Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

RINGKASAN MATA KULIAH


REGULASI PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH

Oleh:

Kelompok 3
1. Claresta Khenisa Putri 2107531136 / 10
2. Ni Made Dwicahyani 2107531137 / 11
3. Aerindea Hertametia Antonio 2107531138 / 12
4. I Gusti Ayu Agung Tanya Sari Putri Tanaya 2107531148 / 16

Dosen Pengampu:
Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA.

S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2022
1. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

1.1 Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara


Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan tersebut meliputi
kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Sebagian dari
kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan dan Wakil Pemerintah serta
kepada Menteri/Pimpinan Lembaga. Sesuai dengan asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara sebagian kekuasaan Presiden tersebut diserahkan
kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah.

1.2 Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD


Meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah, penegasan peran
DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran,
pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan
klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka
menengah dalam penyusunan anggaran.

1.3 Pelaksanaan APBN dan APBD


Setelah APBN ditetapkan secara rinci dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan
lebih lanjut dengan keputusan Presiden sebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga
dalam pelaksanaan anggaran. Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan
pelaksanaan APBN/APBD, pemerintah pusat/pemerintah daerah perlu menyampaikan
laporan realisasi semester pertama kepada DPR/DPRD pada akhir Juli tahun anggaran
yang bersangkutan.

1. 4 Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara


Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan
keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus
kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
pemerintah.

1
2. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara
termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan
APBD.

2.1 Pengelolaan Uang


1) Pengelolaan Kas Umum Negara/Daerah
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang mengatur dan
menyelenggarakan rekening pemerintah. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah. Saldo
Rekening Penerimaan setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke Rekening
Kas Umum Negara pada bank sentral. Rekening Pengeluaran pada bank umum diisi
dengan dana yang bersumber dari Rekening Kas Umum Negara pada bank sentral.
Pemerintah Pusat/Daerah berhak memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang
disimpan pada bank umum.
2) Pengelolaan Uang Persediaan untuk Keperluan Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah
Menteri/pimpinan lembaga dapat membuka rekening untuk keperluan pelaksanaan
pengeluaran di lingkungan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan setelah
mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. Dalam rangka pengelolaan kas, Bendahara
Umum Negara dapat memerintahkan pemindahbukuan dan/atau penutupan rekening

2.2 Pengelolaan Piutang dan Utang


1) Pengelolaan Piutang
Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada Pemerintah
Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah sesuai dengan yang
tercantum/ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN. Pemerintah Pusat dapat
memberikan pinjaman atau hibah kepada lembaga asing sesuai dengan yang
tercantum/ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN. Piutang negara/daerah dapat
dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari pembukuan, kecuali mengenai piutang
negara/daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam undang-undang
2) Pengelolaan Utang
Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menteri
Keuangan untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang berasal dari dalam
negeri ataupun dari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam

2
Undang-undang APBN. Utang/hibah dapat diteruspinjamkan kepada Pemerintah
Daerah/BUMN/BUMD. Biaya berkenaan dengan proses pengadaan utang atau
dibebankan pada Anggaran Belanja Negara. Gubernur/bupati/walikota dapat mengadakan
utang daerah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
APBD.

2.3 Pengelolaan Investasi


Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat
ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya. Investasi dilakukan dalam bentuk saham, surat
utang, dan investasi langsung dengan diatur oleh peraturan pemerintah.

2.4 Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah


Menteri Keuangan mengatur pengelolaan barang milik negara. Menteri/pimpinan
lembaga adalah Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya.
Kepala kantor dalam lingkungan kementerian negara/lembaga adalah Kuasa Pengguna
Barang dalam lingkungan kantor yang bersangkutan. Pengguna Barang dan/atau Kuasa
Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang
berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

2.5 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum


Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Badan Layanan Umum
disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan
anggaran serta laporan keuangan dan kinerja Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah
daerah.

2.6 Penerapan Kaidah Pengelolaan Keuangan yang Sehat di Lingkungan


Pemerintahan
Pengelolaan keuangan sektor publik yang dilakukan selama ini dengan menggunakan
pendekatan superioritas negara telah membuat aparatur pemerintah yang bergerak dalam
kegiatan pengelolaan keuangan sektor publik tidak lagi dianggap berada dalam kelompok
profesi manajemen oleh para profesional. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelurusan
kembali pengelolaan keuangan pemerintah dengan menerapkan prinsip-prinsip
pemerintahan yang baik (good governance) yang sesuai dengan lingkungan pemerintahan.

3
3. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan
pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. BPK melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
3.1 Pelaksanaan Pemeriksaan
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan
oleh BPK meliputi seluruh unsur keuangan negara. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan
oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan
tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan. Pemeriksaan terdiri atas
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu
3.2 Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut
Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam
laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaan
keuangan akan menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan temuan,
kesimpulan, dan rekomendasi, sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan
menghasilkan kesimpulan. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada
lembaga perwakilan dan pemerintah.

3.3 Pengenaan Ganti Kerugian Negara


BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu pertanggungjawaban
bendahara atas kekurangan kas/barang yang terjadi, setelah mengetahui ada kekurangan
kas/barang dalam persediaan yang merugikan keuangan negara/daerah. Bendahara tersebut
dapat mengajukan keberatan terhadap putusan BPK.

4. Peraturan Kementerian Dalam Negeri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 1
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah.

Pasal 2
Ruang Lingkup Keuangan Daerah meliputi hak daerah untuk memungut pajak daerah dan
retribusi daerah serta melakukan pinjaman, kewajiban daerah untuk menyelenggarakan

4
urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga, penerimaan dan
pengeluaran daerah, kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
dan kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

Pasal 3
Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan
APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum
memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan
keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan
pengelolaan keuangan BLUD.

