Disusun Oleh:
Fakultas Ekonomi
2015
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
1.
PEMBAHASAN
Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan pasal 156 ayat 1
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut :
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang
dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Menurut UU No. 17 tahun 2003 Keuangan Daerah/Negara adalah semua dan
kewajiban Daerah/Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapay dijadikan milik negara/daerah berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah suatu fasilitas yang diselenggarakan
oleh Menteri Keuangan untuk mengumpulkan, melakukan validasi, mengolah, menganalisis
data, dan menyediakan informasi keuangan daerah dalam rangka merumuskan kebijakan dalam
pembagian dana perimbangan, evaluasi kinerja keuangan daerah, penyusunan Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) serta memenuhi kebutuhan lain, seperti
statistik keuangan negara.
SIKD ini diselenggarakan oleh pemerintah pusat. Sumber informasi bagi sistem
informasi keuangan daerah terutama adalah laporan informasi APBD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1) UU Nomor 25 Tahun 1999, yaitu: informasi mengenai pengelolaan ke-
uangan daerah dan informasi mengenai kinerja keuangan daerah dari segi efisiensi dan
efektivitas keuangan dalam rangka desentralisasi.
Tujuan penyelenggaraan SIKD adalah:
Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah suatu fasilitas yang diselenggarakan
oleh Menteri Keuangan untuk mengumpulkan, melakukan validasi, mengolah, menganalisis
data, dan menyediakan informasi keuangan daerah dalam rangka merumuskan kebijakan dalam
pembagian dana perimbangan, evaluasi kinerja keuangan daerah, penyusunan Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) serta memenuhi kebutuhan lain, seperti
statistik keuangan negara.
SIKD ini diselenggarakan oleh pemerintah pusat. Sumber informasi bagi sistem
informasi keuangan daerah terutama adalah laporan informasi APBD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1) UU Nomor 25 Tahun 1999, yaitu: informasi mengenai pengelolaan ke-
uangan daerah dan informasi mengenai kinerja keuangan daerah dari segi efisiensi dan
efektivitas keuangan dalam rangka desentralisasi.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Negara). Semua Penerimaan
Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam APBD. Penerimaan dan
pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi.
Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan
Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD. APBD merupakan dasar
pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. APBD merupakan rencana
pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan Daerah bertujuan
untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. Demikian pula semua pengeluaran daerah
dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai
jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan
keuangan daerah, maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan
pengawasan keuangan daerah.
2. Belanja Daerah
Komponen berikutnya dari APBD adalah Belanja Daerah. Belanja daerah meliputi semua
pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang
merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri
dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.
Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan, serta
jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi
pemerintahan daerah.
Setelah anggaran disetujui oleh legislatif, tahap berikutnya adalah pelaksanaan anggaran.
Dalam tahap ini, hal terpenting yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah
dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer
keuangan publik dalam hal ini bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang
memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, dan
bahkan dapat diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya. Sistem akuntansi
yang digunakan hendaknya juga mendukung pengendalian anggaran.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah
kemudian adalah seluruh kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.
Pengelolaan Administrasi Keuangan daerah merupakan salah satu perhatian utama para
pengambil keputusan di pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Sejalan dengan hal
tersebut, berbagai perundang-undangan dan produk hukum telah ditetapkan dan mengalami
perbaikan atau penyempurnaan untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran yang mampu
memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya semangat
desentralisasi, demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah.
Secara garis besar, pengelolaan keuangan daerah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
manajemen penerimaan daerah dan manajemen pengeluaran daerah. Kedua komponen tersebut
akan sangat menentukan kedudukan suatu pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan
otonomi daerah.
DAFTAR PUSTAKA