Anda di halaman 1dari 60

PEJABAT

PERBENDAHARAAN

Pokok Bahasan
Kewenangan dan tanggung jawab
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat Penandatangan SPM
Bendahara Umum Negara
Bendahara Penerimaan
Bendahara Pengeluaran

Kewenangan dan Tanggung Jawab


Pejabat Perbendaharaan

Pengguna Anggaran
adalah pejabat yang menurut undang-undang merupakan pemegang
kewenangan penggunaan anggaran Kementerian Negara / Lembaga
(K/L). Wujud dokumen anggaran K/L tersebut adalah DIPA (Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran).
Dalam pelaksanaannya, anggaran K/L dilaksanakan oleh satuan kerjasatuan kerja pada K/L yang bersangkutan.
Oleh karena itu Pengguna Anggaran (PA) menetapkan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) yang berasal dari satuan kerja yang bersangkutan
dengan surat keputusan.
KPA diutamakan Pegawai Negeri dengan mempertimbangkan efektivitas
dalam pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, pelaksanaan
kegiatan, dan pencapaian output/kinerja yang ditetapkan dalam DIPA.
PA dapat menunjuk KPA yang bukan PNS, setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Kuasa Pengguna Anggaran

adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan


sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran
pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

melaksanakan penggunaan anggaran berdasarkan DIPA Satker.

Kepala Satuan Kerja (Satker) secara ex-officio yang ditunjuk sebagai


KPA tidak terikat periode tahun anggaran, dan setiap terjadi
pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan
pejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.
Dalam hal terdapat kekosongan jabatan kepala Satker atau pejabat
lain yang ditunjuk sebagai KPA, PA segera menunjuk seorang pejabat
baru sebagai pelaksana tugas KPA.

Perangkapan jabatan dapat dilaksanakan melalui perangkapan


jabatan KPA sebagai PPK atau PPSPM. Artinya KPA hanya dapat
merangkap salah satu dari PPK dan PPSPM.

Kuasa Pengguna Anggaran


PA dapat mendelegasikan kepada kuasa PA untuk
menunjuk :
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), yaitu pejabat yang
melaksanakan kewenangan PA/KPA untuk mengambil keputusan
dan/atau tindakan yg dapat mengakibatkan pengeluaran atas
beban APBN. Kewenangan ini dikenal dgn Otorisator.
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) yaitu
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan
pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan Surat
Perintah Membayar (SPM).
Bendahara pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara
dalam pelaksanaan APBN pada kantor/Satker Kementerian
Negara/Lembaga.

Tugas dan Wewenang KPA

Dalam pengelolaan anggaran belanja negara pada satuan kerja, fungsi KPA lebih
berperan dalam segi manajerial untuk mencapai kinerja yang telah ditetapkan
dalam DIPA.
Fungsi manajerial tersebut meliputi antara lain fungsi perencanaan, pelaksanaan,
dan pertanggungjawaban anggaran. Dalam prakteknya fungsi-fungsi tersebut
dilaksanakan oleh KPA dalam bentuk tugas dan wewenang, sebagai berikut:
1. Menyusun DIPA
2. Menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja negara dan menjalankan program dan kegiatan.
3. Menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM atas
beban anggaran belanja negara
4. Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelola
anggaran/keuangan
5. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
6. Memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan penarikan dana
7. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan dan anggaran
8. Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan
peraturan perundang-undangan

Tugas dan Wewenang KPA

1. Menyusun DIPA
(Dokumen Pokok Pejabat Perbendaharaan)
KPA menyusun DIPA berdasarkan Keppres
tentang rincian APBN.
Setelah DIPA disahkan oleh Menteri
Keuangan, KPA memiliki keharusan untuk
melakukan penelitian kembali terhadap DIPA
tersebut, dan segera melakukan perbaikan
atau revisi seperlunya jika terdapat
kesalahan-kesalahan sehingga diharapkan
dapat lebih mempercepat penyerapan
anggaran sejak awal tahun.

Dokumen Pokok Pejabat Perbendaharaan


DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran)
DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh
Kementerian Negara / Lembaga dan disahkan Menteri Keuangan
selaku Bendaharawan Umum Negara (BUN).
Jenis2 DIPA :
1. DIPA Kementerian Negara/Lembaga :
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat Penandatangan SPM
Bendahara Penerimaan
Bendahara Pengeluaran
2. DIPA Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (APP):
Bendahara Umum Negara

Dokumen Pokok Pejabat Perbendaharaan


Jenis2 DIPA dikelompokkan menjadi DIPA Kementerian Negara / Lembaga
dan DIPA Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (APP):
1. DIPA Kementerian Negara/Lembaga
a. DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat, terdiri dari
DIPA satuan kerja pusat atau satuan kerja Kantor Pusat K/L, termasuk di dalam
nya untuk DIPA Badan Layanan Umum (BLU), dan Satuan Kerja Non Vertikal
Tertentu (SNVT).
Satuan Kerja Pusat dapat terdiri dari satuan kerjasatuan kerja yang dibentuk
oleh kementerian negara/ lembaga secara fungsional dan bukan merupakan
instansi vertikal. Sedangkan Satuan Kerja Kantor Pusat adalah satuan kerja
dalam lingkup Kantor Pusat suatu kementerian negara /lembaga
b. DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah, terdiri dari
DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah Kementerian Negara/Lembaga di daerah.
Konsep DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah disusun dan ditetapkan oleh

