerintah dlm kekayaan pengguna anggaran kekayaan daerah yg dipisahkan
negara yang dipisahkan /pengguna barang

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 17


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KONSEP DASAR DAN POKOK-POKOK


KEBIJAKAN FISKAL
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari materi pelatihan ini, para peserta E-Learning HKPD diharapkan dapat
memahami konsep dasar dan pokok-pokok kebijakan fiskal :
§ Memahami pengertian kebijakan fiskal;
§ Memahami tujuan serta fungsi dasar dan spesifik kebijakan fiskal;
§ Memahami arti penting (urgensi) dan peranan strategis kebijakan fiskal;
§ Memahami instrumen kebijakan fiskal;
§ Memahami jenis-jenis kebijakan fiskal;

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 18


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

• PENGERTIAN (DEFINISI) KEBIJAKAN FISKAL


KEBIJAKAN FISKAL didefinisikan Kebijakan Fiskal merujuk pada kebijakan yang
sebagai “penggunaan anggaran dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu
pemerintah untuk memengaruhi negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
suatu perekonomian, termasuk pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan
keputusan-keputusan atas pajak kebijakan moneter, yang bertujuan menstabilkan
yang dipungut dan dihimpun, perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga
pembayaran transfer termasuk dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama
subsidi, pembelian barang-barang kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak.
dan jasa-jasa oleh pemerintah, serta
ukuran defisit dan pembiayaan Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal dengan
anggaran, yang mencakup semua maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian,
tingkatan pemerintahan” (Govil, atau dengan perkataan lain, dengan kebijakan fiskal,
2009). pemerintah berusaha mengarahkan jalannya
perekonomian menuju keadaan yang diinginkannya.
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan
makro yang dilaksanakan lewat APBN.
Melalui kebijakan fiskal, antara lain pemerintah dapat
Suatu kebijakan fiskal dicerminkan mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, dapat
oleh struktur pos-pos dalam APBN, dan mempengaruhi kesempatan kerja, dapat
bukan hanya oleh nilai total mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional,
penerimaan dan pengeluarannya dan dapat mempengaruhi distribusi penghasilan
(Boediono, 2001). nasional.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 19
PENGERTIAN DAN TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL:
PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL didefinisikan sebagai “penggunaan anggaran
pemerintah untuk memengaruhi suatu perekonomian, termasuk keputusan-
keputusan atas pajak yang dipungut dan dihimpun, pembayaran transfer
termasuk subsidi, pembelian barang-barang dan jasa-jasa oleh pemerintah,
serta ukuran defisit dan pembiayaan anggaran, yang mencakup semua
tingkatan pemerintahan” (Govil, 2009).
TUJUAN A. Menciptakan kestabilan ekonomi

B. Mendorong pertumbuhan ekonomi

C. Mendorong laju pertumbuhan investasi

D. Memastikan ketersediaan lapangan pekerjaan’

E. Menciptakan keadilan sosial

F. Mewujudkan pemerataan dan pendistribusian pendapatan

G. Memastikan kestabilan harga barang dan jasa


20
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL


01 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada suatu negara menjadi tujuan dari
diberlakukannya kebijakan fiskal (fiscal policy). Saat perekonomian
meningkat maka perkembangan bisnis semakin nyata dan masyarakat akan
memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Pendapatan masyarakat yang tinggi
menjadi tolak ukur kesejahteraan bangsa secara keseluruhan.
Upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui fiscal
policy adalah dengan mengurangi pajak. Dengan begitu masyarakat bisa lebih
banyak membelanjakan pendapatannya yang sejatinya mampu meningkatkan
investasi dan pendapatan bisnis. Selain itu, saat pengeluaran pemerintah lebih
tinggi maka pertumbuhan ekonomi akan terpacu untuk terus meningkat.

02 Stabilitas Harga
Tujuan lain dari penerapan fiscal policy adalah mempertahankan harga umum
pada tingkat yang layak dan menjamin kesempatan kerja penuh. Jika harga
umum turun secara tajam, maka akan mendorong timbulnya pengangguran
karena sektor usaha kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan.
Kondisi ini membuat perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja yang
berakibat timbulnya pengangguran yang sangat banyak. Sebaliknya, jika
harga-harga umum naik tajam dan terus meningkat, maka akan memberikan
dampak bagi memanasnya roda kegiatan perekonomian.
03 Mencegah Pengangguran
Pencegahan terhadap terjadinya pengangguran merupakan tujuan utama dari diberlakukannya kebijakan fiskal. Kegagalan dalam
mencapai kesempatan kerja penuh atau adanya pengangguran akan menyebabkan tidak tercapainya tingkat pendapatan nasional yang
tinggi. Selain itu, adanya pengangguran membuat laju pertumbuhan ekonomi tidak tumbuh maksimal, dan bisa saja menurun. Dengan
penerapan fiscal policy yang tepat, maka pengangguran dapat dicegah sehingga output nasional tetap terus tumbuh. Hal ini karena
kesempatan kerja penuh dapat tercapai dan membuat pendapatan nasional tinggi dan laju pertumbuhan ekonomi semakin baik.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 21
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

FUNGSI-FUNGSI SPESIFIK DARI KEBIJAKAN FISKAL: (1)


• Tanzi (1991) : ada empat aktivitas utama dari otoritas fiskal, mencerminkan fungsi-fungsi spesifik dari
kebijakan fiskal: fungsi Alokasi, Distribusi, Stabilisasi, dan Pertumbuhan
• Merupakan perluasan dan pengembangan dari formulasi Musgrave (1959) mengenai 3 (tiga) cabang
(aktivitas) ekonomi dari pemerintah:
q Pertama, cabang STABILISASI, tanggungjawabnya adalah menjamin perekonomian tetap pada
kesempatan kerja penuh (fullemployment) dengan harga yang stabil.
q Kedua, cabang ALOKASI, yaitu tindakan dan/atau intervensi pemerintah dalam hal bagaimana
perekonomian mengalokasikan sumber-sumber daya ekonominya, dengan secara langsung
membeli barang-barang publik seperti pertahanan dan pendidikan, dan secara tidak langsung,
melalui berbagai pajak dan subsidi-subsidi, yang mendorong berbagai aktivitas atau menghambat
aktivitas-aktivitas lainnya.
q Ketiga, cabang DISTRIBUSI, berkaitan dengan bagaimana barang-barang yang diproduksi oleh
masyarakat didistribusikan diantara anggota-anggotanya. Cabang ini berkaitkan dengan issue-issue
seperti pemerataan, dan trade-offs antara pemerataan dan efisiensi.
• Musgrave (1959), fungsi pemerintahan dapat dibedakan ke dalam tiga fungsi utama diatas, yaitu :
1. Fungsi stabilisasi ekonomi makro, dimaksudkan terutama untuk menjamin tercapainya kesempatan
kerja yang tinggi (full employment) dengan stabilitas harga yang mantap;
2. Fungsi redistribusi pendapatan, ditujukan untuk mencapai distribusi pendapatan yang merata; dan
3. Fungsi alokasi sumber daya, diarahkan untuk melihat apakah sumber-sumber daya yang tersedia
digunakan secara efisien.
22
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

FUNGSI-FUNGSI SPESIFIK DARI KEBIJAKAN FISKAL: (2)


• Fungsi stabilisasi umumnya diserahkan kepada Pemerintah Pusat :
(1) pemerintah daerah biasanya tidak banyak dapat mempengaruhi keadaan ekonomi
makro dalam wilayahnya, sehingga sangat kurang beralasan untuk mencoba
menyerahkannya kepada daerah, karena sebagian besar dampak kebijaksanaan ekonomi
makro yang diupayakan oleh daerah akan keluar dari daerahnya.
(2) dalam konteks kebijakan ekonomi makro, kewenangan pemerintah daerah umumnya
sangat terbatas, hanya untuk meminjam, dan tidak mempunyai kewenangan untuk
mencetak uang.
Daerah akan mengalami kesulitan untuk melaksanakan fungsi stabilisasi dengan
menggunakan pembiayaan defisit, yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan
fiskal yang ekspansif, terutama jika pinjaman daerah tidak didukung oleh
pemerintah pusat. Beberapa jenis pajak, terutama yang biasanya dianggap mempunyai
dampak sangat signifikan pada stabilisasi, seperti pajak penghasilan badan dan pajak
penghasilan orang pribadi yang progresif lebih tepat dan efisien diserahkan kepada
pemerintah pusat, terutama karena kedua jenis pajak tersebut biasanya lebih
berfluktuasi.
(3) fluktuasi penerimaan dan kebutuhan pengeluaran menimbulkan masalah tentunya juga
bagi pemerintah daerah yang tidak berupaya untuk melaksanakan kebijaksanaan
stabilisasi.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 23
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

FUNGSI-FUNGSI SPESIFIK DARI KEBIJAKAN FISKAL: (3)


• Fungsi redistribusi biasanya juga lebih efektif diserahkan kepada pemerintah pusat dengan
pertimbangan sebagai berikut:
(1) pemerintah daerah yang berupaya melaksanakan fungsi redistribusi mungkin tidak
akan berhasil dan bahkan mungkin justru akan mendistorsi alokasi sumber-sumber
daya ekonomi antardaerah. Sebagai contoh, perpajakan progresif yang dimaksudkan
untuk “menarik pajak dari orang kaya” dapat memindahkan modal atau individu
yang berpendapatan tinggi. Masalah sebaliknya terjadi pada sisi pengeluaran,
pemberian subsidi oleh daerah mungkin akan menarik penduduk miskin ke daerah
tersebut.
(2) jikapun perpajakan daerah menghasilkan redistribusi dalam wilayah daerah
tertentu, ketidakmerataan antarindividu mungkin akan terus terjadi di seluruh
daerah. Hal tersebut hanya dapat diatasi melalui kebijakan pemerintah pusat.
• Hayek (1949), Tiebout (1956), dan Oates (1972): Fungsi Alokasi jauh lebih efektif bila
diserahkan ke tingkat pemerintahan yang terbawah (pemerintah daerah):
i. Pemberian tanggung jawab dan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dapat
meningkatkan kualitas dan efisiensi dari layanan publik (Bardhan, 1997).
ii. Dengan penyerahan beberapa kewenangan ke pemerintah daerah, pelayanan masyarakat
diharapkan menjadi semakin efisien, dan pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat lokal menjadi lebih baik (Bahl dan Linn, 1992).
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 24
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

