Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA

DAERAH DALAM SIDANG DPD

Muhammad Azka Khairil


NPP 31.0022
Kelas I1
Absen 01

PRODI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2023
Daftar Isi

Daftar Isi...................................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
2.1 LKPJ..........................................................................................................3
2.2 Tahapan pembuatan laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah..........5
2.3 DPD...........................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................13

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelenggara pemerintahan dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara,
yang dalam peleksanaannya perlu dikelola dalam suatu pengelolaan keuangan
negara. Pengelolaan keuangan negara sebagai mana dimaksud dalam UUD 1945,
perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab untuk
sebesarbesarnya kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang harus dilaksanakan dengan tata kelola pemerintah yang baik
(good governance). Diharapkan dengan paradigma good governance tesebut dapat
menjadi acuan bagi negara berkembang untuk mewujudkan suatu pemerintahan
yang baik. Sesuai dengan asas otonomi dalam penyelenggaraan pemerintahan
Negara, sebagian kekuasaan Presiden diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Wali
Kota selaku pengelola keuangan daerah. Beberapa urusan yang telah dapat dan
lebih tepat diurus sendiri oleh daerah dan bersifat khas daerah, sudah tentu lebih
efektif dan memberikan hasil guna yang lebih baik bila dipercayakan kepada
masing-masing daerah untuk mengurusnya, dibandingkan jika urusan tersebut
masih ditangani oleh pemerintah pusat. Dalam menyelenggarakan otonomi,
daerah mempunyai hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut diwujudkan
dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk
pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah yang dikelola dalam sistem
pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dimaksud dilakukan
secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada
peraturan perundang-undangan.
Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala
daerah. Kepala daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut
bupati dan untuk Kota adalah walikota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang
wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten
disebut wakil bupati dan untuk Kota disebut wakil walikota. Kepala dan wakil

1
kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan. Kepala
daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada DPD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat. Upaya konkret dalam
mewujudkan akuntabilitas dan transparansi di lingkungan pemerintah
mengharuskan setiap pengelola keuangan negara untuk menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dengan cakupan yang lebih luas dan
tepat waktu.
1.2 Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Laporan Keterangan Pertanggungjawaban?
2. Bagaimana Pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam pelaksanaan
APBD?
1.3 Tujuan
Dari Rumusan Masalah diatas, didapatkan Tujuan dari penulisan makalah
ini diantaranya:
1. Mengetahui tentang Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
2. Mengetahui bagaimana Pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam
pelaksanaan APBD

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LKPJ
Laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) adalah laporan berupa
informasi penyelenggara pemerintahan selama satu tahun anggaran atau akhir
masa jabatan yang disampaikan kepala daerah kepada DPRD. Terdapat hal yang
perlu diketahui terkait LKPJ.
1. Jenis LKPJ
 LKPJ akhir tahun anggaran, disampaikan kepada DPRD paling lambat 3
bulan setelah tahun anggaran berakhir.
 LKPJ akhir masa jabatan, disampaikan kepada DPRD paling lambat 30
hari setelah pemberitahuan DPRD perihal berakhirnya masa jabatan
Kepala Daerah.
2. Muatan LKPJ
 Arah kebijakan umum pemerintah daerah, memuat: visi, misi, strategi,
kebijakan, prioritas daerah.
 Pengelolaan keuangan daerah secara makro, termasuk pendapatan dan
belanja daerah, memuat: pengelolaan pendapatan daerah.
 Penyelenggaraan urusan desentralisasi, memuat penyelenggaraan urusan
wajib dan urusan pilihan.
 Pasal 18 PP No.3/2010.
 Penyelenggaraan tugas pembantuan, memuat tugas pembantuan yang
diterima dari pemerintah dan provinsi beserta permasalahan dan solusi:
tugas pembantuan yang diberikan kepada desa.
 Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan.
3. Penilaian LKPJ
 Pelaksanaan penggunaan hak-hak DPRD diakhiri dengan Keputusan
DPRD untuk menerima dan menolak usul pernyataan pendapat DPRD.