Dokumen Pokok Pejabat Perbendaharaan


DIPA Dana Dekonsentrasi
DIPA Dana dekonsentrasi adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan
anggaran kementerian negara/lembaga dalam rangka pelaksanaan dana
dekonsentrasi, serta pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur.
Konsep DIPA Dana Dekonsentrasi disusun dan ditetapkan oleh Kepala
SKPD yang ditunjuk oleh Gubernur berdasarkan pendelegasian wewenang
dari Menteri/Ketua Lembaga.
d. DIPA Tugas Pembantuan
DIPA Tugas Pembantuan adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan
anggaran kementerian negara/lembaga dalam rangka pelaksanaan Tugas
Pembantuan, serta pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh
Gubernur/ Bupati/Walikota.
Konsep DIPA Tugas Pembantuan disusun dan ditetapkan oleh Kepala
Satker Pusat yang ditunjuk oleh Menteri/Ketua Lembaga.
c.

Dokumen Pokok Pejabat Perbendaharaan


2. DIPA Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (DIPA APP)
DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan (BAPP). BAPP merupakan Bagian Anggaran yang dikelola oleh menteri Keuangan
dan penggunaan anggaran tersebut bersifat khusus serta tidak termasuk dalam anggaran
kementerian negara / lembaga / pemerintah daerah. Dalam Pelaksanaannya Menteri Keuangan
menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran untuk menyusun dan menetapkan konsep DIPA.
BAPP meliputi :
a. Cicilan Bunga Utang (BA 061)
b. Subsidi dan Transfer (BA 062)
c. Belanja Lain-Lain (BA 069)
d. Dana Perimbangan (BA 070)
e. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (BA 071)
f. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negari (BA 096)
g. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri (BA 097)
h. Penerusan Pinjaman sebagai Pinjaman (BA 098)
i. Penyertaan Modal Negara (BA 099)
j. Penerusan Pinjaman sebagai Hibah (BA 101)
k. Penerusan Hibah sebagai Hibah (BA 102)

Dokumen Pokok Pejabat Perbendaharaan


2. DIPA Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (DIPA APP), terdiri dari :
1) DIPA Belanja Pemerintah Pusat
a. Cicilan Bunga Utang (BA 061)
b. Subsidi dan Transfer (BA 062)
c. Belanja Lain-Lain (BA 069)
d. Penerusan Pinjaman sebagai Hibah (BA 101)
2) DIPA Belanja Daerah
e. Dana Perimbangan (BA 070)
f. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (BA 071)
3) DIPA Pembiayaan
g. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negari (BA 096)
h. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri (BA 097)
i. Penerusan Pinjaman sebagai Pinjaman (BA 098)
j. Penyertaan Modal Negara (BA 099)
k. Penerusan Hibah sebagai Hibah (BA 102)
4) DIPA Khusus
ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan kriteria penanganan kejadian luar biasa yang
mempunyai tingkat urgensi sangat tinggi dan bersifat mendesak, seperti : a) penanganan
yang bersifat darurat, b) kegiatan yang bersifat politis dalam rangka menjaga kredibilitas
Pemerintah

Kegiatan Pj PBN dalam Siklus APBN


Perencanaan dan
Penganggaran
APBN

Pembahasan
Dan Penetapan
APBN
(dokumen :
.. Perpres ttg
Rincian APBN)

Pemeriksaan dan
Pertanggungjawaban
APBN

Laporan dan
Pencatatan
APBN

Pelaksanaan
APBN
(dokumen : DIPA)

ALUR PENYUSUNAN NOTA KEUANGAN DAN RAPBN

Tahap akhir pembicaraan pendahuluan adalah kesepakatan


Pemerintah dgn DPR tentang KF, KEM dan rincian anggaran untuk
unit organisasi, fungsi, program dan kegiatan masing-masing K/L
yg akan digunakan sebagai bahan penyusunan RUU APBN dan Nota
Keuangannya.
Berdasarkan kesepakatan Pemerintah dgn DPR tersebut Pemerintah
menyampaikan Pagu Anggaran hasil kesepakatan dgn DPR kepada
K/L untuk menyusun RKA-K/L.

ALUR PENETAPAN APBN DAN RINCIAN APBN (1)


Pembahasan RKA-K/L dilakukan oleh Komisi2 terkait dgn Sekjen
K/L.
Setelah UU APBN dan RKA-K/L ditetapkan, sesuai kesepakatan
pembahasan RAPBN antara Pemerintah dgn DPR, Menkeu
menetapkan Alokasi Anggaran kpd K/L dan BUN sbg batas tertinggi
anggaran pengeluaran K/L dan BUN.

ALUR PENETAPAN APBN DAN RINCIAN APBN (2)

Selanjutnya dilakukan forum penelahaan RKA-K/L (khusus yg mengalami perubahan)


untuk memastikan kesesuaian antara RKA-K/L dgn alokasi anggaran hasil kesepakatan
dgn DPR.
Forum penelahaan RKA-K/L antara K/L dengan Kementerian Keuangan untuk
menyesuaikan dgn hasil kesepakatan dgn DPR.
Hasil penelahaan RKA-K/L tersebut menjadi bahan penyusunan Peraturan Presiden
tentang Rincian APBN.
Batas tahap Perencanaan ..