FUNGSI-FUNGSI DASAR KEBIJAKAN FISKAL SEBAGAI INSTRUMEN MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN


MASYARAKAT, DAN KAITANNYA DENGAN IMPLEMENTASI DISENTRALISASI FISKAL

KEBIJAKAN FISKAL

ALOKASI DISTRIBUSI STABILISASI


Meningkatkan efisiensi dan Alat pemerataan dan Alat memelihara keseimbangan fundamental
efektifitas penggunaan dan alokasi perekonomian, dan menstabilkan
sumber daya mencapai keadilan fluktuasi/volatilitas perekonomian

Fungsi alokasi lebih efektif diserahkan ke level pemerintahan


terbawah [HAYEK (1949), TIEBOUT (1956), OATES (1972]

Pemerintah
Daerah Provinsi, MENDEKATKAN RENTANG KENDALI KEINGINAN PUBLIK LOKAL KESEJAHTERAAN
Dr. Kabupaten/Kota
Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 25
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

JENIS-JENIS KEBIJAKAN FISKAL


Kebijakan Fiskal Ekspansif Kebijakan Fiskal Kontraktif
Kebijakan jenis ini biasa diterapkan Berbanding terbalik dengan jenis kebijakan
pada saat negara mengalami resesi atau fiskal ekspansif, kebijakan fiskal kontraktif ini
deflasi yang cukup serius untuk dilakukan untuk meredam laju kegiatan
merangsang kembali pertumbuhan ekonomi yang memanas (overheating
ekonomi. Melalui kebijakan fiskal ini, economy), akibat tekanan permintaan agregat
pemerintah akan melakukan penurunan
pajak atau membelanjakan uang dalam
JENIS sehingga mendorong tingkat inflasi yang
tinggi. Ternyata bukan hanya deflasi yang
jumlah lebih besar atau bisa keduanya. KEBIJAKAN merugikan, namun inflasi yang terlalu tinggi
juga dapat memberi dampak buruk bagi
Tujuan dilakukannya kebijakan FISKAL negara. Kebijakan fiskal kontraktif ini
ekspansi fiskal ini adalah untuk dilakukan dengan memotong pengeluaran
meningkatkan permintaan agregat guna negara dan/atau meningkatkan pajak.
merangsang pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan Fiskal Berimbang


Kebijakan fiskal ini, terutama dimaksudkan untuk memelihara
atau mempertahankan stabilitas ekonomi makro, terutama
melalui penyeimbangan antara total pendapatan negara dengan
total belanja negara. Dengan demikian, tidak terdapat defisit
atau surplus anggaran, sehingga kebijakan fiskal berdampak
netral terhadap perekonomian nasional.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 26
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KESINAMBUNGAN FISKAL (FISCAL SUSTAINABILITY)


Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) dapat
didefinisikan sebagai kondisi pada satu periode yang
dapat menjamin solvency di masa datang.
Ini berarti bahwa APBN dikatakan sustainable apabila:
a. tidak menghadapi tekanan pembiayaan yang
berlebihan, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang yang dapat mengakibatkan terjadinya
akumulasi utang secara terus menerus yang terlalu
besar dan tidak terkendali; serta
b. mempunyai surplus keseimbangan primer yang cukup
memadai dan dapat memelihara rasio utang terhadap
PDB minimal tetap (konstan) atau secara bertahap
menurun, sehingga memiliki ketahanan yang
berkelanjutan.

Dengan kata lain, secara teoritis kebijakan fiskal pada


saat sekarang dapat dilanjutkan jauh ke masa depan,
tanpa harus mengancam kemampuan membayar
pemerintah, dan/atau tidak perlu menyiratkan adanya
utang yang terus meningkat.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 27
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MENJAGA KESINAMBUNGAN FISKAL DAN KONTINUITAS ANGGARAN PEMERINTAH


Kebijakan fiskal dapat dianggap • Apabila pemerintah tidak bisa
berkesinambungan jika pemerintah
menjamin kesinambungan fiskal,
tidak mengalami kesulitan keuangan
untuk membiayai anggarannya dalam maka akan ada ancaman terhadap
jangka waktu yang tidak terbatas. perbaikan makroekonomi yang
berujung pada runtuhnya
Implikasinya, kesinambungan fiskal
keuangan negara.
akan sangat bergantung pada • Selain itu, masalah kesinambungan
kemampuan pemerintah memperoleh fiskal akan berakibat pada
sumber-sumber penerimaan, terutama
pajak melalui pertumbuhan ekonomi, meningkatnya country risk
dan efisiensi kebutuhan anggaran melalui Indonesia, yang pada gilirannya
peningkatan penerimaan maupun akan meningkatkan risiko serta
penajaman pengeluaran, serta
tingkat bunga, yang akhirnya
optimalisasi sumber pembiayaan melalui
penerimaan nonutang seperti penjualan menghambat masuknya investasi
aset atau privatisasi dan restrukturisasi ke Indonesia.
utang.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 28
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KONSOLIDASI FISKAL UNTUK MENJAMIN KESINAMBUNGAN FISKAL


• Salah satu langkah penting dalam menjamin kesinambungan fiskal, adalah
konsolidasi fiskal (fiscal consolidation).
• Konsolidasi fiskal mengacu pada langkah-langkah yang diambil oleh pemeritah
untuk melakukan pengendalian atas kenaikan defisit fiskal.
• Konsolidasi fiscal merupakan suatu proses dimana kesehatan fiskal
pemerintah semakin membaik,yang ditunjukkan dengan
berkurangnya defisit fiskal.
• Konsolidasi fiskal adalah terjadinya pengurangan pada defisit fiskal.
• Defisit fiskal menjadi salah satu indikator utama untuk menunjukkan
kesehatan fiskal pemerintah. Defisit fiskal yang terlalu tinggi
menyebabkan beban pembayaran bunga, dan bagi perekonomian
menghasilkan efek inflasi, dan meningkatnya suku bunga dalam
perekonomian.
• Instrumen utama dalam mewujudkan konsolidasi fiskal adalah
dengan meningkatkan pendapatan negara dan menyelaraskan belanja
negara dengan lebih bijak.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 29
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KEBIJAKAN STIMULUS FISKAL (FISCAL STIMULUS POLICY )


Stimulus fiskal diterapkan oleh pemerintah untuk menanggulangi fluktuasi jangka pendek dalam
perekonomian yang timbul karena adanya goncangan eksternal (external shock), yang merupakan bagian dari
trend jangka panjang dari perekonomian itu sendiri (Mankiw et al, 2008). Bentuk dari stimulus fiskal antara
lain adalah peningkatan pembelian barang dan jasa pemerintah, serta insentif pajak dan non pajak.

Dalam penerapannya, untuk mengatasi krisis keuangan yang terjadi pada tahun 2008, pada tahun 2009
Pemerintah menerapkan stimulus fiskal yang disepakati bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). Tujuan dari stimulus fiskal tersebut adalah: (a) mempertahankan dan/atau meningkatkan daya beli
masyarakat untuk dapat menjaga laju pertumbuhan konsumsi di atas 4,0 persen, (b) mencegah PHK dan
meningkatkan daya tahan dan daya saing usaha menghadapi krisis ekonomi dunia, dan (c) menangani dampak
PHK dan mengurangi tingkat pengangguran dengan meningkatkan belanja infrastruktur padat karya.
Peningkatan daya beli masyarakat antara lain melalui penurunan pajak penghasilan orang pribadi.
Peningkatan daya saing antara lain melalui penurunan pajak penghasilan pasal 21. Penanggulangan dampak
PHK antara lain dilakukan melalui penambahan anggaran untuk infrastruktur.

Pengukuran keefektifan stimulus fiskal dapat dilakukan dengan memperbandingkan apakah hasil dari
stimulus tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkannya. Pengukurannya ini juga harus
memperhatikan horison waktu berapa lama suatu kebijakan akan berdampak dalam suatu perekonomian
karena tidak semua program pemerintah akan terasa dampaknya dalam kurun waktu yang singkat.

Untuk program stimulus fiskal yang dilakukan pemerintah selama 2009 secara umum sudah menunjukkan
hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi secara umum pada tahun 2009 sebesar 4,5 persen.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 30


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KEBIJAKAN FISKAL (ANGGARAN) KONTRA SIKLIS (COUNTER CYCLICAL FISCAL POLICY)


Dalam situasi krisis ekonomi, diperlukan suatu kebijakan yang dapat mempengaruhi sikuls bisnis yang
menurun, yaitu untuk mendorong agar naik kembali. Bentuk kebijakan seperti apa, tentu saja tergantung pada
shock macam apa yang sedang dihadapi. Demikian pula sebaliknya, pada saat perekonomian sedang
“booming”, siklus bisnis akan bergerak naik. Untuk mencegah agar perekonomian tidak mengalami
“overheating” diperlukan suatu kebijakan yang mampu mendorong siklus bisnis bergerak turun kembali. Dan
seperti yang telah di uraikan di atas, kebijakan untuk mempengaruhi agar siklus bisnis yang bergerak naik
menjadi turun kembali disebut kebijakan kontra siklikal atau counter cyclical policy.

Anggaran, atau lebih spesifik disebut APBN, disamping sebagai alat untuk melakukan alokasi dan
distribusi, juga berfungsi sebagai alat stabilisasi. Sebagai alat stabilisasi, APBN dipergunakan sebagai
instrumen yang sangat penting untuk mempengaruhi siklus bisnis (business cycle), terutama pada saat
turbulensi, yaitu melalui kebijakan anggaran defisit maupun anggaran surplus.

