Anda di halaman 1dari 19

E-Learning Bendahara Penerimaan

PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PNBP

A. PERATURAN TERKAIT PNBP


 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
• UU No. 17 Tahun 2003 ttg Keuangan Negara.
• UU No. 1 Tahun 2004 ttg Perbendaharaan Negara.
• UU No. 9 Tahun 2018 ttg Penerimaan Negara Bukan Pajak.
• PP No. 73 tahun 1999 ttg Tatacara Penggunaan PNBP yang bersumber dari Kegiatan
Tertentu
• PP No. 1 Tahun 2004 ttg Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi PNBP.
• PP No. 29 Tahun 2009 ttg Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran,dan Penyetoran
PNBP Yang Terutang.
• PP Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Atas
Penetapan PNBP yang Terutang,
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
B. KEUANGAN NEGARA
a) Pengertian Keuangan Negara :
1. Pendekatan Sisi Obyek
Semua hak & kewajiban negara yg dapat dinilai dg uang, termasuk kebijakan &
kegiatan dalam bid. fiskal, moneter & pengel. Kekayaan negara yg dipisahkan,
serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang berhub. dg
pelaks. hak & kewajiban tersebut.
2. Pendekatan Sisi SUBYEK
Seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, PEMDA, Perusahaan Negara/Daerah, dan
badan lain yang ada kaitannya dgn keuangan negara.
3. Pendekatan Sisi PROSES
Seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek
sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.
4. Dari Sisi Tujuan
Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum
yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana
tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

b). PENGERTIAN PENDAPATAN NEGARA


Dalam UU Keuangan Negara dikenal istilah Pendapatan Negara dan
Penerimaan Negara. Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara,
sedangkan pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih. Pengertian Pendapatan disempurnakan di PP No.
71 Tahun 2010, yaitu semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Tidak semua Penerimaan Negara merupakan Pendapatan Negara. Penerimaan
Negara yang tidak akan dibayarkan kembali kepada pihak lain dikategorikan
Pendapatan Negara, misalnya penerimaan perhitungan pihak ketiga seperti potongan
iuran askes, potongan iuran pensiun dan tabungan hari tua.
a. PENGERTIAN BELANJA NEGARA
Dalam Undang-Undang Keuangan Negara juga dikenal istilah pengeluaran
negara dan belanja negara. Pengeluaran negara adalah uang yang keluar dari kas
negara, sedangkan belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Dalam PP No. 71 Tahun 2010, belanja
didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Tidak semua pengeluaran negara merupakan belanja negara karena
merupakan pembayaran kembali penerimaan Negara yang bukan hak pemerintah,
misalnya pengeluaran atas iuran pensiun dan tabungan hari tua kepada PT. Taspen,
dan pengeluaran atas iuran asuransi kesehatan kepada Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan.
C. PEJABAT PERBENDAHARAAN
a) Pejabat Perbendaharaan :
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
ditegaskan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan
pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan
tersebut dikuasakan kepada:
a. Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam
kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Menteri Keuangan sebagai pembantu
Presiden dalam bidang keuangan adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah
Republik Indonesia.
b. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna
Barangkementrian negara/lembaga yang dipimpinnya. Menteri/pimpinan lembaga
sebagai pembantu Presiden adalah Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang
tertentu pemerintahan
Selanjutnya dalam Pasal 15 UU No. 9 Tahun 2018 Menteri Keuangan selaku
pengelola fiskal dalam mengelola PNBP berwenang:
 menyusun kebijakan umum pengelolaan PNBP;
 mengevaluasi, menyusun, dan/atau menetapkan jenis dan tarif PNBP pada Instansi
Pengelola PNBP berdasarkan usulan dari Instansi Pengelola PNBP;
 menetapkan target PNBP dan/atau pagu penggunaan dana PNBP dalam rangka
penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau rancangan
anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan;
 menetapkan penggunaan dana PNBP;
 melakukan pengawasan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
PNBP;
 meminta instansi pemeriksa untuk melakukan Pemeriksaan PNBP terhadap
Instansi Pengelola PNBP, Wajib Bayar, dan/atau Mitra Instansi Pengelola PNBP;
 menetapkan Pengelolaan PNBP lintas Instansi Pengelola PNBP; dan
 melaksanakan kewenangan lain di bidang PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Terkait pengelolaan PNBP, Instansi Pengelola PNBP dibagi menjadi dua
yaitu :
1. Kementerian/Lembaga; dan
2. Kementerian yang menjalankan fungsi sebagai Bendahara Umum Negara.
Pimpinan Instansi Pengelola PNBP pada Kementerian/Lembaga mempunyai
tugas antara lain :
a. menyusun dan menyampaikan usulan jenis dan tarif PNBP;
b. mengusulkan penggunaan dana PNBP;
c. menyusun dan menyampaikan rencana PNBP dalam rangka penyusunan rancangan
anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau rancangan anggaran pendapatan
dan belanja negara perubahan;
d. memungut dan menyetorkan PNBP ke Kas Negara;
e. melaksanakan anggaran yang bersumber dari pagu penggunaan dana PNBP
f. mengelola piutang PNBP;
g. menyusun dan menyampaikan laporan pertanggung-jawaban PNBP
h. menunjuk pejabat kuasa pengelola PNBP; dan
i. melaksanakan tugas lain di bidang PNBP pada Instansi Pengelola PNBP yang
dipimpinnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP.
b) Pejabat Pengelolaan Keuangan Satker
1. Kuasa Pengguna Anggaran
Tugas dan wewenang :
 Menyusun DIPA;
 Menetapkan PPK dan PPSPM;
 Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran;
 Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana pencairan dana
 Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran Belanja Negara;
 Melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran atas beban anggaran negara;
 Memberikan supervisi, konsultasi, dan pengendalian pelaksanaan kegiatan
dan anggaran;
 Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
 Menyusun laporan keuangan dan kinerja sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh
PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. Untuk 1 (satu) DIPA, KPA
menetapkan 1 (satu) atau lebih PPK. Penetapan PPK ini juga tidak terikat periode tahun
anggaran. Jabatan PPK tidak boleh dirangkap oleh PPSPM dan bendahara.
3. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) adalah pejabat yang
diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan
pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran. Untuk 1 (satu) DIPA, KPA hanya
menetapkan 1 (satu) PPSPM. Penetapan PPSPM ini juga tidak terikat periode
tahun anggaran. Jabatan PPSPM tidak boleh dirangkap oleh PPK dan Bendahara

4. Bendahara Penerimaan
Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang Pendapatan
Negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja Kementerian
Negara/Lembaga Pemerintah Nonkementerian. Dalam melaksanakan anggaran
pendapatan pada kantor/Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga,
Menteri/ Pimpinan Lembaga dapat mengangkat Bendahara Penerimaan. Kewenangan
mengangkat Bendahara Penerimaan oleh PA dapat didelegasikan kepada
kepala Satuan Kerja.

Tugas Bendahara Penerimaan :


a. Menerima dan menyimpan uang Pendapatan Negara;
b. Menyetorkan uang Pendapatan Negara ke rekening Kas Negara secara
periodik sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
c. Menatausahakan transaksi uang Pendapatan Negara di lingkungan
Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja
d. Menyelenggarakan pembukuan transaksi uang pendapatan negara
e. Mengelola rekening tempat penyimpanan uang Pendapatan
Negara; dan
f. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bendahara kepada Badan
Pemeriksa Keuangan dan Kuasa BUN.
Pengangkatan Bendahara Penerimaan dilakukan setelah memenuhi kriteria yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku BUN. Pejabat/pegawai yang akan diangkat
sebagai Bendahara Penerimaan harus memiliki sertifikat Bendahara yang diterbitkan
oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk. Pengangkatan Bendahara
Penerimaan tidak terikat periode tahun anggaran.
Bendahara Penerimaan dan bendahara Pengeluaran merupakan Pejabat
perbendaharaan yang secara fungsional bertanggung jawab kepada Kuasa BUN dan
secara pribadi bertanggung jawab atas seluruh uang/surat berharga yang dikelolanya
dalam rangka pelaksanaan APBN.
Jabatan Bendahara Penerimaan tidak boleh dirangkap oleh KPA, PPK, PPSPM, atau
Kuasa BUN. Jabatan Bendahara Penerimaan juga tidak boleh dirangkap oleh Bendahara
Pengeluaran/BPP. Bendahara dibebaskan sementara dari jabatan Bendahara, apabila:
1. dalam proses pemeriksaan terdapat dugaan bahwa bendahara telah melakukan
perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai sehingga mengakibatkan
terjadinya kerugian negara; atau
2. Terjadi sesuatu yang menyebabkan bendahara tidak dapat melaksanakan tugasnya
dalam waktu paling singkat 3 (tiga) bulan.
Dalam hal bendahara dibebas tugaskan sementara dari jabatannya,
Menteri/Pimpinan Lembaga menetapkan pejabat pengganti sebagai bendahara.
Pengangkatan pejabat pengganti dapat didelegasikan kepada Kepala Kantor/Satker.
Bendahara dapat diberhentikan apabila :
 dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat;
 dijatuhi hukuman yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap;
 diberhentikan sebagai Pegawai Negeri;
 sakit berkepanjangan;
 meninggal dunia; atau
 mutasi berpindah tempat kerja
5. Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas uang/surat
berharga yang berada dalam pengelolaannya. Bendahara Pengeluaran bertanggung
jawab secara fungsional atas pengelolaan uang/surat berharga yang menjadi tanggung
jawabnya kepada Kuasa BUN.
6. Pejabat Lainnya
Pejabat lainnya diangkat untuk membantu melaksanakan pengelolaan keuangan
satker terutama terkait PNBP antara lain:

1. Petugas Pungut

Dalam hal diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan penerimaan, Kepala


Kantor/Satker dapat menunjuk petugas yang berfungsi untuk:
a) Menerima uang dari wajib bayar; dan
b) Menyampaikan uang yang diterimanya kepada Bendahara Penerimaan
atau langsung menyetorkannya ke Kas Negara atas nama Bendahara
Penerimaan.
Penunjukkan petugas dapat dilakukan dalam hal:
a) Lokasi penerimaan berbeda dengan lokasi tempat Bendahara Penerimaan
berada; dan/atau
b) Beban kerja yang berat dan tidak memungkinkan untuk dilakukan sendiri
oleh Bendahara Penerimaan
2. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah orang yang ditunjuk untuk
membantu Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang
berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu. Dalam rangka meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran belanja, kepala Satuan Kerja dapat
mengangkat Bendahara Pengeluaran Pembantu. Pejabat/pegawai yang akan diangkat
sebagai Bendahara Pengeluaran Pembantu harus memiliki sertifikat bendahara yang
diterbitkan oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk
D. Pengertian PNBP
Pengertian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menurut UU No. 9
Tahun 2018 adalah pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan
memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau
pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan
perundang-undangan, yang menjadi penerimaan pemerintah pusat di luar
penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme anggaran
pendapatan dan belanja negara. Subjek PNBP meliputi:
1. Orang pribadi; dan
2. Badan

E. JENIS PNBP
Seluruh aktivitas, hal, dan/atau benda, yang menjadi sumber penerimaan
negara di luar perpajakan dan hibah dinyatakan sebagai objek PNBP. Objek PNBP
memiliki kriteria:
1. pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah;
2. penggunaan dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara;
3. pengelolaan kekayaan negara; dan/atau
4. penetapan peraturan perundang-undangan
Objek PNBP sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 UU No. 9 Tahun 2018 meliputi: a .
Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Pemanfaatan Sumber Daya Alam adalah pemanfaatan bumi, air, udara, ruang
angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya yang dikuasai oleh negara.
b. Pelayanan
Pelayanan adalah segala bentuk penyediaan barang, jasa, atau pelayanan administratif
yang menjadi tanggung jawab Pemerintah, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan
Pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan adalah pengelolaan atas kekayaan negara yang
berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang dijadikan penyertaan modal
negara atau perolehan lain yang sah.
d. Pengelolaan Barang Milik Negara
Pengelolaan Barang Milik Negara adalah kegiatan penggunaan, pemanfaatan, dan
pemindahtanganan semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran
pendapatan dan belanja negara atau berasal dari perolehan lain yang sah.
e. Pengelolaan Dana
Pengelolaan Dana adalah pengelolaan atas dana pemerintah yang berasal dari anggaran
pendapatan dan belanja negara atau perolehan lain yang sah untuk tujuan tertent
f. Hak Negara Lainnya.
Hak Negara Lainnya adalah hak negara selain dari pemanfaatan Sumber Daya Alam,
pelayanan, pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan, pengelolaan Barang Milik
Negara, pengelolaan dana, dan yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PEMUNGUTAN DAN PENERIMAAN SETORAN PNBP

A. TARIF PNBP
A. Jenis Tarif PNBP :
a. Tarif Spesifik
Yang dimaksud dengan "tarif spesifik" adalah tarif yang ditetapkan
dengan nilai nominal uang
b. Tarif advalorem
Tarif advalorem adalah tarif yang ditetapkan dengan persentase dan formula.
B. Penetapan Tarif dengan Pertimbangan Tertentu
Dengan pertimbangan tertentu, tarif atas jenis PNBP dapat ditetapkan sampai dengan
Rp0,00 (nol rupiah) atau 0% (nol persen). Yang dimaksud dengan "pertimbangan tertentu”
antara lain :
a. penyelenggaraan kegiatan sosial
b. kegiatan keagamaan
c. kegiatan kenegaran dan
d. pertimbangan karena keadaan di luar kemampuan wajib Bayar atau kondisi kahar, serta
bagi masyarakat tidak mampu, mahasiswa berprestasi, dan usaha mikro, kecil, dan
menengah

B. Pemungutan/Pembayaran PNBP Terutang


I. Pengertian PNBP Terutang dan Wajib Bayar
PNBP Terutang adalah kewajiban PNBP dari wajib Bayar kepada Pemerintah
yang wajib dibayar pada waktu tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pihak yang harus membayar PNBP kepada instansi pemerintah
disebut Wajib Bayar. Yang dimaksud dengan Wajib Bayar adalah orang pribadi atau
Badan dari dalam negeri atau luar negeri yang mempunyai kewajiban membayar PNBP
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
II. Pemungutan/Pembayaran PNBP oleh Wajib Bayar
Wajib Bayar wajib membayar PNBP Terutang ke Kas Negara melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Dalam hal tertentu, wajib Bayar
dapat melakukan pembayaran PNBP Terutang melalui Instansi Pengelola PNBP atau
Mitra Instansi Pengelola PNBP. Selanjutnya Instansi Pengelola PNBP atau Mitra
Instansi Pengelola PNBP yang menerima pembayaran PNBP dari Wajib Bayar
menyetorkan seluruh PNBP pada waktunya ke Kas Negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
C. Bukti Pemungutan/Pembayaran PNBP
Kepada Wajib Bayar yang membayar PNBP yang terutang diberikan bukti
pemungutan/pembayaran PNBP. Ada beberapa jenis bukti pemungutan/ pembayaran
PNBP, diantaranya :

a) Tiket/Kupon/Tanda Masuk/Karcis

Contoh penerimaan ini adalah tiket masuk museum, tiket PJPU bandara, tiket
masuk taman nasional, dan sebagainya
b) Kuitansi
Contoh PNBP yang menggunakan kuitansi adalah penerimaan denda/biaya
perkara pada satker di lingkungan Kejaksaan Agung.
c) Bukti Penerimaan Negara
Bukti Penerimaan Negara (BPN) diberikan kepada Wajib Bayar apabila
membayar PNBP langsung ke Kas Negara melalui aplikasi Sistem Informasi
Penerimaan Negara Bukan Pajak Online (SIMPONI)

D. Penagihan Piutang PNBP


Dalam hal Wajib Bayar belum melakukan pembayaran PNBP Terutang, Instansi
Pengelola PNBP mencatat PNBP Terutang sebagai Piutang PNBP. Instansi Pengelola PNBP
wajib mengelola Piutang PNBP yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang piutang negara. Instansi Pengelola
PNBP yang tidak melaksanakan pengelolaan Piutang PNBP dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Dalam hal terjadi kurang bayar terhadap PNBP Terutang, Instansi Pengelola PNBP
atau Mitra Instansi Pengelola PNBP menetapkan PNBP Terutang. Penetapan PNBP
Terutang didasarkan pada:

1. hasil verifikasi dan/atau monitoring oleh Instansi Pengelola PNBP atau


Mitra Instansi Pengelora PNBP;
2. laporan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Bayar;
3. putusan pengadilan; dan/atau
4. sumber lainnya.

E. Denda Keterlambatan Pembayaran PNBP


Apabila pembayaran PNBP yang terutang melampaui tanggal jatuh tempo
pembayaran yang ditetapkan, Wajib Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda
sebesar 2% per bulan dari jumlah PNBP Terutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu)
bulan penuh.

DARI WAJIB BAYAR


PENYETORAN PNBP KE KAS NEGARA

A. WAKTU PENYETORAN PNBP


Pada prinsipnya seluruh PNBP yang terutang wajib disetor secepatnya ke kas negara oleh
wajib bayar. Dalam hal di suatu tempat tertentu tidak tersedia layanan bank/pos persepsi,
penyetoran ke kas negara dapat dilakukan melalui Bendahara Penerimaan. Penyetoran PNBP
oleh Bendahara Penerimaan dilaksanakan setiap akhir hari kerja saat PNBP diterima. Penyetoran
PNBP oleh Bendahara Penerimaan pada hari kerja berikutnya setelah PNBP diterima dapat
dilakukan dalam hal:
1. PNBP diterima pada hari libur/yang diliburkan;
2. layanan bank/pos persepsi yang satu kota dengan tempat/kedudukan Bendahara
Penerimaan tidak tersedia; atau
3. dalam hal tidak tersedia layanan bank/pos persepsi yang satu kota dengan tempat
kedudukan Bendahara Penerimaan, sepanjang memenuhi kondisi:
a. kondisi geografis satuan kerja yang tidak memungkinkan melakukan
penyetoran setiap hari;
b. jarak tempuh antara lokasi bank/kantor pos persepsi dengan
tempat/kedudukan Bendahara Penerimaan melampaui waktu 2 (dua) jam;
dan/atau
c. biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyetoran PNBP lebih besar
daripada penerimaan yang diperoleh.
B. MEKANISME PENYETORAN PNBP
atas suatu jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan wajib bayar/wajib
setor. Kode billing dapat diperoleh dengan cara:
1. wajib bayar/wajib setor melakukan perekaman data ke sistem penerimaan
negara;
2. diterbitkan oleh pejabat yang berwenang Penyetoran PNBP ke kas negara dapat
dilakukan oleh wajib bayar atau wajib setor. Penyetoran PNBP dilakukan secara
elektronik melalui layanan Modul Penerimaan Negara (MPN).
Wajib bayar/wajib setor melakukan penyetoran penerimaan negara ke
bank/pos persepsi menggunakan kode billing. Kode billing adalah kode identifikasi
yang diterbitkan oleh sistem billing di Direktorat Jenderal Anggaran. Untuk
selanjutnya unit eselon I Kementerian Keuangan ini disebut sebagai biller.
C. PENGESAHAN SETORAN PNBP
Setiap transaksi penerimaan negara harus mendapat Nomor Transaksi
Penerimaan Negara (NTPN) yaitu nomor yang tertera pada bukti penerimaan negara
yang diterbitkan melalui MPN. Penerimaan negara yang disetor oleh wajib bayar/wajib
setor/bendahara penerimaan diakui pada saat masuk ke rekening kas negara dan
mendapatkan NTPN. Selain NTPN, pengesahan penerimaan juga harus dilengkapi
nomor sesuai jenis mekanisme penyetoran yaitu sebagai berikut.
1. Nomor Transaksi Bank (NTB) yang terdapat pada dokumen sumber atas penerimaan
negara melalui bank. NTB adalah nomor bukti transaksi penyetoran penerimaan
negara yang diterbitkan oleh bank.
2. Nomor Transaksi Pos (NTP) yang terdapat pada dokumen sumber atas penerimaan
negara melalui pos. NTP adalah nomor bukti transaksi penyetoran penerimaan
negara yang diterbitkan oleh pos.
3. Nomor Penerimaan Potongan (NPP) yang merupakan pengesahan atas penerimaan
negara yang berasal dari potongan SPM. NPP adalah nomor bukti transaksi
penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM yang diterbitkan
PENGELOLAAN REKENING BENDAHARA PENERIMAAN

A. JENIS REKENING PADA SATUAN KERJA


6. Hak Negara Lainnya.
Hak Negara Lainnya adalah hak negara selain dari pemanfaatan Sumber Daya
Alam, pelayanan, pengelolaan Kekayaan Negara Dipisahkan, pengelolaan
Barang Milik Negara, pengelolaan dana, dan yang diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Objek PNBP sebagaimana dimaksud diatas dirinci menurut jenis. Jenis


PNBP selanjutnya diatur dengan Undang-Undang, peraturan pemerintah, dan/
atau Peraturan Menteri.

Anda mungkin juga menyukai