Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MAKALAH SEMINAR KEUANGAN DAERAH

“SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH”

Disusun Oleh :
Nama : M. Tio Novansyah Lanang
NPP : 27.0188
Kelas : D-5

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


JATINANGOR
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pemerintah Daerah dan Keuangan Daerah ...................................................................................5

2.2 Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah .....................................................................................6

2.3 Tujuan Pengelolaan Keuangan Daerah ............................................................10

2.4 Peran dan Fungsi Pengelolaan Keuangan Daerah ............................................11

2.5 Sumber Keuangan Daerah .................................................................................12

2.6 Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah ..................................................13

2.7 Ruang Lingkup Keuangan Daerah ...................................................................15

2.8 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ......................................16

2.9 Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) .............................. 20

2.10 Prinsip penting dalam mengelola keuangan daerah ....................................... 26

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-


daerah Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan
daerah Kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan Daerah
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Hubungan keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan
selaras berdasarkan UU.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak
dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban. Sementara pengelolaan keuangan daerah
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah
tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah
yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah.
Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan bahwa pengawasan atas keuangan
daerah dilakukan oleh dewan, adanya pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan

3
daerah oleh eksternal yaitu BPK. Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa salah
satu aspek penting dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah adalah masalah
keuangan dan anggaran daerah (APDB).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah :

1 Apa pengertian keuangan daerah dan sistem pengelolaan keuangan pemerintah


daerah?
2 Bagaimana sistem pengelolaan keuangan pemerintah daerah

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemerintah Daerah dan Keuangan Daerah

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh


Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan Daerah di
Indonesia terdiri dari gubernur, bupati dan/ atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
Menurut peraturan menteri dalam negeri nomor 21 tahun 2011 tentang
pedoman pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat
dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Menurut peraturan pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan
keuangan daerah pasal 5 (ayat 1) kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah
adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah
daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah sebagaimana di maksud ayat (1) mempunyai
kewanangan;
2.1.1 Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD

2.1.2 Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah

2.10.4 Menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang

2.10.5 Menetapkan bendahara penerimaan da/atau bendahara pengeluaran

5
2.10.6 Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
daerah
2.10.7 Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan
piutang daerah

2.10.8 Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik


daerah
2.10.9 Menetapkan pejabat yang bertugas melkukan pengujian atas tagihan dan
memetintahkan pembayaran

Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah


menjalankan, mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan. Fungsi
pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah :
1. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
2. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
3. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan
tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam, dan sumber daya lainnya.

2.2 Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

6
Definisi keuangan daerah menurut PP RI No.105 tahun 2000 tentang
pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai
dengan uanga termasuk disalamnya segala kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka anggaran pendapatan dan belanja
daerah.

Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah menimbulkan


aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu sistem
pengelolaan keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan daerah
sebagaimana dimaksud, merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan
negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahaan
daerah. Untuk menjamin pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah tersebut maka
hendaknya sebuah pengelolaan keuangan daerah meliputi keseluruhan dari
kegiatan- kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan daerah meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah,
azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD,
penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD,
pelaksanaan PBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan
daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan
pengelolaan keuangan BLUD.
Pengelolaaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan /penyusunan
anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). APBD disusun sesuai dengan
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.
Penyusunan APBD sebagaimana berpedoman kepada RKPD dalam rangka
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.
APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi,

7
dan stabilisasi. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD yang disusun oleh
pemerintah daerah telah mengalami perubahan dari yang bersifat incramental
menjadi anggaran berbasis kinerja sesuai dengan tuntutan reformasi.
APBD atau anggaran pendapatan belanja negara di susun melalui
pembahasan dan di setujui bersama oleh pemerintah daerah selaku eksekutif dan
DPRD selaku legislatif dan di tetapkan dengan peraturan.