3
 Bila DPRD menerima usul pernyataan pendapat, maka penerimaan
ditetapkan dengan Keputusan DPRD berikut saran dan penyelesaiannya.
 Apabila ada indikasi pidana, saran penyelesaian dapat diproses secara
hukum.
 Sambil menunggu keputusan hukum yang berkekuatan tetap, Kepala
Daerah tetap menjalankan tugas dan fungsinya sebagaimana mestinya.
 Kepala Daerah yang telah menyampaikan LKPJ Akhir Masa Jabatan dapat
dicalonkan kembali, sepanjang ada parpol atau gabungan parpol yang
mencalonkannya.
4. Tolak Ukur Penilaian LKPJ
 RPJPD
 RPJMD
 RKPD
 KUA/PPAS
 RKA/DPA SKPD
 Indikator kinerja program & kegiatan
 Perda APBD & Perda APBD Perubahan
5. Langkah Pengukuran Kinerja
 Penetapan indikator kinerja: identifikasi dan uraian ukuran kinerja pada
setiap indikator kinerja.
 Penetapan target kinerja: identifikasi target kinerja pada setiap indikator
kinerja.
 Penetapan capaian/realisasi kinerja: identifikasi realisasi pencapaian
kinerja.
 Evaluasi kinerja: membandingkan antara target dengan
pencapaian/realisasi kinerja pada setiap indikator kinerja, dan hitung
persen capaian indikator kinerja.
6. Evaluasi Kinerja LKPJ
 Evaluasi kinerja keuangan daerah, ditujukan kepada pencapaian kinerja
perolehan pendapatan, pencapaian kinerja, pengalokasian belanja, dan
kinerja pembiayaan (dengan menggunakan laporan pengawasan internal

4
DPRD dan hasil audit BPK, DPRD melihat dan mencermati berbagai
kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan pengelolaan
keuangan daerah.
 Evaluasi aspek politik, lebih ditujukan kepada peningkatan pengelolaan
kepemerintahan yang baik, seperti indikator-indikator partisipasi,
transparansi, akuntabilitas, penegakan hukum dan lain-lainnya.
 Evaluasi pelayanan publik, melihat sejauhmana penyelenggaraan program
dan kegiatan secara efektif mampu memenuhi sasaran dan tujuan yang
telah digariskan dalam perencanaan stratejik daerah yang bersifat tahunan
(penilaian kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik)

2.2 Tahapan pembuatan laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah


Berdasarkan PP No 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah, tahapan
pembuatan laporan pertanggungjwaban kepala daerah disebutkan bahwa:

a. APBD, P-APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap


tahun ditetapkan perda. (Pasal 16, Ayat 4)
b. Kepala Daerah menyampaikan Ranperda tentang pertangungjawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh BPK, selambat-lambatnya enam bulan setelah TA berakhir.
(Pasal 101)
c. Laporan keuangan pelaksanaan APBD disampaikan kepada BPK
selambat-lambatnya 3 bulan setelah Tahun Anggaran berakhir. (Pasal 102,
Ayat 1)
d. Pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK diselesaikan selambat-lambatnya
2 bulan setelah menerima laporan keuangan dari Pemda. (Pasal 102,
Ayat2)

5
e. Apabila sampai batas waktu itu BPK belum menyampaikan laporan hasil
pemeriksaan, Ranperda diajukan kepada DPRD. (Pasal 102, Ayat 3)
f. Kepala daerah berikan tanggapan dan lakukan penyesuaian terhadap
Laporan Keuangan berdasar hasil pemeriksaan BPK atas Laporan
Keuangan Pemda. (Pasal 103)

Dalam melakukan proses penyusunan laporan keuangan memerlukan


tahapantahapan dalam proses penyusunannya, dan tahapan penyusunan laporan
keuangan tersebut adalah sebagai berikut:

a. PPK-SKPD menyiapkan LK-SKPD tahun anggaran berkenaan dan


disampaikan kepada kepala SKPD untuk ditetapkan sebagai laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD.
b. Laporan keuangan disampaikan kepada PPKD sebagai dasar penyusunan
laporan keuangan pemda.
c. LK-SKPD disampaikan kepada kepala daerah melalui PPKD paling
lambat dua bulan setelah tahun anggaran berakhir.
d. Laporan keuangan itu disusun oleh pejabat pengguna anggaran sebagai
hasil pelaksanaan anggaran yang berada di SKPD yang menjadi tanggung
jawabnya.
e. PPKD menyusun LK Pemda dengan cara menggabungkan laporan-laporan
keuangan SKPD paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran berkenaan.
f. LK Pemda disampaikan kepada kepala daerah melalui Sekda selaku
koordinator pengelolaan keuangan daerah dalam rangka memenuhi
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

