Disusun Oleh :
Nama : M. Tio Novansyah Lanang
NPP : 27.0188
Kelas : D-5
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3
daerah oleh eksternal yaitu BPK. Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa salah
satu aspek penting dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah adalah masalah
keuangan dan anggaran daerah (APDB).
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.10.6 Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
daerah
2.10.7 Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan
piutang daerah
6
Definisi keuangan daerah menurut PP RI No.105 tahun 2000 tentang
pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai
dengan uanga termasuk disalamnya segala kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka anggaran pendapatan dan belanja
daerah.
7
dan stabilisasi. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD yang disusun oleh
pemerintah daerah telah mengalami perubahan dari yang bersifat incramental
menjadi anggaran berbasis kinerja sesuai dengan tuntutan reformasi.
APBD atau anggaran pendapatan belanja negara di susun melalui
pembahasan dan di setujui bersama oleh pemerintah daerah selaku eksekutif dan
DPRD selaku legislatif dan di tetapkan dengan peraturan.
8
Sementara itu, fungsi pemerintah daerah dalam sistem pengelolaan keuangan
daerah terdiskripsi didalam skema berikut :
9
2.3 Tujuan Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik jangka pendek, jangka
panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu yang telah ditentukan.
3. Kejujuran
10
mencapai tujuan pemerintah daerah dengan biaya yang serendah- rendahnya dan
dalam waktu yang secepat- cepatnya.
5. Pengendalian
11
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati.
2. Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi
Dana Bagi Hasil, adalah Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan
angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Dana Alokasi Umum, adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.
12
dan sesuai prioritas nasional.
Dana Darurat dari Pemerintah, adalah dana yang berasal dari APBN
yang dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana nasional,
peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas.
Hibah, adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah
negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional,
Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik
dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk
tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.
Bantuan Keuangan.
13
Berkaitan dengan pelaksanaan dari pasal 18 dan 18 A tersebut di atas
setidaknya terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menjelaskan lebih
lanjut, adapun Peraturan tersebut antara lain :
1. UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
14
Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus diatur
dalam Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh Permendagri yang
mengatur masalah pengelolaan keuangan daerah secara khusus antara lain :
1. Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana kerja
pemerintahan daerah jo permendagri No 11 tahun 2007
2. Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah tantag Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan
Peraturan Kepala daerah tentang Penjabaran Angaran Pendapatan dan Belanja
Daerah
3. Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis pengelolaan Barang
Milik Daerah
4. Permendagri No. 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
5. Permendagri No. 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Pemeriksaaan dalam rangka
berakhirnya Masa Jabatan Kepala Daerah
6. Permendagri No. 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan
Masyarakat di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah
7. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam
Negara No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
8. Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
2.7 Ruang Lingkup Keuangan Daerah
15
1. Hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman ;
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah.
pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah karena
tidak semua penerimaan merupakan pendapatan daerah. Yang dimaksud dengan
pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayan bersih;
4. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali istilah
pengeluaran daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud dengan
belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih;
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uanga,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. UU
keuangan Negara menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekayaan pihak
lain adalah meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain
berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian
negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.
Dengan berlandaskan pada dasar hukum di atas maka penyusunan APBD sebagai
rencana kerja keuangan adalah sangat penting dalam rangka penyelenggaraan fungsi
daerah otonom. Dari uraian tersebut boleh dikatakan bahwa APBD sebagai alat /
wadah untuk menampung berbagai kepentingan publik (public accountability) yang
16
diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan program. Berdasarkan Peraturan
pemerintah no 56 tahun 2005 dikatakan bahwa APBD adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah , yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Berdasarkan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31,
Gubernur/Bupati/Walikota harus membuat pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
dalam bentuk laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan). Laporan keuangan ini terdiri atas Laporan Realisasi APBD, Neraca,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Hal ini menuntut
kemampuan manajemen pemerintahan daerah untuk mengalokasikan sumber daya
secara efisien dan efektif.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105
Tahun 2000 juga menyebutkan bahwa, penerimaan daerah adalah semua penerimaan
kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu. Pendapatan daerah adalah semua
penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak
daerah. Pengeluaran daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode
tahun anggaran tertentu. Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam
periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Pengeluaran daerah
adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu.
Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran
tertentu yang menjadi beban daerah.