Alur perintah atau alur kerja dipemerintahan daerah dalam mengelola


keuangan daerah adalah :

8
Sementara itu, fungsi pemerintah daerah dalam sistem pengelolaan keuangan
daerah terdiskripsi didalam skema berikut :

Pasal 292 dan pasal 343 UU No 27/2009 tentang Majelis Permusyawaratan


Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
menyatakan bahwa DPRD Provinsi/kabupaten/kota mempunyai fungsi legislasi,
anggaran, dan penbgawasan. Ketiga fungsi tersbut dijalankan dalam kerangka

representasi rakyat provinsi/kabupaten/kota. Tugas dan wewenang DPRD menurut


pasal 293 dan 344 UU No 27/2009 adalah:
2.2.1 membentuk peraturan daerah provinsibersama gubernur/bupati/walikota

2.2.2 membahas dan memberikab persetujuan rancangan peraturan daerah


mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi yang diajukan
oleh gubernur/bupati/walikota.

2.2.3 Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan


anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi/kabupaten/kota.

9
2.3 Tujuan Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan


daerah itu sendiri dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah menurut
(Devas,dkk,1987; 279-280) adalah sebagai berikut :
1. Tangung jawab (Accountability)

Pemerintah daerah harus mempertanggungjawabkan keuangannya kepada


lembaga atau orang yang berkepentingan yang sah, lembaga atau orang itu
termasuk pemerintah pusat, DPRD, Kepala Daerah dan masyarakat umum.
Adapun unsur-unsur penting dalam tanggung jawab adalah mencakup keabsahan
yaitu setiap transaksi keuangan harus berpangkal pada wewenang hukum tertentu
dan pengawasan yaitu tata cara yang efektif untuk menjaga kekayaan uang dan
barang serta mencegah terjadinya penghamburan dan penyelewengan dan
memastikan semua pendapatan yang sah benar-benar terpungut jelas sumbernya
dan tepat penggunaanya.

2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan

Keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu
melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik jangka pendek, jangka
panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu yang telah ditentukan.

3. Kejujuran

Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya


harus diserahkan kepada pegawai yang betul-betul jujur dan dapat dipercaya.

4. Hasil guna (Efektif) dan daya guna (efisien)

Merupakan tata cara mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa


sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk

10
mencapai tujuan pemerintah daerah dengan biaya yang serendah- rendahnya dan
dalam waktu yang secepat- cepatnya.

5. Pengendalian

Para aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas pengawasan


harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai.

2.4 Peran dan Fungsi Pengelolaan Keuangan Daerah

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas melakukan


koordinasi, mediasi dan fasilitasi dalam merumuskan kebijaksanaan, bimbingan dan
pembinaan dalam rangka menyelenggarakan program kegiatan dibidang pengelolaan
keuangan daerah. Untuk menyelenggarakan tugas, Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah mempunyai fungsi :
a. Penyusunan perencanaan pengelolaan keuangan daerah

b. Perumusan kebijakan operasional program pengelolaan keuangan daerah

c. Perumusan rencana, pelaksanaan program, pemberian bimbingan dan


pembinaan akuntansi pengelolaan keuangan
d. Perumusan rencana dan pelaksanaan program pengelolaan kas daerah

e. Penyusunan rencana APBD dan pembinaan pelaksanaan pengelola APBD

f. Perumusan rencana dan pelaksanaan pembinaan administrasi pengelolaan


keuangan daerah
g. Pengkoordinasian penyusunan dan pelaksanaan program
dibidang pengelolaan keuangan daerah

h. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program


dibidang pengelolaan keuangan daerah
i. Penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan

11
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati.

2.5 Sumber Keuangan Daerah

Sesuai dengan UU RI No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal


157, Sumber- sumber penerimaan daerah terdiri dari 4 bagian, yakni :
1. Pendapatan Asli Daerah yaitu penerimaan yang diperoleh Daerah dari sumber-
sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Hasil Pajak Daerah

 Hasil Retribusi Derah

 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

 Lain-lain PAD yang sah

2. Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi
 Dana Bagi Hasil, adalah Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan
angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
 Dana Alokasi Umum, adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.

 Dana Alokasi Khusus, adalah dana yang bersumber dari pendapatan


APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah

12
dan sesuai prioritas nasional.