2.3 DPD
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia. Anggotanya merupakan perwakilan dari setiap
provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum serta merupakan majelis tinggi
dalam lembaga legislatif. Adapun anggota DPD RI biasa disebut senator. DPD

6
dibentuk pada 9 November 2001 melalui perubahan (amendemen) ketiga Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945.
Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (disingkat DPD RI atau
DPD), sebelum tahun 2002 dikenal sebagai Perwakilan Daerah, adalah organisasi
negara tingkat tinggi  dalam sistem ketatanegaraan Indonesia dengan anggota
adalah perwakilan dari setiap provinsi yang dipilih secara umum. pemilu dan
dipilih oleh majelis tinggi  legislatif. Sedangkan anggota DPD RI sering disebut
sebagai senator. Dewan Perwakilan Daerah atau DPD adalah organisasi negara
yang diakui oleh konstitusi. DPD dibentuk untuk mewakili aspirasi daerah.
Aspirasi di tingkat daerah akan mempengaruhi perumusan kebijakan atau
pengambilan keputusan politik di tingkat pusat. DPD merupakan wakil dari DPD
terpilih dalam pemilu di setiap provinsi di Indonesia. DPD merupakan salah satu
lembaga negara yang terbentuk setelah Amandemen UUD atau UUD 1945. DPD
menjalankan fungsi dan wewenang yang diatur dalam UUD 1945 dan undang-
undang.
Mengacu pada ketentuan Pasal 22D UUD 1945 dan Tata Tertib DPD RI
bahwa sebagai lembaga legislatif DPD RI mempunyai fungsi legislasi,
pengawasan dan penganggaran yang dijalankan dalam kerangka fungsi
representasi.
Tugas dan Wewenang DPD, diantaranya:
1. Pengajuan Usul Rancangan Undang Undang Mengajukan kepada DPR
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
dan daerah.
2. Pembahasan Rancangan Undang Undang Ikut membahas rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan
daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah; pengelolaan
sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah.

7
3. Pertimbangan Atas Rancangan Undang-Undang dan Pemilihan Anggota
BPK Pertimbangan atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan
dan belanja negara dan rancangan undangundang yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan dan agama. Serta memberikan pertimbangan kepada DPR
dalam pemilihan anggota BPK.
4. Pengawasan Atas Pelaksanaan Undang - Undang Pengawasan atas
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan dan
agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada DPR sebagai
bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
5. Penyusunan Prolegnas Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
6. Pemantauan dan Evaluasi Ranperda dan Perda Melakukan pemantauan dan
evaluasi atas rancangan Peraturan daerah (Raperda) dan Peraturan daerah
(Perda).
Struktur jabatan yang ada di DPD terdiri atas: Pimpinan,Komite, Badan
Kehormatan dan Pengurus-pengurus lain yang diperlukan.
 Pimpinan Sementara
Sebelum pimpinan tetap dilantik, DPD mengangkat pimpinan sementara
untuk memimpin sidang paripurna DPD dan pemilihan ketua dan wakil ketua
DPD. Pimpinan sementara terdiri dari ketua dan wakil ketua sementara DPD,
dimana ketua sementara merupakan anggota DPD tertua, sedangkan wakil ketua
sementara merupakan anggota DPD termuda.
Jika anggota tertua dan termuda berhalangan untuk hadir, maka posisi
tersebut bisa digantikan oleh anggota tertua dan termuda berikutnya.
 Pimpinan Tetap

