Anda di halaman 1dari 10

LAMPIRAN I

KEPUTUSAN WALIKOTA SAMARINDA


NOMOR : 900/007/HK-KS/ I /2021
TANGGAL 4 JANUARI 2021
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERUNTUKAN BELANJA
DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA SATUAN
KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB I
KETENTUAN UMUM

A. Pejabat Pengelola Keuangan

Penatausahaan pengeluaran daerah pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
dilaksanakan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA), Pejabat Penatausahaan
Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
dan Bendahara Pengeluaran, serta Bendahara Pengeluaran Pembantu jika diperlukan. Penatausahaan
pengeluaran daerah pada tingkat SKPKD dilakukan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku
Bendahara Umum Daerah (PPKD selaku BUD) dan Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD),
Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Keuangan Daerah (PPK-
SKPD), serta Bendahara Pengeluaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

1. Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA)


Pengguna Anggaran adalah para pejabat pemegang kekuasaan pengguna anggaran belanja
daerah, yang terdiri dari para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan sebagai
pengguna anggaran. Pengguna anggaran bertanggungjawab atas tertib penatausahaan anggaran yang
dialokasikan pada satuan kerja yang dipimpinnya, termasuk melakukan pemeriksaan kas yang
dikelola oleh bendahara. Dalam pelaksanaan dan penatausahaan pengguna anggaran/pengguna
barang daerah mempunyai tugas dan wewenang antara lain:
a. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;
b. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
c. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
d. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
e. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan;
f. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
g. Mengelola barang milik daerah/kekayaan milik daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD
yang dipimpinnya.
h. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melakukan pemeriksaan kas yang dikelola oleh
bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3
(tiga) bulan
i. Menetapkan Pejabat Pengelola Keuangan ( PPK ) dan Pejabat Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan.

Pengguna anggaran bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah
melalui Sekretaris Daerah. Sesuai dengan amanat Pasal 11 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 dengan perubahan terakhir Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah maka pejabat pengguna anggaran dalam melaksanakan tugas dapat
melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Sekretaris Dinas/Badan dan Kepala Bidang pada

1
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Kuasa Pengguna Anggaran. Pelimpahan wewenang
sebagaimana dimaksud diatas dapat dilakukan dengan memperhatikan beban kerja pada SKPD.

Dalam hal Pengguna Anggaran (PA) dan/atau KPA tidak dapat melaksanakan tugas
sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja berturut-turut, antara lain karena sedang melakukan
kunjungan ke daerah atau keluar negeri, mengikuti pendidikan atau pelatihan/kursus, menunaikan
ibadah haji, sakit, cuti atau alasan lainnya, maka yang melaksanakan tugas dan kewenangan PA
dan/atau KPA adalah pejabat yang ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) / Pelaksana Harian
(Plh) pada Jabatan Struktural yang bersangkutan dengan ketentuan pelimpahan sebagian
kewenangan meliputi :
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;
b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
d. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan;
e. menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM);
f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
g. melaksanakan tugas-tugas kuasa pengguna anggaran lainnya berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh pejabat pengguna anggaran.

Kuasa pengguna anggaran bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna
anggaran.
Sehubungan dengan besarnya tugas dan tanggungjawab yang melekat pada Sekretaris Daerah
Kota Samarinda maka kewenangan selaku Pengguna Anggaran SKPD Sekretariat Daerah,
dilimpahkan kepada Kepala Bagian selaku Kuasa Pengguna Anggaran.
Terkait dengan amanat Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah dimana BPKAD Kota Samarinda disamping bertindak selaku Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) juga bertindak selaku SKPKD. Sehubungan dengan hal tersebut agar
administrasi berjalan lancar, maka sebagian kewenangan selaku Pengguna Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) BPKAD, dilimpahkan kepada Sekretaris BPKAD menyangkut program
kegiatan yang berada dibawah kewenangan Sekretaris BPKAD.

2. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK SKPD)

Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan anggaran yang dimuat dalam
DPA-SKPD, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menetapkan pejabat yang
melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan
SKPD (PPK-SKPD).
PPK-SKPD mempunyai tugas dan kewenangan antara lain :
a. Menyusun perhitungan UP/ Tambahan UP sebagai dasar SPP – UP / TUP;
b. Meneliti kelengkapan dan kebenaran SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, Nihil serta SPP-LS beserta
bukti pendukungnya yang diajukan Bendahara Pengeluaran;
c. Melakukan verifikasi, pengujian secara formil dan materil dan bukti-bukti yang sah atas
transaksi dan penggunaan dana yang dipertanggungjawabkan oleh bendahara pengeluaran;
d. Menyiapkan Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), berikut
dokumen-dokumen pendukung lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
e. Menguji kebenaran dan keabsahan dokumen-dokumen dan surat keputusan (SK) yang menjadi
persyaratan kelengkapan pembayaran belanja pegawai;
f. Menghitung pengenaan PPN/PPH atas beban pengeluaran perincian objek belanja;
g. Menandatangani surat pernyataan atas pelaksanaan pada poin (b);
h. Melakukan pengawasan dan evaluasi atas pertanggungjawaban / penatausahaan keuangan;
i. Menyiapkan laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

PPK-SKPD tidak dibolehkan merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan
penerimaan daerah, bendahara, dan/atau PPTK dan untuk memudahkan monitoring dan

2
pengendalian, maka PPK SKPD dijabat oleh Kasubag Keuangan yang ada di SKPD yang
bersangkutan. PPK SKPD dapat dibantu oleh Pembantu PPK yang ditunjuk oleh PA / KPA .

3. Bendahara

Sesuai dengan amanat pasal 14 ayat (3) Permendagri No. 13 tahun 2006, bendahara
penerimaan dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan pengeluaran
jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut, serta menyimpan
uang pada satu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi. Bendahara penerimaan dan
pengeluaran secara fungsional bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku
BUD dan secara administratif bertanggung jawab kepada Pengguna Anggaran (PA).
Pada setiap SKPD masing-masing ditetapkan 1 (satu) orang bendahara pengeluaran. Dalam
melaksanakan fungsinya bila dipandang perlu karena pertimbangan besarnya dana yang dikelola
serta rentang kendali maka dapat diangkat bendahara pengeluaran pembantu untuk SKPD yang
diperkenankan menggunakan KPA serta bendahara pengeluaran pembantu khusus menangani
masalah Gaji PNS dilingkungan SKPD yang bersangkutan.
(1) Untuk mendukung kelancaran tugas perbendaharaan, bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran dapat dibantu oleh pembantu bendahara;
(2) Pembantu bendahara penerimaan melaksanakan fungsi sebagai kasir atau pembuat dokumen
penerimaan;
(3) Pembantu bendahara pengeluaran melaksanakan fungsi sebagai kasir, pembuat dokumen
pengeluaran uang atau pengurusan gaji;
(4) Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan
dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya;
(5) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara administratif atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya dengan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui
PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya;
(6) Bendahara penerimaan pembantu wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh
penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya;
(7) Bendahara penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) melakukan verifikasi, evaluasi dan
analisis atas laporan pertanggungjawaban penerimaan;
(8) Bendahara penerimaan pembantu wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya ke rekening
Kas Umum Daerah paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak uang kas tersebut diterima;
(9) Bendahara penerimaan pembantu mempertanggungjawabkan bukti penerimaan dan bukti
penyetoran dari seluruh uang kas yang diterimanya kepada bendahara penerimaan.
Dalam hal bendahara penerimaan berhalangan, maka :
a. apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan, bendahara penerimaan
tersebut wajib memberikan surat kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan
penyetoran dan tugas-tugas bendahara penerimaan atas tanggung jawab bendahara
penerimaan yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD;
b. apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 (tiga) bulan, harus ditunjuk
pengganti pejabat bendahara penerimaan dan diadakan berita acara serah terima;
c. apabila bendahara penerimaan sesudah 3 (tiga) bulan belum juga dapat melaksanakan tugas,
maka dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri atau berhenti dari jabatan sebagai
bendahara penerimaan dan oleh karena itu segera diusulkan penggantinya;