3. Pinjaman Daerah merupakan semua transaksi yang mengakibatkan daerah


menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak
lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

4. Lain- lain Pendapatan Daerah yang sah.

 Dana Darurat dari Pemerintah, adalah dana yang berasal dari APBN
yang dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana nasional,
peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas.
 Hibah, adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah
negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional,
Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik
dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk
tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.
 Bantuan Keuangan.

 Bagi hasil dari Provinsi.

2.6 Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah

Undang-undang Dasar 1945 pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan


Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dalam undang-undang. Lebih lanjut pada pasal 18
A dijelaskan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatn sumber daya
alam dan sumber daya lainnya antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

13
Berkaitan dengan pelaksanaan dari pasal 18 dan 18 A tersebut di atas
setidaknya terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menjelaskan lebih
lanjut, adapun Peraturan tersebut antara lain :
1. UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

2. UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

3. UU No 15 tahun 2003 tentang Pemeriksaan atas tanggung jawab pengelolaan


Keuangan Negara.
4. UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional.

5. UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

6. UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat


dan Daerah.
7. UU No 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah

8. UU No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Undang-undang tersebut diatas menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah.


Peraturan perundang-undangan diatas terbit atas dasar pemikiran adanya keinginan
untuk mengelola keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien. Ide dasar
tersebut kemudian mengilhami suatu pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang
baik yang memiliki tiga pilar utama, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan
partisipatif.
Banyaknya Undang-undang yang menjadi acuan dalam pengelolaan
anggaran mengakibatkan perlunya akomodasi yang baik dalam tingkat pelaksanaan
(atau peraturan dibawahnya yang berwujud peraturan pemerintah). Peraturan
pelaksanaan yang berwujud Peraturan Pemerintah tersebut harus komprehensif dan
terpadu (omnibus regulation) dari berbagai undang-undang tersebut diatas. Hal ini
bertujuan agar memudahkan dalam pelaksanaanya dan tidak menimbulkan multi
tafsir dalam penerapanya.

14
Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus diatur
dalam Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh Permendagri yang
mengatur masalah pengelolaan keuangan daerah secara khusus antara lain :
1. Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana kerja
pemerintahan daerah jo permendagri No 11 tahun 2007
2. Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah tantag Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan
Peraturan Kepala daerah tentang Penjabaran Angaran Pendapatan dan Belanja
Daerah
3. Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis pengelolaan Barang
Milik Daerah
4. Permendagri No. 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
5. Permendagri No. 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Pemeriksaaan dalam rangka
berakhirnya Masa Jabatan Kepala Daerah
6. Permendagri No. 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan
Masyarakat di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah
7. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam
Negara No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
8. Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
2.7 Ruang Lingkup Keuangan Daerah

Bahasan ruang lingkup keuangan daerah meliputi hak daerah, kewajiban


daerah, penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kekayaan daerah dan kekayaan
pihak lain yang dikuasai daerah. Secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa ruang
lingkup keuangan daerah meliputi hal-hal dibawah ini:

15
1. Hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman ;
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah.
pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah karena
tidak semua penerimaan merupakan pendapatan daerah. Yang dimaksud dengan
pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayan bersih;
4. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali istilah
pengeluaran daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud dengan
belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih;
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uanga,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah;
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. UU
keuangan Negara menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekayaan pihak
lain adalah meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain
berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian
negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.

2.8 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Dengan berlandaskan pada dasar hukum di atas maka penyusunan APBD sebagai
rencana kerja keuangan adalah sangat penting dalam rangka penyelenggaraan fungsi
daerah otonom. Dari uraian tersebut boleh dikatakan bahwa APBD sebagai alat /
wadah untuk menampung berbagai kepentingan publik (public accountability) yang

16
diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan program. Berdasarkan Peraturan
pemerintah no 56 tahun 2005 dikatakan bahwa APBD adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah , yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Berdasarkan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31,
Gubernur/Bupati/Walikota harus membuat pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
dalam bentuk laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan). Laporan keuangan ini terdiri atas Laporan Realisasi APBD, Neraca,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Hal ini menuntut
kemampuan manajemen pemerintahan daerah untuk mengalokasikan sumber daya
secara efisien dan efektif.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105
Tahun 2000 juga menyebutkan bahwa, penerimaan daerah adalah semua penerimaan
kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu. Pendapatan daerah adalah semua
penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak
daerah. Pengeluaran daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode
tahun anggaran tertentu. Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam
periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Pengeluaran daerah
adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu.
Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran
tertentu yang menjadi beban daerah.

