DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12
FAKULTAS EKONOMI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat men
yelesaikan makalah mata kuliah Akutansi Sektor Publik dengan judul “Keuangan Negara
Dan Daerah”.Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu PUTRI
KEMALA DEWI LUBIS, SE., M.Si., Ak selaku dosen pengampu Akutansi Sektor Publik ya
ng telah mengarahkan untuk penyusunan dan penulisan makalah ini.
Harapan penulis makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Isi dari makalah ini mu
ngkin dapat memberikan ilmu tambahan kepada pembaca dan menjadi sumber referensi baca
an. Tak lupa juga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbai
ki makalah ini, agar kedepannya makalah ini bisa menjadi bahan pendukung bacaan yang lebi
h baik lagi.
Demikian makalah ini penulis sajikan,terimakasih kepada pihak yang membantu dan t
erkait dengan penyelesaian makalah ini.Dan kepada Dosen Pengampu penulis mohon maaf at
as segala kekurangan dari makalah ini.
Kelompok 11
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR……………………………………………….............…….....2
DAFTAR ISI……………….………………………………….................…..............3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………............................4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………..……………...5
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….12
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden selaku Kepala Pemerint
ahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pem
erintahan dan kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan
negara.Untuk membantu tugas Kepala Pemerintahan maka kekuasaan tersebut dikuasakan ke
pada Menteri Keuangan dan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintah daera
h. Dalam UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pasal 1 dan 2 dijelaskan bahwa
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, se
rta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan hak dan kewajiban tersebut. Namun, saat ini banyak terjadi tindakan indisi
plin dalam tahapan pengelolaan keuangan sehingga memperlambat pencapaian tujuan negara.
Menurut PP No.58 Tahun 2006, keuangan daerah adalah segala hak dan kewajiban yang dimi
liki suatu daerah untuk menyelenggarakan pemerintahannya sendiri yang dapat dinilai secara
moneter atau kekayaan yang erat kaitannya dengan kewajiban dan hak daerah. Pengelolaan k
euangan daerah haruslah terlaksana secara transparan, sesuai dengan peraturan perundang-un
dangan, tertib, efektif, efisien, ekonomis dan akuntabel berdasarkan prinsip keadilan, kepatut
an dan kemanfaatan bagi masyarakat. Mengacu pada Permendagri No.13 Tahun 2006 menjel
askan, bahwa semua pendapatan dan pengeluaran daerah harus didokumentasikan dan dikelol
a dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut UU No.17 Tahun 2003 Keuangan Negara adalah hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang ataupun barang yang dapat
dijadikan hak milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keua
ngan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun yang dipis
ahkan atau yang tidak dipisahkan termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan se
gala hak dan kewajiban yang timbul karena :
Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban pejabat lembaga ne
gara baik ditingkat pusat maupun daerah.
Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban BUMN/BUMD, ya
yasan, badan hukum dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaa
n yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara.
Bidang pengelolaan keuangan negara yaitu : Subbidang pengelolaan fiskal, Subbidang pengel
olaan moneter dan Subbidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Menurut UU N
o.17 Tahun 2003 keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban pemerintah daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesua
tu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik daerah berhubung dengan pel
aksanaan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang dan melak
ukan pinjaman
Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintah negara d
an membayar tagihan pihak ketiga
Penerimaan negara
Pengeluaran negara
Penerimaan daerah
Pengeluaran daerah
Kekayaan negara/daerah yang dikelola sendiri atau pihak lain berupa uang, surat berh
arga, piutang, barang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/da
erah
Kekayaan pihak lain dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas p
emerintah dan kepentingan umum
Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pe
merintah
Kekayaan yang dikelola orang lain atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah
an.
Hak daerah untuk memungut pajak, retribusi daerah serta melakukan pinjaman
Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah daerah
Penerimaan daerah
Kekayaan daerah dikelola sendiri atau oleh pihak lain
Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelengga
raan tugas pemerintahan atau kepentingan umum.