DATA RKA-K/L TERINTEGRASI DGN DIPA

Kebijakan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan tanggal 19 Oktober 2012
No. 160 / PMK.02/2012 tentang Petunjuk Penyusunan dan Pengesahan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran DIPA:
Penyederhanaan proses pengurusan RKA-K/L dan DIPA termasuk penyelesaian revisi
anggaran
Penyederhanaan dimaksud, dilakukan melalui pengintegrasian proses penyusunan RKA
KL dan DIPA karena penyusunan DIPA dilakukan dengan menggunakan data yang
berasal dari RKA-K/L yang sudah ditelaah antara K/L dengan Ditjen Anggaran dan
sudah mendapat persetujuan DPR serta ditetapkan dalam Keppres Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat.

DATA RKA-K/L TERINTEGRASI DGN DIPA

Data yang digunakan dalam penyusunan anggaran K/L yang terintegrasi


dengan DIPA dimulai pada dokumen RKA-K/L dengan pagu anggaran
K/L hasil pembahasan Pemerintah Pusat dengan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).
Penyusunan RKA-K/L yang terintegrasi dengan DIPA mulai dilakukan
pada penyusunan RKA-K/L tahun anggaran 2014 menggunakan aplikasi
SAKTI yang terintegrasi dengan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara (SPAN).
Melalui pengintegrasian tersebut, diharapkan dapat memberikan nilai
tambah berupa penyederhanaan proses dan mempercepat waktu
penyelesaian DIPA, meningkatkan validitas dan integritas data
anggaran; dan meningkatkan efisiensi biaya pengesahan DIPA.
Pencetakan / penerbitan DIPA dapat dilakukan dari RKA-K/L yang
sudah ditelaah antara K/L dengan Ditjen Anggaran yang sudah
mendapat persetujuan DPR serta ditetapkan dalam Keppres Rincian
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.

Proses Penganggaran
JANUARI APRIL
Pembahasa
n
Pokokpokok
Kebijakan
Fiskal &
RKP
Kebijakan
Umum
dan
Prioritas
Anggaran

DPR

KABINET/
PRESIDEN

(8)

Pembahasa
n
RKA-KL

(9)

PEMBAHASAN
RAPBN

UU APBN

(7)

(11)

NOTA
KEUANGAN,
RAPBN DAN
LAMPIRAN

PERPRES
TENTANG
RINCIAN APBN

PENELAAHAN
KONSISTENSI
DENGAN RKP

KEMENTERIAN
PPN
/ BAPPENAS

SEB PRIORITAS
PROGRAM DAN
PAGU INDIKATIF

(6)
(2)

SE PAGU
ANGGARAN

Kementerian
Keuangan

(5)

LAMPIRAN
RAPBN
(HIMPUNAN
RKAKL)

PENELAAHAN
KONSISTENSI
DENGAN PRIORITAS
ANGGARAN

(1)
Kement.
Negara/
Lembaga

SEPT - DES

MEI AGUSTUS
(4)

Renstra
KL

Rancangan
Renja KL

(3)

RKA-KL

(13)

(10)

SE ALOKASI
ANGGARAN

PENGESAHAN

RANCANGAN
PERPRES TTG
RINCIAN
APBN

(12)

(14)

KONSEP
DOKUMEN
PELAKSANAAN
ANGGARAN

DOKUMEN
PELAKSANAAN
ANGGARAN

18

Tugas dan Wewenang KPA


2. Menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja negara dan menjalankan program dan kegiatan.
PPK adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan KPA untuk mengambil
keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas
beban APBN. Kewenangan ini dikenal sebagai kewenangan otorisator.
Sesuai yang dimanatkan dalam Perpres Nomor 70 tahun 2012 tentang
Perubahan kedua Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah, PPK yang ditetapkan oleh KPA harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki integritas;
b. memiliki disiplin tinggi;
c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk
melaksanakan tugas;
d. mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan
dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN;
e. menandatangani Pakta Integritas;
f. tidak menjabat sebagai Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar
(PPSPM) atau Bendahara; dan
g. memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa

Tugas dan Wewenang KPA


3. Menetapkan

PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan


menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja negara
PPSPM mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
melakukan pengujian tagihan kepada negara dan
menandatangani SPM. Dalam hal ini PPSPM bertindak sebagai
ordonator berwenang untuk melakukan pengujian atas
tindakan yang dilakukan oleh otorisator (PPK) dan
selanjutnya memerintahkan pembayaran melalui penerbitan
SPM.
Oleh karena itu dalam rangka melaksanakan prinsip check
and balance, PPSPM tidak boleh merangkap sebagai PPK dan
sebaliknya.
Seorang PPSPM (ordonator) harus memastikan bahwa suatu
tagihan yang diajukan kepadanya sudah memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum
diterbitkan perintah pembayaran.

Tugas dan Wewenang KPA


4. Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
dan pengelola anggaran/keuangan

Proses pengadaan barang/jasa pemerintah dilaksanakan oleh pejabat/unit


layanan pengadaan barang/jasa.
Unit Layanan Pengadaan barang/jasa ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga.
Sedangkan yang ditetapkan oleh KPA adalah:
a. Pejabat pengadaan ditunjuk oleh KPA untuk melaksanakan pengadaan
langsung;
b. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan yang merupakan panitia /
pejabat yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan; dan
c. Staf pengelola keuangan satuan kerja.
Dalam menetapkan panitia/pejabat dan staf pengelola keuangan, KPA harus
memperhatikan ketentuan yang mengatur mengenai standar biaya.
Dalam PMK dimaksud sudah diatur mengenai besarnya honorarium, jumlah
staf pengelola keuangan.

Tugas dan Wewenang KPA


Sebagai contoh :
Untuk tahun 2013, KPA dapat dibantu oleh 1 atau beberapa PPK, jumlah
staf pengelola keuangan paling banyak 3 (tiga) orang termasuk Petugas
Pengelola Administrasi Belanja Pegawai (PPABP), dan jumlah staf untuk
setiap PPK paling banyak 2 (dua) orang.
Sedangkan, KPA yang merangkap sebagai PPK dapat dibantu oleh staf
pengelola keuangan paling banyak 6 (enam) orang, termasuk PPABP.
Kewenangan pembagian staf pengelola keuangan tentunya adalah otoritas
dari seorang KPA. Staf pengelola keuangan yang ditunjuk dapat
distribusikan sesuai rentang kendali tugas masing-masing pejabat
perbendaharaan. Hal ini dimungkinkan PPSPM memiliki staf pengelola
keuangan yang melaksanakan tugas membantu proses pengujian terhadap
tagihan yang diajukan oleh seorang otorisator (KPA/PPK).
Seorang PPK dapat juga dibantu oleh staf pengelola keuangan, demikian
juga dengan bendahara, yang tentunya besaran honorarium yang diberikan
mengacu kepada besaran yang diatur dalam standar biaya dalam PMK
tersebut di atas.

Tugas dan Wewenang KPA


5. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan
rencana penarikan dana
Untuk mendorong percepatan penyerapan anggaran dan
meningkatkan efektivitas belanja pemerintah, KPA perlu
menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana
penarikan dana.
Rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
tersebut disusun oleh PPK.
Atas usulan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana
penarikan dana dari PPK tersebut, KPA berkewajiban
menelaah dan menganalisa rencana pelaksanaan kegiatan
dan rencana penarikan dana yang disampaikan oleh PPK.
Jika KPA setuju dengan rencana pelaksanaan kegiatan dan
rencana penarikan dana yang diajukan PPK tersebut, maka
selanjutnya KPA menetapkan rencana tersebut.

Tugas dan Wewenang KPA


6. Memberikan supervisi dan konsultasi dalam
pelaksanaan kegiatan dan penarikan dana
KPA diwajibkan memberikan supervisi dan
konsultasi dalam proses pelaksanaan kegiatan dan
rencana penarikan dana, sehingga kegiatan yang
telah dituangkan dalam DIPA dapat dilaksanakan
sesuai rencana dan target yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan supervisi dan konsultasi tersebut
dapat dilakukan dalam bentuk bimbingan dan
arahan terkait proses pelaksanaan kegiatan, baik
untuk kegiatan yang bersifat swakelola maupun
terkait pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan
oleh pihak ketiga atau penyediaan barang/jasa.

Tugas dan Wewenang KPA


7. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan
anggaran
Dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan dan anggaran yang disimpan oleh PPK dan semua
bukti-bukti pendukung telah diuji dan dinyatakan memenuhi
persyaratan untuk dilakukan pembayaran yang disimpan dan
ditatausahakan oleh PPSPM.
KPA mengawasi penatausahaan dokumen tersebut apakah
telah disimpan dan ditatausahakan dengan baik dan benar,
sehingga memudahkan dalam hal dibutuhkan sewaktu-waktu
oleh aparat pemeriksa internal pemerintah maupun aparat
pengawas eksternal pemerintah.

Tugas dan Wewenang KPA


8. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan
anggaran
Penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah disusun
dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan. Penyampaian laporan
keuangan tersebut dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara.
Laporan keuangan tersebut setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi
APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang
dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 (PP 24/2005) tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan, selain empat jenis laporan keuangan
tersebut (yang disebut dengan laporan keuangan pokok), entitas pelaporan
dapat menyajikan Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan Perubahan
Ekuitas.
Laporan keuangan tersebut dimulai dari keuangan satuan kerja yang
selanjutnya secara berjenjang dilaporkan menjadi laporan keuangan
Kementerian Negara/Lembaga.

Tanggungjawab atas Tugas dan Wewenang KPA


1. Mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
2. Merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah
3. Menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian
tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan;
4. Melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan barang /

jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA


5. Melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak

pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan


keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah
ditetapkan
6. Merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan

keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA


7. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan

Pejabat Pembuat Komitmen

PPK melaksanakan kewenangan KPA dgn mempedomani rencana


pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana, standar
operasional, sistem pengawasan dan pengendalian, dan
monitoring dan evaluasi yang telah ditetapkan oleh KPA.
Dalam rangka check and balance PPK tidak dapat merangkap
sebagai PPSPM dan Bendahara, dan jabatan PPSPM sebaiknya
minimal setingkat dengan PPK.
PPK dapat ditetapkan lebih dari 1 (satu).
Penetapan PPK tidak terikat periode tahun anggaran.
Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkan
sebagai PPK pada saat penggantian periode tahun anggaran,
penetapan PPK tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku.
Dalam hal penunjukan KPA berakhir, penunjukan PPK secara
otomatis berakhir.