Dalam hal uang yang ada pada brankas yang berasal dari UP/GU/TU yang disimpan pada Bendahara
Pengeluaran dengan catatan sebagai berikut :
a. Bendahara Pengeluaran dapat menyimpan UP/GU/TU yang diterimanya dalam brankas sesuai
ketentuan;
b. Bendahara pengeluaran harus menyimpan sisa uang UP/GU/TU pada masing-masing SKPD;
c. Pada setiap akhir hari kerja uang tunai yang berasal dari UP/GU/TU yang ada pada Brankas
Bendahara Pengeluaran paling banyak sebesar Rp. 10.000.000,00 (Sepuluh juta rupiah);
d. Dalam hal uang tunai yang berasal dari UP/GU/TU yang ada pada kas bendahara pengeluaran
lebih dari Rp. 10.000.000,00 (Sepuluh juta rupiah) sebagaimana point c, Bendahara Pengeluaran

3
membuat Berita Acara yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran, Pejabat Penatausahaan
Keuangan (PPK) dan Pengguna Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);

4. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

Pejabat Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dalam melaksanakan program dan


kegiatan dengan menunjuk pejabat pada SKPD selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
PPTK mempunyai tugas antara lain :
a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;
c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan;
d. PPTK menyiapkan dokumen pengadaan barang dan jasa untuk disampaikan kepada bendahara
pengeluaran dalam rangka pengajuan permintaan pembayaran;

Penunjukan PPTK berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, jumlah anggaran


kegiatan, beban kerja, lokasi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
PPTK bertanggung jawab kepada Pejabat Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

B. Pejabat Lainnya

Berkaitan dengan Pengadaan Barang dan Jasa disamping pejabat sebagaimana yang telah disebutkan
diatas, maka terdapat pejabat lainnya diantaranya:
1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom)
Pejabat Pembuat Komitmen merupakan pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa, ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa dengan
ketentuan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Pengadaan Barang/Jasa memiliki integritas;
b. Memiliki disiplin tinggi;
c. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas;
d. Mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan dalam sikap perilaku
serta tidak pernah terlibat KKN;
e. Menandatangani Pakta Integritas;
f. Tidak merangkap pada salah satu jabatan fungsional keuangan;
g. Memiliki Sertifikat Keahlian;
Dalam hal suatu SKPD tidak memiliki personil yang dapat diangkat sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen sesuai kriteria diatas maka tugas dan kewenangannya dapat diambil alih oleh PA/KPA
yang bertindak selaku PPK.

2. Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan


a. Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan memiliki tugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa Konsultasi yang bernilai paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dengan 1 (satu) orang sebagai Pejabat Panitia Penerima
Hasil Pekerjaan;
b. Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Pekerjaan pengadaan barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang bernilai paling sedikit diatas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa
Konsultasi yang bernilai paling sedikit diatas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan minimal beranggotakan 3 (tiga) orang yang anggotanya berasal dari
Pegawai Negeri Sipil;
c. Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan tidak boleh dirangkap oleh pengelola kegiatan /PPTK
Untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang memenuhi kriteria dapat mengangkat KPA,
maka diperkenankan untuk menetapkan lebih dari 1 (satu) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
Adapun tugas dari Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah sebagai berikut berdasarkan PERPRES
16 TAHUN 2018 PASAL 15 :
a. Melakukan pemeriksaan administrasi hasil pekerjaan pengadaan;
b. Hasil pengadaan diterima oleh PPK (pasal 57) Perpres 16/2018;
c. Berita acara serah terima ditandatangani PPK dan Penyedia (pasal 57) Perpres 16/2018;

4
d. Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan melakukan pemeriksaan administratif proses pengadaan
barang/jasa sejak perencanaan pengadaan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan, meliputi
dokumen program/penganggaran, surat penetapan PPK, dokumen perencanaan pengadaan, RUP
/ SIRUP, dokumen persiapan pengadaan, dokumen pemilihan penyedia, dokumen kontrak dan
perubahannya serta pengendaliannya dan dokumen serah terima hasil pekerjaan;

e. Memeriksa jaminan yang sah menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku (jika
diperlukan dalam pengadaan belanja modal dan barang) sesuai administratif;
f. Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan (Berita Acara Serah
Terima Barang / Berita Acara Pemeriksaan dan atau Penyelesaian Pekerjaan)
3. PPK Pembantu sesuai dengan Permendagri No. 130 Tahun 2018
a. PPK Pembantu hanya berlaku pada Kelurahan;
b. Fungsi dan tugasnya meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan
oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu dan diketahui/disetujui oleh PPTK;
c. Meneliti kelengkapan SPP-TU yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu;
d. Melakukan verifikasi SPP;
e. Menyiapkan SPM;
f. Melakukan verifikasi harian atas penerimaan;

BAB II

PENATAUSAHAAN PENGELUARAN

A. Dokumen

Dokumen yang digunakan dalam melakukan penatausahaan pengeluaran, terdiri atas :


1. Anggaran Kas;
2. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dan DPA
SKPKD;
3. Surat penyediaan Dana (SPD);
4. Register SPD;
5. Surat Permintaan pembayaran (SPP), terdiri atas :
a. SPP-Uang Persediaan (SPP-UP)
b. SPP-Ganti Uang Persediaan (SPP-GU)
c. SPP-Tambahan Uang (SPP-TU)
d. SPP-Langsung (SPP-LS)
e. SPP - GU - Nihil
f. SPP - TU - Nihil
6. Register SPP;
7. Surat Perintah Membayar (SPM);
8. Register SPM;
9. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);
10. Register SP2D;
11. Buku Kas Umum;
12. Buku Simpanan/Bank;
13. Buku Panjar;
14. Buku Pajak PPN/PPh;
15. Register Penutupan Kas atau Berita Acara Penutupan Kas;
16. Rincian Pengeluaran per Rincian Obyek;
17. Buku Kas Tunai;

5
B. Proses

Proses penatausahaan pengeluaran terdiri atas 2 yaitu :


1. Penatausahaan pengeluaran pembebanan Langsung (LS)
2. Penatausahaan pengeluaran pembebanan Uang Pesediaan (UP), Ganti Uang Persediaan (GU) dan
Tambahan Uang Persediaan (TU).

Proses penatausahaan pembebanan Langsung (LS) terdiri atas :


1. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD);
2. Pengajuan Surat permintaan Pembayaran (SPP);
3. Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM);
4. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);

Proses penatausahaan pembebanan UP/GU/TU terdiri atas :


1. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD);
2. Pengajuan Surat permintaan Pembayaran (SPP);
3. Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM);
4. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);
5. Penggunaan Dana;
6. Pertanggungjawaban Penggunaan Dana (SPJ);

C. Pengajuan SPP
a. Uang Persediaan
1. Bendahara pengeluaran, mengajukan SPP-UP kepada Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD;
2. SPP-UP diajukan untuk pengisian uang persediaan (revolving) yang ditujukan bukan
pembayaran langsung;
3. Besaran Uang Persediaan setiap SKPD di tetapkan dalam Peraturan Walikota;
4. Kelengkapan dokumen SPP-UP terdiri dari :
a. Surat Pengantar SPP-UP;
b. Ringkasan SPP-UP;
c. Rincian SPP-UP;
d. Salinan SPP-UP;
e. Surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;
f. Lembar cek list; dan
g. Lampiran lain yang diperlukan.

b. Ganti Uang
1. Bendahara pengeluaran berdasarkan SPD, mengajukan SPP-GU kepada PA melalui PPK-SKPD;
2. SPP-GU diajukan untuk mengganti uang persediaan (revolving) yang telah digunakan;
3. Mekanisme Ganti Uang Persediaan (GU) bisa dilakukan minimal sebesar 50 % (lima puluh
persen) dari penggunaan jumlah Uang Persediaan (UP);
4. Pengeluaran yang dilakukan SKPD dapat dipertanggungjawabkan melalui mekanisme dengan
ketentuan GU untuk Belanja Barang & Jasa maksimal Rp. 10.000.000,00 (Sepuluh juta rupiah)
untuk sekali transaksi pengeluaran, dengan pengecualian ; belanja bahan pakai habis ( BBM /gas
) sampai dengan Rp. 900.000.000,00 ( Sembilan ratus juta rupiah ) untuk Dinas Lingkungan
Hidup dan sampai dengan Rp. 65.000.000,00 (Enam puluh lima juta rupiah) untuk Dinas
Perumahan dan Pemukiman;
5. Kelengkapan dokumen SPP-GU yang disyaratkan dalam Penatausahaan SKPD terdiri dari:
a. Copy SPD dan DPA
b. Surat Pernyataan Pengajuan GU

6
c. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTJB )
d. Surat Pengantar SPP-GU;
e. Ringkasan SPP-GU;
f. Rincian SPP-GU;
g. Bukti Setor Pajak
h. Surat pengesahan laporan pertanggungjawaban (SPJ) atas penggunaan dana SPP-UP/GU
periode sebelumnya;
i. Surat pengesahan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran periode sebelumnya
j. Bukti transaksi yang sah dan lengkap diantaranya :
1. Kwitansi/nota/faktur yang ditandatangani pihak ketiga;
2. Surat Pesanan Barang
3. Faktur pajak dan E-Billing.
4. Berita acara pemeriksaan barang
5. Berita acara penerimaan barang ;
6. Surat Bukti Dinas
7. Lampiran lain yang diperlukan

c. Tambahan Uang
1. Bendahara pengeluaran berdasarkan SPD, mengajukan SPP-TU kepada PA/KPA melalui PPK-
SKPD.
2. SPP-TU diajukan untuk menambah uang persediaan yang akan digunakan untuk melaksanakan
suatu kegiatan yang bersifat mendesak sementara UP tidak mencukupi karena telah direncanakan
untuk melaksanakan kegiatan yang lain.
3. Karakteristik SPP-TU antara lain :
a. Digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang bersifat mendesak;
b. Tambahan Uang Persediaan dianjurkan tidak untuk membiayai kegiatan yang bersifat
rutinitas;
c. Tambahan Uang Persediaan dianjurkan tidak untuk membiayai kegiatan yang sudah terjadi
atau telah dilaksanakan;
d. Besaran nilai rupiah Tambahan Uang berdasarkan persetujuan PPKD
e. Tambahan Uang digunakan dan dipertanggungjawabkan tersendiri paling lambat satu bulan ;
f. Jika Tambahan Uang persediaan tidak habis digunakan maka sisa uang harus disetor kembali
ke Kas Umum Daerah;

4. Kelengkapan dokumen SPP-TU terdiri dari :


a. Surat Pengantar SPP-TU;
b. Ringkasan SPP-TU;
c. Rincian SPP-TU;
d. Salinan SPP-TU;
e. Surat pengesahan SPJ atas penggunaan dana SPP – TU sebelumnya;
f. Salinan SPD;
g. Surat pernyataan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang menyatakan bahwa
uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain kegiatan yang telah
direncanakan tersebut;
h. Surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan uang persediaan;
i. Lampiran lain yang diperlukan.
d. Belanja Langsung (BL)
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang dan Jasa
3. Belanja Modal

7
e. Belanja Tidak Langsung (BTL)
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Bunga
3. Belanja Subsidi
4. Belanja Hibah
5. Bantuan Sosial
6. Belanja Bagi Hasil
7. Bantuan Keuangan
8. Belanja Tidak Terduga

f. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)


1. SPP-LS terdiri atas dua jenis, yaitu :
a. SPP-LS Pembayaran Gaji dan Tunjangan
b. SPP-LS Pengadaan Barang dan Jasa
c. SPP-LS Hibah, Bantuan Sosial, Bantuan Keuangan, dan Belanja Tidak Terduga diatur
tersendiri di dalam Peraturan Walikota.
2. Berdasarkan SPD atau yang dipersamakan dengan SPD, Bendahara Pengeluaran mengajukan
SPP-LS Pembayaran Gaji & Tunjangan kepada PA/KPA melalui PPK-SKPD.
3. Berdasarkan SPD atau yang dipersamakan dengan SPD, Bendahara Pengeluaran mengajukan
SPP-LS kepada PA/KPA melalui PPK-SKPD.
4. Kelengkapan dokumen SPP-LS Pembayaran Gaji & Tunjangan terdiri dari :
a. Surat Pengantar SPP-LS Gaji;
b. Ringkasan SPP-LS Gaji;
c. Rincian SPP-LS; dan
d. Daftar Gaji
e. Surat Bukti Dinas
f. Lampiran lain yang diperlukan :
1). Reward
5. Kelengkapan dokumen SKPP :
a. SK Pensiun / Mutasi
b. Model D
c. Daftar Gaji Terakhir
d. Pas Photo 3 x 4 = 5 lembar
6. Kelengkapan dokumen SPP-LS untuk Pengadaan Barang dan Jasa yang dilakukan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) adalah :
a. Surat pengantar SPP-LS;
b. Ringkasan SPP-LS;
c. Rincian SPP-LS;
d. Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja
e. Lampiran SPP-LS Pengadaan Barang & Jasa mencakup :
1) Salinan SPD;
2) Lembar Kontrol;
3) e-Billing disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani wajib pajak;
4) Kwitansi/Nota/Invoice/Bukti pembelian lainnya untuk pengadaan barang sampai dengan
Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) yang ditandatangani oleh Penyedia
Barang/jasa;
5) Belanja Jasa Konsultasi dan Jasa Konstruksi mengacu pada Perpres No. 16 Tahun 2018.
6) Surat Pesanan/Surat Perjanjian Kerja (SPK) / kontrak antara pihak ketiga dengan
Pengguna Anggaran (PA) / Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) / Pejabat Pembuat

8
Komitmen (PPK) digunakan untuk Pengadaan Jasa Konsultasi dengan nilai paling
banyak Rp. 100.000.000,00 (Seratus juta rupiah), Pengadaan Barang/Jasa Lainnya
dengan nilai paling sedikit diatas Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) sampai
dengan nilai paling banyak Rp. 200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah), dan Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak Rp. 200.000.000,00 (Dua
ratus juta rupiah);
7) Surat perjanjian digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai paling sedikit diatas Rp. 200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah) dan untuk
Pengadaan Jasa Konsultasi dengan nilai paling sedikit diatas Rp. 100.000.000,00 (Seratus
juta rupiah);
8) Surat pesanan untuk Pengadaan Barang/Jasa melalui e-purchasing atau pembelian
melalui toko daring;
9) Resume Kontrak;
10) Berita acara penyelesaian pekerjaan/ progress fisik / laporan kemajuan pekerjaan (untuk
jasa konstruksi/ konsultan);
11) Berita acara serah terima barang & jasa;
12) Berita acara pembayaran;
13) Kwitansi pihak ketiga/ Nota pihak ke tiga/ Bon pembelian;
14) Surat jaminan Bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh Bank atau Lembaga
Keuangan Bukan Bank dilegalisir (untuk jasa konstruksi /konsultan untuk uang muka/
masa pemeliharaan);
15) Visual;
16) Berita acara pemeriksaan/progres/hasil pekerjaan yang ditandatangani oleh pihak
ketiga/rekanan serta unsur panitia pemeriksaan barang/jasa berikut lampiran daftar
barang/jasa yang diperiksa;
17) Foto copy nomor rekening pihak ketiga;
18) Dokumen lain yang diperlukan;

g. SPM
1. PPK-Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mewakili PA/KPA menerima dokumen SPP-
UP/SPP-LS/SPP-GU/SPP-TU dan Nihil yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran;
2. PPK-Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atas nama PA/KPA meneliti dan melakukan
verifikasi kebenaran, keabsahan & kelengkapan dokumen SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU;
3. PPK-Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mencatat SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU yang diterima
ke dalam register SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU;
4. Jika kelengkapan dokumen SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU dinyatakan lengkap dan sah, PPK-SKPD
menyiapkan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU untuk ditandatangani oleh PA/KPA.
5. Jika kelengkapan dokumen SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU dinyatakan tidak lengkap dan tidak sah,
maka PPK-Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menolak untuk menerbitkan SPM-UP/SPM-
GU/SPM-TU dan selanjutnya mengembalikan SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU kepada Bendahara
Pengeluaran untuk dilengkapi dan diperbaiki;

h. SP2D
1. Mekanisme penerbitan SP2D untuk pengajuan permintaan pembayaran belanja langsung/Belanja
tidak langsung yang dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kepada kuasa BUD
Kelengkapan dokumen yang diisyaratkan meliputi :
a. SPM;
b. SPP lembar 1,2 dan 3;
c. Surat PernyataanTanggung Jawab Belanja (SPTJB);
d. Lembar Kontrol;

9
e. Cek list yang ditandatangani PPK SKPD;
f. Ringkasan Kontrak / Ringkasan Surat Pesanan
g. Lembar Pengawasan Kendali Kegiatan;
o E-Billing
2. Kuasa BUD meneliti SPM dan SPP yang disyaratkan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD).
3. Jika SPM dan SPP dinyatakan lengkap, maka Kuasa BUD dapat menerbitkan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D). Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya berkas.
4. Jika SPM dan SPP dinyatakan tidak lengkap maka Kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D dan
selanjutnya mengembalikan SPM dan SPP kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk
dilengkapi dan diperbaiki.
5. Kuasa BUD mencatat penerbitan SP2D yang diterima ke dalam register Penerbitan SP2D.

D. KETENTUAN LAINNYA
1. Untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang diberi kewenangan untuk
menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran dapat membagi UP disetiap KPA dengan
menetapkannya melalui Surat Keputusan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) / Pengguna Anggaran dan mekanisme
penggantian Uang Persediaan (GU) sebesar 50% dari besaran UP disetiap KPA. Pengajuan SPM
GU tetap dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran atas pertanggungjawaban masing-masing KPA
tersebut.
2. Surat perintah Kerja mengatur jadwal pelaksanaan, cara pembayaran, dan atau masa pemeliharaan.
3. Bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang akan melakukan Bimtek/Diklat lebih dari 5
(lima) hari atau melebihi standar biaya yang telah ditetapkan harus mendapatkan rekomendasi dari
Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Samarinda.
4. Apabila terjadi SP2D Pending / Retur dari bank maka diselesaikan oleh SKPD dengan Membuat
Surat Pernyataan dari Dinas yang di tanda tangani oleh Rekanan, PA/KPA dan Bendahara
Pengeluaran SKPD dan langsung diserahkan ke Bankaltimtara.

Ditetapkan di Samarinda
Pada tanggal Januari 2021
Walikota Samarinda,

H. SYAHARIE JA’ANG

10

Anda mungkin juga menyukai