Pasal 15 dan Pasal 16 (Azas Umum APBD)


APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah. APBD mempunyai fungsi otorisasi (sebagai dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan), perencanaan
(sebagai pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan), pengawasan (sebagai pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan),
alokasi (anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/ mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian), distribusi (anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan), dan stabilisasi (sebagai alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian daerah).

Pasal 21
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran
terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Pasal 22 dan Pasal 23 (Struktur APBD)


Struktur APBD merupakan satu kesatuan terdiri dari pendapatan daerah meliputi semua
penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana,
belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang

5
mengurangi ekuitas dana, pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk
menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus.
Pasal 154 (Dasar Perubahan APBD)
Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan
asumsi KUA, keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit
organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja, keadaan yang menyebabkan saldo
anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan, keadaan darurat,
dan keadaan luar biasa.

Pasal 324 (Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah)


Pemerintah daerah dapat membentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) untuk:
1) Menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum seperti rumah sakit daerah,
penyelenggara pendidikan, penyelenggara jasa penyiaran publik
2) Mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan
kepada masyarakat seperti dana bergulir usaha kecil menengah, tabungan
perumahan.

Pasal 325
BLUD dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pasal 330 (Pengaturan Pengelolaan Keuangan Daerah)


Ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah diatur dengan
peraturan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kepala daerah
menetapkan peraturan kepala daerah tentang sistem dan prosedur pengelolaan keuangan
daerah. Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah mencakup tata cara
penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan dan akuntansi, pelaporan, pengawasan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah.

5. Perpres 54 Tahun 2010 Beserta Perubahannya tentang Pengadaan Barang dan


Jasa Pemerintah
5.1 Ketentuan Umum
1) Pengertian dan Istilah
Pengadaan barang/jasa pemerintah atau pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk
memperoleh barang/jasa oleh K/L/D/I yang prosesnya dimulai dari perencanaan

6
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
Selain itu, terdapat istilah lain beserta pengertiannya yang terdapat pada Pasal 1.

2) Ruang Lingkup
Ruang lingkup Peraturan Presiden ini meliputi pengadaan barang/jasa di lingkungan
K/L/D/I yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari
APBN/APBD, serta untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia, Badan Hukum Milik
Negara dan BUMN/BUMD pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada
APBN/APBD. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat dilakukan melalui swakelola
dan/atau pemilihan penyedia barang/jasa. Swakelola diatur pada Bab V tentang
Swakelola Pasal 26-32 yang mencakup tentang ketentuan umum, pelaksanaan, serta
pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban swakelola. Adapun pengadaan
barang/jasa pemerintah meliputi barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi, dan jasa
lainnya.

5.2 Tata Nilai Pengadaan


1) Prinsip-Prinsip Pengadaan
Pengadaan barang/jasa menerapkan prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing
adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.

2) Etika Pengadaan
Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus mematuhi etika
sesuai yang tercantum dalam Pasal 6.

5.3 Para Pihak dalam Pengadaan Barang/Jasa


Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa, yaitu Organisasi
Pengadaan, Pengguna Anggaran (PA), Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), ULP/Pejabat Pengadaan, Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, dan
Penyedia Barang/Jasa.

5.4 Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa


PA menyusun Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan kebutuhan pada
K/L/D/I masing-masing. Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa meliputi kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan Barang/Jasa yang diperlukan K/L/D/I, menyusun dan
menetapkan rencana penganggaran untuk pengadaan barang/jasa, menetapkan kebijakan

7
umum tentang pemaketan pekerjaan, cara pengadaan barang/jasa, dan pengorganisasian
pengadaan barang/jasa, dan menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK).

5.5 Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia Barang/Jasa


1) Persiapan Pengadaan
Persiapan pemilihan penyedia barang/jasa terdiri atas kegiatan perencanaan pemilihan
penyedia barang/jasa, pemilihan sistem pengadaan, penetapan metode penilaian
kualifikasi, penyusunan jadwal pemilihan penyedia barang/jasa, penyusunan Dokumen
Pengadaan Barang/Jasa, dan penetapan HPS.

2) Jaminan Pengadaan Barang/Jasa


3) Sertifikat Garansi
4) Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

5.6 Penggunaan Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri


Mengatur mengenai peningkatan penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri pada
Pasal 96 dan 97, referensi harga pada Pasal 98, dan pengawasan penggunaan produksi
dalam negeri pada Pasal 99.

5.7 Peran Serta Usaha Kecil


Dalam pengadaan barang/jasa, PA/KPA wajib memperluas peluang Usaha Mikro dan
Usaha Kecil serta koperasi kecil. Peran serta usaha kecil diatur dalam Pasal 100.

5.8 Pengadaan Barang/Jasa melalui Pelelangan/Seleksi Internasional


Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan melalui pelelangan/seleksi internasional harus
memberikan kesempatan seluas luasnya kepada penyedia barang/jasa nasional. Pengadaan
barang/jasa ini diatur dalam Pasal 101.

5.9 Perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah
Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah mengalami
beberapa kali perubahan dan perubahan terakhir kali, yaitu dengan dikeluarkannya Perpres
No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Dimana sebelumnya, dengan diberlakukannya
Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah maka peraturan
yang berlaku sebelumnya beserta perubahannya dicabut.

8
Daftar Pustaka.
Republik Indonesia. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Republik Indonesia. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Republik Indonesia. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 beserta
perubahannya tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Republik Indonesia. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 beserta perubahannya tentang
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai