1. HERNANDA PRASETYO
2. NADHIYA NAJMI ZAKIYYAH
3. SRI ARDILA PUTRI
4. ADE DWI
5. ANDI AGUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan ke hadirat-Nya, atas
berkat,rahmat dan bimbingan-Nya,penulis tlah dapat menyelesaikan tugas
ini. Penulis menyadari bahwa selama dalam penyusunan tugas ini penulis
banyak mendapatkan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari
berbagai pihak, semoga tuhan melipat gandakan kebaikannya. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam dalamnya dan
sekaligus penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya tugas ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun tugas
masih banyak kekurangan baik dari segi cara penulisan maupun materi
kajiannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik ataupun
masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan tugas kedepannya.
Akhir kata, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk, ilmu yang
bermanfaat, serta ridha-Nya kepada kita. Amin ya Rabbal’aalamin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………..
Bab 1 pendahuluan……………………………………………………………………………….
a. Latar belakang……………………………………………………………………………
b. Rumusan masalah………………………………………………………………………
c. Tujuan……………………………………………………………………………………….
Bab II pembahasan……………………………………………………………………………….
a. Pemerintah daerah dan keuangan daerah……………………………………
b. Pengertian pengelolaan keuangan daerah……………………………………
c. Tujuan pengelolaan keuangan daerah…………………………………………
d. Peran dan fungsi pengelolaan keuangan daerah………………………….
e. Sumber keuangan daerah………………………………………………………….
f. Dasar hokum pengelolaan keuangan daerah……………………………...
g. Ruang lingkup keuangan daerah……………………………………………….
h. Prinsip penting dalam pengelolaan keuangan daerah…………………
Bab III penutup……………………………………………………………………………………
Bab I
pendahuluan
1.3Tujuan
Alur perintah atau alur kerja dipemerintahan daerah dalam mengelola keuangan
daerah serta fungsi pemerintah daerah dalam sistem pengelolaan keuangan daerah
terdiskripsi didalam skema berikut :
Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu
sendiri dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah menurut (Devas,dkk,1987;
279-280) adalah sebagai berikut :
1. Tangung jawab (Accountability) Pemerintah daerah harus
mempertanggungjawabkan keuangannya kepada lembaga atau orang yang
berkepentingan yang sah, lembaga atau orang itu termasuk pemerintah pusat,
DPRD, Kepala Daerah dan masyarakat umum. Adapun unsur-unsur penting dalam
tanggung jawab adalah mencakup keabsahan yaitu setiap transaksi keuangan
harus berpangkal pada wewenang hukum tertentu dan pengawasan yaitu tata
cara yang efektif untuk menjaga kekayaan uang dan barang serta mencegah
terjadinya penghamburan dan penyelewengan dan memastikan semua
pendapatan yang sah benar-benar terpungut jelas sumbernya dan tepat
penggunaanya.
2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan Keuangan daerah harus ditata dan
dikelola sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau ikatan
keuangan baik jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka panjang
pada waktu yang telah ditentukan.
3. Kejujuran , Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada
prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai yang betul-betul jujur dan dapat
dipercaya.
4. Hasil guna (Efektif) dan daya guna (efisien) Merupakan tata cara mengurus
keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah daerah
dengan biaya yang serendah- rendahnya dan dalam waktu yang secepat- cepatnya.
5. Pengendalian Para aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas
pengawasan harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat
tercapai.
Sesuai dengan UU RI No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 157,
Sumber- sumber penerimaan daerah terdiri dari 4 bagian, yakni :
1. Pendapatan Asli Daerah yaitu penerimaan yang diperoleh Daerah dari sumber-
sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hasil Pajak Daerah
Hasil Retribusi Derah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah 2.
2. Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi
Dana Bagi Hasil, adalah Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka
persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi
Dana Alokasi Umum, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN, yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
Dana Alokasi Khusus, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas nasional 3.
3. Pinjaman Daerah merupakan semua transaksi yang mengakibatkan daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak
lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali..
4. Lain- lain Pendapatan Daerah yang sah.
Dana Darurat dari Pemerintah, adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar
biasa, dan/atau krisis solvabilitas
Hibah, adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing,
badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah,
badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa,
rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang
tidak perlu dibayar kembali
Bantuan Keuangan
Bagi hasil dari Provinsi
Bahasan ruang lingkup keuangan daerah meliputi hak daerah, kewajiban daerah,
penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kekayaan daerah dan kekayaan pihak lain yang
dikuasai daerah. Secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup keuangan
daerah meliputi hal-hal dibawah ini:
1. Hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga
3. Penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah.
pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah
karena tidak semua penerimaan merupakan pendapatan daerah. Yang
dimaksud dengan pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayan bersih
4. Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali
istilah pengeluaran daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud
dengan belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uanga,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
UU keuangan Negara menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekayaan
pihak lain adalah meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain
berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan
kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.
1.8Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Dengan berlandaskan pada dasar hukum di atas maka penyusunan APBD sebagai
rencana kerja keuangan adalah sangat penting dalam rangka penyelenggaraan fungsi
daerah otonom. Dari uraian tersebut boleh dikatakan bahwa APBD sebagai alat / wadah
untuk menampung berbagai kepentingan publik (public accountability) yang
diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan program. Berdasarkan Peraturan pemerintah
no 56 tahun 2005 dikatakan bahwa APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan dewan
perwakilan rakyat daerah , yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Berdasarkan UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 31,
Gubernur/Bupati/Walikota harus membuat pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
dalam bentuk laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan). Laporan keuangan ini terdiri atas Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan
Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Hal ini menuntut kemampuan manajemen
pemerintahan daerah untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien dan efektif.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun
2000 juga menyebutkan bahwa, penerimaan daerah adalah semua penerimaan kas
daerah dalam periode tahun anggaran tertentu. Pendapatan daerah adalah semua
penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah.
Pengeluaran daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu. Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode
tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Pengeluaran daerah adalah semua
pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu. Belanja daerah adalah
semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi
beban daerah
Struktur Belanja terdiri dari:
1. Aparatur Daerah dan Pelayanan Publik:
Belanja Administrasi Umum
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
Belanja Operasi dan Pemeliharaan
- Belanja Pegawai/Personalia
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
Belanja Modal
2. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
3. Belanja Tidak Tersangka
Struktur Pembiayaan terdiri dari :
1. Penerimaan Pembiayaan:
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu
Transfer dari Rekening Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
2. Pengeluaran Pembiayaan:
pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo
Pembelian kembali obligasi daerah
Penyertaan modal (investasi) daerah
Pemberian piutang daerah
Transfer ke rekening dana cadangan
2. Sistem Akuntansi Beban dan Belanja Pihak pihak yang terkait dalam sistem
akuntansi beban dan belanja antara lain:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) PPK-SKPD
melaksanakan fungsi akuntansi SKPD untuk mencatat transaksi/kejadian
beban dan belanja berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan valid ke
Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca, melakukan posting
jurnal-jurnal transaksi/kejadian beban dan belanja kedalam Buku Besar
masing masing rekening (rincian objek), dan menyusun Laporan
Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Operasional (LO), Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) , dan Catatan
atas Laporan keuangan.
b. Bendahara Pengeluaran SKPD Bendahara Pengeluaran SKPD mencatat
dan membukukan semua pengeluaran beban dan belanja kedalam buku
kas umum SKPD dan membuat SPJ atas beban dan belanja.
2.10 Prinsip penting dalam mengelola keuangan daerah