Kebijakan stimulus fiskal dalam bentuk peningkatan belanja pemerintah dibidang infrastruktur dan belanja
sosial lainnya, bersama dengan bentuk kebijakan stimulus fiskal lainnya yang berupa pemberian insentif
pajak dan subsidi pajak serta insentif non pajak pada APBN Tahun 2009 dapat dikatakan merupakan suatu
kebijakan kontra siklikal (counter cyclical policy).

Kebijakan tersebut terbukti mampu mendorong kembali pertumbuhan ekonomi yang semula telah
memperlihatkan kecenderungan menurun menjadi naik secara konsisten. Peningkatan ini salah satunya
disebabkan oleh mulai efektifnya pelaksanaan kebijakan stimulus fiskal. Secara rata-rata pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2009 mencapai 4,5 persen. Pada tahun 2009, diperkirakan tumbuh menjadi sebesar 5,5
persen.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 31
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL


Kebijakan Perpajakan
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Kebijakan Investasi dan Disinvestasi
pemerintah yang terbesar baik dari pajak langsung
maupun pajak tidak langsung. Penetapan kebijakan Agar pertumbuhan ekonomi berada dalam
ini bertujuan menjaga pajak progresif melalui keseimbangan maka optimalisasi investasi
keputusan pemberlakuan pajak. harus ditingkatkan. Pada beberapa tahun
Menaikkan tarif pajak dapat mengurangi daya belakangan ini, arus modal internasional
beli masyarakat terhadap barang/jasa dan semakin meningkat dan memberikan
berimbas pada penurunan produksi dan investasi. dampak yang cukup besar. Melalui Arus
Sebaliknya, jika tarif pajak diturunkan maka Modal Internasional ekonomi domestic
masyarakat memiliki kesempatan untuk dapat diintegrasikan secara baik dengan
membelanjakan uangnya untuk meningkatkan KOMPONEN ekonomi global.
inflasi.
UTAMA
Kebijakan Belanja Negara
Kebijakan yang berkaitan dengan belanja modal Pengelolaan Utang atau Surplus
diatur dalam kebijakan pengeluaran negara.
Pengeluaran modal dilakukan untuk berbagai Apabila pendapatan yang diterima oleh
bidang seperti pendidikan, kesehatan dan pemerintah lebih besar daripada anggaran
sebagainya serta membayar kewajiban negara yang dihabiskan maka negara tersebut
beserta bunga internal maupun eksternalnya. mengalami surplus. Namun jika terjadi
Anggaran pemerintah sangat penting untuk kondisi sebaliknya maka negara tersebut
mewujudkan pengeluaran pemerintah yang efektif mengalami defisit atau kerugian.
dalam suatu negara. Hal ini bisa digunakan Pembiayaan terhadap defisit atau kerugian
sebagai pelunasan terhadap pembiayaan defisit dilakukan dengan melakukan pinjaman dari
dalam mengisi kesenjangan antara pendapatan dan pihak asing atau dengan mencetak uang.
belanja negara.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 32
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KONSEP DASAR ANGGARAN PENDAPATAN


DAN BELANJA NEGARA (APBN)
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari materi pelatihan ini, para peserta E-Learning HKPD diharapkan dapat
memahami konsep dasar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN):
- Memahami pengertian APBN
- Memahami fungsi-fungsi APBN
- Memahami struktur dan format APBN
- Memahami Anatomi APBN
- Memahami siklus APBN (Budget Cycles)
- Memahami reformasi penyusunan dan penetapan APBN
- Memahami tahap-tahap pelaksanaan APBN

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 33


PENGERTIAN APBN, PENYUSUNAN, & PENETAPAN APBN:
PENGERTIAN APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) (yang masa berlakunya dari 1 Januari
s.d. tanggal 31 Desember tahun berkenaan).

APBN terdiri atas ANGGARAN PENDAPATAN, ANGGARAN BELANJA,


dan PEMBIAYAAN.
PENYUSUNAN APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan
& PENETAPAN negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Dalam
APBN menyusun APBN dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak
melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Penyusunan Rancangan APBN berpedoman kepada Rencana Kerja


Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.

Dalam hal Rancangan APBN diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-


sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-Undang
APBN.

Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat


mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran kepada DPR.
34
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

FUNGSI ANGGARAN NEGARA (APBN) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 17/2003

Fungsi Perencanaan
Anggaran negara menjadi pedoman
1 1
Fungsi Otorisasi
Anggaran negara menjadi dasar

2
bagi manajemen dalam untuk melaksanakan pendapatan
merencanakan kegiatan pada tahun dan belanja negara pada tahun
yang bersangkutan yang bersangkutan

Fungsi Alokasi
Anggaran negara harus diarahkan
3 Fungsi Pengawasan
Anggaran negara menjadi pedoman

4
untuk mengurangi pengangguran dan untuk menilai apakah kegiatan
pemborosan sumber daya, serta penyelenggaraan pemerintahan negara
meningkatkan efisiensi dan efektivitas sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan

5
perekonomian

Fungsi Distribusi
Fungsi Stabilisasi Anggaran negara harus

6
Anggaran pemerintah menjadi memperhatikan rasa keadilan dan
alat untuk memelihara dan kepatutan
mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 35


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

FORMAT DAN POSTUR APBN: 2000 dan 2021

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 36


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

FORMAT DAN POSTUR APBN: PERKEMBANGAN APBN 2016 - 2021

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 37


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

STRUKTUR APBN: JUMLAH PENDAPATAN NEGARA TIDAK SAMA DENGAN BELANJA NEGARA?
SELISIH antara Anggaran Pendapatan Negara (termasuk Hibah) dengan Anggaran Belanja Negara
menunjukkan keseimbangan keseluruhan dari APBN atau dalam istilah kebijakan fiskal keseimbangan
keseluruhan (Overall Balance) dari APBN dapat merupakan selisih positip (surplus), negatif (defisit), atau
berimbang atau selisih nol (balance).
a. Pendapatan Negara > b. Pendapatan Negara < c. Pendapatan Negara =
dari Belanja Negara dari Belanja Negara Belanja Negara

Anggaran Surplus Anggaran Defisit Anggaran Berimbang


(surplus budget); (deficit budget); (balance budget);
Dalam kondisi anggaran Pemerintah perlu mengupayakan sumber pembiayaannya. Dalam pasal 12
surplus, maka penggunaannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 antara lain dinyatakan bahwa hal
tetap harus diajukan pada anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan Sumber-sumber pembiayaan untuk
APBN tahun sesudahnya dan menutup defisit tersebut dalam Undang-Undang tentang APBN.
harus mendapat persetujuan
Pembiayaan, menurut ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 38
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PERBEDAAN OVERALL BALANCE DENGAN PRIMARY BALANCE PADA FORMAT BARU APBN
Overall Balance Primary Balance
(Kseseimbangan Umum) (Keseimbangan Primer)
Selisih antara Anggaran Pendapatan Negara Selisih antara Anggaran Pendapatan
(termasuk Hibah) dengan Anggaran Belanja Negara (tanpa hibah luar negeri) dengan
Negara menunjukkan keseimbangan secara
Anggaran Belanja Negara, diluar
keseluruhan dari APBN, disebut keseimbangan
keseluruhan atau Overall Balance. *Overall pembayaran bunga utang luar negeri,
Balance dapat merupakan selisih positif dalam istilah fiskal disebut keseimbangan
(surplus), negatif (defisit), atau berimbang atau primer, atau Primary Balance.
selisih nol (balance). (menurut konsep
Government Financial Statistics (GFS) dari
IMF)

Penerapan konsep GFS dalam APBN, merubah penyusunan neraca APBN dari semula berbentuk
T-Account menjadi I-Account. Dalam neraca I-Account inilah pengertian keseimbangan (balance)
dikelompokkan menjadi dua, yaitu Primary Balance dan Overall Balance. Tujuan utamanya adalah
untuk memudahkan orang atau siapapun yang berkepentingan, melakukan analisa fiskal, antara lain
untuk mengetahui kapasitas fiskal, fiscal sustainability, deficit vs surplus budget, dan sebagainya.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 39


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ALASAN PERUBAHAN PRESENTASI DAN FORMAT APBN SEJAK TAHUN 2000 (1)
Presentasi dan format APBN Indonesia mengalami perubahan yang sangat
fundamental semenjak tahun 2000.
APBN dipresentasikan dengan format yang mengikuti standar Government Finance
Statistics (GFS) yang dikembangkan oleh Dana Moneter Internasional (International
Monetary Fund IMF) dan dipublikasikan di dalam GES Manual 1986.
Penyusunan format APBN 2000 dengan standar internasional tersebut merupakan
bagiản dari upaya pembaharuan dan penyesuaian kebijakan fiskal (fiscal
adjustment and reform program) agar sesuai dengan praktek di negara-negara maju
lainnya.

Dengan format baru tersebut, APBN Indonesia menjadi sama dengan negara-
negara lain sehingga dapat dibandingkan dengan negara-negara lain secara konsisten
dan setara.

Presentasi APBN dengan format baru berubah dari sebelumnya format sisi kiri
(Pendapatan termasuk Utang) dan sisi kanan (Belanja) atau T-Account menjadi I-
Account, yaitu sisi atas yaitu Bagian Pendapatan saja, diikuti Bagian Belanja
diletakkan diatas garis (above the line), dan Bagian Pembiayaan (below the line).
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 40
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ALASAN PERUBAHAN PRESENTASI DAN FORMAT APBN SEJAK TAHUN 2000 (2)
Penggunaan format baru APBN oleh pemerintah Indonesia ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa konsep ini mempunyai beberapa keunggulan.
Lebih menjamin transparansi dalam penyusunan, pelaksanaan, dan perhitungan anggaran
1 negara, serta sekaligus mempermudah pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan dan
Perhitungan Anggaran Negara (PAN).

Mempermudah dilakukannya analisis terhadap strategi kebijakan fiskal yang


2 diterapkan pemerintah, serta cara pembiayaannya.

