Anda di halaman 1dari 9

PELAKSANAAN DAN MEKANISME PENCAIRAN APBN DI TINGKAT

MIKRO

Resume ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Pendidikan

Dosen Pengampu:

- Yulianto Santoso, M. Pd

- Widiawati, M.Pd

Disusun oleh:

Savana Alainaa (22002305)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
PETA KONSEP

PENJELASAN

A. Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan anggaran adalah tahap di mana sumber daya digunakan untuk
melaksanakan kebijakan anggaran. Pelaksanaan anggaran yang tepat tergantung pada
banyak faktor yang di antaranya adalah kemampuan untuk mengatasi perubahan
dalam lingkungan ekonomi makro dan kemampuan satker untuk melaksanakannya.
Pelaksanaan anggaran diawali dengan disahkannya dokumen pelaksanaan anggaran
oleh Menteri Keuangan. Dokumen anggaran yang telah disahkan oleh Menteri
Keuangan disampaikan kepada menteri atau pimpinan lembaga, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Gubernur, Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal
Perbendaharaan, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan terkait,
Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN) terkait, dan Kuasa Pengguna Anggaran.
Dokumen tersebut merupakan acuan dan dasar hukum pelaksanaan APBN yang
dilakukan oleh Kementerian atau Lembaga dan Bendahara Umum Negara.
Dokumen-dokumen penting dalam pelaksanaan anggaran adalah Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA.
Sedangkan dokumen pembayaran antara lain terdiri dari Surat Permintaan
Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), dan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D). Pasal 17 Undang-Undang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa
Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan yang
tercantum dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan dan berwenang
mengadakan ikatan atau perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan.
Lebih lanjut, pedoman dalam rangka pelaksanaan anggaran diatur dalam
Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Setelah APBN ditetapkan dengan UU,
pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan KEPPRES sebagai pedoman bagi
kementrian negara/lembaga dala, pelaksanaan anggaran. Adapun penjelasan
KEPPRES tersebut terutama yang belum diperinci dalam UU APBN, yaitu:
a) Alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah kementerian negara
atau lembaga
b) Pembayaran gaji dalam belanja pegawai
c) Pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban kementerian negara atau
lembaga.

Penyesuaian APBN dengan perkembangan atau perubahan keadaan (APBN


perubahan) dibahas bersama DPR dengan pemerintah pusat dalam rangka penyusunan
prakiraan perubahan atas APBN tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi
hal-hal sebagai berikut:

1) Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang


digunakan dalam APBN.
2) Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal.
3) Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit
organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja.
4) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih dari tahun sebelumnya
harus digunakan untuk pembiayaan anggaran tahun berjalan.