Pejabat Pembuat Komitmen


Dalam melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja
Negara, PPK memiliki tugas dan wewenang:
1. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
berdasarkan DIPA;
2. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
3. Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan
Penyedia Barang/Jasa;
4. Melaksanakan kegiatan swakelola;
5. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang dilakukannya;
6. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
7. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada Negara;
8. Membuat dan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
9. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;
10. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita
Acara Penyerahan;
11. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan; dan
12. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara

Pejabat Pembuat Komitmen


1. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan
dana berdasarkan DIPA sbb :
Membuat time-scedule pelaksanaan kegiatan perbulan yang
dilengkapi rencana penarikan dananya. Artinya dalam melaksanakan
suatu kegiatan harus ditentukan kapan kegiatan tersebut
dilaksanakan dan kapan penarikan dana atas kegiatan tersebut
dilakukan dgn mempedomani norma waktu penyelesaian tagihan
pada satuan kerja yang ada.
Menyusun kebutuhan Uang Persediaan/Tambahan Uang Persediaan
yang diperlukan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat swakelola
yang dilaksanakan langsung oleh PPK. Dalam hal diperlukan
penyesuaian-penyesuaian kegiatan yang mengikuti perkembangan
kondisi di lapangan, PPK dapat mengusulkan dilakukan revisi /
perubahan terhadap Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) ataupun
DIPA kepada KPA.

Pejabat Pembuat Komitmen


2. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
Dalam menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
(SPPBJ) harus mengacu pada kententuan mengenai
pengadaan barang/jasa pemerintah. Sesuai ketentuan
tersebut SPPBJ diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari
kerja setelah pengumuman penetapan pemenang
lelang/seleksi apabila tidak ada sanggahan, atau setelah
sanggahan dijawab dalam hal tidak ada sanggahan banding.
Jika terjadi sanggahan banding, SPPBJ diterbitkan paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah adanya jawaban sanggahan
banding dari Menteri/Pimpinan Lembaga dimana sanggahan
banding tersebut tidak diterima. Dalam hal proses
pengadaan barang/jasa dilaksanakan sebelum/mendahului
tahun anggaran, SPPBJ hanya diterbitkan setelah DIPA
disahkan dan berlaku efektif.

Pejabat Pembuat Komitmen


3. Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian /
kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;
Dalam proses pengadaan barang/jasa, terlebih dahulu PPK menyusun
rancangan perjanjian/kontrak. Rancangan perjanjian/kontrak pengadaan
barang/jasa tersebut disusun dengan berpedoman pada standar kontrak
pengadaan barang/jasa. Standar perjanjian/kontrak pengadaan barang atau
jasa ini diatur lebih lanjut dalam ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa
pemerintah.
Pelaksanaan penandatangan perjanjian/kontrak dilaksanakan paling lambat 14
(empat belas) hari kerja setelah diterbitkannya SPPBJ.
Setelah perjanjian/kontrak ditandatangani, PPK mengawasi pelaksanaan
perjanjian/kontrak. Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan
pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang
ditentukan dalam dokumen perjanjian/kontrak, PPK bersama Penyedia
Barang/Jasa dapat melakukan perubahan perjanjian/kontrak yang meliputi:
a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam
Kontrak;
b. Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
c. Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan;
atau
d. Mengubah jadwal pelaksanaan.

Pejabat Pembuat Komitmen


4. Melaksanakan Kegiatan Swakelola
Kegiatan swakelola adalah pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh satuan kerja sebagai
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain, dan/atau kelompok
masyarakat.
Pekerjaan yang dapat dilaksanakan secara swakelola adalah:
a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau
memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia serta sesuai
dengan tugas pokok kementerian negara/lembaga/satuan kerja yang
bersangkutan;
b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
langsung masyarakat setempat;
c. pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau
pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;
d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan
terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia
Barang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar;
e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau
penyuluhan;

Pejabat Pembuat Komitmen


4. Melaksanakan Kegiatan Swakelola
f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan
survei yang bersifat khusus untuk pengembangan
teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh
Penyedia Barang/Jasa;
g. pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan
pemerintah, pengujian di laboratorium dan pengembangan
sistem tertentu;
h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi kementerian
negara/lembaga/satuan kerja yang bersangkutan;
i. pekerjaan industri kreatif, inovatif, dan budaya dalam
negeri;
j. penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan/atau
k. pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industry
alutsista, dan industri almatsus dalam negeri.

Pejabat Pembuat Komitmen


5. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas Perjanjian/Kontrak
Yang dilakukannya
Terdapat 2 (dua) mekanisme pembayaran kepada penyedia
barang/jasa yang dapat dilakukan oleh PPK, yaitu dengan
mekanisme pembayaran langsung dengan menerbitkan SPP-LS dan
melalui Uang Persediaan (UP).
Pembayaran dengan UP hanya dapat dilakukan untuk pengadaan
barang/jasa dengan nilai tidak lebih dari Rp.50.000.000,-.
Terhadap perjanjian/kontrak yang pembayarannya akan dilakukan
secara langsung kepada penyedia barang/jasa, PPK mencatatkan
perjanjian/kontrak tersebut ke dalam suatu sistem yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
terdapat pada satuan kerja yang bersangkutan.

Pejabat Pembuat Komitmen


Data-data perjanjian/kontrak tersebut meliputi :

Nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program,


kegiatan, output, dan akun yang digunakan;
Nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA;
Nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh
Satker;
Uraian pekerjaan yang diperjanjikan;
Data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak
antara lain nama rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama,
dan nomor rekening penerima pembayaran;
Jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa
pemeliharaan apabila dipersyaratkan;
Ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi;
Addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada
perjanjian/kontrak tersebut; dan
Cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:
sekaligus (nilai ............ rencana bulan ......); atau
secara bertahap (nilai ............ rencana bulan ......).