Membantu mempermudah dilakukannya analisis komparasi (perbandingan) antara


perkembangan operasi fiskal pemerintah Indonesia dengan operasi fiskal negara-negara
3 lainnya, terutama yang berkaitan dengan besaran-besaran rasio defisit anggaran terhadap PDB
(overall balance deficit/suplus to GDP ratio), rasio keseimbangan primer terhadap PDB
(primary balance to GDP ratio), serta rasio pembiayaan, baik pembiayaan dalam negeri
maupun luar negeri terhadap PDB (financing to GDP ratio).

4 Menciptakan transparansi dan mempermudah dilakukannya analisis, pemantauan,


dan pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBN.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 41
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN:

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 42


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: DEFINISI PENDAPATAN NEGARA (1)

Pendapatan Negara, menurut


ketentuan Pasal 1 ayat (13) UU
Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara adalah hak
pemerintah pusat yang
diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 43


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: DEFINISI PENDAPATAN NEGARA (2)


Pertama, adanya arus transaksi penerimaan negara, baik
transaksi searah (unrequited) maupun transaksi dua arah
(requited) dari perekonomian atau masyarakat ke sistem fiskal.
Tiga aspek yang melekat Penerimaan negara, itu sendiri, sesuai ketentuan Pasal 1 ayat
pada definisi atau (9) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara adalah
pengertian pendapatan uang yang masuk ke kas negara.
negara,
yang membedakan Kedua, transaksi penerimaan negara dimaksud merupakan hak
dari pemerintah (pusat).
pendapatan negara
dengan penerimaan Ketiga, penerimaan negara dimaksud diakui sebagai
negara PENAMBAH nilai kekayaan bersih (net worth). Kekayaan
bersih (net worth) adalah selisih antara kekayaan, harta, atau
assets dengan kewajiban, utang, atau liabilities.

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa tidak semua penerimaan negara merupakan
pendapatan negara
Penerimaan negara terdiri atas pendapatan negara dan (penerimaan) dan pembiayaan. Apabila
penerimaan negara tersebut menambah kekayaan bersih, maka penerimaan negara tersebut merupakan
pendapatan negara. Sebaliknya, apabila penerimaan negara tersebut tidak menambah kekayaan bersih,
maka penerimaan tersebut merupakan (penerimaan) pembiayaan.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 44


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: DEFINISI PENDAPATAN NEGARA (3)

Arus transaksi pendapatan searah (unrequited),


Pendapatan yang diterima pemerintah, dan tidak dikembalikan
langsung kepada wajib bayar dalam bentuk uang, melainkan
dikembalikan dalam bentuk hasil-hasil pembangunan.
Termasuk dalam kelompok pendapatan ini adalah seluruh
Pendapatan negara, dilihat penerimaan perpajakan dan beberapa jenis PNBP.
dari sifat transaksinya,
dapat dibedakan menjadi Arus transaksi pendapatan dua arah atau timbal balik
dua kelompok transaksi, (requited).
yaitu: Pemerintah akan memperoleh pendapatan yang dibayar oleh
wajib bayar, sementara kepada wajib bayar akan mendapatkan
pelayanan jasa dari unit-unit kegiatan pemerintahan. Termasuk
dalam kelompok pendapatan dua arah tersebut adalah
sebagian besar jenis PNBP yang dihasilkan oleh K/L,
termasuk pendapatan badan layanan umum (BLU), seperti
pendapatan pendidikan dan pelatihan, kesehatan, penelitian
dan pengembangan teknologi, penegakan hukum, dan
pelestarian sumber daya alam.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 45


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: KOMPONEN PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH


Dalam struktur APBN,
pendapatan negara dan hibah
terdiri dari :

Penerimaan Penerimaan negara Penerimaan


perpajakan bukan pajak hibah.

Penerimaan pajak
Penerimaan pajak
perdagangan Penerimaan SDA
dalam negeri
internasional

Penerimaan bagian
Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan
Bea Masuk pemerintah atas laba
(PPh) Nilai (PPN)
BUMN

Pajak Penjualan atas


Pajak Bumi dan
Barang Mewah Bea Keluar PNBP lainnya
Bangunan (PBB)
(PPnBM)

Bea Perolehan Hak


atas Tanah dan Cukai
Bangunan (BPHTB)

Pajak Lainnya

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 46


ANATOMI APBN: PENERIMAAN DALAM NEGERI

Pendapatan Negara dan Hibah terdiri dari


Penerimaan Dalam Negeri dan Penerimaan Hibah

Penerimaan Dalam Negeri adalah


penerimaan pemerintah pusat yang berasal dari
penerimaan perpajakan, dan penerimaan negara bukan
pajak (PNBP)

Penerimaan Perpajakan terdiri dari Penerimaan


Pajak Dalam Negeri dan Penerimaan Pajak
Perdagangan Internasional.

47
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: PENERIMAAN PERPAJAKAN (1)


§ Penerimaan Perpajakan adalah penerimaan pemerintah pusat yang berasal dari penerimaan
perpajakan terdiri dari penerimaan pajak dalam negeri dan penerimaan pajak perdagangan
internasional.

§ PAJAK DALAM NEGERI adalah semua penerimaan negara yang berasal dari pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai barang dan berasal pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan,
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, cukai, dan pajak lainnya.
§ Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, honor /
honorarium, upah, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, jabatan dan kegiatan.
§ Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang
atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.
§ Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan terhadap perolehan Barang
Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak di dalam negeri atas nama Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap
§ Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan karena adanya
keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang
mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya. Dasar pengenaan pajak dalam
PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
§ Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak
atas tanah dan bangunan, yaitu perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya
atau dimilikinya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang perseorangan pribadi atau badan.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 48
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: PENERIMAAN PERPAJAKAN (2)


§ Cukai adalah pajak tidak langsung yang dikenakan hanya terhadap pemakaian barang-
barang tertentu saja di dalam daerah Pabean, antara lain cukai atas hasil tembakau
seperti sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris dan hasil pengolahan tembakau
lainnya; cukai atas minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapapun; dan
cukai atas etil alkohol atau etanol,
§ Pajak Lainnya adalah pajak yang komponen diperoleh dari bea materai.
§ PAJAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL adalah semua penerimaan negara yang berasal
dari bea masuk dan bea keluar.
§ Bea Masuk adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang impor untuk dipakai
di dalam Daerah Pabean.
§ Bea Keluar adalah bea yang dikenakan untuk barang tertentu dalam keadaan tertentu
untuk melindungi kepentingan nasional atau kepentingan rakyat.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 49


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: PERANAN PENTING PAJAK BAGI PEMERINTAH


Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya
di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak (sekitar 70%) merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran, termasuk pengeluaran
pembangunan. Di negara-negara maju, penerimaan pajak bisa mencapai lebih dari 90 % dari
belanja negara atau 40 persen dari PDB.

FUNGSI PAJAK
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, terutama untuk
Fungsi anggaran membiayai kegiatan rutin dalam rangka pelaksanaan kenegaraan seperti
(budgetair) belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.

pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sehingga


Fungsi mengatur
dalam mengatur pertumbuhan ekonomi diperlukan kebijakan pajak yang
(regulerend) tepat.

Fungsi stabilisasi Berperan penting dalam keseimbangan perekonomian suatu negara


seperti mengatasi inflasi maupun deflasi.

Fungsi redistribusi untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
pendapatan Pajak membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja,
yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 50


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)


Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah pungutan yang dibayar oleh
orang pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak
langsung atas layanan atau pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh
negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang menjadi penerimaan
Pemerintah Pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam
mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara.
Pada bulan Agustus 2018 telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018
tentang PNBP. Pengaturan PNBP dalam Undang-Undang tersebut bertujuan untuk:
1. Mewujudkan peningkatan kemandirian bangsa dengan mengoptimalkan sumber
pendapatan negara dari PNBP guna memperkuat ketahanan fiskal dan mendukung
pembangunan nasional yang berkelanjutan dan berkeadilan;
2. Mendukung kebijakan Pemerintah dalam rangka perbaikan kesejahteraan rakyat,
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, perbaikan distribusi
pendapatan, dan pelestarian lingkungan hidup untuk kesinambungan antargenerasi
dengan tetap mempertimbangkan aspek keadilan; serta
3. Mewujudkan pelayanan Pemerintah yang bersih, profesional, transparan, dan
akuntabel, untuk mendukung tata kelola pemerintahan yang baik serta
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 51
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)


PNBP terdiri dari: (i) penerimaan sumber daya alam (SDA); (ii) penerimaan dari kekayaan
negara yang dipisahkan; (iii) PNBP lainnya; dan Penerimaan BLU

Penerimaan SDA merupakan penerimaan yang berasal dari hjasil


pemanfaatan SDA minyak bumi dan gas alam (migas), dan SDA nonmigas
berasal dari pertambangan mineral dan batubara, kehutanan, perikanan,
dan panas bumi.

Pendapatan dari kekayaan negara dipisahkan terdiri atas: (i) Pendapatan


dari bagian pemerintah atas laba BUMN; dan (ii) Pendapatan dari
kekayaan negara dipisahkan lainnya.

PNBP lainnya dikelompokkan ke dalam beberapa jenis pendapatan,


antara lain: Pendapatan dari penjualan, pengelolaan barang milik negara
(BMN), dan iuran badan usaha; Pendapatan administrasi dan penegakan
hukum; Pendapatan kesehatan, perlindungan sosial, dan keagamaan;
Pendapatan pendidikan, budaya, riset, dan teknologi; Pendapatan jasa
transportasi, komunikasi dan informatika; Pendapatan jasa lainnya;
Pendapatan bunga, pengelolaan rekening perbankan, dan pengelolaan
keuangan; Pendapatan denda; dan Pendapatan lain-lain.