8
Pimpinan tetap DPD terdiri dari seorang ketua dan beberapa wakil ketua.
 Komite I
Tanggung Jawab:
Komite I DPD RI merupakan pelengkap tetap DPD RI yang domainnya
didistribusikan dalam otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; serta
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah.
Beberapa tugas atau tanggung jawab dari komite I dengan memperhatikan
masalah daerah dan masyarakat, sebagai berikut:
1.  Pemerintah Daerah;
2.  Hubungan antara pusat dan daerah serta antar daerah;
3.  Pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;
4.  Pendirian dan tempat tinggal;
5.  Perencanaan wilayah dan tata ruang;
6.  Politik, hukum, hak asasi manusia dan ketertiban umum; dan
7.  Urusan Daerah di Perbatasan Nasional.
 Komite II
Tugas
Komite II DPD RI merupakan pelengkap tetap DPD RI yang mandatnya
terkait dengan pengelolaan sumber daya alam; dan mengelola sumber daya
ekonomi lainnya.
Lingkup kerja Komisi II yang diharapkan dapat dilaksanakan terkait dengan isu-
isu regional dan kemasyarakatan adalah sebagai berikut:
1.  Pertanian dan Penghijauan;
2.  Transportasi;
3.  Kelautan dan Perikanan;
4.  Energi dan sumber daya mineral;
5.  Kehutanan dan lingkungan hidup;
6.  Pemberdayaan ekonomi rakyat dan daerah tertinggal;
7.  Perindustrian dan Perdagangan;
8.  Investasi; dan
9.  Pekerjaan Umum

9
 Komisi III
Tugas dan tanggung jawab
Komite III DPD RI adalah badan pelengkap tetap DPD RI yang tugasnya di
bidang pendidikan dan agama.
Usulan lingkup Komisi III dilaksanakan dengan mempertimbangkan masalah
daerah dan masyarakat, sebagai berikut:
1.  Pendidikan;
2.  Agama;
3.  Kebudayaan;
4.  Kesehatan;
5.  Pariwisata;
6.  Pemuda dan olahraga;
7.  Kesejahteraan sosial;
8.  Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
9.  Tenaga Kerja dan Migrasi;
10.  Ekonomi Kreatif;
11.  Manajemen Kependudukan / Pencatatan Sipil;
12.  Pengendalian Penduduk / Keluarga Berencana; dan
13.  perpustakaan.
 Tanggung Jawab Komite IV
Komite IV DPD RI merupakan tambahan tetap DPD RI yang memiliki
pembagian wilayah dalam RUU yang berkaitan dengan APBN; perimbangan
keuangan pusat dan daerah; memperhatikan hasil pemeriksaan keuangan negara
dan pemilihan anggota BPK; Pajak; dan usaha mikro, kecil dan menengah.
Wilayah kerja Komisi IV yang direncanakan dilaksanakan dengan memperhatikan
masalah daerah dan masyarakat, sebagai berikut:
1.  Pendapat negara dan anggaran belanja;
2.  Pajak dan bea lainnya;
3.  Perimbangan keuangan pusat dan daerah;
4. Memeriksa hasil pemeriksaan keuangan negara dan pemilihan anggota BPK;
5.  Lembaga keuangan; dan

10
6.  Koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah.
 Sekretariat Jenderal
Untuk membantu terlaksananya fungsi DPD dengan baik, dibentuk
Sekretariat Bersama DPD yang diatur dengan Keputusan Presiden, dan stafnya
terdiri dari pegawai negeri sipil. Sekretaris Jenderal DPD dipimpin oleh Sekretaris
Jenderal yang diangkat dan diberhentikan dengan keputusan presiden atas usul
pengurus DPD.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara singkat LKPJ meliputi Laporan Pengelolaan Keuangan

Daerah serta kinerja sebagian dari Urusan Pemerintahan dalam

upaya pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan dalam

RKPD, yang secara lengkap telah dituangkan pada buku LKPJ

Kepala Daerah.

Nantinya LKPJ akan dituangkan dalam bentuk rekomendasi,

yang selanjutnya rekomendasi hasil evaluasi DPD tersebut

diharapkan akan menjadi masukan dan pertimbangan

pemkot/pemkab dalam penyusunan RKPD dan pelaksanaan

RPJMD.

3.2 Saran
Agenda penyampaian LKPJ diharapkan mampu menjadi sarana sinergitas
bagi pihak eksekutif dan legislatif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
serta menjadi media evaluasi kinerja pelaksanaan program dan kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

12
Daftar Pustaka

Dadang Solihin, Hasil Uji Coba Pengukuran Good Governance Index, Final
Workshop CGI, Jakarta, 2008
Faisal Akbar Nasution, Pemerintah Daerah dan sumber-Sumber Pendapatan Asli
Daerah, (Jakarta: PT. Sofmedia, 2009).

13

Anda mungkin juga menyukai