Struktur Belanja terdiri dari:

1. Aparatur Daerah dan Pelayanan Publik:

 Belanja Administrasi Umum

- Belanja Pegawai/Personalia

17
- Belanja Barang dan Jasa

- Belanja Perjalanan Dinas

- Belanja Pemeliharaan

 Belanja Operasi dan Pemeliharaan

- Belanja Pegawai/Personalia

- Belanja Barang dan Jasa

- Belanja Perjalanan Dinas

- Belanja Pemeliharaan

 Belanja Modal

2. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

3. Belanja Tidak Tersangka

Struktur Pembiayaan terdiri dari :

1. Penerimaan Pembiayaan:

 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu

 Transfer dari Rekening Dana Cadangan

 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

 Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

 Penerimaan Piutang Daerah

2. Pengeluaran Pembiayaan:

 Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo

18
 Pembelian kembali obligasi daerah

 Penyertaan modal (investasi) daerah

 Pemberian piutang daerah

 Transfer ke rekening dana cadangan

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAP) adalah rangkaian sistematik dari


prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi
akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan
organisasi pemerintahan daerah. SAPD memuat pilihan prosedur dan teknik
akuntansi dalam melakukan identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting
kedalam buku besar, penyusunan neraca saldo serta penyajian laporan keuangan.
Disamping itu, SAPD menjelaskan siapa melakukan apa sekaligus menegaskan
transaksi apa dicatat bagaimana. Oleh karena itu, langkah-langkah yang harus
diperhatikan dalam penyusunan SAPD antara lain: mengidentifikasi prosedur,
menentukan pihak pihakterkait, menentukan dokumen terkait, menentukan jurnal
standar dan menuangkannya dalam langkah teknis.
SAPD terdiri atas sistem akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD) dan sistem akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sistem
akuntansi PPKD meliputi teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas
pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, transfer, pembiayaan, aset,
kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi, penyusunan laporan keuangan PPKD
serta penyusunan laporan keuangan konsolidasian pemerintah daerah. Sedangkan
Sistem akuntansi SKPD meliputi teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan
atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, aset, kewajiban, ekuitas,
penyesuaian dan koreksi serta penyusunan laporan keuangan SKPD.

19
2.9 Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD


adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.

Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam pasal 6 UU


No. 17/2003 yaitu :

2.9.1 Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah


selaku pejabat pengelola APBD
2.9.2 Dilaksanakan oleh Kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat
pengguna anggaran/ barang daerah.

Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah, Pejabat Pengelola Keuangan


Daerah mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD

2. Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD

3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan


peraturan daerah;
4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;

5. Menyusun laporan keuangan yang merupakan


pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/


barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut:

20
1. Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

2. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

3. Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

4. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

5. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya;
6. Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
7. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya.

Transaksi-transaksi pada sistem akuntansi PPKD, pihak-pihak yang terkait,


dan saat kapan pencatatan harus dilakukan.
1. Sistem Akuntansi Pendapatan

Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada PPKD antara
lain:
a. Bendahara PPKD

Bendahara PPKD mencatat dan membukukan semua penerimaan


pendapatan kedalam buku kas penerimaan, membuat Rekap Penerimaan
Harian yang bersumber dari Pendapatan, dan melakukan penyetoran uang
yang diterima ke kas daerah setiap hari.
b. Fungsi Akuntansi PPKD

Fungsi Akuntansi PPKD mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO dan


Pendapatan LRA berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan valid ke
Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca, melakukan posting
jurnal jurnal transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA

21
kedalam Buku Besar masing masing rekening (rincian objek), dan
menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan Perubahan SAL (LP.SAL), Laporan
Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca, Laporan
Arus Kas dan Catatan atas Laporan keuangan.
c. PPKD selaku BUD

PPKD selaku BUD menandatangani/mengesahkan dokumen surat


ketetapan pajak/retribusi daerah dan menandatangani laporan keuangan
yang telah disusun oleh Fungsi Akuntansi SKPD.

