Anda di halaman 1dari 42

AKUNTANSI DESA

Dosen Pengampu: Clara Rainamah, SE., MM;Ak

Oleh:
Kelompok 7
Nama-nama Kelompok 7:
 Ferry Christian Ndolu (1923755254)
 Fransiska M. D. Kollo (1923755255)
 Nedry Mbeo (1923755268)
 Nela Fauzia (1923755269)
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Pengertian Program Padat Karya


Program Padat Karya adalah program yang
mengutamakan keterlibatan tenaga kerja yang
banyak. Program ini berkaitan dengan kegiatan
pemberdayaan masyarakat dimana program ini
bersifat produktif, berasaskan pemanfaatan tenaga
kerja dalam jumlah besar, dan bertujuan mengurangi
tingkat pengangguran.
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Adapun sasaran dari program padat karya yaitu:


1. Penganggur, yaitu penduduk yang tidak bekerja dan
sedang mencari pekerjaan.
2. Setengah penganggur, yaitu penduduk yang bekerja
di bawah jam kerja normal, dan masih mencari
pekerjaan/masih bersedia menerima pekerjaan.
3. Penduduk miskin, yaitu penduduk dengan rata-rata
pengeluaran per kapita/bulan di bawah garis
kemiskinan.
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Secara konkrit, kegiatan padat karya dapat dilakukan melalui:


1. Pembuatan dan/atau rehabilitasi infrastruktur sederhana
2. Pemanfaatan lahan tidur untuk meningkatkan produksi
pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan, atau
3. Kegiatan produktif lainnya yang memberikan nilai tambah
kepada masyarakat dengan memanfaatkan serta
mengoptimalkan sumber daya lokal yang ada dan sifatnya
berkelanjutan.
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Pengertian Cash for Work


Untuk mengetahui apa itu Cash for Work, perhatikan skema
berikut:
1. Salah satu bentuk kegiatan padat karya
2. Dengan memberikan upah langsung tunai kepada tenaga
kerja yang terlibat (harian/mingguan)
3. Dalam rangka memperkuat daya beli masyarakat,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan
masyarakat.
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Prinsip pelaksanaan skema Cash for Work:


1. Bersifat swakelola, perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan dilakukan secara mandiri oleh desa dan tidak
dikotrakkan kepada pihak lain.
2. Menggunakan sebanyak-banyaknya tenaga kerja
setempat, atau bersifat padat karya, sehingga bisa
menyerap tenaga kerja (labor intensive) dan
memberikan pendapatan bagi mereka yang bekerja.
3. Menggunakan bahan baku atau material setempat (local
content).
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Tujuan Cash for Work


Tujuan Cash for Work yaitu agar Dana Desa tidak
mengalir keluar desa tetapi tetap berputar di
desa, sehingga memberikan sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat desa setempat.
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Tahapan perencanaan Cash for Work


Tahapan perencanaan Cash for Work harus memperhatikan:
1. Bottom Up Planning, artinya kegiatan harus benar-benar
merupakan kebutuhan masyarakat, dan masyarakat sendiri
yang mengelolanya;
2. Mengutamakan prinsip musyawarah (mufakat);
3. Memilih dan menetapkan beberapa (3/4) program dan
kegiatan yang sangat dibutuhkan dan paling prioritas;
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

4. Mengidentifikasi potensi sumber daya lokal yang tersedia;


5. Menetukan lokasi berdasarkan prioritas pembangunan desa;
6. Mengidentifikasi jenis kegiatan, antara lain:
1. Pembangunan sarana dan prasarana desa (embung, jalan,
irigasi, dll);
2. Pembangunan pelayanan sosial dasar;
3. Pembangunan sarana ekonomi desa (pasar desa, dll)
7. Menganggarkan kegiatan-kegiatan yang bersifat padat
karya, dan dituangkan dalam peraturan desa tentang
APBDes yang disepakati bersama oleh Kades & BPD.
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Tahapan pelaksanaan Cash for Work


1. Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) dilakukan secara
swakelola.
2. Pekerjaan dilaksanakan seluruhnya dengan
mengoptimalkan masyarakat desa setempat.
3. Pada tahap persiapan dilakukan:
a. Penunjukan pelaksana kegiatan
b. Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan (jadwal dan sasaran)
dan
c. Penyediaan alat dan bahan untuk pelaksanaan kegiatan fisik
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Unsur pelaksana kegiatan


