Anda di halaman 1dari 11

MEWUJUDKAN BENDAHARA PENGELUARAN PROFESIONAL MELALUIPEMAHAMAN TUGAS DAN FUNGSI

BENDAHARA PENGELUARAN

ABSTRAK

Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,membayarkan,


menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanjanegara dalam rangka
pelaksanaan APBN pada Kantor/Satuan Kerja KementerianNegara/Lembaga. Bendahara Pengeluaran
merupakan kunci sentral dalam pengelolaan dantanggung jawab masalah keuangan Negara dan
untukmenduduki jabatan tersebut dibutuhkankemampuan dan profesionalisme yang tinggi. Tugas-tugas
Bendahara Pengeluaran telahdicantumkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata CaraPembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Denganmemahami tugas dan fungsinya tersebut bendahara pengeluaran dapat menghilangkan
ataupunmeminimalisir kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan tugasnya sehingga dapat
menghindarkanbendahara pengeluaran dari masalah terjadinyakerugian keuangan negara akibat
tindakanmelanggar hukum atau kelalaian seseorang. Penulisan ini memberikan gamabaran betapapentingnya
pemahaman tentang tugas dan fungsi bendahara pengeluaran dalam menunjangpelaksanaan tugas.

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Penyelenggaraan pemerintahan negara guna mewujudkan tujuan bernegara harus dilakukan dalam suatu
sistem pengelolaan keuangan negara secara profesional, terbuka,dan bertanggung jawab yang diwujudkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pengelolaan keuangan negara, dirasakan semakin
pentingnya fungsi perbendaharaan dalam rangka pengelolaan sumber daya keuangan pemerintah yang
terbatas secara efisien. Fungsi utama perbendaharaan meliputi perencanaan kas yang baik, pencegahan
terjadinya kebocoran/penyimpangan, pencarian sumber pembiayaan yang paling murah, dan menghindari
adanya dana yang menganggur. Era global menuntut kita untuk mengelola perbendaharaan secara cepat,
tepat, terencana, komprehensif, dan terintegrasi. Pihak yang sangat berperan melaksanakan fungsi
perbendaharaan tentunya adalah Bendahara Pejabat perbendaharaan, sebagai penanggungjawab kegiatan
dan pengelola keuangan, haruslah pegawai yang kompeten dan berkualitas. Dan salah satu pejabat
perbendaharaan, yang merupakan kunci sentral dalam pengelolaan dan tanggung jawab masalah keuangan
negara, adalah Bendahara Pengeluaran. Bendahara pengeluaran merupakan pejabat fungsional yang
independen. Kendati bendahara merupakan pegawai kementerian teknis yang bersangkutan, dengan
independensinya, seorang bendahara pada hakekatnya memiliki kapasitas sebagai penguji terhadap keputusan
yang diambil oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. Dengan kapasitas tersebut, seorang
bendahara memiliki kedudukan seolah ‘’menteri keuangan’’. Meskipun dalam Undang-undang
Perbendaharaan Negara, Bendahara sebagai wakil dari menteri keuangan dalam pengelolaan keuangan negara
adalah pejabat fungsional yang seharusnya bebas dari intervensi atasannya secara struktural. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk menduduki jabatan tersebut dibutuhkan kemampuan dan profesionalisme yang
tinggi. Secara umum bendahara terdiri dari bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.
Keberadaannya begitu istimewa, betapa tidak dalam setiap organisasi pemerintah ataupun non pemerintah
bendahara nyaris wajib ada kecuali organisasi yang tidak membutuhkan fungsi bendahara. Bendahara identik
dengan istilah “tempat basah”, banyak orang yang ditunjuk jadi bendahara dan berakhir di sel tahanan. Ironi
ini terjadi kemungkinan bendaharawan itu tidak paham tugas dan fungsinya dan atau mungkin tidak mampu
menggunakan kewenangannya.
Seolah-olah bendaharawan adalah orang yang mampu “dikendalikan” oleh pemilik kepentingan. Sejatinya para
bendaharawan adalah orang-orang terpilih yang memiliki independensi dalam menatausahakan keuangan
yang dikelolanya. Secara konstitusional, tugas dan wewenang Bendahara Pengeluaran diatur dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 21, dan dalam rangka pelaksanaan APBN
tahun anggaran 2013, tugas-tugas Bendahara Pengeluaran telah dicantumkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah yaitu sejauh mana pemahaman tugas dan fungsi
bendahara pengeluaran dapat membantu pelaksanaan tugas bendahara pengeluaran.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.Bagaimana relevansi pemahaman tugas bendahara pengeluaran dengan bendahara pengeluaran profesional.

2.Upaya-upaya pencegahan apa saja yang dapat dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk meminimalisir
kesalahan dalam pelaksanaan tugas bendahara pengeluaran.

TUJUAN PENULISAN

1.Untuk mengetahui apa saja tugas bendahara pengeluaran

2.Untuk menemukan alternatif-alternatif yang dapat diajukan untuk meminimalisir kesalahan dalam
pelaksanaan tugas bendahara pengeluaran.

3.Sebagai bahan referensi bacaan bagi para bendahara pengeluaran maupun calon bendahara untuk
meningkatkan pemahaman mereka tentang tugas dan fungsinya

BAB II
KERANGKA TEORITIK, METODOLOGI, TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A.KERANGKA TEORITIK

1.Bendahara pengeluaran.

Di Indonesia perihal perbendaharaan negara telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.Dalam undang-undang tersebut Bendahara didefinisikansebagai setiap orang atau
badan yang diberi tugas untuk dan atas nama negara/daerah, menerima,menyimpan, dan
membayar/menyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barangnegara/daerah.

Secara umum bendahara terdiri dari bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran. Menurut Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012, Bendahara Pengeluaran adalah orangyang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada Kantor/Satuan Kerja Kementerian
Negara/Lembaga.

1. Bendahara Pengeluaran Profesional

Seseorang dapat dikatakan profesional manakala memiliki dua hal pokok, yaitu keahlian (kompetensi)
yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan hidupnya. Profesional
yang mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus
untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau
kualitas dan seseorang yang professional(Longman, 1987). Secara lebih rinci bendahara pengeluaran
professional tergambar dari fungsi dan tugas bendahara pengeluaran yang dijabarkan dalam
Pelaksanaan tugas kebendaharaan bendahara pengeluaran (berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 190/PMK.05/2012) meliputi:

1)Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat berharga dalam


pengelolaannya

2)Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK

3)Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan

4)Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran yangdilakukannya

5)Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban ke kas negara

6)Mengelola rekening tempat penyimpanan UP, dan

7)Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN selaku kuasa BUN

Pelaksanaan tugas tersebut menuntut seorang bendahara pengeluaran untuk bekerja disiplin, taat
aturan dan mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Begitulah kemampuan professional bendahara
pengeluaran

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1.Pemahaman tugas dan fungsi bendahara pengeluaran

Dalam PMK 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka PelaksanaanAnggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, yang dimaksud dengan bendahara pengeluaranadalah orang yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam pelaksanaan APBN pada
kantor / Satker Kementerian Negara / Lembaga.
Ada lima tupoksi seorang bendahara pengeluaran yaitu menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan. Menerima, menyimpan merupakan hal yang sudah
umum. Pembayaran yang dilakukan oleh bendaharawan dilakukan setelah menguji tagihan-tagihan
yang diajukan, dan berhak menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan.

Pembayaran dilaksanakan setelah dilakukan pengujian atas perintah pembayaran yang meliputi :

a).Meneliti kelengkapan berkas yang disertakan dalam permintaan pembayaran yang diterbitkan oleh
PPK.

b).Kebenaran atas hak tagih meliputi:

1.pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran,

2.nilai tagihan yang harus dibayar,

3.kapan tagihan itu dibayarkan, dan

4.menguji ketersediaan dana.

c).Pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang disebutkandalam


dokumen perjanjian/kontrak, dan Pengujian fisik ini tidak diatur begitu detail dalamPeraturan
dimaksud, apakah bendaharawan turun kelapangan atau hanya sebatas dokumennya.Namun jika
boleh saya berpendapat disinilah salah satu kewenangan bendahara. Salah satu tugaspenting para
pejabat perbendaharaan adalah penyelamatan keuangan Negara. Jika bendaharawanmerasa perlu
untuk melakukan pengecekan kelapangan dan tidak mengganggu kegiatannyasebagai bendahara maka
sah-sah saja. Pihak PPK dan penerima barang dan jasa harus mendukung keinginan bendahara
tersebut. Ragam pengujian yang dilakukan bendahara semata-mata adalah untuk penyelamatan
keuangan Negara atas dasar itulah dia berhak menolak tagihan jika tidak memenuhi persyaratan.

d).Pemeriksaan dan pengujian ketetapan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran(6digit)


Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) atau Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM), hal ini memberikan
ruang independensi bagi seorang bendahara pengeluaran. Pengujian yangdilakukan tidak boleh ada
intervensi dari pejabat manapun atau pihak manapun. Hal ini akan sangat berbeda jika pengajuan
tagihan sarat akan berbagai kepentingan akan salah satu pihak. Pada kondisi seperti ini bendahara
pengeluaran diperbolehkan menunjukkan independensinya atau kewenangannya. Seharusnya setiap
pejabat perbendaharaan menjunjung tinggi integritas dan selalu berusaha melakukan penyelamatan
keuangan Negara, dengan membayar kepada pihak yang seharusnya berhak sesuai dengan ketentuan
dan perundang-undangan yang berlaku.

Tugas menatausahakan mengandung pengertian seluruh kegiatan Bendahara Pengeluaran (fungsi


kebendaharaan yang telah disebutkan diatas) harus diadministrasikan dengan menggunakan prosedur
sesuai kaidah pengendalian internal.Tugas mempertanggungjawabkan mengandung pengertian bahwa
bendahara pengeluaran baik sebagai pemberi tugas atau penerima tugas, dapat memastikan bahwa
tugas yang diberikan terlaksana dengan baik dan mengkomunikasikan pelaksanaan tugasnya sebagai
bentuk dari pertanggungjawabannya. Adapun sarana pertanggungjawaban yang digunakan adalah
berupa Laporan pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN) karena
pada hakekatnya uang yang dikelola merupakan bagian dari APBN. Walaupun seorang bendahara
pengeluaran memiliki keistimewaan tetap saja dia adalah pejabat perbendaharaan yang wajib
mempertanggungjawabkan semua kewenangannya juga semua tugas yang telah dilaksanakannya.
Secara struktural seorang bendahara pengeluaran memiliki jabatan atau pangkat dibawah pejabat
perbendaharaan, namun sebagai sesama pejabat perbendaharaan yang memiliki fungsi “check and
balance” seorang bendahara pengeluaran dapat menolak pengajuan tagihan dari PPK bila tidak
memenuhi persyaratan. Sinergi adalah jawaban dari semua “kesenjangan” yang mungkin terjadi
diantara pejabat perbendaharaan, juga solusi untuk saling menghargai independensi seorang
bendahara pengeluaran.

Relevansi pemahaman tugas bendahara pengeluaran dengan bendahara pengeluaran profesional.


Sebagaimana yang telah disampaikan diatas bahwa bendahara pengeluaran professional dalam
melaksanakan tugas dan fungsi harus memiliki tiga (3) kemampuan dasar yaitu skill, knowledge dan
attitude.

Bendahara pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara, UU No. I tahun 2004Tentang Perbendaharaan
Negara,Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 dan beberapa peraturan lain yang
berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara.Hal ini menunjukkan bahwa untuk menduduki jabatan
tersebut dibutuhkan kemampuan dan profesionalisme yang tinggi. Tuntutan profesionalisme tersebut
tergambar jelas pada ayat/pasal-pasal yang mengatur mengenai bendahara, antara lain:

1.bendahara sebagai jabatan fungsional. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 10 ayat (3) UU No.1/2004
tentang Perbendaharaan Negara yang menyatakan bahwa “Bendahara Penerimaan dan Bendahara
Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah Pejabat Fungsional.”

2.bendahara pengeluaran wajib menolak permintaan bayar yang tidak disertai bukti pengeluaran yang
sah. Pasal 21 ayat (4) UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan kewenangan ini
sebagai berikut: “Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila persyaratan pada ayat (3) tidak dipenuhi”. Sedangkan
persyaratan yang dimaksudkan pada ayat (3) tersebut adalah:

a)kelengkapan perintah pembayaran,

b)kebenaran perhitungan tagihan, dan

c)ketersediaan dana.

Pasal ini menuntut agar bendahara pengeluaran memiliki independensi atau kemandirian dalam
tugas/pekerjaannya. Perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran wajib ditolak
jika perintah tersebut tidak lengkap atau tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
walaupun secara struktural bendahara pengeluaran berada di bawah PenggunaAnggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran.

1.bertanggung jawab secara pribadi. Hal ini merupakan warning yang cukup efektif bagi setiap
bendahara. Pasal 21 ayat (5) UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara menegaskan secara jelas
akan hal ini, “Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang
dilaksanakannya”. Atas dasar hal ini, bendahara pengeluaran dituntut untuk bekerja secara hati-hati.
Sebab, kesalahan hitung ataupun kesalahan bayar akan menjadi tanggungjawabnya secara pribadi.

2.bendahara dibatasi dalam kegiatan perdagangan. Disebutkan dalam Pasal 10 ayat (5) UU No. 1/2004
bahwa “Bendahara Penerimaan/Pengeluaran dilarang melakukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaanpemborongan danpenjualan jasa atau bertindak sebagai
penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut.” Pasal ini menuntut seorang bendahara
pengeluaran konsentrasi penuh dalam mengemban jabatannya, tanpa membuka kesempatan untuk
melakukan pekerjaan tambahan di bidang perdagangan dan sejenisnya.

3.jika terjadi kerugian negara yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran maka pengenaan ganti
kerugiannya langsung ditangani oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). “Pengenaan ganti kerugian
negara/daerah terhadap bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan”, demikian
disebutkan dalam Pasal 62 ayat (1) UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara. Hal ini berbeda
dengan pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai bukan bendahara yang ditetapkan
sendiri oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota. Penetapan oleh pihak eksternal
(BPK) tentu berbeda secara psikologis maupun dampak yang akan ditanggung oleh pegawai yang
bersangkutan.Dari gambaran tersebut terlihat bahwa jabatan bendahara begitu ”istimewa” dalam
pengelolaan keuangan negara. Hal ini mengakibatkan keadaan ideal yang diinginkan oleh undang-
undang tidak sepenuhnya dapat terwujud. Bendahara pengeluaran sering kali mengalami kesulitan
dalam pelaksanaan tugas pekerjaannya.

Beberapa contoh kesulitan yang dihadapi bendahara pengeluaran adalah sebagai berikut:

1.bendahara sering mengalami kesulitan dalam menolak permintaan bayar yang diajukan oleh
pimpinan (kuasa pengguna anggaran) walaupun permintaan tersebut tidak disertai dengan bukti-bukti
pembayaran yang sah. Bendahara pengeluaran secara structural berada di bawah pimpinan kantor
yang notabene adalah kuasa pengguna anggaran. Daftar Penilaian Prestasi Pegawai (DP3) akan
menjadi taruhan jika melakukan penolakan. Atau pimpinan akan melakukan penggantian bendahara
pengeluaran dengan berbagai alasan. Sementara itu, sampai saat ini masih cukup banyak pimpinan
kantor/satuan kerja yang belum/kurang memahami peraturan perundangan yang baru mengenai
pengelolaan keuangan negara pada sebuah kantor/satuan kerja.

2.tidak adanya imbalan yang memadai kepada bendahara pengeluaran dapat memicu tindakan yang
bertentangan dengan norma dan etika. Di satu sisi para bendahara pengeluaran tidak mendapatkan
tunjangan jabatan, sementara itu pada sisi yang lain mereka harus mempertaruhkan semua harta
pribadinya jika melakukan tindakan yang merugikan negara. Saat ini para bendahara pengeluaran
memang telah menerima honor,namun sebuah jabatan tidak hanya berkaitan dengan honor tetapi
juga menyangkut penghargaan, kemandirian, ataupun karier mereka. Konsekuensi dari sebuah jabatan
fungsional tidak hanya pada adanya tunjangan jabatan, tetapi lebih dari itu.

3.jika terjadi pemeriksaan keuangan baik oleh aparat pemeriksa internal maupun eksternal,bendahara
pengeluaran selalu menjadi objek utama dan pertama untuk diperiksa. Bendahara pengeluaran harus
mempertanggungjawabkan semua pengeluaran keuangan yang dikelolanya. Pada saat diperiksa
bendahara pengeluaran selalu ”sport jantung” apalagi jika merasa pembukuan atau pengelolaan
keuangannya ada yang tidak/kurang benar. Bendahara pengeluaran harus siap-siap terhadap
kemungkinan adanya kerugian negara. Jika pemeriksa menemukan kesalahan, tidak jarang pimpinan
kantor/satuan kerja ikut-ikutan menyalahkan bendahara. Hal ini merupakan beban psikologis yang
tidak ringan.

Hal di atas merupakan contoh kecil kesulitan-kesulitan yang dihadapi para bendahara pengeluaran
pada kantor/satuan kerja. Amanat Undang-Undang Perbendaharaan Negara mengenai fungsionalisasi
jabatan bendahara sudah mendesak untuk segera direalisasikan. Pasal 70 ayat (1) UU No. 1/2004
tentang Perbendaharaan Negara memberikan tenggang waktu sampai 1 (satu) tahun, ”Jabatan
fungsional bendahara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dibentuk selambat-lambatnya 1 (satu)
tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.” Walaupun waktu satu tahun tersebut telah lewat,
bukan berarti kewajiban Pemerintah untuk merealisasikannya menjadi gugur.Hal ini justru harus
memacu Pemerintah untuk segera merealisasikannya.

1.Alternatif-alternatif pemecahan masalah


Bendahara Pengeluaran mempunyai posisi yang strategis dan kewenangan yang mutlak mengenai
masalah keuangan negara, untuk mencegah terjadinya kerugian keuangan negara akibat tindakan
melanggar hukum atau kelalaian seseorang. Ketua BPK Agung Firman Sampurna mengatakan, terdapat
4.904 temuan yang memuat 5.480 permasalahan dalam pemeriksaan BPK di semeter II tahun 2019.
Agung merinci terdapat 971 (18%) permasalahan kelemahan sistem pengendalian intern,
permasalahan kelemahan sistem pengendalian intern 1.725 (31%) atau sebesar Rp 6,25 triliun. Serta
permasalahan ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan sebanyak 2.784 (51%) dengan
nilai Rp 1,35 triliun

Berikut ini disajikan beberapa jenis pengeluaran anggaran yang kerap terjadi penyimpangan dalam
pengelolaannya, beserta upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran untuk
mencegah terjadinya kerugian negara.

Pembayaran ganda kepada pejabat yang ditugaskan/diperbantukan di unit/instansi/lembaga lain,


biasanya dilakukan dengan cara memberikan gaji dan tunjangan sesuai kedudukannya pada instansi
tempatnya diperbantukan, tanpa mencabut gaji dan tunjangan di tempat asal dia bekerja.

Upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan:

1.Melakukan penelitian apakah surat keputusan pemberhentian pembayaran gaji/tunjangan atas


pejabat yang diperbantukan ke instansi/lembaga lain telah dikeluarkan segera setelah yang
bersangkutan diperbantukan ke instansi lain;

2.Melakukan penelitian apakah pembayaran gaji/tunjangan pejabat yang bersangkutan telah


dihentikan pada bulan terhitung sejak persetujuan untuk diperbantukan dikeluarkan.

Perjalanan dinas fiktif dan atau perjalanan dinas yang tidak diperlukan,biasanya dilakukan dengan
cara menerbitkan surat perintah perjalanan dinas pejabat/pegawai ke suatu tempat tertentu, yang
pertanggungjawabannya dibuat dengan memalsukan cap dinas serta tandatangan pejabat yang
berwenang menyetujui waktu tiba ke dan berangkat dari instansi/tempat yang dituju.

Upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan:

1.Melakukan pengecekan mengenai kesesuaian perjalanan dinas yang telah dilaksanakan dengan
keperluan perjalanan dan jadwal kerja yang telah direncanakan;

2.Menganalisis beban kerja yang harus diselesaikan di luar kota dengan lamanya perjalanan dinas, dan
dengan memperhatikan pula jarak yang harus ditempuh serta fasilitas transportasi yang tersedia;

3.Memastikan bahwa surat tugas dan surat perintah perjalanan dinas telah diproses sesuai prosedur,
dan ditandatangani pejabat yang berwenang;

4.Mengecek kesesuaian perjalanan dinas pejabat/pegawai dengan daftar kehadiran dikantor


pejabat/pegawai yang bersangkutan, serta kemungkinan adanya kegiatan pejabat/pegawai di kantor
tersebut pada saat yang bersangkutan berstatus di luar kota;

5.Memastikan bahwa surat perintah perjalanan dinas telah ditandatangani oleh pejabat instansi yang
dikunjungi;

6.Memastikan bahwa pejabat/pegawai yang diberi penugasan ke luar kota memangkompeten untuk
melaksanakan penugasan tersebut;

7.Bila diperlukan, melakukan konfirmasi kepada unit kerja yang dituju, apakah pejabat/ pegawai yang
ditugaskan ke luar kota benar berada dan bertugas di kota tersebut padawaktu/tanggal sebagaimana
yang tercantum dalam surat perintah perjalanan dinas;

8.Memastikan bahwa terdapat laporan hasil perjalanan dinas dengan bobot sebanding dengan
lamanya penugasan di luar kota
Pengeluaran belanja barang/jasa fiktif, biasanya dilakukan dengan cara melakukan pembelian
barang/jasa untuk suatu kegiatan unit tertentu yang sebenarnya tidak ada.

Upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan:

1.Melakukan control hubungan antara tingkat kesibukan kerja unit pemakai barang/jasa dengan
penggunaan barang/jasa pada saat pembelian dilakukan;

2.Melakukan konfirmasi kepada rekanan terkait mengenai jumlah barang yang ditagih dan kebenaran
jumlah tagihan;

3.Melakukan pengujian fisik terhadap persediaan barang apakah barang yang dibeli benar-benar
diterima di gudang sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang disebutkan.

Pengeluaran belanja pemeliharaan dan perbaikan gedung kantor, rumah dinas, kendaraan dinas,
dan peralatan kantor fiktif atau digunakan untuk perbaikan kendaraan atau peralatan pribadi.

Upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan :

1.Melakukan pengujian terhadap bukti-bukti pembayaran apakah telah sesuai dengan kegiatan
operasional kantor;

2.Melakukan pengujian apakah terdapat pengeluaran fiktif untuk pembentukan dana taktis yang
digunakan untuk menanggulangi pengeluaran pribadi atau di luar kedinasan;

3.Meneliti anggaran untuk perbaikan/perawatan gedung dikaitkan dengan daftar inventaris


barang/asset tidak bergerak;

4.Melakukan pemeriksaan fisik di lapangan dengan disertai pembuatan berita acara pemeriksaan fisik;

5.Meminta penjelasan/keterangan perihal pelaksanaan pekerjaan dari rekanan/kontraktor/ pelaksana


pekerjaan dan pemberi pekerjaan.

BAB III

PENUTUP

1.KESIMPULAN

Pemahaman tugas dan fungsi bendahara pengeluaran merupakan hal mutlak yang harus diketahui
sebagai langkah awal untuk dipelajari. Dalam melaksanakan tugas kebendaharaan bendahara
pengeluaran Kementerian Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.05/2012 tanggal 29 November 2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. PMK ini berlaku mulai berlaku tanggal 01
Januari 2013. Ada lima tupoksi seorang bendahara pengeluaran yaitu menerima,
menyimpan,membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan.

Mengingat beratnya tugas yang diemban oleh Bendahara Pengeluaran, maka pegawai yang akan
diserahi jabatan tersebut dituntut untuk memiliki kualifikasi tertentu seperti karakter, tingkat
pendidikan, pengetahuan tentang akuntansi, pengetahuan tentang keuangan negara, pemahaman
menyeluruh tentang tugas dan fungsinya dan lain sebagainya .

1.REKOMENDASI
Bagi para bendahara, khususnya bendahara pengeluaran agar benar-benar memahami tugas dan
fungsinya agar dapat meminimalisir kesalahan dalam pelaksanaan tugas
PRINT
Latar Belakang.

Penyelenggaraan pemerintahan negara guna mewujudkan tujuan bernegara harus


dilakukan dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara secara profesional,
terbuka,dan bertanggung jawab yang diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pengelolaan keuangan negara,
dirasakan semakin pentingnya fungsi perbendaharaan dalam rangka pengelolaan
sumber daya keuangan pemerintah yang terbatas secara efisien. Era global
menuntut kita untuk mengelola perbendaharaan secara cepat, tepat, terencana,
komprehensif, dan terintegrasi. Pihak yang sangat berperan melaksanakan fungsi
perbendaharaan tentunya adalah Bendahara Pejabat perbendaharaan, sebagai
penanggungjawab kegiatan dan pengelola keuangan, haruslah pegawai yang
kompeten dan berkualitas. Dan salah satu pejabat perbendaharaan, yang
merupakan kunci sentral dalam pengelolaan dan tanggung jawab masalah
keuangan negara, adalah Bendahara Pengeluaran. Secara umum bendahara terdiri
dari bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran. Keberadaannya begitu
istimewa, betapa tidak dalam setiap organisasi pemerintah ataupun non
pemerintah bendahara nyaris wajib ada kecuali organisasi yang tidak
membutuhkan fungsi bendahara. Bendahara identik dengan istilah “tempat
basah”, banyak orang yang ditunjuk jadi bendahara dan berakhir di sel tahanan.
Ironi ini terjadi kemungkinan bendaharawan itu tidak paham tugas dan fungsinya
dan atau mungkin tidak mampu menggunakan kewenangannya.

Seolah-olah bendaharawan adalah orang yang mampu “dikendalikan” oleh


pemilik kepentingan. Sejatinya para bendaharawan adalah orang-orang terpilih
yang memiliki independensi dalam menatausahakan keuangan yang dikelolanya.
Secara konstitusional, tugas dan wewenang Bendahara Pengeluaran diatur dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 21,
dan dalam rangka pelaksanaan APBN tahun anggaran 2013, tugas-tugas
Bendahara Pengeluaran telah dicantumkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja tugas bendahara pengeluaran


2. Untuk menemukan alternatif-alternatif yang dapat diajukan untuk
meminimalisir kesalahan dalam pelaksanaan tugas bendahara pengeluaran.
3. Sebagai bahan referensi bacaan bagi para bendahara pengeluaran maupun
calon bendahara untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang tugas
dan fungsinya.

Permasalahan

Dari latar belakang yang sudah dikemukakan diatas, dapat diidentifikasi masalah
yaitu sejauh mana pemahaman tugas dan fungsi bendahara pengeluaran dapat
membantu pelaksanaan tugas bendahara pengeluaran. Kemudian berdasarkan
identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana relevansi pemahaman tugas bendahara pengeluaran dengan


bendahara pengeluaran profesional.

2. Upaya-upaya pencegahan apa saja yang dapat dilakukan oleh bendahara


pengeluaran untuk meminimalisir kesalahan dalam pelaksanaan tugas
bendahara pengeluaran.

Permasalahan tersebut hadir karena merupakan sebuah dinamika atas pekerjaan


yang kita hadapi atau kita emban. Permasalahan yang hadir juga dapat
membentuk atau menempa karakter Aparatur Sipil Negara menjadi Aparatur yang
professional. Profesionalitas tentunya juga ditentukan oleh latar belakang dan
keahlian yang dimiliki oleh masing-masing personel Aparatur Sipil Negara.
Slogan “the right man on the right place” tentunya sangat berpengaruh didalam
menunjang profesionalitas kerja ASN, karena seseorang yang memiliki keahlian
tertentu harus ditempatkan di tempat yang semestinya.

Anda mungkin juga menyukai