2. Sistem Akuntansi Beban dan Belanja

Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi beban dan belanja antara lain:

a. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD)

PPK-PPKD mencatat transaksi/kejadian beban dan belanja berdasarkan


bukti-bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku
Jurnal LO dan Neraca, melakukan posting jurnal-jurnal
transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA kedalam Buku
Besar masing-masing rekening (rincian objek), dan menyusun Laporan
Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Operasional (LO), Laporan Perubahan SAL, Laporan Arus Kas, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca dan Catatan atas Laporan keuangan.

b. Bendahara Pengeluaran PPKD

Bendahara Pengeluaran PPKD mencatat dan membukukan semua


pengeluaran beban dan belanja kedalam buku kas umum PPKD dan
membuat SPJ atas beban dan belanja.

22
3. Sistem Akuntansi Transfer

Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi transfer masuk dan transfer
keluar antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD dan Bendahara
Pengeluaran PPKD.

4. Sistem Akuntansi Pembiayaan

Pihak-pihak yang terkait dengan sistem akuntansi pembiayaan antara lain Fungsi
Akuntansi PPKD, BUD, dan PPKD.

5. Akuntansi Kas dan Setara Kas

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi kas dan setara kas pada PPKD
antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPKPPKD), Bendahara
Penerimaan PPKD, Bendahara Pengeluaran PPKD dan PPKD.

6. Sistem Akuntansi Piutang

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi piutang antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan Bendahara Penerimaan PPKD.

7. Sistem Akuntansi Investasi

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi investasi antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan PPKD.

8. Akuntansi Dana Cadangan

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi dana cadangan antara lain :

a. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD)

PPK-PPKD memiliki tugas mencatat transaksi/kejadian dana cadangan

23
berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah ke Buku Jurnal Umum,
memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian Dana Cadangan ke dalam
Buku Besar masing-masing rekening (rincian objek), dan membuat laporan

keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan


Operasional (LO), Laporan Perubahan SAL (LPSAL), Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas (LAK), Neraca dan Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK).
b. PPKD

Dalam sistem akuntansi dana cadangan, PPKD memiliki tugas


menandatangani laporan keuangan PPKD sebelum diserahkan dalam
proses penggabungan/konsolidasi yang dilakukan oleh fungsi akuntansi
PPKD dan menandatangani surat pernyataan tanggung jawab PPKD
c. Sistem AkuntansiSKPD

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah


perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna
anggaran/pengguna barang.

Transaksi-transaksi pada sistem akuntansi SKPD, pihak-pihak yang terkait,


dan saat kapan pencatatan harus dilakukan.
1. Sistem Akuntansi Pendapatan

Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada SKPD
antara lain:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)

PPK-SKPD mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO dan Pendapatan


LRA berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal
LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca, melakukan posting jurnal jurnal

24
transaksi/ kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA kedalam Buku
Besar masing masing rekening (rincian objek), serta menyusun Laporan
Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Operasional (LO), Neraca dan Catatan atas Laporan keuangan.
b. Bendahara Penerimaan SKPD

Bendahara Penerimaan SKPD mencatat dan membukukan semua


penerimaan pendapatan kedalam buku kas penerimaan, membuat Rekap

Penerimaan Harian yang bersumber dari Pendapatan, dan melakukan


penyetoran uang yang diterima ke kas daerah setiap hari.
c. PA/KPA

PA/KPA menandatangani/mengesahkan dokumen surat ketetapan


pajak/retribusi daerah dan menandatangani laporan keuangan yang telah
disusun oleh Fungsi Akuntansi SKPD.
2. Sistem Akuntansi Beban dan Belanja

Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi beban dan belanja
antara lain:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)

PPK-SKPD melaksanakan fungsi akuntansi SKPD untuk mencatat


transaksi/kejadian beban dan belanja berdasarkan bukti bukti transaksi
yang sah dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca,
melakukan posting jurnal-jurnal transaksi/kejadian beban dan belanja
kedalam Buku Besar masing masing rekening (rincian objek), dan
menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Neraca, Laporan
Perubahan Ekuitas (LPE) , dan Catatan atas Laporan keuangan.
b. Bendahara Pengeluaran SKPD

Bendahara Pengeluaran SKPD mencatat dan membukukan semua

25
pengeluaran beban dan belanja kedalam buku kas umum SKPD dan
membuat SPJ atas beban dan belanja.

2.10 Prinsip penting dalam mengelola keuangan daerah

Menurut Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri


Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 Pasal 4, terdapat prinsip penting dalam mengelola
keuangan daerah meliputi :
2.10.1 Taat pada peraturan perundang-undangan, dengan maksud bahwa
pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.

2.10.2 Efektif, merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah
ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
2.10.3 Efisien, merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan
masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai
keluaran tertentu.
2.10.4 Ekonomis, merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah.
2.10.5 Transparan, merupakan prinsip keterbukaan ynag memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-
luasnya tentang keuangan daerah.
2.10.6 Bertanggung jawab, marupakan wujud dari kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya
dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2.10.7 Keadilan, adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya
dan/keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan
pertimbangan yang objektif.
2.10.8 Kepatutan, adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar

26
dan proporsional.
2.10.9 Manfaat, maksudnya keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan
kebutuhan masayarakat.

27
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.
Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan
Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai
kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31,
Gubernur/Bupati/Walikota harus membuat pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
dalam bentuk laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan). Laporan keuangan ini terdiri atas Laporan Realisasi APBD, Neraca,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Hal ini menuntut
kemampuan manajemen pemerintahan daerah untuk mengalokasikan sumber daya
secara efisien dan efektif.
Keuangan daerah harus bisa dikelola dengan efisien oleh pemerintah daerah
masing-masing. Tetapi kenyataanya antara rencana yang sudah ditetapkan dengan
realisasi dalam pengelolaan keuangan daerah ada perbedaan, hal ini dikarenakan
adanya beberapa permasalahan yang sebagian besar permasalahan-permasalahan
tersebut disebabkan keadaan intern dari pejabat-pejabat daerah itu sendiri. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut sebenarnya hal mendasar yang harus dirubah
adalah sikap personal dari pejabat-pejabat daerah terutama mengenai kebijakan
menghambur-hamburkan dana yang secara tidak langsung akan berpengaruh
terhadap pribadi pejabat-pejabat daerah.

28
Disamping itu, dengan adanya sumber dana keuangan daerah yang salah satunya
berasal dari bantuan pemerintah pusat maka diharapkan pemerintah daerah memang
harus bisa lebih efisien dalam mengelola keuanganya agar anggaran dana dari
pemerintah pusat yang sudah dianggarkan sebelumnya bisa tercukupi dengan baik.
Walaupun pemerintah pusat sudah memberikan instruksi bahwa ketika keuangan
daerah mengalami kekurangan bisa meminta ke pemerintah pusat, tetapi secara
langsung hal ini bisa membuat kondisi keuangan pusat yang semakin berkurang dan
secara tidak langsung akan membuat kemandirian suatu daerah dalam mengelola
keuanganya akan menjadi terhambat.

29
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 tentang


Sistem Informasi Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daeraht
http://dokumen.tips/documents/sistem-pengelolaan-keuangan-
daerah 55b4fbc3f1668.html
http://keuanganlsm.com/kewenangan-pengelolaan-keuangan-negara/

http://rajawaligarudapancasila.blogspot.co.id/2011/05/tiga-belas-masalah
keuangan-negar

30
31

Anda mungkin juga menyukai