Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PRAKTIKUM AKUNTANSI LEMBAGA

(PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:


KELAS XI. A2

1. HERNANDA PRASETYO
2. NADHIYA NAJMI ZAKIYYAH
3. SRI ARDILA PUTRI
4. ADE DWI
5. ANDI AGUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan ke hadirat-Nya, atas
berkat,rahmat dan bimbingan-Nya,penulis tlah dapat menyelesaikan tugas
ini. Penulis menyadari bahwa selama dalam penyusunan tugas ini penulis
banyak mendapatkan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari
berbagai pihak, semoga tuhan melipat gandakan kebaikannya. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam dalamnya dan
sekaligus penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya tugas ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun tugas
masih banyak kekurangan baik dari segi cara penulisan maupun materi
kajiannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik ataupun
masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan tugas kedepannya.
Akhir kata, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk, ilmu yang
bermanfaat, serta ridha-Nya kepada kita. Amin ya Rabbal’aalamin.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………..
Bab 1 pendahuluan……………………………………………………………………………….
a. Latar belakang……………………………………………………………………………
b. Rumusan masalah………………………………………………………………………
c. Tujuan……………………………………………………………………………………….
Bab II pembahasan……………………………………………………………………………….
a. Pemerintah daerah dan keuangan daerah……………………………………
b. Pengertian pengelolaan keuangan daerah……………………………………
c. Tujuan pengelolaan keuangan daerah…………………………………………
d. Peran dan fungsi pengelolaan keuangan daerah………………………….
e. Sumber keuangan daerah………………………………………………………….
f. Dasar hokum pengelolaan keuangan daerah……………………………...
g. Ruang lingkup keuangan daerah……………………………………………….
h. Prinsip penting dalam pengelolaan keuangan daerah…………………
Bab III penutup……………………………………………………………………………………
Bab I
pendahuluan

1.1 latar belakang

  Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-


daerah Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan
daerah Kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
UUD 1945. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan UU.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban. Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,
dan pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan
Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai
kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
Selainitu,berdasarkanPeraturanPemerintahNomor58Tahun2005Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah menjelaskan bahwa pengawasan atas keuangan daerah dilakukan oleh
dewan, adanya pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan daerah oleh eksternal yaitu
BPK. Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa salah satu aspek penting dalam rangka
pelaksanaan pembangunan daerah adalah masalah keuangan dan anggaran daerah
(APDB)
 
Hak dan kewajiban daerah perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan
daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem pengelolaan
keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam menyelenggaraan pemerintah
daerah. Pengelolaan keuangan daerah juga harus dilakukan dengan cara yang baik dan
bijak agar keuangan daerah tersebut bisa menjadi efesien penggunaannya yang sesuai
dengan kebutuhan daerah.
1.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah :


1. Jelaskan tentang pemerintah daerah dan keuangan daerah
2. Jelaskan pengertian pengelolaan keuangan daerah
3. Sebutkan tujuan pengelolaan keuangan daerah
4. Bagaimana peran dan fungsi pengelolaan keuangan daerah
5. Apa saja sumber keuangan daerah
6. Jelaskan tentang ruang linkup keuangan daerah
7. Sebutkan prinsip-prinsip penting dalam pengelolaan keuangan daerah

1.3Tujuan

2. untuk mengetahui tentang pemerintah daerah dan keuangan daerah


3. untuk mengetahui pengertian pengelolaan keuangan daerah
4. untuk mengetahui tujuan pengelolaan keuangan daerah
5. untuk mengetahui peran dan fungsi pengelolaan keuangan daerah
6. untuk mengetahui apa saja sumber keuangan daerah
7. untuk mengetahui tentang ruang linkup keuangan daerah
8. untuk mengetahui prinsip-prinsip penting dalam pengelolaan
keuangan daerah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemerintah Daerah dan Keuangan Daerah

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh


Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan Daerah di Indonesia terdiri
dari gubernur, bupati dan/ atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintah daerah. Menurut peraturan menteri dalam negeri nomor 21
tahun 2011 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah
semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
  Menurut peraturan pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan
keuangan daerah pasal 5 (ayat 1) kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah sebagaimana di maksud ayat (1) mempunyai kewanangan;

1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD


2. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah
3. Menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang
4. Menetapkan bendahara penerimaan da/atau bendahara pengeluaran
5. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
daerah
6. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan
piutang daerah
7. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik
daerah
8. Menetapkan pejabat yang bertugas melkukan pengujian atas tagihan dan
memetintahkan pembayaran

Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah menjalankan,


mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahan. Fungsi pemerintah daerah
menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah :

1. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan


menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
2. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi
urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum dan daya saing daerah
3. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan
tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam, dan sumber daya lainnya.