Unsur pelaksana kegiatan, antara lain:
1. Petugas Lapangan Padat Karya
2. Pengawas
3. Juru Bayar
4. Teknisi (Penyusun Rencana dan Pengawas Pelaksanaan)
dan
5. Pekerja
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Tahap pengawasan dan pengendalian

Pengawasan dan pengendalian dapat dilakukan oleh


masyarakat dan pemdes secara intensif dengan
melakukan kunjungan langsung ke lokasi pekerjaan.
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Tahap pelaporan Cash for Work


Tahap pelaporan Cash for Work, sebagai berikut:
1. Simplifikasi dalam pelaporan (jumlah dan format
laporan);
2. Laporan menyebutkan jumlah tenaga kerja yang
terserap;
3. Penyampaian laporan tepat waktu; dan
4. Berprinsip pada transparansi, akuntabel, dan partisipatif.
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Gambaran dampak kegiatan dengan skema


Cash for Work
Apabila dari alokasi Dana Desa sebesar Rp 60 Triliun digunakan
untuk proyek padat karya/cash for work sebesar Rp 48 Triliun
(80%), akan menghasilkan simulasi sebagai berikut:
Misal Desa A bangun jalan desa, irigasi, embung, dan pasar
dengan masing-masing dilaksanakan selama 20 hari dan
menyerap tenaga kerja 50 orang. Dampak langsung per desa
dari kegiatan tersebut adalah:
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

1. Penyerapan tenaga kerja sebanyak 200


orang;
2. Peningkatan pendapatan warga desa
sebesar Rp 400 juta;
3. Peningkatan daya beli Rp 280 juta.
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Gambaran simulasi kegiatan Cash for Work


Gambaran simulasi kegiatan Cash for Work seperti berikut:
PROGRAM PADAT KARYA DAN CASH
FOR WORK

Contoh profil kegiatan di desa dengan Cash for Work


Contoh profil kegiatan di desa dengan Cash for Work, sebagai berikut:
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

Pemantauan merupakan tahapan penting untuk memastikan


bahwa pengalokasian dana desa dapat menjadi instrumen
pemerataan pendapatan di desa dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa. Dengan demikian, maka
kesenjangan pembangunan antara perdesaan dengan
perkotaan dapat berkurang.
Pemantauan dan Evaluasi antara lain dilaksanakan secara sinergi
oleh Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, dan
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi.
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa


1. Kementerian Keuangan
 Penetapan rincian Alokasi Dana Desa pada peraturan
bupati/wali kota
 Penyaluran dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke
Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dan dari RKUD ke
Rekening Kas Desa (RKD).
 Sanksi tidak dipenuhinya porsi Alokasi Dana Desa dalam APB
Desa
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

2. Kementerian Dalam Negeri


 Penyelenggaraan capacity building aparat
desa
 Penyelenggaraan pemerintah desa
 Perencanaan desa
 Penyusunan pedoman teknis peraturan desa
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

3. Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah


Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT)
 Penetapan pedoman umum dan prioritas
penggunaan Dana Desa
 Pengadaan tenaga pendamping desa
 Pengelolaan BUMDes
 Pembangunan kawasan perdesaan
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

Sinergi
 Peraturan bupati/walikota mengenai tata
cara pembagian besaran Dana Desa setiap
desa
 Penyaluran dari RKUD ke RKD
 Penggunaan dana desa sesuai prioritas
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

Proses pengawasan dana desa


 Pemerintah pusat melakukan sinergi antar
kementerian maupun dengan daerah secara
berjenjang
 Melibatkan masyarakat dan aparat
pengawas
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

Pengawas Dana Desa


 Yang melakukan pengawasan dana desa:
 Masyarakat desa
 Camat
 Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
 Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)
 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

Kementerian yang melakukan pengawasan


dana desa
 Kementrian yang mengawasi pelaksanaan
dana desa adalah:
 Kementerian Keuangan;
 Kementerian Dalam Negeri; dan
 Kementerian Desa PDTT
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

Peran masing-masing kementerian


Peran masing-masing kementerian adalah sebagai berikut:
1. Kementerian Keuangan: Berperan dalam pembinaan dan pengawasan aparat
pengelola Dana Desa dan evaluasi ADD
2. Kementerian Dalam Negeri:
 Mendorong bupati/walikota memfasilitasi penyusunan RKPDesa dan APBDesa,
 Mengoptimalkan peran OPD kab/kota dan kecamatan,
 Memberdayakan aparat pengawas fungsional
 Membina pelaksanaan keterbukaan informasi di desa
3. Kementerian Desa PDTT:
 Menyusun kerangka pendampingan untuk peningkatan kapasitas masyarakat desa
 Pemantauan dan evaluasi kinerja pendamping professional setiap triwulan
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

