Anda di halaman 1dari 7

BENDAHARA NEGARA/BENDAHARA DAERAH

Bendahara Pengeluaran adalah salah satu Pejabat Perbendaharaan Negara yang


mempunyai tugas diantaranya melakukan pembayaran atas uang yang ada dalam
kewenangannya. Bendahara Pengeluaran sebelum melakukan pembayaran harus
melakukan pengujian kelengkapan persyaratan, menguji ketersediaan dana, dan
menguji kebenaran perhitungan tagihan. Apabila terjadi kesalahan pembayaran baik
sengaja maupun lalai yang mengakibatkan kerugian bagi negara maka bendahara
dapat dikenakan sanksi hukum administrasi maupun sanksi hukum pidana.

Kedudukan, Tanggung jawab, Bendahara Pengeluaran, dan


Perspektif Hukum

KEDUDUKAN BENDAHARA

Sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, Presiden mempunyai


kekuasaan pengelolaan keuangan negara. Untuk membantu Presiden dalam
penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian dari kekuasaan tersebut
dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah
dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, serta kepada
menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Sedangkan keuangan daerah
sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan  pemerintahan negara
sebagai kekuasaan Presiden tersebut  diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota
selaku Pengelola Keuangan Daerah.

Dalam rangka pengelolaan keuangan negara dalam hal ini termasuk juga
keuangan daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
(APBN/APBD)  diperlukan kaedah-kaedah hukum administrasi keuangan negara
sebagai rambu-rambu dalam pengelolaan keuangan negara.

Undang-Undang Perbendaharaan Negara  sebagai hukum administrasi


keuangan negara dalam pengelolaan anggaran negara/daerah menyebutkan bahwa
Pejabat Perbendaharaan Negara adalah (1) Menteri/ pimpinan  lembaga sekaligus
sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang bagi kementerian negara/lembaga
yang dipimpinnya, (2) Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan
Daerah,   (3) Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara (BUN), dan (4)
Bendahara Penerimaan/Pengeluaran.

Kedudukan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penandatanganan


Surat Perintah Membayar (PPSPM), Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
(PJPHP)/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) sebagai pengelola keuangan
satker kementerian/lembaga tidak ditemukan dalam Undang-Undang
Perbendaharaan Negara, kecuali Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) tercantum
dalam beberapa ayat dalam bagian dari pasal-pasal dalam undang-undang tersebut.
Lain halnya dengan Bendahara tercantum dalam pasal dan disejajarkan dengan
menteri/pimpinan lembaga, menteri keuangan sebagai BUN, dan
Gubernur/Bupati/Walikota. Hal ini menunjukan secara hukum administrasi bahwa
kedudukan bendahara secara fungsional sangat tinggi dan terhormat.

Kedudukan pejabat-pejabat pengelola satker kementerian/lembaga lainnya


ditemukan pada Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres),
Peraturan Menteri Keuangan (PMK), atau  peraturan perundang-undangan lain di
bawahnya.

Bendahara sebagai pengelola keuangan negara terdiri atas bendahara


penerimaan dan bendahara pengeluaran. Bendahara Penerimaan adalah orang
yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara/daerah dalam rangka
pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah. Sedangkan Bendahara Pengeluaran adalah
orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan,
dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara/daerah dalam
rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah.

Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran diangkat oleh


menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota untuk melaksanakan tugas
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan pada
kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah (SKPD).  

Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran pada hakikatnya adalah


pejabat fungsional, dan tidak dapat dirangkap dengan jabatan apa pun. Misalnya,
jabatan bendahara dirangkap oleh kepala kantor (KPA), BUN/Kuasa BUN (KBUN),
PPK, PPSPM, PJPHP/PPHP karena mempunyai tanggung jawab yang besar dalam
mengelola uang baik secara fisik (dalam brankas) maupun non fisik berupa rekening
bendahara di bank/Giro Pos.

Di samping itu, Bendahara Penerimaan/Pengeluaran dilarang melakukan,


baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan
pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas
kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut.

Pembayaran yang dilakukan apabila terjadi kesalahan baik dilakukan dengan


sengaja maupun lalai yang mengakibatkan kerugian bagi negara maka bendahara
dapat dikenakan sanksi hukum administrasi maupun sanksi hukum pidana.
 

     2. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARA.

Dalam Hukum Administrasi Negara dikenal dengan istilah wewenang dan


tanggung jawab. Setiap wewenang bermuara kepada tanggung jawab. Wewenang
yang diterima dari siapa pun datangnya, dalam bentuk apa pun harus
dipertanggungjawabkan kepada yang memberi wewenang itu.

Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindakan hukum


publik, dan bersifat hanya mengenai sesuatu bidang tertentu. Misalnya, wewenang
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) untuk menandatangi
SPM, wewenang PPK untuk menandatangi kontrak, dan wewenang Bendahara
Pengeluaran untuk melakukan pembayaran, menyimpan uang muka/uang
persediaan dalam brankas.