2.2 Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. Definisi keuangan daerah
menurut PP RI No.105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggung jawaban
keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uanga termasuk disalamnya segala
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah menimbulkan
aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud, merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan
merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahaan daerah. Untuk
menjamin pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah tersebut maka hendaknya sebuah
pengelolaan keuangan daerah meliputi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah meliputi kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD,
penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki
DPRD, pelaksanaan PBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan
daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan
pengelolaan keuangan BLUD. Pengelolaaan keuangan daerah dimulai dengan
perencanaan /penyusunan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). APBD disusun
sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan
daerah. Penyusunan APBD sebagaimana berpedoman kepada RKPD dalam rangka
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. APBD
mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun
ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD yang disusun oleh pemerintah daerah telah
mengalami perubahan dari yang bersifat incramental menjadi anggaran berbasis kinerja
sesuai dengan tuntutan reformasi. APBD atau anggaran pendapatan belanja negara di
susun melalui pembahasan dan di setujui bersama oleh pemerintah daerah selaku
eksekutif dan DPRD selaku legislatif dan di tetapkan dengan peraturan

 
Alur perintah atau alur kerja dipemerintahan daerah dalam mengelola keuangan
daerah serta fungsi pemerintah daerah dalam sistem pengelolaan keuangan daerah
terdiskripsi didalam skema berikut :

Pasal 292 dan pasal 343 UU No 27/2009 tentang Majelis Permusyawaratan


Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyatakan
bahwa DPRD Provinsi/kabupaten/kota mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan
penbgawasan. Ketiga fungsi tersbut dijalankan dalam kerangka representasi rakyat
provinsi/kabupaten/kota. Tugas dan wewenang DPRD menurut pasal 293 dan 344 UU
No 27/2009 adalah:
1. Membentuk peraturan daerah provinsibersama gubernur/bupati/walikota
2. Membahas dan memberikab persetujuan rancangan peraturan daerah
mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi yang diajukan
oleh gubernur/bupati/walikota.
3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi/kabupaten/kota.

2.3 Tujuan Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu
sendiri dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah menurut (Devas,dkk,1987;
279-280) adalah sebagai berikut :
1. Tangung jawab (Accountability) Pemerintah daerah harus
mempertanggungjawabkan keuangannya kepada lembaga atau orang yang
berkepentingan yang sah, lembaga atau orang itu termasuk pemerintah pusat,
DPRD, Kepala Daerah dan masyarakat umum. Adapun unsur-unsur penting dalam
tanggung jawab adalah mencakup keabsahan yaitu setiap transaksi keuangan
harus berpangkal pada wewenang hukum tertentu dan pengawasan yaitu tata
cara yang efektif untuk menjaga kekayaan uang dan barang serta mencegah
terjadinya penghamburan dan penyelewengan dan memastikan semua
pendapatan yang sah benar-benar terpungut jelas sumbernya dan tepat
penggunaanya.
2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan Keuangan daerah harus ditata dan
dikelola sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau ikatan
keuangan baik jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka panjang
pada waktu yang telah ditentukan.
3. Kejujuran , Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada
prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai yang betul-betul jujur dan dapat
dipercaya.
4.  Hasil guna (Efektif) dan daya guna (efisien) Merupakan tata cara mengurus
keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah daerah
dengan biaya yang serendah- rendahnya dan dalam waktu yang secepat- cepatnya.
5. Pengendalian Para aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas
pengawasan harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat
tercapai.