Pendapatan adalah PNBP yang diperoleh dari pengelolaan


badan layanan umum yang dapat digunakan langsung untuk
membiayai belanja badan layanan umum yang bersangkutan.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 52
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)


§ Objek PNBP dikelompokkan menjadi enam
klaster, yaitu PNBP yang berasal dari:
(a) Pemanfaatan sumber daya alam;
(b) Pelayanan;
(c) Pengelolaan kekayaan negara dipisahkan;
(d) Pengelolaan barang milik negara;
(e) Pengelolaan dana; dan
(f) Hak negara lainnya.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 53


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)


§ Pendapatan SDA nonmigas berasal dari pertambangan mineral dan
batubara, kehutanan, perikanan, dan panas bumi.
§ Penerimaan pertambangan mineral dan batubara meliputi penerimaan
dari iuran tetap dan penerimaan dari iuran produksi/royalti
pertambangan mineral dan batubara.
§ Pendapatan SDA kehutanan antara lain didapat dari Dana Reboisasi
(DR), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), Iuran Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan (IIUPHH), dan Penggunaan Kawasan Hutan
(PKH).
§ Pendapatan SDA perikanan secara garis besar dibagi dua, yaitu
pungutan hasil perikanan (PHP) dan pungutan pengusahaan perikanan
(PPP).
§ Penerimaan pengusahaan panas bumi bersumber dari setoran bagian
Pemerintah, iuran tetap, dan iuran produksi/royalti panas bumi.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 54
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)


§ Pendapatan dari kekayaan negara dipisahkan terdiri atas:
a) Pendapatan dari bagian pemerintah atas laba BUMN; dan
b) Pendapatan dari kekayaan negara dipisahkan lainnya.
§ Pendapatan dari bagian pemerintah atas laba BUMN merupakan
kontributor terbesar dalam akun pendapatan dari kekayaan
negara dipisahkan;
§ Pendapatan dari kekayaan negara dipisahkan lainnya antara lain
dapat berasal dari:
i. Sisa surplus Bank Indonesia (BI);
ii. Pendapatan dari surplus Otoritas Jasa Keuangan (OJK); dan
iii. Pendapatan dari surplus Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS)

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 55


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)


§ Secara garis besar PNBP lainnya dikelompokkan ke dalam beberapa
jenis pendapatan, antara lain:
(a) Pendapatan dari penjualan, pengelolaan barang milik negara
(BMN), dan iuran badan usaha;
(b) Pendapatan administrasi dan penegakan hukum;
(c) Pendapatan kesehatan, perlindungan sosial, dan keagamaan;
(d) Pendapatan pendidikan, budaya, riset, dan teknologi;
(e) Pendapatan jasa transportasi, komunikasi dan informatika;
(f) Pendapatan jasa lainnya;
(g) Pendapatan bunga, pengelolaan rekening perbankan, dan
pengelolaan keuangan;
(h) Pendapatan denda; dan
(i) Pendapatan lain-lain.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 56


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)


§ BLU merupakan instansi di lingkungan Pemerintah. Pembentukan BLU ditujukan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
§ Pengelolaan dan pengaturan mengenai BLU ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74
Tahun 2012 tentang Perubahan atas PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU.
§ Peraturan pemerintah tersebut memberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan kepada BLU dengan
tujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
§ Fleksibilitas yang diberikan salah satunya adalah penggunaan pendapatan secara langsung tanpa
perlu menyetorkan terlebih dahulu ke kas negara dengan berlandaskan kepada prinsip praktik bisnis
yang sehat.
§ Sampai dengan 31 Desember 2018, terdapat 217 satuan kerja pemerintah yang tersebar pada 20 K/L
yang telah ditetapkan menjadi BLU.
§ Ditinjau dari jenis layanannya, sebagian besar BLU dimaksud bergerak di bidang penyediaan barang
dan jasa, terutama bidang pendidikan dan kesehatan, yaitu lebih dari 50 persen dari total BLU.
§ Pengelolaan keuangan dengan mekanisme BLU mulai diberlakukan pada tahun 2007 oleh sembilan
K/L yang bergerak di bidang layanan barang/jasa dan pembiayaan, dan mengalami peningkatan pada
tahun 2012 yang dilaksanakan oleh 19 K/L yang bergerak di bidang kesehatan, pembiayaan,
telekomunikasi, pendidikan, teknologi, pengelolaan kawasan, dan lain-lain.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 57


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

DEFINISI HIBAH (1)

Penerimaan negara berupa bantuan hibah dan


atau sumbangan dari dalam dan luar
negeri baik swasta maupun pemerintah yang
menjadi hak pemerintah (Penjelasan pasal 2 ayat
(1) huruf, Undang-Undang Nomor 20 Tahun
1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak).

Definisi secara khusus tentang hibah luar negeri


adalah setiap penerimaan negara baik
dalam bentuk devisa dan/atau devisa
yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam
bentuk barang dan/atau jasa yang
diperoleh dari pemberi hibah luar negeri
yang tidak perlu dibayar kembali
(Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006
tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman
dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri).

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 58


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

DEFINISI HIBAH (2)


Hibah harus dimasukkan dalam APBN dan menjadi komponen pendapatan
negara karena hibah merupakan bagian dari Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP).
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
pada pasal 3 ayat 5 menyatakan bahwa semua penerimaan yang
menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara
dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan
dalam APBN.

Demikian pula halnya, menurut Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006


tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta
Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri pada pasal 17 ayat (5) yang
menyatakan bahwa penarikan pinjaman dan/atau hibah luar negeri
harus tercatat dalam realisasi APBN.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 59


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: DEFINISI BELANJA NEGARA (1)


Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
Tentang Keuangan Negara, belanja negara adalah
kewajiban pemerintah pusat yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
Sementara itu, berdasarkan Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2008 Tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2009, yang
dimaksud belanja negara adalah semua
pengeluaran negara yang digunakan untuk
membiayai belanja pemerintah pusat dan
belanja ke daerah.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 60


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: DEFINISI BELANJA NEGARA (2)


Belanja negara mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai sasaran-
sasaran pokok pembangunan nasional sebagaimana yang direncanakan setiap tahun
dalam rencana kerja pemerintah (RKP).

Sasaran-sasaran indikatif yang tercantum di dalam RKP dijabarkan secara


1 operasional dalam bentuk program-program dan berbagai kegiatan pembangunan,
dengan rencana pembiayaan yang lebih konkrit dan realistis sesuai dengan
kemampuan pengerahan sumber-sumber keuangan negara.

Sebagai salah satu piranti utama kebijakan fiskal, anggaran belanja negara

2 mempunyai pengaruh yang cukup kuat di dalam mempengaruhi, baik arah dan
pola alokasi sumber daya ekonomi antarbidang, antarsektor, dan antarkegiatan
dalam masyarakat, maupun distribusi hasil pembangunan.

Anggaran belanja negara mempunyai pengaruh yang relatif signifikan terhadap arah

3 perkembangan ekonomi di berbagai bidang, baik produksi dan kesempatan kerja,


maupun distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan, serta stabilitas
ekonomi nasional.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 61


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN : ANGGARAN BELANJA NEGARA (3)


• Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan
tugas pemerintahan pusat, dan pelaksanaan perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
• Anggaran belanja negara meliputi:
(i) Anggaran Belanja Pemerintah Pusat; dan
(ii)Anggaran Transfer Ke Daerah dan Dana Desa.
• Anggaran belanja pemerintah pusat dikelompokkan menurut
Organisasi, Fungsi, dan Jenis Belanja.
• Menurut organisasi, belanja pemerintah pusat dialokasikan
kepada kementerian negara/lembaga untuk membiayai
berbagai kegiatan sesuai dengan program-program dan
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan dilaksanakan
selama satu tahun.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 62
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: KLASIFIKASI ANGGARAN BELANJA NEGARA (4)


Jenis Belanja Menurut Undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Anggaran
Belanja

anggaran belanja anggaran transfer ke


pemerintah pusat daerah

Belanja pemerintah pusat Belanja pemerintah Belanja pemerintah pusat Dana Dana Otonomi Dana
menurut organisasi; pusat menurut fungsi; menurut jenis belanja. Perimbangan Khusus Penyesuaian
Fungsi pelayanan Belanja Pegawai Dana Bagi Hasil
umum
Pengelompokkan Belanja Barang Dana Alokasi
belanja menurut Fungsi pertahanan Umum
alokasinya kepada
kementerian Belanja Modal Dana Alokasi
Fungsi Ketertiban Khusus
negara/lembaga, dan Keamanan
sesuai dengan
program-program Pembayaran
Rencana Kerja Fungsi Ekonomi Bunga Utang
Pemerintah yang
akan dijalankan. Fungsi Lingkungan Subsidi
Hidup
Belanja Hibah
Fungsi Perumahan
dan Fasilitas Umum
Bantuan Sosial
Fungsi Kesehatan
Belanja lain-lain
Fungsi Pariwisata
dan Budaya
Fungsi Agama

Fungsi Pendidikan

Fungsi Perlindungan
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 Sosial
63
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: KLASIFIKASI EKONOMI BELANJA PEMERINTAH PUSAT (4)


§ Belanja pegawai adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kompensasi, dalam bentuk
uang atau barang, kepada pegawai pemerintah pusat, pensiunan, anggota Tentara Nasional
Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan pejabat negara, baik yang bertugas di
dalam negeri maupun di luar negeri, sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan,
kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
§ Belanja barang adalah belanja pemerintah pusat untuk membiayai pembelian barang dan jasa
yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa, baik yang dipasarkan maupun yang
tidak dipasarkan.
§ Belanja modal adalah belanja pemerintah pusat yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, serta
dalam bentuk fisik lainnya.
§ Pembayaran bunga utang adalah belanja pemerintah pusat yang digunakan untuk
pembayaran atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding), baik utang
dalam negeri maupun utang luar negeri, yang dihitung berdasarkan ketentuan dan
persyaratan untuk utang oustanding dan tambahan utang baru, termasuk untuk biaya terkait
dengan pengelolaan utang.
§ Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang
memproduksi, menjual mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa, yang memenuhi hajat
hidup orang banyak sedemikian rupa, sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh
masyarakat.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 64
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: KLASIFIKASI EKONOMI BELANJA PEMERINTAH PUSAT (4)


§ Belanja hibah adalah belanja pemerintah pusat dalam bentuk uang, barang, atau jasa
dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Usaha Milik Daerah, Pemerintah Negara lain, atau lembaga/organisasi Internasional
yang tidak perlu dibayar kembali, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak
secara terus menerus.
§ Bantuan sosial adalah semua pengeluaran negara dalam bentuk transfer uang/barang
yang diberikan kepada masyarakat melalui kementerian negara/lembaga, guna
melindungi dari terjadinya berbagai risiko sosial.
§ Belanja lain-lain adalah semua pengeluaran atau belanja pemerintah pusat yang tidak
dapat diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis belanja sebagaimana dimaksud di atas,
dan dana cadangan umum.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 65


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

BELANJA MODAL DAN BELANJA BARANG MERUPAKAN SALAH SATU FAKTOR STIMULUS
FISKAL

Belanja modal adalah belanja pemerintah pusat


yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal dalam bentuk tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jaringan, serta
dalam bentuk fisik lainnya.
Belanja modal mempunyai sifat menambah
aset tetap/inventaris yang memberikan
manfaat lebih dari satu periode akuntansi,
termasuk di dalamnya adalah pengeluaran untuk
biaya pemeliharaan yang sifatnya
mempertahankan atau menambah maca manfaat,
meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

Belanja modal diyakini mampu memberikan multiplier effect


terhadap perekonomian. Besar kecilnya efek multiplier dari
belanja dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (i) kemana
belanja modal/barang tersebut diarahkan, dan (ii) bagaimana
aplikasi/ operasionalisasinya di lapangan (penganggaran belanja
barang/modal).

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 66


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN : ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (1)


• Transfer ke daerah dan dana desa adalah pengeluaran negara dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi fiskal, berupa (i) transfer ke daerah, dan (ii) dana desa.
• Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja Negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah,
serta Dana Otonomi Khusus (Otsus) dan Dana Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY).
• Dana Perimbangan adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, yang
terdiri dari Dana Transfer Umum (DTU) dan Dana Transfer Khusus (DTK).
• DTU adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada Daerah untuk digunakan
sesuai dengan kewenangan daerah guna mendanai kebutuhan daerah dalam
pelaksanaan desentralisasi, terdiri dari DBH dan DAU.
• DTK adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada Daerah dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus, baik fisik maupun nonfisik yang
merupakan urusan daerah. DTK terdiri dari DAK Fisik dan DAK Non-Fisik.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 67
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN : ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (2)


• DID adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah tertentu
berdasarkan kriteria tertentu dengan tujuan untuk memberikan penghargaan atas
perbaikan dan/atau pencapaian kinerja tertentu di bidang tata kelola keuangan
daerah, pelayanan pemerintahan umum, pelayanan dasar publik dan kesejahteraan
masyarakat.
• Dana Otsus adalah dana yang dialokasikan dalam APBN untuk membiayai
pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sedangkan Dana Keistimewaan DIY
adalah dana yang dialokasikan dalam APBN untuk mendanai penyelengaraan
urusan keistimewaan DIY.
• Dana Desa (DD) adalah dana yang dialokasikan dalam APBN yang diperuntukkan
bagi desa yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 68


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: DEFINISI PEMBIAYAAN ANGGARAN (1)


Pembiayaan anggaran adalah kebutuhan
anggaran yang harus disediakan untuk
membiayai kebutuhan pembiayaan
(defisit, pembayaran cicilan pokok utang,
dan PMN).

Dalam format APBN, belanja negara


bersumber dari pendapatan negara dan
hibah.
Namun, seringkali belanja negara lebih besar
dari pendapatan negara dan hibah terkait
dengan pelaksanaan program/kegiatan prioritas
pembangunan pemerintah sehingga terjadi
defisit anggaran.

Untuk menutupi defisit anggaran tersebut


Sementara itu, apabila terjadi surplus anggaran,
diperlukan pembiayaan anggaran. Selain defisit,
dimana pendapatan negara dan hibah lebih besar dari
pembiayaan anggaran juga digunakan untuk
belanja negara, maka pembiayaan anggaran
memenuhi kewajiban (kebutuhan) pembiayaan yaitu
merupakan arah penggunaan surplus tersebut
pembayaran cicilan pokok utang, dan untuk investasi
atau PMN.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 69
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN : PEMBIAYAAN ANGGARAN (2)


• PEMBIAYAAN adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
• Dalam APBN, pembiayaan anggaran meliputi pembiayaan utang, pembiayaan
investasi, pemberian pinjaman, kewajiban penjaminan, dan pembiayaan lainnya.
• Pembiayaan utang berperan dalam membiayai defisit anggaran, pembiayaan
investasi, terutama PMN kepada BUMN dan BLU, serta pemberian pinjaman kepada
BUMN dan Pemda.
• Utang Pemerintah digunakan untuk :
i. Menutup selisih kas (cash mismatch) pada saat kas negara tidak mencukupi untuk
membiayai pengeluaran belanja yang tidak bisa ditunda;
ii. Pengadaan utang berperan dalam rangka pengelolaan portofolio agar
kesinambungan fiskal jangka panjang terjaga;
iii.Pengembangan pasar keuangan domestik dimana tingkat bunga utang
pemerintah, terutama SBN dijadikan acuan bagi instrumen keuangan yang
diterbitkan sektor korporasi/swasta.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 70
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN : PEMBIAYAAN ANGGARAN (3)


• Pembiayaan utang dalam APBN dibagi menjadi:
i. SBN (neto); dan
ii. Pinjaman (neto), yang terdiri atas:
a) Pinjaman dalam negeri (neto); dan
b) Pijaman luar negeri (neto).
• Pinjaman adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh pemerintah
dari pemberi pinjman di dalam maupun luar negeri yang diikat oleh suatu
perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus
dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
• Pinjaman dalam negeri digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu pada
kementerian negara/lembaga atau kegiatan tertentu pada pemerintah daerah,
BUMN, dan perusahaan daerah melalui penerusan pinjaman.
• Pinjaman luar negeri merupakan instrumen utang pertama yang dimanfaatkan
pemerintah untuk membiayai defisit APBN.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 71


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

ANATOMI APBN: KLASIFIKASI PEMBIAYAAN ANGGARAN (3)


Pembiayaan Klasifikasi
Anggaran Pembiayaan
Anggaran Sejak 2016

Non Utang Utang

Penggunaan rekening pemerintah Penerbitan Surat


di perbankan yang terdiri dari Berharga Negara
rekening dana investasi dan Saldo (SBN)
anggaran lebih.

Penjualan aset program Pinjaman dalam


restrukturisasi perbankan yang
dikelola oleh BPPN dan dilanjutkan negeri
oleh PT PPA dan Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara,

Pinjaman luar negeri


(pinjaman program
Hasil privatisasi BUMN dan pinjaman proyek)

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 72


POKOK-POKOK KEBIJAKAN
KEUANGAN NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

STRATEGI POKOK KEBIJAKAN FISKAL


• Menjaga keberlanjutan reformasi
1 struktural atas kebijakan fiskal dan APBN

• Memperkuat dan Meningkatkan kualitas


2 stimulus fiskal

• Memantapkan daya tahan fiskal


3

• Menjaga kesinambungan fiskal dalam


4 jangka menengah

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 74


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KEBERLANJUTAN REFORMASI STRUKTURAL ATAS KEBIJAKAN FISKAL DAN APBN


§ Reformasi struktural atas kebijakan fiskal mencakup tiga pilar, yaitu: (i) optimalisasi
pendapatan; (ii) peningkatan kualitas belanja; dan (iii) menjaga kesinambungan
pembiayaan anggaran, yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih
merata dan berkesinambungan dalam jangka panjang.
§ Perubahan paradigma dalam pengelolaan keuangan negara dengan mengalihkan
sebagian belanja yang bersifat konsumtif menjadi produktif melalui reformasi subsidi
energi dan belanja kementerian negara/lembaga (K/L):
a. Subsidi energi, terutama bahan bakar minyak (BBM) diubah dari subsidi harga menjadi subsidi
tetap yang hanya diberikan untuk solar, sedangkan premium sudah tidak lagi disubsidi, dan hasil
penghematan digunakan untuk belanja yang lebih produktif.
b. Belanja negara lebih diprioritaskan pada anggaran di bidang infrastruktur, pendidikan, kesehatan,
dan bantuan sosial.
c. Kebijakan pengalihan belanja ke penggunaan yang lebih produktif juga didukung dengan efisiensi
belanja negara untuk menciptakan ruang fiskal, baik di K/L maupun pemerintah daerah.
§ Reformasi struktur belanja negara dengan langkah-langkah percepatan penyerapan
anggaran melalui perubahan regulasi yang mendorong percepatan penyerapan anggaran, terutama
belanja infrastruktur:
i. Perubahan dilakukan dengan memberikan fleksibilitas bagi K/L dan Pemerintah Daerah untuk
melakukan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah lebih awal, yaitu pada kuartal ke
empat tahun sebelumnya.
ii. Reformasi struktural belanja negara merupakan upaya pemerintah untuk memaksimalkan peran
belanja negara di dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan
menciptakan lapangan kerja.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 75
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MEMPERKUAT DAN MENINGKATKAN KUALITAS STIMULUS FISKAL:1