Oknum yang kemungkinan melakukan pelanggaran dalam


pengelolaan dana desa
Oknum atau orang yang kemungkinan melakukan pelanggaran
ialah bupati/walikota dan kepala desa.
 Adapun cara untuk meminimalisasi pelanggaran dalam
pengelolaan dana desa, sbb:
 Pemerintah dan kabupaten/kota berwenang memberikan
sanksi berupa penundaan penyaluran dana desa,
 Pemerintah dan kabupaten/kota juga dapat memberikan
sanksi berupa pemotongan dana desa.
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

Sanksi bagi bupati/walikota yang tidak menyalurkan dana desa


tepat waktu dan tepat jumlah
Menteri Keuangan dapat memberikan sanksi berupa
penundaan DAU dan/atau DBH kab/kota sebesar selisih
kewajiban dana desa yang harus disalurkan.
 Menteri Keuangan memberikan sanksi penundaan penyaluran
dana desa kab/kota kepada bupati/walikota apabila:
 Tidak menyampaikan persyaratan penyaluran,
 Tidak menyampaikan perubahan perda mengenai tata cara
pembagian dan penetapan rincian dana desa setiap desa yang
dalam perda sebelumnya tidak sesuai ketentuan.
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

Sanksi bagi bupati/walikota yang tidak dapat memenuhi


persyaratan penyaluran tahap II sampai dengan berakhirnya
tahun anggaran ialah Menteri keuangan dapat memberikan
sanksi berupa sisa anggaran dana desa tahap II pada RKUN
tidak disalurkan kembali, sedangkan sanksi bagi
bupati/walikota yang tidak menyampaikan laporan penundaan
penyaluran dan laporan pemotongan penyaluran dana desa
ialah Menteri Keuangan dapat memberikan sanksi berupa
pemotongan dana desa.
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN DANA DESA

Penyaluran Dana Desa oleh bupati/walikota dapat ditunda


Penyaluran dapat ditunda apabila kepala desa:
 Tidak menyampaikan peraturan desa mengenai APBDesa,
 Tidak menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana desa tahap
sebelumnya, dan
 Terdapat usulan dari aparat pengawasan fungsional daerah
Bupati/walikota dapat memberikan sanksi pemotongan dana desa ke
desa apabila terdapat sisa dana desa yang lebih dari 30% selama 2
tahun berturut-turut, dan berdasarkan penjelasan serta hasil
pemeriksaan ditemukan penyimpangan berupa SILPA yang tidak wajar.
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN
DANA DESA

Cara agar terdapat penyelarasan dan penguatan


pelaksanaan UU tentang desa
Penyelarasan dan penguatan kebijakan percepatan
pelaksanaan UU tentang desa dilaksanakan melalui surat
keputusan 4 menteri yaitu :
 Menteri Keuangan
 Menteri Desa dan PDTT
 Menteri Dalam Negeri
 Menteri PPN/Bappenas
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN
DANA DESA

Peran masing-masing kementerian tersebut adalah sebagai berikut:


BADAN USAHA MILIK DESA

Pengertian Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)


Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) adalah:
 Badan usaha yang seluruh/sebagian besar modalnya
dimiliki desa;
 Melalui penyertaan secara langsung;
 Dari kekayaan Desa yang dipisahkan;
 Guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya;
 Untuk kesejahteraan masyarakat Desa.
BADAN USAHA MILIK DESA

Tujuan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)


Tujuan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa),
antara lain:
 Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengendalikan perekonomian di desa untuk
sebesar-besar kesejahteraan masyarakat; dan
 Kemandirian ekonomi di tingkat Desa.
BADAN USAHA MILIK DESA

Cara Mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUM


Desa)
Cara Mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUM
Desa), antara lain:
 Disepakati melalui Musyawarah Desa.
 Ditetapkan dengan Peraturan Desa.
BADAN USAHA MILIK DESA

Prioritas Bidang Usaha Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)


Prioritas Bidang Usaha Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa),
antara lain:
 Pengelolaan sumber daya alam
 Jaringan distribusi
 Industri pengelolaan berbasis sumber daya lokal
 Sektor keuangan/permodalan
 Pelayanan Publik
CERITA SUKSES DESA DI PROVINSI NTT