2.4 Peran dan Fungsi Pengelolaan Keuangan Daerah

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas melakukan koordinasi,


mediasi dan fasilitasi dalam merumuskan kebijaksanaan, bimbingan dan pembinaan
dalam rangka menyelenggarakan program kegiatan dibidang pengelolaan keuangan
daerah. Untuk menyelenggarakan tugas, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
mempunyai fungsi :
a. Penyusunan perencanaan pengelolaan keuangan daerah
b. Perumusan kebijakan operasional program pengelolaan keuangan daerah
c. Perumusan rencana, pelaksanaan program, pemberian bimbingan dan
pembinaan akuntansi pengelolaan keuangan
d. Perumusan rencana dan pelaksanaan program pengelolaan kas daerah
e. Penyusunan rencana APBD dan pembinaan pelaksanaan pengelola APBD
f. Perumusan rencana dan pelaksanaan pembinaan administrasi pengelolaan
keuangan daerah
g. Pengkoordinasian penyusunan dan pelaksanaan program dibidang
pengelolaan keuangan daerah
h. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program dibidang
pengelolaan keuangan daerah
i. Penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan  
j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati.

1.5Sumber Keuangan Daerah

Sesuai dengan UU RI No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 157,
Sumber- sumber penerimaan daerah terdiri dari 4 bagian, yakni :
1. Pendapatan Asli Daerah yaitu penerimaan yang diperoleh Daerah dari sumber-
sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Hasil Pajak Daerah
 Hasil Retribusi Derah
 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
 Lain-lain PAD yang sah 2.
 
2. Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi

 Dana Bagi Hasil, adalah Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka
persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi
 Dana Alokasi Umum, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN, yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
 Dana Alokasi Khusus, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas nasional 3.
 
3. Pinjaman Daerah merupakan semua transaksi yang mengakibatkan daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak
lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali..
 
4. Lain- lain Pendapatan Daerah yang sah.
 Dana Darurat dari Pemerintah, adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar
biasa, dan/atau krisis solvabilitas
 Hibah, adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing,
badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah,
badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa,
rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang
tidak perlu dibayar kembali
 Bantuan Keuangan
 Bagi hasil dari Provinsi

1.6Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah

Undang-undang Dasar 1945 pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan


Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dalam undang-undang. Lebih
lanjut pada pasal 18 A dijelaskan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatn sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintahan
pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang.

Berkaitan dengan pelaksanaan dari pasal 18 dan 18 A tersebut di atas setidaknya


terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menjelaskan lebih lanjut,
adapun Peraturan tersebut antara lain :
1. UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. UU No 15 tahun 2003 tentang Pemeriksaan atas tanggung jawab pengelolaan
Keuangan Negara.
4. UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional.
5. UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
6. UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah.
7. UU No 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
8. UU No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Undang-undang tersebut diatas menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah.


Peraturan perundang-undangan diatas terbit atas dasar pemikiran adanya keinginan
untuk mengelola keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien. Ide dasar
tersebut kemudian mengilhami suatu pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
yang memiliki tiga pilar utama, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.
Banyaknya Undang-undang yang menjadi acuan dalam pengelolaan anggaran
mengakibatkan perlunya akomodasi yang baik dalam tingkat pelaksanaan (atau
peraturan dibawahnya yang berwujud peraturan pemerintah). Peraturan pelaksanaan
yang berwujud Peraturan Pemerintah tersebut harus komprehensif dan terpadu
(omnibus regulation) dari berbagai undang-undang tersebut diatas. Hal ini bertujuan agar
memudahkan dalam pelaksanaanya dan tidak menimbulkan multi tafsir dalam
penerapanya. Peraturan tersebut memuat barbagai kebijakan terkait dengan
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah.
 
Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus diatur dalam
Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh Permendagri yang mengatur
masalah pengelolaan keuangan daerah secara khusus antara lain :
1. Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana
kerja pemerintahan daerah jo permendagri No 11 tahun 2007
2. Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah tantag Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan
Rancangan Peraturan Kepala daerah tentang Penjabaran Angaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
3. Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis pengelolaan
Barang Milik Daerah
4. Permendagri No. 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan
atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
5. Permendagri No. 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Pemeriksaaan dalam
rangka berakhirnya Masa Jabatan Kepala Daerah.
6. Permendagri No. 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan
Masyarakat di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah
Daerah.
7. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri
Dalam Negara No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
8. Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

1.7Ruang Lingkup Keuangan Daerah

Bahasan ruang lingkup keuangan daerah meliputi hak daerah, kewajiban daerah,
penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kekayaan daerah dan kekayaan pihak lain yang
dikuasai daerah. Secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup keuangan
daerah meliputi hal-hal dibawah ini:
 
1. Hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga
3. Penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah.
pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah
karena tidak semua penerimaan merupakan pendapatan daerah. Yang
dimaksud dengan pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayan bersih
4. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali
istilah pengeluaran daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud
dengan belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uanga,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
UU keuangan Negara menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekayaan
pihak lain adalah meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain
berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan
kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.
1.8Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Dengan berlandaskan pada dasar hukum di atas maka penyusunan APBD sebagai
rencana kerja keuangan adalah sangat penting dalam rangka penyelenggaraan fungsi
daerah otonom. Dari uraian tersebut boleh dikatakan bahwa APBD sebagai alat / wadah
untuk menampung berbagai kepentingan publik (public accountability) yang
diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan program. Berdasarkan Peraturan pemerintah
no 56 tahun 2005 dikatakan bahwa APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah , yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Berdasarkan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31,
Gubernur/Bupati/Walikota harus membuat pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
dalam bentuk laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan). Laporan keuangan ini terdiri atas Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan
Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Hal ini menuntut kemampuan manajemen
pemerintahan daerah untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien dan efektif.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun
2000 juga menyebutkan bahwa, penerimaan daerah adalah semua penerimaan kas
daerah dalam periode tahun anggaran tertentu. Pendapatan daerah adalah semua
penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah.
Pengeluaran daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu. Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode
tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Pengeluaran daerah adalah semua
pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu. Belanja daerah adalah
semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi
beban daerah
Struktur Belanja terdiri dari:
1. Aparatur Daerah dan Pelayanan Publik:
 Belanja Administrasi Umum
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
 Belanja Operasi dan Pemeliharaan
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
 Belanja Modal
2. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
3. Belanja Tidak Tersangka
Struktur Pembiayaan terdiri dari :
1. Penerimaan Pembiayaan:
 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu
 Transfer dari Rekening Dana Cadangan
 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
 Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah
 Penerimaan Piutang Daerah
2. Pengeluaran Pembiayaan:
 pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo
 Pembelian kembali obligasi daerah
 Penyertaan modal (investasi) daerah
 Pemberian piutang daerah
 Transfer ke rekening dana cadangan

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAP) adalah rangkaian sistematik dari


prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi
sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi
pemerintahan daerah. SAPD memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam
melakukan identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting kedalam buku besar,
penyusunan neraca saldo serta penyajian laporan keuangan. Disamping itu, SAPD
menjelaskan siapa melakukan apa sekaligus menegaskan transaksi apa dicatat
bagaimana. Oleh karena itu, langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam penyusunan
SAPD antara lain: mengidentifikasi prosedur, menentukan pihak pihakterkait,
menentukan dokumen terkait, menentukan jurnal standar dan menuangkannya dalam
langkah teknis.
SAPD terdiri atas sistem akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
dan sistem akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sistem akuntansi PPKD
meliputi teknik pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-LO, beban,
pendapatan-LRA, belanja, transfer, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan
koreksi, penyusunan laporan keuangan PPKD serta penyusunan laporan keuangan
konsolidasian pemerintah daerah. Sedangkan Sistem akuntansi SKPD meliputi teknik
pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA,
belanja, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi serta penyusunan laporan
keuangan SKPD.

2..9 Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah


Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.
Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam pasal 6
UU No. 17/2003 yaitu :
1. Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku
pejabat pengelola APBD
2. Dilaksanakan oleh Kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat
pengguna anggaran/ barang daerah.
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD
2. Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD
3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
peraturan daerah
4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah
5. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/


barang daerah mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya
2. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
3. Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya
4. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak
5. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya
6. Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya
7. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat
daerah yang dipimpinnya

Transaksi-transaksi pada sistem akuntansi PPKD, pihak-pihak yang terkait, dan


saat kapan pencatatan harus dilakukan.

1. Sistem Akuntansi Pendapatan Pihak Pihak yang terkait dalam sistem


akuntansi pendapatan pada PPKD antara lain:
a. Bendahara PPKD Bendahara PPKD mencatat dan membukukan
semua penerimaan pendapatan kedalam buku kas penerimaan,
membuat Rekap Penerimaan Harian yang bersumber dari
Pendapatan, dan melakukan penyetoran uang yang diterima ke kas
daerah setiap hari.
b. Fungsi Akuntansi PPKD mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO
dan Pendapatan LRA berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan
valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca, melakukan
posting  jurnal jurnal transaksi/kejadian pendapatan LO dan
pendapatan LRA kedalam Buku Besar masing masing rekening
(rincian objek), dan menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan SAL (LP.SAL),
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan keuangan.
c. PPKD selaku BUD PPKD selaku BUD menandatangani/mengesahkan
dokumen surat ketetapan pajak/retribusi daerah dan
menandatangani laporan keuangan yang telah disusun oleh Fungsi
Akuntansi SKPD.

2. Sistem Akuntansi Beban dan Belanja


Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi beban dan belanja antara
lain:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) PPK-PPKD
mencatat transaksi/kejadian beban dan belanja berdasarkan bukti-
bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku
Jurnal LO dan Neraca, melakukan posting jurnal-jurnal
transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA kedalam
Buku Besar masing-masing rekening (rincian objek), dan menyusun
Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan SAL, Laporan
Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Catatan atas
Laporan keuangan.
b. Bendahara Pengeluaran PPKD Bendahara Pengeluaran PPKD
mencatat dan membukukan semua pengeluaran beban dan belanja
kedalam buku kas umum PPKD dan membuat SPJ atas beban dan
belanja
3. Sistem Akuntansi Transfer
Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi transfer masuk dan transfer
keluar antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD dan Bendahara
Pengeluaran PPKD.
4. Sistem Akuntansi Pembiayaan Pihak-pihak yang terkait dengan sistem
akuntansi pembiayaan antara lain Fungsi Akuntansi PPKD, BUD, dan PPKD.
5. Akuntansi Kas dan Setara Kas Pihak-pihak yang terkait dalam sistem
akuntansi kas dan setara kas pada PPKD antara lain Pejabat Penatausahaan
Keuangan PPKD (PPKPPKD), Bendahara Penerimaan PPKD, Bendahara
Pengeluaran PPKD dan PPKD.
6. Sistem Akuntansi Piutang Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi
piutang antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan
Bendahara Penerimaan PPKD.
7. Sistem Akuntansi Investasi Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi
investasi antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan
PPKD.
8. Akuntansi Dana Cadangan Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi
dana cadangan antara lain :
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) PPK-PPKD
memiliki tugas mencatat transaksi/kejadian dana cadangan
berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah ke Buku Jurnal Umum,
memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian Dana Cadangan ke
dalam Buku Besar masing-masing rekening (rincian objek), dan
membuat laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan SAL
(LPSAL), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas (LAK),
Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
b. PPKD Dalam sistem akuntansi dana cadangan, PPKD memiliki tugas
menandatangani laporan keuangan PPKD sebelum diserahkan dalam
proses penggabungan/konsolidasi yang dilakukan oleh fungsi
akuntansi PPKD dan menandatangani surat pernyataan tanggung
jawab PPKD
c. Sistem Akuntansi SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada
pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

Transaksi-transaksi pada sistem akuntansi SKPD, pihak-pihak yang terkait, dan


saat kapan pencatatan harus dilakukan.
1. Sistem Akuntansi Pendapatan Pihak Pihak yang terkait dalam sistem
akuntansi pendapatan pada SKPD antara lain:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) PPK-SKPD
mencatat transaksi/kejadian pendapatan LO dan Pendapatan
LRA berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan valid ke
Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca, melakukan
posting jurnal jurnal transaksi/ kejadian pendapatan LO dan
pendapatan LRA kedalam Buku Besar masing masing rekening
(rincian objek), serta menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri
dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional
(LO), Neraca dan Catatan atas Laporan keuangan.
b. Bendahara Penerimaan SKPD Bendahara Penerimaan SKPD
mencatat dan membukukan semua penerimaan pendapatan
kedalam buku kas penerimaan, membuat Rekap  Penerimaan
Harian yang bersumber dari Pendapatan, dan melakukan
penyetoran uang yang diterima ke kas daerah setiap hari.
c. PA/KPA PA/KPA menandatangani/mengesahkan dokumen
surat ketetapan pajak/retribusi daerah dan menandatangani
laporan keuangan yang telah disusun oleh Fungsi Akuntansi
SKPD. 2.