Dalam keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum


tersedia anggarannya yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN
dan atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Tahun anggaran meliputi
masa satu tahun mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun yang
bersangkutan. APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:
1) Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih
2) Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih
3) Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeuaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya.
a. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Daftar Isian Pelaksana Anggaran disingkat dengan DIPA adalah
dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran atau
Kuasa Pengguna Anggaran dan di sahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum
Negara (BUN). DIPA berlaku untuk satu Tahun Anggaran dan informasi
satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dan
penggunaan anggaran. Disamping itu, DIPA dapat dimanfaatkan sebagai alat
pengendali, pelaksanan, pelaporan, pengawasan, dan sekaligus merupakan
perangkat akuntansi pemerintah. Pagu dalam DIPA merupakan batas
pengeluaran tertinggi yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus
dapat dipertanggungjawabkan.
b. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
Setiap kementerian negara atau lembaga kerja yang mempunyai
sumber pendapatan wajib mengintensifkan perolehan pendapatan yang enjadi
wewenang dan tanggung jawab. Penerimaan harus disetor seluruhnya ke kas
negara atau daerah pada waktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturan
pemerintah. Penerimaan berupa komisi, potongan, ataupun bentuk lain akibat
dari penjualan dan atau pengadaan barang oleh negara adalah hak negara
sehingga harus disetor seluruhnya ke kas negara atau daerah.
c. Pelaksanaan Kas Umum Negara
Kas Negara adalah tempat penyimpanan Uang Negara yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung
seluruh penerimaan negara dan untuk membayar seluruh pengeluaran negara.
Sementara itu, Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat
penyimpanan Uang Negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan
membayar seluruh pengeluaran negara pada Bank Sentral.
d. Pelaksanaan Penerimaan Negara Oleh Kementerian Negara atau Lembaga atau
Satuan Kerja
Menteri atau pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran dapat
membuka rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di lingkungan
kementerian negara atau lembaga yang bersangkutan setelah memperoleh
persetujuan dari bendahara umum negara.menteri atau pimpinan lembaga
mengangkat bendahara penerimaan untuk menatausahakan penerimaan negara
di lingkungan kementerian negara atau lembaga.
e. Pelaksanaan Uang Persediaan Untuk Keperluan Kementerian Negara atau
Lembaga atau Satuan Kerja
Uang Persediaan adalah sejumlah uang yang disediakan untuk satuan
kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional kantor sehari-hari. Dalam
rangka pelaksanaan pengeluaran, kementerian negara/lembaga dapat diberikan
Uang Persediaan sebagai uang muka kerja untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari. Uang Persediaan hanya digunakan untuk jenis
pengeluaran yang tidak dapat dilakukan langsung oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran kepada pihak yang menyediakan barang
dan/atau jasa. Penggunaan Uang Persediaan yang menyimpang dari ketentuan
merupakan pelanggaran dan dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan
fasilitas pemberian Uang Persediaan.
B. Mekanisme Pencairan Anggaran
a. Prosedur Pencairan Anggaran
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/
PMK/.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tercantum bahwa Pencairan Dana
terdiri dari dua jenis yaitu Pencairan Dana Langsung (LS) dan Pencairan Dana
Uang Persediaan (UP). Surat Perintah Membayar adalah dokumen yang
diterbitkan oleh Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA. Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D) adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa
BUN untuk melaksanakan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.
Sebelum SPM diterbitkan, Pengguna Anggaran/Kuasa Penggunaan Anggaran
berhak untuk melakukan:
1. Menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak
penagih;
2. Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/ kelengkapan
sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;
3. Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
4. Membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran
yang bersangkutan;
5. Memerintahkan pembayaran atas beban APBN/APBD.

Kemudian, SPP dibuat dengan menggunakan format yang disertai


kelengakapn yang dipersyaratkan SPP terdiri dari SPP-UP, SPP-TUP,
SPPGUP, SPP untuk Pengadaan Tanah, SPPLS, SPP-LS non belanja pegawai,
dan SPP untuk PNBP. Setelah menerima SPP, pejabat penerbit SPM
menerbitkan SPM dengan mekanisme:

1. Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi


check-list kelengkapan berkas SPP, mencatatnya dalam buku
pengawasan penerimaan SPP kemudian menyerahkan tanda terima SPP
berkenaan.
2. Petugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud kepada Pejabat
Penguji SPP untuk melakukan pengujian dengan: memeriksa acara
rinci keabsahan dokumen pendukung SPP sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, memeriksa ketersedian pagu anggaran dalam
DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui
batas pagu anggaran, memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau
kelayakan hasil kerja yang dicapai dengan indikator kinerja, dan
memeriksa kebenaran atas hak tagih.
3. Setelah melakukan pengujian SPP, SPM diterbitkan sekurang-
kurangnya dalam rangkap 3. SPM yang diterbitkan dinyatakan sah
apabila ditandatangani oleh pejabat yang diberi kewenangan. lnstansi
penerbit SPM harus menyampaikan kepada KPPN nama spesimen
tanda tangan pejabat yang diberi kewenangan untuk menandatangani
SPM, dan cap dinas instansi penerbit SPM.
b. Pembayaran atas Beban Anggaran Belanja
Pembayaran atas beban APBN pada prinsipnya dilakukan dengan
Pembayaran Langsung (LS); Melalui pembayaran LS, maka prinsip
efektivitas, transparansi dan akuntabilitas pengeluaran negara akan terpenuhi.
Adapun dokumen yang harus dilampirkan pada SPM yang akan diajukan ke
KPPN adalah:
a) SPM untuk keperluan pembayaran langsung (LS) Belanja Pegawai:
1. Daftar gaji/gaji susulan/kekurangan Gaji/Lembur/Honor dab
vakasi yang ditandatangani oleh KPA atau pejabat yang
ditunjuk dan bendahara pengeluaran.
2. Surat keputusan kepegawaian dalam hal terjadi perubahan pada
daftar gaji.
3. Surat keputusan pemberian honor/vakasi dan SPK lembur.
4. Surat setoran pajak (SSP).
b) SPM untuk keperluan pembayaran langsung (LS) Non Belanja
Pegawai:
1. Resume kontrak/SPK atau Daftar nominatif perjalanan dinas
2. SPTB
3. Faktur pajak dan Surat setoran pajak.
c) SPM untuk keperluan Uang Persediaan
UP dapat diberikan dalam batas-batas sebagai berikut :
 1/12 (satu per dua belas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi
belanja barang dan belanja lain-lain yang diijinkan untuk
diberikan UP, maksimal Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah) untuk pagu sampai dengan Rp. 900.000.000 (sembilan
ratus juta rupiah).
 1/18 (satu per delpan belas) dari pagu DIPA menurut
klasifikasi belanja barang dan belanja lain-lain yang diijinkan
untuk diberikan UP, maksimal Rp. 100.000.000 (seratus juta
rupiah) untuk pagu diatas Rp. 900.000.000 (sembilan ratus juta
rupiah) sampai dengan Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empat
ratus juta rupiah).
 1/24 (satu per dua puluh empat) dari pagu DIPA menurut
klasifikasi belanja barang dan belanja lain-lain yang dijinkan
untuk diberikan UP, maksimal Rp. 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah) untuk pagu di atas Rp. 2.400.000.000 (dua miliar
empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 6.000.000.000
(enam milyar rupiah).
d) SPM untuk keperluan pembayaran tambahan uang persediaan (TUP)
Untuk keperluan pembayaran TUP :
 Rincian rencana pengunaan dana;
 Surat dispensasi Kepala Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan untuk TUP diatas Rp. 200.000.000 (dua ratus
juta rupiah);
 Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat
yang ditunjuk yang menyatakan bahwa: Dana Tambahan UP
tersebut akan digunakan untuk keperluan mendesak dan akan
habis digunakan dalam waktu satu bulan terhitung sejak
tanggal diterbitkannya SP2D, Apabila terdapat sisa dana TUP,
harus disetorkan ke Rekening Kas Negara, dan Tidak untuk
membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan secara
langsung.
e) SPM GUP (Penggantian Uang Persediaan)
Untuk keperluan pembayaran GUP:
 Kuitansi/tanda bukti pembayaran
 SPTB;
 Faktur Pajak dan SSP (surat setoran pajak);
c. Prasyarat yang Harus Dimiliki Satuan Kerja (satker) Untuk Mencairkan Dana
Anggaran Negara
1. Memiliki Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
2. Memiliki Tim Pengelola Keuangan/Anggaran/Perbendaharaan
3. Memiliki NPWP atas Nama Bendahara Pengeluaran
4. Memiliki rekening bank atas nama Bendahara Pengeluaran yang telah
disetujui oleh kepala KPPN

Sumber Referensi:
https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/id/layanan/kppn/pencairan-dana.html

https://perpus.menpan.go.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/N2NjNTRiMWUw
NjczZmVmNWI3ZjVhYjkyNzQ5NzZhMjdkYWQ1MmJjZA==.pdf

YUDITIA, L. P. (2017). Analisis Sistem Pengendalian Internal Terhadap Pelaksanaan


Pembayaran Atas Beban APBN Melalui Sumber Dana Rupiah Murni Pada Satuan Kerja
Universitas Tanjungpura. Jurnal Kajian Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi UNTAN
(KIAFE), 2(3).

Anda mungkin juga menyukai