§ Strategi penguatan dan peningkatan kualitas stimulus fiskal ditempuh untuk meningkatkan
peran APBN dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan:
Ø Dari sisi pendapatan negara, stimulus fiskal dilakukan dengan pemberian insentif fiskal
untuk kegiatan ekonomi strategis yang mendukung iklim investasi dan keberlanjutan
dunia usaha serta peningkatan daya beli.
i. Kebijakan perpajakan diarahkan untuk mendorong daya beli masyarakat, meningkatkan iklim
investasi dan daya saing industri nasional melalui pemberian insentif fiskal untuk kegiatan
ekonomi strategis, serta pengendalian konsumsi barang tertentu yang memiliki eksternalitas
negatif.
ii. Kebijakan penerimaan negara bukan pajak ditujukan untuk peningkatan kualitas pelayanan
publik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
Ø Dari sisi belanja, stimulus fiskal ditempuh antara lain melalui :
(i) peningkatan belanja produktif yang difokuskan untuk pembangunan
infrastruktur guna meningkatkan daya saing dan kapasitas perekonomian, dengan tetap
menjaga efisiensi anggaran;
(ii) peningkatan kualitas dan efektivitas berbagai program perlindungan sosial, di
antaranya perluasan sasaran program keluarga harapan, perbaikan mutu layanan kesehatan
dan keberlanjutan program-program bantuan langsung ke masyarakat, Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN), Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, beras untuk rakyat sejahtera
(Rastra), dan beasiswa Bidik Misi, dengan memperbaiki sistem penyaluran dan akurasi data
penerima; serta

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 76


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MEMPERKUAT DAN MENINGKATKAN KUALITAS STIMULUS FISKAL:2


(i) penyaluran subsidi dan program bantuan sosial non-tunai yang lebih tepat
sasaran, antara lain melalui perbaikan basis data yang transparan dan penataan ulang sistem
penyaluran subsidi yang lebih akuntabel, konversi beras sejahtera (Rastra) menjadi layanan
non tunai/kartu secara bertahap.
Ø Di sisi pembiayaan, kebijakan diarahkan untuk:
(i) memanfaatkan utang untuk kegiatan produktif dan menjaga keseimbangan
makro;
(ii) mengembangkan dan mengoptimalkan pembiayaan yang kreatif dan inovatif
untuk mengakselerasi pembangunan serta meningkatkan akses pembiayaan bagi
UMKM;
(iii) menyempurnakan kualitas perencanaan investasi pemerintah;
(iv) membuka akses pembiayaan pembangunan dan investasi kepada masyarakat
secara lebih luas; serta
(v) mendukung program peningkatan akses terhadap pendidikan dan penyediaan kebutuhan
rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 77


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MEMPERKUAT EKSPANSI FISKAL YANG EFEKTIF DAN TERARAH :


§ Ekspansi fiskal dan terarah yang dapat secara efektif meningkatkan
aktivitas ekonomi masyarakat dengan fokus untuk mendukung percepatan
pembangunan infrastruktur dan konektivitas antarwilayah, serta kegiatan
ekonomi produktif.
§ Kebijakan belanja negara diarahkan untuk:
(i) meningkatkan belanja produktif untuk pembangunan infrastruktur dan
konektivitas antarwilayah, serta pembangunan sarana dan prasarana
ketenagalistrikan, perumahan, sanitasi dan air bersih;
(ii) memperkuat pelaksanaan program prioritas di bidang pendidikan, kesehatan,
kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman dan kelautan, serta pariwisata dan
industri;
(iii) mendukung penegakan hukum serta stabilisasi pertahanan dan keamanan,
melalui pemberantasan dan penegakan peredaran gelap narkoba, tindak
terorisme, serta pengadaan alutsista.
(iv) Transfer ke Daerah dan Dana Desa, sebagai salah satu instrumen penting dari
desentralisasi fiskal, diarahkan untuk memperkuat pendanaan pembangunan
daerah dan desa guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dan
mendukung pencapaian prioritas nasional.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 78
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MEMANTAPKAN DAYA TAHAN FISKAL


§ Strategi memantapkan daya tahan fiskal antara lain dilakukan melalui
penyediaan bantalan fiskal (fiscal buffer), dengan:
i. Memanfaatkan SAL sebagai bantalan fiskal untuk mengantisipasi ketidakpastian
perekonomian; dan
ii. Meningkatkan fleksibilitas pengelolaan kebijakan fiskal yang didukung dengan
penguatan payung hukum.

§ Strategi menjaga kesinambungan fiskal ditempuh melalui pengendalian


defisit anggaran, keseimbangan primer, dan rasio utang terhadap PDB:
Ø Dalam rangka mengendalikan defisit anggaran dan menjaga keseimbangan primer,
dilakukan pelbagai langkah kebijakan mengoptimalkan pendapatan negara, dengan
mengupayakan optimalisasi penerimaan perpajakan melalui berbagai langkah
terobosan kebijakan, antara lain implementasi kebijakan pengampunan pajak, dan
penegakan hukum di bidang perpajakan. Kebijakan pengampunan pajak ditempuh
sebagai langkah untuk memperkuat fundasi bagi perluasan basis pajak, dan
sekaligus meningkatkan kepatuhan pembayar pajak di masa mendatang.
Ø Di sisi pembiayaan, kebijakan diarahkan untuk mengendalikan rasio utang terhadap
PDB dalam batas manageable; serta mendukung pemenuhan kewajiban negara
sebagai anggota organisasi/lembaga keuangan internasional.
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 79
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MEMANTAPKAN LANGKAH KONSOLIDASI FISKAL


§ Memantapkan langkah-langkah konsolidasi fiskal, baik di sisi pendapatan
negara, belanja negara, maupun sisi pembiayaan anggaran dengan
mempertimbangkan tantangan ekonomi global dan domestik:
Ø Di sisi Pendapatan Negara, dilakukan perbaikan perhitungan penerimaan
perpajakan agar sejalan dengan basis yang lebih rasional.
Ø Di bidang Belanja Negara, dilakukan langkah-langkah efisiensi pada belanja
operasional, peningkatan efisiensi dan penajaman belanja nonoperasional,
utamanya pada belanja barang untuk meningkatkan ruang fiskal, serta penajaman
prioritas belanja pemerintah pusat fokus pada pembangunan infrastruktur,
pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial, serta penciptaan lapangan kerja.
Ø Di bidang Pembiayaan Anggaran, dilakukan penghematan pada pembiayaan
investasi dengan fokus pada kemandirian BUMN dan infrastruktur dengan mencari
sumber pembiayaan yang murah.
§ Dengan strategi pengelolaan kebijakan fiskal yang demikian, APBN diharapkan, selain
dapat menjalankan peranannya dalam mendukung pencapaian berbagai sasaran
pembangunan yang ditetapkan dan penyelenggaraan pemerintahan, namun di sisi lain
juga dapat dijaga tetap sehat, kredibel, dan berkelanjutan.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 80


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KEBIJAKAN PENETAPAN DEFISIT ANGGARAN PEMERINTAH :


Dalam upaya memantapkan proses konsolidasi fiskal, prioritas kebijakan
fiskal lebih diarahkan untuk

1 Meningkatkan dan/atau Optimalisasi Pendapatan Negara,

Mengendalikan dan mempertajam prioritas alokasi dan


2 pemanfaatan anggaran belanja

3 Memperbaiki pengelolaan utang dan pembiayaan anggaran

4 Memperbaiki struktur penerimaan dan belanja negara,

Memperbaiki pengelolaan keuangan negara agar lebih efektif, efisien


5 dan berkesinambungan.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 81


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAN PENGELOLAAN UTANG:


§ Di sisi pembiayaan, kebijakan diarahkan untuk:
(i) memanfaatkan utang untuk kegiatan produktif dan menjaga
keseimbangan makro;
(ii) mengembangkan dan mengoptimalkan pembiayaan yang kreatif dan
inovatif untuk mengakselerasi pembangunan serta meningkatkan
akses pembiayaan bagi UMKM;
(iii) menyempurnakan kualitas perencanaan investasi pemerintah;
(iv) membuka akses pembiayaan pembangunan dan investasi kepada
masyarakat secara lebih luas; serta
(v) mendukung program peningkatan akses terhadap pendidikan dan penyediaan
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Dalam kerangka strategi pengelolaan utang, besar pinjaman (utang) dan porsinya dalam
bentuk pinjaman luar negeri (foreign debt) atau utang dalam negeri (domestic debt), dan
komposisinya dalam berbagai porsi valuta asing dan rupiah, maupun dalam berbagai
tingkat bunga, akan sangat berpengaruh pada besarnya beban pembayaran bunga utang,
yang pada gilirannya juga akan berdampak pada kapasitas fiskal dan ketahanan fiskal
(fiscal sustainability) dari APBN.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 82


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN BELANJA NEGARA


(SEBELUM DAN SETELAH REFORMASI KEUANGAN NEGARA) (1)
Tahapan dalam proses perumusan kebijakan belanja negara dalam APBN sebelum era
reformasi keuangan (sebelum tahun 2005).

1. Pembicaraan Pendahuluan 2. Pengajuan, Pembahasan dan Penetapan


Pembahasan antara Pemerintah (Menteri APBN
Keuangan dan Bappenas) dengan DPR, Dimulai saat pidato presiden sebagai pengantar
dilanjutkan dengan rapat komisi antara masing- RUU APBN d Nota Keuangan tanggal 16
masing komisi di DPR dengan mitra kerjanya Agustus. Lampiran Nota Keuangan termasuk
(departemen/lembaga teknis). Tahapan ini Satuan 3A, yaitu rincian belanja
diakhiri dengan proses finalisasi penyusunan kementerian/lembaga menurut
RAPBN oleh Pemerintah. proyek/kegiatan dan jenis belanja.

3. Berdasarkan Satuan 3 hasil pembahasan


4. DIP/DIK yang telah ditetapkan
dengan DPR, Direktorat Jenderal Anggaran dan disampaikan oleh Direktorat Jenderal
Kementerian/Lembaga membahas detil pengeluaran Anggaran kepada
rutin berdasarkan pedoman penyusunan DIK dan Kementerian/Lembaga. Selain
indeks satuan biaya yang dikeluarkan Menteri DIK/DIP juga ditetapkan SKO (Surat
Keuangan. Sedangkan untuk pengeluaran Keputusan Otorisasi) untuk
pembangunan/proyek (DIP), DJA, Bappenas dan pengeluaran yang tidak dialokasikan
Menteri Teknis membahas detil pengeluaran untuk melalui DIK/DIP.
tiap-tiap proyek.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 83


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN BELANJA NEGARA


(SEBELUM DAN SETELAH REFORMASI KEUANGAN NEGARA) (2)
Tahapan dalam proses perumusan kebijakan belanja negara dalam APBN setelah era reformasi
keuangan (setelah tahun 2005).
Menteri/Pimpinan
Menteri Negara Pemerintah Lembaga menyusun RKA-KL tersebut
PPN/Bappenas dan menyampaikan pokok- Rencana Kerja dan kemudian dibahas
Menteri Keuangan pokok kebijakan fiskal Pemerintah bersama- bersama antara
sama DPR membahas Anggaran
menetapkan Surat dan kerangka ekonomi pagu sementara Kementerian/Lembaga Kementerian/Lembaga
Edaran Bersama (SEB) makro tahun anggaran (RKA-KL) dan Daftar dengan komisi terkait
tentang pagu indikatif. berikutnya ke DPR Isian Pelaksanaan di DPR
Anggaran (DIPA).

Apabila terjadi
Hasil pembahasan perubahan RKA-KL
disampaikan kepada Satuan Anggaran pada saat pembahasan
Hasil penelaahan
Menteri Keuangan c.q Kementerian/Lembaga
RKA-KL merupakan dijabarkan lebih lanjut dengan RAPBN
Direktorat Jenderal dasar penyusunan dengan DPR, maka
Penyusunan RKA-KL untuk tiap-tiap satuan
Anggaran untuk Satuan Anggaran dilakukan penyesuaian
dilakukan penelaahan kerja menjadi Satuan RKA-KL dan SAPSK
Kementerian/Lembaga Anggaran Per Satuan
dalam rangka meneliti . pada Satuan Anggaran
Kerja (SAP-SK).
kesesuaian RKA-KL Kementerian/Lembaga
.

Peraturan Presiden tentang DIPA memuat uraian fungsi/sub fungsi, Penyusunan,


RKA-KL tersebut selanjutnya
Rincian Anggaran Belanja program, sasaran program, rincian penelaahan, pengesahan
menjadi dasar penyusunan Pemerintah Pusat menjadi kegiatan/sub kegiatan, jenis belanja, dan pelaksanaan DIPA
Peraturan Presiden tentang
pengesahan DIPA. dasar bagi kelompok Mata Anggaran Keluaran (MAK) dilakukan oleh
Rincian Anggaran Belanja dan rencana penarikan dana serta perkiraan Direktorat Jenderal
penyusunan dan pengesahan
Pemerintah Pusat. penerimaan Kementerian/Lembaga. Perbendaharaan.
DIPA.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 84


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

REFORMASI PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA


Review New New New
Baseline Initiative Review Initiative Initiative
Baseline Baseline Review
Penyesuaian Baseline Penyesuaian

Hasil
Pembahasan
DPR
Forward Pagu Pagu Alokasi
Estimate Indikatif Anggaran

3
Anggaran

Pagu Indikatif --
Reviu KPJM + pengusulan Inisiatif Baru

Pagu Anggaran --
Pagu Indikatif + penyesuaian angka dasar* + Inisiatif Baru

Alokasi Anggaran --
proses utama Pagu Anggaran + penyesuaian* + Inisiatif Baru
dalam * Penyesuaian terhadap perkembangan asumsi makro dan/atau kebijakan
penyusunan
anggaran K/L

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 85


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SIKLUS DAN MEKANISME PENYUSUNAN APBN


(BUDGET CYCLES)

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 86


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

MEKANISME PENYUSUNAN APBN

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 87


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

SIKLUS PENYUSUNAN APBN


KONSEP KEBIJAKAN RAPBN
PELAKSANAAN JAN- Arah Kebijakan dan Prioritas
ANGGARAN DES JAN Pembangunan Nasional

SURAT MENTERI KEUANGAN


DIPA KE MENTERI PERENCANAAN
DIPA K/L dan DES FEB
Kapasitas Fiskal
Non-K/L (Resource Envelope)

PERATURAN
PRESIDEN NOV
SIKLUS MAR SURAT BERSAMA

PENYUSUNAN
Rincian APBN Pagu Indikatif

APBN PERATURAN PRESIDEN


UNDANG-UNDANG OKT MEI MENGENAI RKP
APBN PPKF, KEM, RKP

RUU DAN AGUS JUN KEPUTUSAN


NOTA KEUANGAN MENTERI KEUANGAN
RAPBN Pagu Anggaran

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 88


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
Dalam satu tahun kalender, terdapat tiga tahapan yang saling bersinggungan dan berkaitan yakni tahapan
penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban APBN
sebelum tahun anggaran (T-1) Realisasi Akhir
Tahun berjalan (T) Tahun
Realisasi Akhir Setelah tahun anggaran (T+1) RUU APBN dan NK
Tahun RAPBN
Tema, Sasaran, Arah Kebijakan, dan
PrioritasPembangunan.
Pagu Alokasi
Resource KEM-PPKF
Envelope
LKPP

Jan Mar Juni Sept


Des
Feb Mei Juli Agust Okto
Pagu Anggaran DIPA
Pagu Indikatif

Evaluasi kinerja RUU APBNP dan UU APBNP


NK RAPBNP
Perpres Rincian
APBN
Lapsem I dan
Prognosis sem II

Monitoring Realisasi Bulanan


Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 89
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

Penyusunan APBN pada 1 tahun sebelum tahun anggaran, sangat


T-1 penting karena memasuki pembahasan secara intensif dengan DPR
Resource Envelope dan Pagu
Indikatif RAPBN / Pagu Anggaran APBN/
Belanja K/L Pagu Alokasi

1. Exercise angka resource 1. Exercise angka pagu anggaran 1. Exercise DPR dan Pemerintah:
envelope 2. Rekomendasi angka pagu (1) pendapatan negara; (2) belanja
2. Exercise angka pagu indikatif anggaran. negara; (3) Pembiayaan anggaran
Postur APBN

3. Rekomendasi angka resource 3. Penyiapan bahan paparan 2. Postur penyesuaian Rincian Perpres
envelope dan pagu indikatif pimpinan. 3. Penyiapan bahan paparan
4. Penyiapan bahan paparan pimpinan.
Data yang dibutuhkan:
pimpinan
1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Data yang dibutuhkan:
2. Update angka dari masing- 1. Update angka hasil
Data yang dibutuhkan:
masing counterpart. pembahasan dengan DPR.
1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro
2. Supporting data dan informasi
2. Data berupa angka dari masing- 3. Supporting data dan informasi
masing counterpart. Mitra: DJA, Bappenas, K/L Mitra: DJA, Bappenas, K/L
3. Supporting data dan informasi Perundang-undangan: DJA, Perundang-undangan: DJA,
Setjen Kemenkeu, Setjen Kemenkeu,
Mitra: BKF, DJA, Bappenas, K/L Kemenkumham, Setneg Kemenkumham, Setneg

Januari-Maret Juni-Juli Agustus-November

Waktu
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 90
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

Penyusunan APBN pada tahun berjalan merupakan langkah konsolidasi fiskal,


anatomi kriteria perubahan-perubahan APBN, melalui outlook APBNP

Laporan Semester I APBN dan


Monitoring Realisasi APBN Prognosis RAPBNP dan APBNP
tahun berjalan
Semester II APBN

1. Data realisasi ADEM dan 1. Data realisasi ADEM dan 1. Data realisasi ADEM dan
APBN tahun berjalan APBN tahun berjalan APBN terkini
2. Outlook sampai akhir tahun 2. Exercise proyeksi semester II 2. Exercise RAPBNP
3. Penyiapan bahan paparan 3. Penyiapan bahan paparan 3. Penyiapan bahan paparan
Postur APBN

(ALM, Sidkab, Konferensi


Data yang dibutuhkan: Data yang dibutuhkan:
Pers, dll) 1. Realisasi Asumsi Dasar 1. Realisasi Asumsi Dasar
Data yang dibutuhkan: Ekonomi Makro tahun Ekonomi Makro tahun
1. Realisasi Asumsi Dasar berjalan berjalan
Ekonomi Makro tahun 2. Realisasi APBN tahun 2. Realisasi APBN tahun
berjalan berjalan (Buku Merah) berjalan (Buku Merah)
2. Realisasi APBN tahun 3. Angka proyeksi 3. Angka-angka perubahan
berjalan (Buku Merah)

Sepanjang tahun berjalan Juni-Juli Waktu normal: Setelah Lapsem

Waktu
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 91
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PELAKSANAAN APBN
• Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama DPR
dengan Pemerintah Pusat dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun
anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:
• Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN;
• Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;
• Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi,
antarkegiatan, dan antarjenis belaja;
• Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran yang berjalan.
• Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/atau
disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
• Pemerintnah Pusat mengajukan rancangan undang-undang tentang Perubahan APBN tahun
anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan untuk mendapatkan persetujuan DPR
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 92


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN


• Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh
Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
• Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri
dengna laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.
• Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan
disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
• Standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang
independen dan ditetapkkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu
mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.
• Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara diatur dalam
undang-undang tersendiri.

Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020 93


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PEMERIKSAAN ATAS PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN


NEGARA
PEMERIKSAAN KEUANGAN

OPINI
KRITERIA
LINGKUP

• Pemeriksaan • Kesesuaian • Wajar tanpa


Keuangan dengan SAP pengecualian (WTP)
• Pemeriksaan • Kecukupan • Wajar tanpa
Kinerja pengungkapan pengecualian
• Kepatuhan dengan paragraf
• Pemeriksaan
dengan tujuan terhadap yang jelas (WTP-
tertentu peraturan per- DPP)
UUan • Wajar dengan
• Efektivitas SPI pengecualian (WDP)
• Tidak wajar (TW)
• Pernyataan
menolak
Pasal 2 UU 17/2003: memberikan opini
Pemeriksaaan mencakup seluruh (TMP) 94
Dr. Boediarsounsur keuangan
Teguh Widodo, negara
M.E ©2020
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

95
Dr. Boediarso Teguh Widodo, M.E ©2020

Anda mungkin juga menyukai