“Desa di Sumba Barat Pakai Dana Desa untuk Kelola Wisata”


Pemerintah Desa Tebara di Kabupaten Sumba Barat, Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT), memanfaatkan Dana Desa untuk
mengelola Kampung Adat Prai Ijin sebagai salah satu destinasi
wisata daerah. "Melalui BUMDes Iyya Tekki desa kami,
sebagian dana desa itu untuk pengelolaan kampung adat,
baik pembangunan sarana prasarana maupun penguatan
kapasitas sumber daya pengelolaan," kata Kepala Desa
Tebara Marten R. Bira di Waikabubak, Kabupaten Sumba
Barat, Kamis (29/8).
CERITA SUKSES DESA DI PROVINSI NTT

Kampung Adat Prai Ijin dihuni sekitar 300 warga dengan


rumah-rumah tradisional khas Sumba yang seharusnya
berjumlah 40-an unit. Namun hingga saat ini baru 32 unit yang
sudah dibangun.
Sekitar 60 warga di Tebara, menurut Marten, terlibat dalam
usaha kepariwisataan di kampung adat yang sampai sekarang
masih memelihara budaya warisan nenek moyang. Dana Desa
tahun 2018 untuk Desa Tebara, yang meliputi enam dusun
dengan jumlah warga 2.683 jiwa, sekitar Rp 923 juta dan pada
2019 sekitar Rp 1,233 miliar.
CERITA SUKSES DESA DI PROVINSI NTT

Pendapatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat pada 2018


sekitar Rp 170 juta. Selama Januari sampai Juni 2019 sekitar Rp 250
juta.
Marten mengatakan, sebagian Dana Desa yang dialokasikan untuk
kampung adat setempat antara lain digunakan untuk pengadaan
bahan-bahan untuk perawatan dan pembangunan rumah adat,
pembangunan sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK), serta sarana air
bersih. Selain itu, ia melanjutkan tanpa menyebut detail Dana Desa
untuk Kampung Adat Prai Ijin, dana digunakan untuk pelatihan
pemandu wisata, peningkatan kesadaran masyarakat terkait dengan
potensi wisata kampung, penataan sistem loket, tempat kuliner, dan
suvenir, serta program pinjaman untuk usaha produktif.
CERITA SUKSES DESA DI PROVINSI NTT

Ia mengatakan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara, di Kampung Adat


Prai Ijin pada Senin hingga Kamis sekitar 250 orang. Sedangkan Jumat hingga Minggu
antara 220 sampai 250 orang. Dari kunjungan wisatawan itu, setiap hari BUMDes
setempat mengumpulkan pendapatan antara Rp 2,5 juta dan Rp 5 juta.
"Umumnya wisatawan asing ke kampung adat kami dari Eropa dan Asia, kalau untuk
promosinya lewat media sosial dan website desa," ujar Marten, yang juga pembina
BUMDes Iyya Tekki Desa Tebara, Kecamatan Kota Waikabubak.
Ia juga menjelaskan tentang tradisi dan kearifan lokal yang terus dijalani serta
dipelihara warga kampung adat terkait dengan kepercayaan Ma-rappu. Kepala Seksi
Promosi Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Barat Benyamin Yewang mengatakan
hingga saat ini daerahnya memiliki 124 kampung adat dan kampung situs.
Masyarakatnya tetap menghidupi tradisi budaya serta mengembangkan kekhasan
kampung sebagai tempat tujuan wisata.
CERITA SUKSES DESA DI PROVINSI NTT

"Untuk pengelolaan, antara lain memang ada yang bersumber dari


Dana Desa, ada juga bantuan APBD kabupaten dan provinsi," ucapnya.
Promosi wisata untuk daerah wisata tersebut dilakukan Pemerintah
Kabupaten Sumba Barat antara lain melalui media massa, masyarakat
lokal, media sosial, media dalam jaringan, dan pameran pariwisata di
berbagai kota besar. Bupati Sumba Barat Agustinus Niga Dapawole
ketika menerima kunjungan rombongan dari Pemerintah Kota
Magelang pimpinan Sekda Joko Budiyono mengatakan, kehidupan
tradisional masyarakat setempat dan keteguhan mereka memelihara
budaya lokal yang unik menjadi salah satu kekuatan bagi
pengembangan kepariwisataan di daerah itu.
AKUNTANSI DESA
Dosen Pengampu: Clara Rainamah, SE., MM;Ak

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai