LANDASAN TEORI
Secara umum bendahara dikenal sebagai orang yang diberikan wewenang dan
kerja tertentu. Uang yang dikelola oleh bendahara pengeluaran mencakup uang
pengeluaran. Perbedaan utama pada kedua bendahara tersebut terletak pada objek
dan kompleks dalam hal menatausahakan keuangan yang terkait dengan belanja
yang dilakukan oleh sebuah satuan kerja. Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2004,
11
12
(BPP).
juga merupakan pejabat fungsional. Artinya fungsi dan tugas yang dilakukan sangat
erat kaitannya dengan pelayanan fungsional pada satuan kerja yang bersangkutan.
Sesuai dengan amanat PMK Nomor 162 Tahun 2013 pada Pasal 1, pengangkatan
BUN/Kuasa BUN dan bertanggung jawab secara pribadi terhadap seluruh uang
ataupun surat berharga yang dikelolanya. Berdasarkan PMK Nomor 162 Tahun
2013 pada pasal 19, jenis-jenis uang/surat berharga yang dimaksud adalah meliputi:
b. uang yang berasal dari kas negara melalui penerbitan SPM LS Bendahara,
c. uang yang berasal dari potongan atas pembayaran yang dilakukan sejalan dengan
tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN tepatnya pada pasal 23 ayat (2) yang mana
perintah KPA;
untuk dibayarkan;
(penerimaan atau pengeluaran) yang telah dilakukan ke dalam catatan atau buku
yang telah disiapkan dan menyajikan hasil tranaksi keuangan menjadi informasi
keuangan yang relevan untuk pengambilan keputusan (Wahyu, 2008 dikutip dalam
mengidentifikasi transaksi apa saja yang dilakukan oleh suatu perusahaan maupun
satuan kerja. Pembukuan tidak hanya dilakukan oleh seorang akuntan, tetapi juga
merupakan salah satu kegiatan wajib yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran
Namun, perlu diketahui bahwa kegiatan pembukuan tidak boleh dilakukan dengan
bendahara pengeluaran:
APBN,
Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran dan Belanja Negara APBN,
Pertanggungjawaban Bendahara,
3/PB/2014 pada pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa bendahara diwajibkan untuk
berharga yang dilakukan oleh satker, temasuk hibah dan bantuan sosial. Namun,
perlu digarisbawahi bahwa pembukuan hibah dan bantuan sosial tidak dilakukan
bendahara pengeluaran atas kegiatan transaksi pada satuan kerja baik berupa
operasional satuan kerja, misalnya belanja honor, belanja gaji, dan lain sebagainya.
dahulu dokumen sumber yang sah sebagai bukti transaksi dan dasar pembukuan.
diperhatikan bahwa dokumen SPM yang digunakan hanyalah SPM yang telah
diterbitkan SP2D-nya saja. Hal ini disebabkan bahwa penerbitan SP2D atas SPM
pengeluaran.
Cek atau bukti penarikan bank merupakan surat yang diterbitkan oleh bank.
diperoleh apabila sudah terjadi serah terima uang kepada pihak ketiga (penjual).
Kuitansi yang telah diterima akan digunakan sebagai lampiran dalam penerbitan
oleh PPK dan diberikan kepada bendahara pengeluaran sebagai alat bukti dan
dasar pembayaran yang sah. Oleh karena itu dalam penggunaanya, SPBy
diterbitkan dengan dilampiri kuitansi ataupun nota dengan nominal yang tidak
dibatasi.
20
e. Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
berperan sebagai wajib pungut. Oleh karena itu, ketika ada transaksi yang
alat bukti dalam beberapa transaksi yaitu kelebihan pembayaran pada tahun
anggaran yang lalu (TAYL), penyetoran sisa UP dan TUP, dan penerimaan
lainnya.
f. LPJ BPP
disusun oleh BPP sebagai bentuk pertanggungjawaban atas uang yang dikelola.
g. Rekening Koran
sebagai pedoman ataupun dasar bagi satker dalam melaksanakan kegiatan dan
sebagai dasar pencairan dana bagi BUN/Kuasa BUN. Di samping itu, DIPA juga
memuat jumlah anggaran atau pagu pada setiap jenis belanja yang dialokasikan
Sesuai degan amanat PMK Nomor 162 Tahun 2013 yaitu pada pasal 30 ayat
Kas Umum (BKU), buku pembantu (BP), dan Buku Pengawasan Anggaran Belanja
pembukuan secara terpisah pada BKU, BP, dan BPAB sesuai dengan mata uang
pengeluaran lebih dari satu, maka pembukuannya harus dipisahkan sesuai dengan
BKU merupakan buku yang digunakan untuk mencatat seluruh transaksi yang
dilakukan oleh bendahara pengeluaran baik yang bersifat kas maupun non kas.
22
Transaksi kas yang harus dicatat meliputi penerimaan kas, pengeluaran kas, dan
perubahan kas yang terjadi pada bendahara pengeluaran. Sementara itu, transaksi
non kas yang dimaksud adalah transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi arus
kas. Berbeda dengan BP dan BPAB, terdapat dua bagian halaman pada BKU.
Halaman pertama menyajikan halaman muka yang berisi informasi terkait satker
dan DIPA serta memuat tanda tangan KPA dan bendahara pengeluaran. Sementara
itu, halaman kedua menyajikan halaman isi yang digunakan untuk mencatat
merupakan buku yang digunakan untuk memberikan penjelasan dari sisi tempat dan
Buku Pembantu Kas Tunai atau BP Kas Tunai merupakan buku yang
tunai. Kas tunai tersebut umumnya disimpan pada brankas. Oleh karena itu,
jumlah uang yang ada di brankas tersebut harus sesuai dengan saldo yang ada
Buku Pembantu Bank atau BP Bank memiliki fungsi yang sama dengan BP
Kas Tunai. Namun yang membedakan dengan BP Kas Tunai adalah BP Bank
23
hanya membukukan transaksi kas yang keluar dan masuk melalui Bank. Maka
dari itu, saldo pada BP Bank harus sama dengan saldo yang ada di rekening
Bank.
Buku Pembantu UP/TUP atau BP UP/TUP merupakan salah satu buku yang
Kartu Kredit Pemerintah (KKP). Sisa saldo yang ada pada BP UP/TUP tersebut
Apabila terdapat sisa saldo pada BP UM, maka hal tersebut mengindikasikan
muka.
Bendahara. Apabila terdapat sisa saldo pada BP LS tersebut, maka hal tersebut
penerima.
Pajak, maka hal tersebut menunjukkan masih terdapat kelebihan pungut atau
pengeluaran.
Buku Pembantu BPP atau BP BPP merupakan buku yang digunakan oleh
pengeluaran. Apabila masih terdapat sisa saldo pada BP BPP, maka hal ini
kolom per jenis belanja dengan pagu anggaran sesuai pada DIPA. Kolom BPAB
terdiri dari kolom tanggal, nomor bukti, uraian, nilai transaksi, cara bayar, dan
pengeluaran, yaitu:
a. Seimbang (balance)
pengeluaran adalah jumlah saldo antara BKU harus setara dengan jumlah saldo
Buku Pembantu Kas (tunai dan bank) atau dengan Buku Pembantu selain Kas
sisi saja atau single entry bookeeping. Di mana aktivitas kas yang
c. Basis Kas
d. Asas Bruto
digunakan untuk mencatat transaksi yang dibukukan pada BKU. Hal ini
menegaskan bahwa tidak ada pencatatan transaksi pada BP tanpa ada pembukuan
BPAB.
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis pada transaksi. Dalam hal ini,
bendahara pengeluaran perlu menentukan jenis buku apa saja yang akan digunakan
mempengaruhi kas atau tidak. Analisis pembukuan dimulai dari BKU, kemudian
analisis yang diterapkan pada pembukuan BKU dan buku pembantu dapat dilihat
Tabel II. 1 Perbandingan Analisis Pembukuan pada BKU dan Buku Pembantu
sebagai berikut:
a) Pembukuan dilakukan pada BKU sebesar sejumlah nilai bruto pada sisi
a) Pembukuan dilakukan pada BKU sejumlah nilai bruto pada sisi debit
melalui bank.
a) Pembukuan dilakukan pada BKU sebesar nilai bruto pada sisi debit
kredit.
nama KPA yang dilampiri kuitansi/bukti pembayaran dan faktur pajak (jika
berikut.
“Posisi UP”.
2) Pencatatan setoran atas sisa UP Tunai ke kas negara yang dilakukan oleh
bendahara pengeluaran pada akhir kegiatan atau akhir tahun anggaran dan
tersebut.
Pemerintah (KKP);
KPPN,
TUP KKP;
yang ditandatangani oleh PPK atas nama KPA dengan dilampiri beberapa
tagihan.
berikut.
a) Dilakukan pembukuan sebesar nilai bruto pada BKU di sisi kredit dan
dicatat pada BPAB di kolom yang sudah disahkan pada Posisi UP.
Bendahara.
Penerimaan Negara Secara Elektronik (SPSE). Hal ini dapat dilakukan jika
sebagai berikut.
dinyatakan sah, maka dibukukan pada BKU, BP Kas (melalui tunai atau
Pembantu (LPJ-BPP).
berikut.
pada BKU di sisi debit dan kredit, pada BP Kas di sisi kredit, dan pada
Pembukuan atas transfer batasan belanja KKP ke BPP sama halnya seperti
3) LPJ-BPP
a) Pembukuan atas UP
kredit, pada BP Kas di sisi debit, dan pada BP BPP di sisi kredit.
kredit.
kredit.
kredit.
seluruh uang yang diterimanya serta uang yang ada di satker bersangkutan,
seluruh uang tersebut. Hal ini dilakukan untuk memitigasi adanya transaksi di
nilai pada bukti penerimaan lainya pada BKU, BP Kas, dan BP Lain-Lain
di sisi debit.