2. Sistem Akuntansi Beban dan Belanja Pihak pihak yang terkait dalam sistem
akuntansi beban dan belanja antara lain:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) PPK-SKPD
melaksanakan fungsi akuntansi SKPD untuk mencatat transaksi/kejadian
beban dan belanja berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan valid ke
Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca, melakukan posting
jurnal-jurnal transaksi/kejadian beban dan belanja kedalam Buku Besar
masing masing rekening (rincian objek), dan menyusun Laporan
Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Operasional (LO), Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) , dan Catatan
atas Laporan keuangan.
b. Bendahara Pengeluaran SKPD Bendahara Pengeluaran SKPD mencatat
dan membukukan semua pengeluaran beban dan belanja kedalam buku
kas umum SKPD dan membuat SPJ atas beban dan belanja.
2.10 Prinsip penting dalam mengelola keuangan daerah

Menurut Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri


Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 Pasal 4, terdapat prinsip penting dalam
mengelola keuangan daerah meliputi :
1. Taat pada peraturan perundang-undangan, dengan maksud
bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada
peraturan perundang-undangan
2. Efektif, merupakan pencapaian hasil program dengan target yang
telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran
dengan hasil.
3. Efisien, merupakan pencapaian keluaran yang maksimum
dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah
untuk mencapai keluaran tertentu.
4. Ekonomis, merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas
dan kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah.
5. Transparan, merupakan prinsip keterbukaan ynag
memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan
daerah.
6. Bertanggung jawab, marupakan wujud dari kewajiban seseorang
untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian
sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan
kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
7. Keadilan, adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan
pendanaannya dan/keseimbangan distribusi hak dan kewajiban
berdasarkan pertimbangan yang objektif.
8. Kepatutan, adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan
dengan wajar dan proporsional.
9. Manfaat, maksudnya keuangan daerah diutamakan untuk
pemenuhan kebutuhan masayarakat
 
BAB III
PENUTUP
 
3.1 Kesimpulan
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban. Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena
jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31,
Gubernur/Bupati/Walikota harus membuat pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD dalam bentuk laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan). Laporan keuangan ini terdiri atas Laporan Realisasi APBD,
Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Hal ini menuntut
kemampuan manajemen pemerintahan daerah untuk mengalokasikan sumber
daya secara efisien dan efektif.
Keuangan daerah harus bisa dikelola dengan efisien oleh pemerintah
daerah masing-masing. Tetapi kenyataanya antara rencana yang sudah
ditetapkan dengan realisasi dalam pengelolaan keuangan daerah ada perbedaan,
hal ini dikarenakan adanya beberapa permasalahan yang sebagian besar
permasalahan-permasalahan tersebut disebabkan keadaan intern dari pejabat-
pejabat daerah itu sendiri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut sebenarnya
hal mendasar yang harus dirubah adalah sikap personal dari pejabat-pejabat
daerah terutama mengenai kebijakan menghambur-hamburkan dana yang
secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pribadi pejabat-pejabat
daerah.
Disamping itu, dengan adanya sumber dana keuangan daerah yang salah
satunya berasal dari bantuan pemerintah pusat maka diharapkan pemerintah
daerah memang harus bisa lebih efisien dalam mengelola keuanganya agar
anggaran dana dari pemerintah pusat yang sudah dianggarkan sebelumnya bisa
tercukupi dengan baik. Walaupun pemerintah pusat sudah memberikan instruksi
bahwa ketika keuangan daerah mengalami kekurangan bisa meminta ke
pemerintah pusat, tetapi secara langsung hal ini bisa membuat kondisi keuangan
pusat yang semakin berkurang dan secara tidak langsung akan membuat
kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuanganya akan menjadi
terhambat.
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun


2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daeraht
http://dokumen.tips/documents/sistem-pengelolaan-
keuangan-daerah 55b4fbc3f1668.
html http://keuanganlsm.com/kewenangan-pengelolaan-
keuangan-negara/
http://rajawaligarudapancasila.blogspot.co.id/2011/05/tiga-
belas-masalah keuangan-negara-dan.html

Anda mungkin juga menyukai