Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH”

DOSEN PENGAMPU

Anita De Grave, S.E.,M.Si

DISUSUN OLEH
1. Hilda Agustina Mustari (2017.62.000881)
2. Dea Nur Anisa (2018.62.001080)
3. Tsabhita Fanny Anindya S (2018.62.001093)
Akuntansi 4 E

SEKOLAH TINGGI EKONOMI BALIKPAPAN

AKUNTANSI
2020

2
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 2
A. Pokok-pokok Keuangan Negara dan Daerah ..................................................... 2
B. Regulasi Keuangan Negara dan Daerah ............................................................ 4
C. Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Negara ................................................... 5
D. Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Daerah ...................................................
E. Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah .........................................
F. Dana Nonbudget dan Permasalahannya .............................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................... 7


A. Kesimpulan......................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama masa Orde Baru, harapan yang Besar dari Pemerintah Daerah untuk dapat membangun
daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak daerah sendiri ternyata dari tahun ke tahun dirasakan
semakin jauh dari kenyataan. Yang terjadi adalah ketergantungan fiscal dan subsidi serta bantuan
Pemerintah Pusat sebagai wujud ketidakberdayaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membiayai
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Era Reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan nasional
dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan secara lebih adil dan
berimbang. Perubahan Paradigma ini antara lain diwujudkan melalui kebijakan otonomi daerah dan
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diatur dalam satu paket undang-undang yaitu Undang-
Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pokok-pokok keuangan negara dan daerah?
2. Apa saja regulasi keuangan negara dan daerah?
3. Apa yang dimaksud dengan kelembagaan pengelolaan keuangan negara?
4. Apa yang dimaksud dengan kelembagaan pengelolaan keuangan daerah?
5. Bagaimana hubungan antara keuangan pemerintah pusat dan daerah?
6. Bagaimana dana nonbudget dan permasalahannya?

C. Tujuan
1. Mengetahui pokok-pokok keuangan negara dan daerah
2. Mengetahui regulasi keuangan negara dan daerah
3. Mengetahui kelembagaan pengelolaan keuangan negara
4. Mengetahui kelembagaan pengelolaan keuangan daerah
5. Mengetahui hubungan antara keuangan pemerintah pusat dan daerah
6. Mengetahui dana nonbudget dan permasalahannya

1
BAB II

ISI

A. POKOK-POKOK KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH

Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Negara

Pengertian Keuangan Negara sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 adalah sebagai berikut: “Keuangan Negara
adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiba
tersebut.”

Ruang lingkup Keuangan Negara meliputi :

a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahab negara dan membayar
tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara;
d. Pengeluaran Negara;
e. Penerimaan Daerah;
f. Pengeluaran Daerah;
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,
piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan
pada perusahaan negara/perusahaan daerah;
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan
dan/atau kepentingan umum;

i. Kekayaan pihak lain yangdiperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.

Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Daerah

Dalam UU No. 17 Tahun 2003, maka pengertian Keuangan Daerah dapat didefinisikan sebagai
berikut:“Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uangb maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik daerah berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”

Ruang lingkup keuangan daerah meliputi:

a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman;
a. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah;
b. Penerimaan daerah;
c. Pengeluaran daerah;
d. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang,
serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
daerah;

e. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum;

Prinsip Dasar Pengelolaan Keuangan Negara

Tiga paket undang-undang keuangan negara, yaitu UU No. 17/2003, UU No. 1/2004 dan UU No. 15/2005
memberikan penjelasan tentang prinsip dasar pengelolaan keuangan negara meliputi baik asas-asas yang telah
lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, asas

2
spesialitas maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam
pengelolaan keuangan negara, antara lain: Akuntabilitas berorientasi pada hasil; Profesionalitas; Proporsionalitas;
Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; dan Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas
dan mandiri.

B. REGULASI KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH

Landasan Hukum Pengelolaan Keuangan Negara

Dasar hukum pengelolaan Keuangan Negara antara lain:

a. UUD 1945 Amandemen IV Bab VIII Pasal 23C


b. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
d. UU No. 15 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara

e. PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Landasan Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah

Dasar hukum pengelolaan Keuangan Daerah antara lain:

a. UUD 1945 A mandemen IV Bab VIII


b. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
d. UU No. 15 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggungjawab Keuangan Negara
e. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
f. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
g. PP No. 25 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
h. Permendagri No. 13 Tahun 2006 jo Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
i. PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
j. Peraturan Daerah terkait.

C. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Undang – undang No 17 Tahun 2003 mengatur tentang kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara dan daerah.
Pemegang kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara adalah sebagai berikut : Presiden sebagai pemegang
kekuasaan pengelolaan keuanga negara, Menteri keuangan berperan sebagai pengelola fiscal dan wakil pemerintah
dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan,dan Menteri / Pimpinan Lembaga selaku Pengguna
Anggaran / Pengguna Barang

Tugas dan Wewenang Menteri Keuangan

Menteri Keuangan sebagai pengelola fiskal mempunyai tugas sebagai berikut : Menyusun kebijakan fiscal dan
kerangka ekonomi makro; Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN; Mengesahkan dokumen
pelaksanaan anggaran; Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan; Melaksankan pemungutan
pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang – undang; Melaksanakan fungsi Bendahara Umum
Negara (BUN); Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN; dan
Melaksanakan tugas – tugas lain di bidang pengelolaan fiscal berdasarkan ketentuan undang – undang.

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang :

a. Menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara;


b. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
c. Melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara;
d. Menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara;

3
e. Menunjuk bank dan / atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran anggaran negara;
f. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran negara;
g. Menyimpan uang negara;
h. Menempatkan uang negara dan mengelola / menatausahakan investasi;
i. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna Anggaran atas beban rekening kas
umum negara;
j. Melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama pemerintah;
k. Memberikan pinjaman atas nama pemerintah;
l. Melakukan pengelolaan utang dan piutang negara;
m. Mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan;
n. Melakukan penagihan piutang negara;
o. Menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara;
p. Menyajikan informasi keuangan negara;
q. Menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik negara;
r. Menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam rangka pembayaran pajak;
s. Menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara.

Tugas dan Wewenang Menteri / Pimpinan Lembaga

Menteri / pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran / Pengguna Barang mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menyusun rancangan anggaran kementerian negara / lembaga yang dipimpinnya;


b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
c. Melaksanakan anggaran kementerian negara / lembaga yang dipimpinnya;
d. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke Kas Negara;
e. Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara / lembaga yang
dipimpinnya;
f. Mengelola barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara / lembaga
yang dipimpinnya;
g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara / lembaga yang dipimpinnya;
h. Melaksanakan tugas – tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan ketentuan negara –
negara.

Menteri / pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran / Pengguna Barang kementerian negara / lembaga yang
dipimpinnya, berwenang : Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; Menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran /
Pengguna Barang; Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara; Menetapkan
pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang; Melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja; Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran;
Menggunakan barang milik negara; Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik
negara; Mengawasi pelaksanaan anggaran; dan Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementrian
negara / lembaga yang dipimpinnya.

Struktur Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Negara

Peraturan perundang – undangan pengelolaan keuangan negara menempatkan presiden sebagai pemegang
kekuasaan pengelolaan negara. Presiden dalam hal ini berperan sebagai Chief Executive Officer (CEO), Menteri
Keuangan berperan sebagai Chief Financial Officer (CFO), dan Menteri / Pimpinan lembaga lainnya berfungsi
sebagai Chief Operating Officer (COO).

D. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Kelembagaan pengelolaan keuangan daerah terdiri atas unsur – unsur sebagai berikut : Kepala daerah selaku
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, Sekretaris daerah selaku coordinator pengelolaan keuangan
daerah, Kepala Satuan Kerja Pengelolan Keuangan Daerah (SKPKD) selaku pejabat pengelola keuangan daerah,
dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pejabat Pengguna Anggaran / Pengguna Barang daerah

4
Tugas Sekretaris Daerah

Sekretaris Daerah selaku coordinator pengelola keuangan daerah mempunyai tugas koordinasi di bidang :

a. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;


b. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;
c. Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
d. Penyusnan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
e. Tugas – tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas keuangan daerah;
f. Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertangggungjawaban pelaksanaan;
g. Memimpin Tim Anggaran Pemerintah Daerah;
h. Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;
i. Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;
j. Memberikan persetujuan pengesahan DPA SKPD / DPPA SKPD;
k. Melaksanakan tugas – tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh kepala daerah.

Tugas dan Wewenang Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku pejabat pengelola keuangan daerah mempunyai tugas
sebagai berikut :Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD; Menyusun rancangan APBD dan
rancangan perubahan APBD; Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah; Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD); dan Menyusun laporan keuangan yang
merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang : Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan
APBD; Mengesahkan DPA – SKPD / DPPA – SKPD; Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD; Memberikan
petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah; Melaksanakan pemungutan pajak
daerah; Menetapkan SPD; Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan / atau
lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk; Menyimpan keuangan daerah; Melaksanakan penempatan uang
daerah dan mengelola / menatausahakan investasi; Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian oinjaman
atas nama pemerintah daerah; Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; Melaksanakan sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan daerah; Menyajikan informasi keuangan daerah; dan Melaksanakan kebijakan dan
pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik daerah.

Tugas dan Wewenang Pejabat Pengguna Anggaran / Pengguna Barang

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran / pengguan barang daerah mempunyai
tugas sebagai berikut : Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; Menyusun dokumen
pelaksanaan anggaran; Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; Melaksanakan
pemungutan penerimaan bukan pajak; Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya; Mengelola barang milik / kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; dan Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan
perangkat daerah yang dipimpinnya.

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam melaksanakan tugasnya selaku pejabat Pengguna Anggaran /
Pengguna Barang berwenang : Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; Melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja; Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran; Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak; Mengelola utang dan piutang; Menggunakan
barang milik daerah; Mengawasi pelaksanaan anggaran; dan Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.
Ke pala Dae rah
PKPKD
Struktur Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Se kre taris Dae rah
Koordinator PKD
PKPKD : Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
PPKD Ke pala SKPD Ke pala SKPKD : Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
Pe jabat PA/PB PPKD & BUD

Kabag. TU Kabid Ke uangan


Kuasa PA/PB Kuas a BUD

5
Ke pala UPT Kabid Kas ubbag. TUK

Kuas a PA/PB Kuas a PA/PB PPK - SKPD

Kas ubbid Kas ubbid


B e ndahara
PPTK PPTK

B e ndahara
PA / PB : Pengguna Anggaran / Pengguna Barang
PPK – SKPD : Pejabat Penatausahaan Keuangan – SKPD
PPTK : Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
BUD : Bendahara Umum Daerah
TU : Tata Usaha
TUK : Tata Usaha Keuangan
Struktur Kelembagaan Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD)

Kelembagaan pengelolaan Barang Milik Daerah terdiri atas :

a. Kepala Daerah selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Daerah


b. Sekretaris Daerah sebagai Pengelola Barang Milik Daerah
c. Kepala Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah)
sebagai Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah
d. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai Pengguna Barang Milik Daerah
e. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah sebagai Kuasa Pengguna Barang Milik Daerah
f. Penyimpan dan Pengurus Barang Milik Daerah

E. HUBUNGAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH 


Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara mengatur tentang hubungan lembaga asing.
Sementara itu undang-undang nomor 17 tahun 2003 mengatur tentang hubungan keuangan antara pemerintah
pusat dan perusahaan negara perusahaan daerah perusahaan swasta serta badan pengelola dana masyarakat .
Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah terjadi dalam bentuk  :
a. pengalokasian transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam bentuk dana perimbangan
yang terdiri atas dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil sumber daya alam dana alokasi umum dana
alokasi khusus dana otonomi khusus dan dana penyesuaian.
b. pemberian pinjaman dan atau hibah oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau sebaliknya
dari pemerintah daerah kepada pemerintah pusat.
c. pemberian pinjaman atau hibah atau penyertaan modal oleh pemerintah pusat kepada perusahaan
daerah atau sebaliknya pemberian pinjaman atau hibah oleh perusahaan daerah kepada pemerintah
pusat. 
d. Pemberian pinjaman atau hibah oleh perusahaan negara pada pemerintah daerah.
Aliran keuangan dari pemerintah pusat ke daerah juga melalui belanja pemerintah pusat yang dikelola oleh
kementerian maupun non kementerian yang dilaksanakan di daerah. Belanja pemerintah pusat yang mengalir
ke daerah tidak masuk dalam komponen APBD. Hal ini berbeda dengan transfer pemerintah pusat ke daerah
yang masuk dalam komponen APBD. Belanja pemerintah pusat melalui anggota kementerian yang dilakukan
di daerah terkait dengan penyelenggaraan asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan penyelenggaraan urusan
pemerintah oleh kantor vertikal di daerah penyelenggaraan program nasional kewenangan bersama misalnya
program PNPM, BOS, Jamkesmas, dan sebagainya. Selain itu terdapat juga belanja pemerintah pusat yang
mengalir ke daerah yang anggarannya dikelola langsung oleh Menteri Keuangan tetapi kegiatannya dilakukan
oleh kementerian yaitu berupa penyaluran misalnya subsidi pupuk, benih, minyak goreng obat, pangan, dan
sebagainya.
F. DANA NON BUDGET DAN PERMASALAHANNYA 
Paket undang-undang keuangan negara menghendaki keuangan negara dikelola berdasarkan prinsip
keterpaduan anggaran (unified budget), transparan, akuntabel, berorientasi hasil, profesional, dan proporsional.
Dengan demikian semua keuangan negara harus masuk dalam APBN atau APBD. Dengan adanya 3 paket
peraturan perundangan baru tentang keuangan negara yang menghendaki adanya keterpaduan anggaran
berbasis kinerja dan penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure
framework), maka tidak dibenarkan lagi adanya dana non budgeter yang di luar mekanisme resmi APBN dan
APBD. Dana non budgeter dapat berupa dana taktis atau dana Abadi (endowment fund) yang tidak dikelola
dan dilaporkan melalui mekanisme tata kelola keuangan negara yang semestinya sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan. sumber dana penggunaan dana non budgeter seringkali tidak memenuhi unsur

6
transparansi, akuntabilitas, proporsionalitas, profesionalisme, dan kejelasan kinerja, karena tidak jelasan
tersebut maka dana nonbujeter rawan untuk dilakukan korupsi yang menyebabkan kerugian keuangan negara
selain permasalahan dana nonbudgeter  juga terdapat permasalahan lain yang harus diatasi yaitu terkait dengan
penertiban keuangan negara dan berada dalam rekening-rekening untuk mengatasi permasalahan ini penerapan
kebijakan pembatasan rekening dan penggunaan rekening tunggal perlu dilakukan secara konsisten.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengertian Keuangan Negara sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 adalah sebagai berikut:
“Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta
segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiba tersebut.”
2. Dalam UU No. 17 Tahun 2003, maka pengertian Keuangan Daerah dapat didefinisikan sebagai
berikut:“Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban pemerintah daerah yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uangb maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik daerah berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”
3. Undang – undang No 17 Tahun 2003 mengatur tentang kekuasaan atas pengelolaan keuangan
negara dan daerah. Pemegang kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara adalah sebagai berikut :
Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuanga negara, Menteri keuangan berperan
sebagai pengelola fiscal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang
dipisahkan,dan Menteri / Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran / Pengguna Barang
4. Kelembagaan pengelolaan keuangan daerah terdiri atas unsur – unsur sebagai berikut : Kepala
daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, Sekretaris daerah selaku
coordinator pengelolaan keuangan daerah, Kepala Satuan Kerja Pengelolan Keuangan Daerah
(SKPKD) selaku pejabat pengelola keuangan daerah, dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) selaku pejabat Pengguna Anggaran / Pengguna Barang daerah
5. Aliran keuangan dari pemerintah pusat ke daerah juga melalui belanja pemerintah pusat yang
dikelola oleh kementerian maupun non kementerian yang dilaksanakan di daerah. Belanja
pemerintah pusat yang mengalir ke daerah tidak masuk dalam komponen APBD. Hal ini berbeda
dengan transfer pemerintah pusat ke daerah yang masuk dalam komponen APBD.

7
6. Dana non budgeter dapat berupa dana taktis atau dana Abadi (endowment fund) yang tidak dikelola
dan dilaporkan melalui mekanisme tata kelola keuangan negara yang semestinya sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan

DAFTAR PUSTAKA

Mahmudi. 2016. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : UII Press.

Anda mungkin juga menyukai