Sesuai amanat pasal 23 C UUD 1945 menjabarkan asas dalam pengelolaan keuangan yaitu :
֎ asas tahunan : memberi persyaratan bahwa anggaran negara dibuat secara tahunan
yang harus mendapat persetujuan DPR.
֎ asas universalitas : memberi batasan tidak diperkenankan terjadi percampuran atas
penerimaan negara dengan pengeluaran negara.
֎ asas kesatuan : mempertahankan hak budget atau semua pengeluaran harus tercantum
dalam anggaran.
֎ asas spesialitas : jenis pengeluaran dimuat tersendiri dan diseleggarakan secara
konsisten.
֎ asas akuntabilitas : berorientasi pada hasil
֎ asas profesionalitas : mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani tenaga
profesional.
֎ Proporsionalitas : pengalokasian anggaran secara proporsional.
֎ Keterbukaan : keterbukaan dalam pembahasan, penetapan dan perhitungan anggaran.
֎ asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
֎ dan asas asas umum untuk prinsip pemerintahan daerah.
4.Regulasi Keuangan Negara Dan Daerah
Untuk regulasi keuangan negara dan daerah diatur dalam UU No.17 Tahun 2003, Pasal 29 U
U No. 17 Tahun 2003, UU No.1 Tahun 2004 dan sebagainya.Keberadaan regulasi atau peratu
ran perundang undangan inilah yang menjadi dasar dan pedoman dalam pengelolaan keuanga
n negara yang dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah a
gar dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemberi amanat.
Sejak APBN tahun 2000 Indonesia mulai menggunakan format I-account untuk menggganti f
ormat sebelumnya yaitu T-Account. Keuntungan penggunaan format I-Account adalah menin
gkatkan transparasi dalam penyusunan APBN, mempermudah pemantauan dalam pelaksanaa
n pengelolaan APBN, serta karena disesuaikan dengan Government Finance Statistic yang m
erupakan standar internasional maka memudahkan dalam analisa komparasi dengan APBN p
ada negara lain, serta memudahkan pelaksanaan desentralisasi fiskal dan perimbangan keuan
gan antara pemerintah pusat dan daerah.Tiga kelompok besar komponen yang merupakan pos
tur APBN yaitu pendapatan negara dan hibah, belanja negara dan pembiayaan.
Menurut UU No. 1 Tahun 2004 yang dapat menjadi PA ( Pengguna Anggaran) adalah :
Untuk kewenangan PA dalam pengadaan barang dan jasa telah cukup jelas didalam Perpres
No.54 Tahun 2010.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah yaitu :
UUD 1945 pasal 18 A ayat 2 menyatakan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatan SDA dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan UU.
10. Perencanaan, Pelaksanaan dan Penetapan APBN dan APBD
Untuk APBN perencanaan, pelaksanaan dan penetapannya dituangkan lebih lanjut dalam
keputusan Presiden didalam UU APBN.Untuk informasi perkembangan pelaksanaan APBN,
pemerintah pusat/daerah perlu menyampaikan Laporan Realisasi Semester Pertama kepada
DPR/DPRD pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan.Selama ini anggaran belanja
pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan.
Walaupun anggaran dapat disusun dengan baik jika proses penetapannya terlambat akan
berpotensi menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya.