- Belanja Pegawai/Personalia
17
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Pemeliharaan
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Pemeliharaan
Belanja Modal
1. Penerimaan Pembiayaan:
2. Pengeluaran Pembiayaan:
18
Pembelian kembali obligasi daerah
19
2.9 Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
20
1. Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
5. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya;
6. Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
7. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya.
Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada PPKD antara
lain:
a. Bendahara PPKD
21
kedalam Buku Besar masing masing rekening (rincian objek), dan
menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan Perubahan SAL (LP.SAL), Laporan
Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca, Laporan
Arus Kas dan Catatan atas Laporan keuangan.
c. PPKD selaku BUD
Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi beban dan belanja antara lain:
22
3. Sistem Akuntansi Transfer
Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi transfer masuk dan transfer
keluar antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD dan Bendahara
Pengeluaran PPKD.
Pihak-pihak yang terkait dengan sistem akuntansi pembiayaan antara lain Fungsi
Akuntansi PPKD, BUD, dan PPKD.
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi kas dan setara kas pada PPKD
antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPKPPKD), Bendahara
Penerimaan PPKD, Bendahara Pengeluaran PPKD dan PPKD.
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi piutang antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan Bendahara Penerimaan PPKD.
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi investasi antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan PPKD.
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi dana cadangan antara lain :
23
berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah ke Buku Jurnal Umum,
memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian Dana Cadangan ke dalam
Buku Besar masing-masing rekening (rincian objek), dan membuat laporan
Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada SKPD
antara lain:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
24
transaksi/ kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA kedalam Buku
Besar masing masing rekening (rincian objek), serta menyusun Laporan
Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Operasional (LO), Neraca dan Catatan atas Laporan keuangan.
b. Bendahara Penerimaan SKPD
Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi beban dan belanja
antara lain:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)
25
pengeluaran beban dan belanja kedalam buku kas umum SKPD dan
membuat SPJ atas beban dan belanja.
2.10.2 Efektif, merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah
ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
2.10.3 Efisien, merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan
masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai
keluaran tertentu.
2.10.4 Ekonomis, merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah.
2.10.5 Transparan, merupakan prinsip keterbukaan ynag memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-
luasnya tentang keuangan daerah.
2.10.6 Bertanggung jawab, marupakan wujud dari kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya
dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2.10.7 Keadilan, adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya
dan/keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan
pertimbangan yang objektif.
2.10.8 Kepatutan, adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar
26
dan proporsional.
2.10.9 Manfaat, maksudnya keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan
kebutuhan masayarakat.
27
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.
Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan
Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai
kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31,
Gubernur/Bupati/Walikota harus membuat pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
dalam bentuk laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan). Laporan keuangan ini terdiri atas Laporan Realisasi APBD, Neraca,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Hal ini menuntut
kemampuan manajemen pemerintahan daerah untuk mengalokasikan sumber daya
secara efisien dan efektif.
Keuangan daerah harus bisa dikelola dengan efisien oleh pemerintah daerah
masing-masing. Tetapi kenyataanya antara rencana yang sudah ditetapkan dengan
realisasi dalam pengelolaan keuangan daerah ada perbedaan, hal ini dikarenakan
adanya beberapa permasalahan yang sebagian besar permasalahan-permasalahan
tersebut disebabkan keadaan intern dari pejabat-pejabat daerah itu sendiri. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut sebenarnya hal mendasar yang harus dirubah
adalah sikap personal dari pejabat-pejabat daerah terutama mengenai kebijakan
menghambur-hamburkan dana yang secara tidak langsung akan berpengaruh
terhadap pribadi pejabat-pejabat daerah.
28
Disamping itu, dengan adanya sumber dana keuangan daerah yang salah satunya
berasal dari bantuan pemerintah pusat maka diharapkan pemerintah daerah memang
harus bisa lebih efisien dalam mengelola keuanganya agar anggaran dana dari
pemerintah pusat yang sudah dianggarkan sebelumnya bisa tercukupi dengan baik.
Walaupun pemerintah pusat sudah memberikan instruksi bahwa ketika keuangan
daerah mengalami kekurangan bisa meminta ke pemerintah pusat, tetapi secara
langsung hal ini bisa membuat kondisi keuangan pusat yang semakin berkurang dan
secara tidak langsung akan membuat kemandirian suatu daerah dalam mengelola
keuanganya akan menjadi terhambat.
29
DAFTAR PUSTAKA
http://rajawaligarudapancasila.blogspot.co.id/2011/05/tiga-belas-masalah
keuangan-negar
30
31