Wewenang yang diberikan kepada pegawai harus sesuai dengan tingkat


tanggung jawabnya. Dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, wewenang yang
diberikan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Wewenang dan tanggung jawab ditetapkan dengan jelas  dalam instansi dan
dikomunikasikan kepada semua pegawai;
b. Pimpinan instansi pemerintah memiliki tanggung jawab sesuai
kewenangannya dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya;
c. Pimpinan instansi memiliki prosedur yang efektif untuk memantau hasil
kewenangan dan tanggung jawab yang didelegasikan.

Bendahara yang diberi kewenangan harus memahami bahwa wewenang dan


tanggung jawab yang diterimanya terkait dengan pihak lain, karena pekerjaan pada
umumnya bersifat berantai dari satu meja kemeja lainnya. Oleh karena itu, hal-hal
yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian kewenangan adalah sebagai berikut:

a. Uraian tugas secara jelas menunjukan tingkat wewenang dan tanggung jawab
yang didelegasikan pada jabatan yang bersangkutan;
b. Uraian tugas dan evaluasi kinerja merujuk pada pengendalian intern terkait
tugas, tanggung jawab, dan akuntabilitas.
Implementasi kewenangan tersebut sesuai asas-asas pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara yang berdasarkan undang-undang
perbendaharaan negara antara lain:

a. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas


beban APBN/APBD jika anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut tidak
tersedia atau tidak cukup tersedia;
b. Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan pelaksanaan
APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda dan/atau bunga;
c. Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang
dan/atau jasa diterima.
d. Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran
yang dilaksanakannya.
e. Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara
fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada
Kuasa Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah.

     Berdasarkan Undang-Undang Perbendaharaan Negara, Pasal 21 ayat (3)


menyebutkan Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang
persediaan yang dikelolanya setelah:

a. Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna


Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
b. Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah
pembayaran;
c. Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.

Apabila telah memenuhi syarat secara legalitas formal berdasarkan peraturan


perundangan, baru kemudian tagihan tersebut dapat dibayarkan kepada yang
berhak.

3. KONSEP TANGGUNG JAWAB JABATAN DAN TANGGUNG JAWAB


PRIBADI

          Dalam
undang-undang perbendaharaan disebutkan “Bendahara Pengeluaran
bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya”.
Dengan klausul ini jelas bahwa “pembayaran” yang dilakukan yang mengakibatkan
kerugian negara menjadi tanggung jawab pribadi. lain halnya yang tidak terkait
dengan pembayaran, misalnya kekeliruan atas penandatanganan Berita Acara
Pemeriksaan Kas, pengiriman laporan.

Untuk membedakan secara spesifik kapan seorang pejabat yang terbukti


melakukan penyimpangan menjadi tanggung jawab jabatan dan kapan menjadi
tanggung jawab pribadi?

Tanggung jawab (responsibility) artinya tanggung jawab menurut hukum  atas


kesalahan atau akibat suatau perbuatan, yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Tanggung jawab jabatan: tanggung jawab menurut hukum yang dibebankan
kepada negara/pemerintah atas kesalahan atau akibat tindakan jabatan, atau
tanggung jawab jabatan adalah bertumpu pada kesalahan jabatan yaitu
kesalahan dalam penggunaan wewenang jabatan.

b. Tanggung jawab pribadi/tanggung jawab pidana yaitu tanggung jawab menurut


hukum yang dibebankan kepada seseorang atas kesalahan atau akibat dari
perbuatannya secara pribadi, atau tanggung jawab pidana adalah tanggung
jawab pribadi yang bertumpu pada kesalahan pribadi dalam pelaksanaan
pembayaran, yang dapat berakibatkan pidana. Misalnya lebih bayar, atau
dibayarkan kepada yang tidak berhak dan tidak bisa ditagih yang mengakibatkan
kerugian negara, atau hilangnya uang dalam brankas.

       Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang


Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan APBN, tugas Bendahara
Pengeluaran meliputi:

a.  Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat


berharga dalam pengelolaannya;
b. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK;
c. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;
d. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran
yang dilakukannya;
e. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas
negara;
f. Mengelola rekening tempat penyimpanan Uang Persediaan (UP); dan 
g. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN
selaku kuasa BUN. 

    

       Selanjutnya,
Bendahara melakukan pembayaran setelah dilakukan pengujian
atas perintah pembayaran yang meliputi:

a. Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK;


b. Pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi:
1. pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
2. nilai tagihan yang harus dibayar;
3. jadwal waktu pembayaran; dan
4. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;

c. Pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang


disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkan
dalam dokumen perjanjian/kontrak; dan

d. Pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran


pengeluaran.
Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari PA/KPA atau PPK
apabila tidak memenuhi persyaratan. Apabila melakukan pembayaran dan
mengakibatkan kerugian bagi negara karena perbuatannya melanggar hukum atau
melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan
keuangan negara maka menjadi tanggung jawab pribadi dan wajib mengganti
kerugian tersebut. 

Perbedaan antara tanggung jawab jabatan dan tanggung jawab pribadi


penting karena akan membawa konsekuensi yang berkaitan dengan (1) tanggung
jawab pidana, (2) tanggung jawab perdata, dan (3) tanggung gugat tata usaha
negara (TUN). Parameter antara tanggung jawab jabatan dan tanggung jawab
pribadi adalah sebagai berikut:

    1. Tanggung jawab jabatan

Tanggung jawab jabatan adalah asas legalitas (kesalahan) tindakan


pejabat. Dalam hukum administrasi, persoalan legalitas tindakan pejabat
berkaitan dengan pendekatan kekuasaan. Legalitas tindakan pejabat harus
bertumpu pada (1) wewenang, (2) prosedur, dan (3) substansi.

Apakah tindakan bendahara sudah memenuhi syarat legalitas yaitu sesuai


denganprosedur, mempunyai kewenangan, dan sesuai substansinya? Apabila
memenuhi syarat legalitas maka tindakan bendahara sesuai dengan
kewenangan atau tanggung jawab jabatan.Sebaliknya apabila tindakan
bendahara tidak sesuai dengan legalitas (prosedur, kewenangan, dan
substansinya) maka tindakan tersebut melanggar hukum.

Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata


Usaha Negara, Pasal 53 ayat (2) huruf d, telah ditentukan parameter
penyalahgunaan wewenang yang meliputi:

a. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan


b. Bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik, meliputi (1)
kepastian hukum, (2) tertib penyelenggaraan negara, (3) keterbukaan, (4)
proporsionalitas, (5) profesionalitas, dan (6) akuntabilitas.

Penyalahgunaan wewenang atau wewenang yang disalahgunakan hanya


dapat dilakukan oleh pejabat atau badan pemerintah. Tindakan pemerintah dapat
dilakukan dalam lapangan (1) hukum publik misalnya kesalahan menetapkan
Kenaikan Gaji Berkala oleh kepala kantor, (2) hukum privat, misalnya PPK
menandatangani kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah dengan
penyedia/rekanan.

2.Tanggung jawab pidana/pribadi berkaitan dengan pendekatan


fungsionaris atau pendekatan prilaku

Tanggung jawab pribadi parameternya berkenaan dengan mal-


administrasi dalam penggunaan wewenang maupun pelayanan publik. Kata
dasar mal dalam Bahasa Latinmalum, artinya jahat (jelek). Kata administrasi
asal katanya administrare dalam bahasa latin artinya melayani. Kalau dipadu
menjadi mal-administrasi adalah pelayan yang jelek.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang


Ombudsman, Pasal 1 angka 3 bentuk-bentuk mal-administrasi adalah (1)
perbuatan melawan hukum, (2) melampaui kewenangan, (3) menggunakan
wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang, dan (4)
kelalaian atau mengabaikan kewajiban hukum dalam penyelengaraan
pelayanan publik.

Selanjutnya tanggung jawab pidana parameternya adalah asas kesalahan.


Tidak dipidana kalau tidak ada kesalahan. Doktrin untuk adanya kesalahan adalah
(1) harus melakukan perbuatan melawan hukum, (2) mampu bertanggung jawab, (3)
perbuatan itu dilakukan dengan sengaja atau kealpaan, dan (4) tidak ada alasan
pemaaf. Misalnya, salah membayar, salah nomor rekening. 

5. SIMPULAN

Bendahara Pengeluaran adalah salah satu pejabat perbendaharaan atau


pejabat pengelola keuangan satuan kerja, tugasnya antara lain melakukan
pembayaran atas belanja negara/belanja daerah kementerian/lembaga/pemerintah
daerah.

Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran


yang dilakukannya dan bertanggung jawab secara fungsional atas pengelolaan
uang yang menjadi tanggung jawabnya.

Terdapat konsekuensi hukum yang melekat kepada bendahara baik hukum


administrasi maupun hukum pidana. Apabila memenuhi syarat legalitas maka
tindakan bendahara sesuai dengan kewenangan atau tanggung jawab
jabatan.Sebaliknya apabila tindakan bendahara tidak sesuai dengan legalitas
(prosedur, kewenangan, dan substansinya) maka tindakan tersebut melanggar
hukum.

Selanjutnya tanggung jawab pribadi terkait dengan mal-administrasi dalam


penggunaan wewenang maupun pelayanan publik. Tanggung jawab pidana terkait
pekerjaan yang dilakukan berhubungan dengan kesalahan yang dilakukan
mengakibatkan kerugian negara sehingga harus mengganti kerugian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam
Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Amiruddin, 2010. Korupsi dalam Pengadaan barang dan Jasa. Yogyakarta: Genta Publishing
Darise,
Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Indeks

Anda mungkin juga menyukai