Pertanggung jawaban merupakan ujung dari siklus anggaran setelah perencanaan dan
pelaksanaan dan menuju evaluasi.Evaluasi kinerja pada pokoknya menyediakan informasi
bagi para pengelola kebijakan dan pembuat keputusan mengenai ketepatan dan efektivitas
kebijakan dan sistem serta proses pelaksanaannya agar dapat ditindak lanjuti dan
dikoreksi.Sistem Akutansi Kinerja Instansi Pemerintah adalah instrumen
pertanggungjawaban yang pada pokoknya terdiri dari berbagai indikator dan mekanisme
kegiatan pengkuran.LAKIP adalah media pertanggungjawaban yang berisi informasi kinerja
instansi pemerintah untuk :
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2012
oleh BPK, menemukan 12 masalah kelemahan pengendalian intern dan lima masalah kepatuh
an terhadap peraturan perundangan-undangan. Temuan-temuan tersebut selain berdampak pa
da opini BPK yang buruk juga dapat memungkinkan terjadinya penyimpangan yang berarah
pada tindak pidana korupsi. Pengelolaan keuangan negara yang tidak baik
dapat memicu terjadinya penyimpangan bahkan tindak pidana korupsi. Angka korupsi di Indo
nesia selama tahun 2012 menjadi perhatian dunia. Indonesia tergabung dalam 60 besar negara
terkorup di dunia versi Transparansi Internasional dimana Indonesia duduk di peringkat 118 d
ari daftar peringkat indeks persepsi korupsi 174 negara dunia yang jika mengacu poin tiap ne
gara, Indonesia duduk di posisi 56 negara terkorup 2 . Sebagai contoh kasus korupsi yang terj
adi pada APBN yaitu kasus Hambalang, Wisma Atlet, pengadaan Al-Quran, pengadaan alat k
esehatan. Begitu juga dengan pengelolaan APBD, di daerah Jawa Timur misalnya, dimana ta
hun 2012 terindikasi mengalami kebocoran sebesar Rp.170 miliar yang data potensi kebocora
n itu bersumber dari laporan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang diperoleh F
orum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Jawa Timur . Permasalahan permasalah
an yang terjadi tersebut dikarenakan kurangnya
transparansi dalam pengelolaan keuangan baik itu pada saat penyusunan APBN maupun saat
pelaksanaannya melalui pengadaan barang dan jasa yang terkadang masih diselingi oleh
penyimpangan dalam prosesnya. Penyimpangan ini menjadi perhatian serius karena menunju
kkan kurangnya itikad baik pemerintah pusat untuk menciptakan pengelolaan keuangan negar
a yang baik (good governance ) dan pemerintahan yang bersih (clean government) sehingga a
pabila pemerintah tidak cepat menanggapi hal tersebut maka akan menurunkan kredibilitas pe
merintah baik dimata rakyat maupun di mata investor yang diharapkan dapat memajukan pere
konomian negara. Penerapan prinsip-prinsip good governance juga sangat penting dalam pela
ksanaan APBN untuk mewujudkan kesejahteraan dan pemerataan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Keuangan negara adalah seluruh kekayaan dalam bentuk apapun atau hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang ataupun barang
yang dapat dijadikan hak milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.Sedangkan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban pemerintah daerah dal
am rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang serta segala se
suatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik daerah berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban daerah tersebut. Perlu dilakukan berbagai perbaikan dalam ra
ngka mengatasi hambatan pelaksanaan anggaran belanja pemerintah pusat. Perbaikan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan antara lain pembaharuan pedoman pelaksanaan APBN
disesuaikan dengan UU Keuangan Negara dan UU Perbendaharaan Negara. Pengelolaan keua
ngan negara akan berjalan efektif dan efisien apabila terdapat perencanaan yang baik. Oleh ka
rena itu, Presiden Republik Indonesia selaku kepala pemerintahan akan menyusun Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) setiap tahun. RAPBN tersebut kemudia
n diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk dibahas bersama dengan memper
hatikan pendapat Dewan Perwakilan Daerah (DPD) untuk mata anggaran yang berkaitan den
gan daerah. RAPBN yang telah disetujui oleh DPR kemudian menjadi Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) yang dijadikan patokan oleh pemerintah dalam menjalankan berbaga
i program pembangunan dalam jangka waktu satu tahun.
SARAN
Pemerintah harus selalu memperhatikan keuangan negara baik dipemerintah pusat ataupun
daerah. Adanya keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan khususnya
dalam ranah Pemerintahan Daerah dalam proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Bela
nja Daerah (APBD), akan membuka akses bagi masyarakat untuk mengetahui agenda yang di
bicarakan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).Untuk
evaluasi kinerja sebaiknya dilakukan secara baik dan efesien agar tidak terjadi kesalahan atau
penyalahgunaan dalam keuangan negara dan daerah.
DAFTAR PUSTAKA
http://ojs.uninus.ac.id/index.php/MJN/article/view/475/291