Pejabat Pembuat Komitmen

Setelah dicatat pada sistem tersebut, selanjutnya data perjanjian/kontrak beserta ADK-nya disampaikan ke
KPPN secara langsung atau melalui e-mail paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah ditandatanganinya
perjanjian/kontrak. KPPN akan mencatatkan data tersebut ke dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN.
Aplikasi pada KPPN akan memblokir dana tersebut dan hanya dapat dicairkan untuk pembayaran atas
perjanjian/kontrak tersebut.
Untuk keperluan belanja pegawai pada Satker, dalam hal terdapat perubahan data pegawai berupa
penetapan keputusan yang mengakibatkan pengeluaran negara untuk pelaksanaan belanja pegawai, PPABP
mencatat perubahan data pegawai tersebut ke dalam suatu sistem yang disediakan oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
Perubahan data pegawai dimaksud terkait dengan:
a. Pengangkatan/pemberhentian sebagai calon pegawai negeri;
b. Pengangkatan/pemberhentian sebagai pegawai negeri;
c. Kenaikan/penurunan pangkat;
d. Kenaikan/penurunan gaji berkala;
e. Pengangkatan/pemberhentian dalam jabatan;
f. Mutasi Pindah ke Satker lain;
g. Pegawai baru karena mutasi pindah;
h. Perubahan data keluarga;
i. Data utang kepada negara; dan/atau
j. Pengenaan sanksi kepegawaian.
Setelah dilakukan pencatatan perubahan data pegawai, Satker menyampaikan Daftar Perubahan Data
Pegawai yang telah disahkan PPSPM beserta ADK-nya kepada KPPN paling lambat bersamaan dengan
pengajuan SPM Belanja Pegawai. Daftar perubahan data pegawai dimaksud digunakan dalam rangka
pemutakhiran (updating) data antara KPPN dengan Satker untuk pembayaran belanja pegawai dan untuk
menguji kesesuaian dengan tagihan.

Pejabat Pembuat Komitmen


6. Menguji Dan Menandatangani Surat Bukti Mengenai Hak Tagih Kepada
Negara
Setelah kegiatan atas dasar komitmen selesai dilaksanakan, penerima hak
(pihak ketiga atau Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya) mengajukan tagihan
kepada negara berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh
pembayaran. Bukti-bukti yang sah tersebut berupa:
a. Bukti perjanjian/kontrak;
b. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
c. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
d. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;
e. Berita Acara Pembayaran;
f. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa;
g. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP);
h. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya
sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundangan tentang
pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau
i. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang
dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah
dalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah perjanjian
pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.

Pejabat Pembuat Komitmen

Sedangkan bukti-bukti yang sah lainnya untuk keperluan belanja pegawai non gaji
induk, pembayaran honorarium, dan perjalanan dinas berupa:
a. Surat Keputusan;
b. Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas;
c. Daftar penerima pembayaran; dan/atau
d. Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.
Selanjutnya PPK melakukan pengujian atas bukti-bukti tersebut. Pengujian tersebut
yaitu:
a. menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak tagih
kepada negara; dan/atau
b. menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai.
Sedangkan untuk pengujian surat jaminan uang muka, dilakukan dengan:
a. menguji syarat-syarat kebenaran dan keabsahan jaminan uang muka; dan
b. menguji tagihan uang muka berupa besaran uang muka yang dapat dibayarkan
sesuai ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
Uang muka dapat diberikan kepada penyedia barang/jasa untuk:
a. mobilisasi alat dan tenaga kerja;
b. pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material; dan/atau
c. persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

Pejabat Pembuat Komitmen


7. Membuat dan Menandatangani SPP
Untuk melaksanakan tugas dan wewenang dalam membuat dan menandatangani
Surat Permintaan Pembayaran (SPP), terlebih dahulu PPK melakukan pengujian
atas tagihan yang disampaikan penyedia barang dan jasa. Pengujian tersebut
meliputi:
a.
b.
c.
d.

kelengkapan dokumen tagihan;


kebenaran perhitungan tagihan;
kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban APBN;
kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang
tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang diserahkan oleh
penyedia barang/jasa;
e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang
tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen
perjanjian/kontrak;
f. kebenaran, keabsahan serta akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
mengenai hak tagih kepada negara; dan
g. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang tercantum
pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak

Setelah pengujian tersebut dilakukan dan telah sesuai/benar, selanjutnya PPK


membuat dan menandatangani SPP. SPP ini disampaikan kepada Pejabat Penguji
dan Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM).

Pejabat Pembuat Komitmen


8. Melaporkan Pelaksanaan/Penyelesaian Kegiatan
kepada KPA
PPK harus menyampaikan laporan berkala terkait pelaksanaan tugas
dan wewenang kepada KPA. Penyampaian laporan berkala tersebut
berdasarkan kebijakan dan pertimbangan kebutuhan KPA pada
masing-masing satker.
Laporan yang akan disampaikan kepada KPA tersebut berupa laporan
atas pelaksanaan kegiatan, laporan atas penyelesaian kegiatan, dan
laporan atas penyelesaian tagihan kepada Negara.
Laporan tersebut paling kurang memuat:
a. perjanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa yang telah
ditandatangani;
b. tagihan yang belum dan telah disampaikan penyedia
barang/jasa;
c. tagihan yang belum dan telah diterbitkan SPPnya; dan
d. jangka waktu penyelesaian tagihan.

Pejabat Pembuat Komitmen


9. Menyerahkan Hasil Pekerjaan Pelaksanaan Kegiatan kepada KPA dengan Berita Acara
Penyerahan
Setelah proses pengadaan barang/jasa selesai dilaksanakan, dan barang/jasa tersebut siap
digunakan sesuai peruntukannya, maka PPK menyerahkan hasil pengadaan barang/jasa
tersebut kepada KPA. Penyerahan pengadaan barang/jasa tersebut dilakukan melalui Berita
Acara Penyerahan antara PPK dan KPA.
10. Menyimpan dan Menjaga Keutuhan Seluruh Dokumen Pelaksanaan Kegiatan
Setelah proses pengadaan barang/jasa selesai dilaksanakan dan barang/jasa telah
diserahterimakan kepada KPA, maka PPK berkewajiban menjaga seluruh dokumen pengadaan
barang/jasa tersebut. Dokumen pengadaan barang/jasa menjadi dokumen satuan kerja yang
nantinya juga menjadi dasar bagi aparat pemeriksa internal pemerintah dalam melakukan
pengawasan dan pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa yang telah dilaksanakan.
11. Melaksanakan Tugas Dan Wewenang Lainnya yang Berkaitan Dengan Tindakan yang
Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja Negara.
Dalam proses pelaksanaan kegiatan dan pengadaan barang/jasa pemerintah, PPK juga
mempunyai tugas-tugas lainnya yaitu:
1) menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
2) memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak yang
mempunyai hak tagih kepada negara;
3) mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi kegiatan; dan
4) memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara.

Pejabat Pembuat Komitmen


Untuk melaksanakan kewenangan di bidang belanja pegawai, KPA mengangkat Petugas Pengelola
Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) untuk membantu PPK dalam mengelola administrasi
belanja pegawai. Dalam pengelolaan administrasi belanja pegawai tersebut, PPABP bertanggung
jawab kepada KPA. Adapun tugas PPABP meliputi:
1. Melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronik dan/atau manual yang
berhubungan dengan belanja pegawai secara tertib, teratur, dan berkesinambungan;
2. Melakukan penatausahaan dokumen terkait keputusan kepegawaian dan dokumen
pendukung lainnya dalam dosir setiap pegawai pada Satker yang bersangkutan secara tertib
dan teratur;
3. Memproses pembuatan Daftar Gaji induk, Gaji Susulan, Kekurangan Gaji, Uang Duka
Wafat/Tewas, Terusan Penghasilan/Gaji, Uang Muka Gaji, Uang Lembur, Uang Makan,
Honorarium, Vakasi, dan pembuatan Daftar Permintaan Perhitungan Belanja Pegawai
lainnya;
4. Memproses pembuatan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP);
5. Memproses perubahan data yang tercantum pada Surat Keterangan Untuk Mendapatkan
Tunjangan Keluarga setiap awal tahun anggaran atau setiap terjadi perubahan susunan
keluarga;
6. Menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai, ADK Perubahan Data Pegawai, ADK
Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen pendukungnya kepada PPK;
7. Mencetak Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan setiap awal tahun dan/atau
apabila diperlukan; dan
8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan penggunaan anggaran belanja
pegawai.

Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar


Dalam melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM, PPSPM
memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut
1. Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung
2. Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan
3. Membebankan tagihan pada akun yang telah disediakan.
4. Menerbitkan SPM
5. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih
6. Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran
kepada KPA
7. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran

Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar


2. Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan
PPSPM harus menolak SPP yang diajukan PPK apabila belum
memenuhi persyaratan sesuai pengujian yang telah dilakukan.
Dalam hal PPSPM menolak/mengembalikan SPP, maka PPSPM harus
menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian
tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP.

3. Membebankan tagihan pada Mata Anggaran (Akun) yang telah


disediakan.
Kebenaran penggunaan kode mata anggaran yang dituangkan dalam
tagihan menjadi tanggung jawab PPSPM. Sehingga PPSPM harus
memperhatikan kesesuaian kode-kode mata anggaran pada tagihan
dengan mata anggaran yang telah ditetapkan dalam DIPA / POK /
Rencana Kerja Anggaran Satker.

Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar


4. Menerbitkan SPM
Dalam menerbitkan SPM, PPSPM memiliki tugas sebagai berikut:
a. Mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisa
dana UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA;
b. Menandatangani SPM; dan
c. Memasukkan Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai
tanda tangan elektronik pada ADK SPM. Tata cara pelaksanaan
tanda tangan elektronik dalam bentuk PIN PPSPM pada ADK SPM
diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaaan.
Setelah SPM diterbitkan dan ditandatangani PPSPM, PPSPM
bertanggung jawab atas:
d. Kebenaran, kelengkapan, dan keabsahan administrasi terhadap
dokumen hak tagih pembayaran yang menjadi dasar penerbitan
SPM dan akibat yang timbul dari pengujian yang dilakukannya; dan
e. Ketepatan jangka waktu penerbitan dan penyampaian SPM kepada
KPPN.

Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar


5. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih
SPM yang menjadi pertinggal pada PPSPM berserta dokumen yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang merupakan bukti-bukti
pendukung SPP yang disampaikan PPK disimpan dan ditatausahakan oleh
PPSPM.
PPSPM harus menatausahakan dan menjaga keutuhan seluruh
dokumen tersebut sehingga memudahkan dalam hal dibutuhkan sewaktuwaktu oleh aparat pemeriksa internal pemerintah maupun aparat pengawas
eksternal pemerintah.

6. Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran


kepada KPA
PPSPM harus menyampaikan laporan bulanan kepada KPA terkait
pelaksanaan tugasnya terkait pengujian terhadap SPP dan penerbitan SPM.
Laporan bulanan dimaksud paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:
jumlah SPP yang diterima;
jumlah SPM yang diterbitkan; dan
jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM.

Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar

7.Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya


yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengujian dan perintah pembayaran
Tugas dan kewenangan lainnya dari PPSPM terkait
pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran
sesuai dengan yang ditetapkan oleh KPA
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Bendahara Umum Negara (BUN)

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN)


mengangkat Kepala KPPN menjadi Kuasa BUN untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran belanja negara dalam wilayah kerja yang telah
ditetapkan.

Tugas kebendaharaan dari Kuasa BUN tersebut meliputi kegiatan


menerima, menyimpan, membayar atau menyerahkan,
menatausahakan, dan mempertanggung jawabkan uang dan
surat berharga yang berada dalam pengelolaannya.

KPPN dalam melaksanakan tugas kebendaharaan paling sedikit:


1. Melaksanakan penerimaan dan pengeluaran Kas Negara
dalam rangka pengendalian pelaksanaan anggaran negara
2. Melakukan pembayaran tagihan kepada penerima hak
sebagai pengeluaran anggaran

Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN)

Dalam pelaksanaan pencairan dana, KPPN memiliki tugas dan wewenang untuk menguji dan
meneliti SPM yang disampaikan oleh PPSPM. SPM yang diajukan ke KPPN digunakan sebagai
dasar penerbitan SP2D.
KPPN melakukan penelitian SPM meliputi:
1. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPM yang dipersyaratkan.
2. Meneliti kebenaran SPM, meliputi:
a. Meneliti kesesuaian tanda tangan PPSPM pada SPM dengan spesimen tanda tangan
PPSPM pada KPPN;
b. Memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah angka dan huruf pada SPM; dan
c. Memeriksa kebenaran penulisan dalam SPM, termasuk tidak boleh terdapat cacat
dalam penulisan.
KPPN melakukan pengujian SPM yang meliputi:
3. Menguji kebenaran perhitungan angka atas beban APBN yang tercantum dalam SPM
berupa pengujian kebenaran jumlah belanja/pengeluaran dikurangi dengan jumlah
potongan/penerimaan dengan jumlah bersih dalam SPM.
4. Menguji ketersediaan dana pada kegiatan/output/jenis belanja dalam DIPA dengan yang
dicantumkan pada SPM;
5. Menguji kesesuaian tagihan dengan data perjanjian/kontrak atau perubahan data
pegawai yang telah disampaikan kepada KPPN.
6. Menguji persyaratan pencairan dana.

Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN)


Menguji persyaratan pencairan dana.
a. Menguji SPM UP berupa besaran UP yang dapat diberikan.
Dalam pengujian SPM UP, jika terdapat UP tahun anggaran sebelumnya
belum dipertanggungjawabkan, juga dilakukan pengujian yang meliputi:
1. kesesuaian jumlah uang dan keabsahan bukti setor pengembalian sisa
UP tahun anggaran yang sebelumnya; atau
2. kesesuaian jumlah potongan UP pada SPM UP dengan sisa UP tahun
anggaran yang sebelumnya;
b. Menguji SPM TUP meliputi kesesuaian jumlah uang yang diajukan pada
SPM TUP dengan jumlah uang yang disetujui Kepala KPPN :
Dalam pengujian SPM-TUP, jika jumlah uang yang harus
dipertanggungjawabkan dari jumlah TUP yang diberikan, harus disertai
dengan bukti setor pengembalian TUP yang telah dilakukan konfirmasi
KPPN. Ketentuan ini tidak diperlukan dalam hal penyampaian SPM-TUP
yang dilakukan secara bertahap sebelum batas akhir pertanggungjawaban .

Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN)


c. Menguji SPM TUP meliputi jumlah TUP yang diberikan dengan
jumlah uang yang dipertanggungjawabkan dan kepatuhan jangka
waktu pertanggungjawaban;
d. Menguji SPM GUP meliputi batas minimal revolving dari UP yang
dikelola dan ketentuan terkait penggunaan dan pertanggung
jawaban UP.
e. Menguji SPM LS Non Belanja Pegawai berupa kesesuaian data
perjanjian/kontrak pada SPM LS dengan data perjanjian/kontrak
yang tercantum dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN.
f. Menguji SPM LS Belanja Pegawai sesuai dengan prosedur standar
operasional yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
g. Menguji kesesuaian nilai potongan pajak yang tercantum dalam
SPM dengan nilai pada SSP.

Bendahara Penerimaan
Adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang Pendapatan Negara dalam
rangka pelaksanaan APBN pada kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga
Pemerintah Non-kementerian.
Pengangkatan Bendahara Penerimaan :
Dalam melaksanakan anggaran pendapatan pada kantor/Satuan Kerja di
lingkungan Kementerian Negara/Lembaga, Menteri/Pimpinan Lembaga dapat
mengangkat Bendahara Penerimaan.
Kewenangan mengangkat Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat didelegasikan kepada kepala Satuan Kerja.
Pengangkatan Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilakukan setelah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan selaku BUN.
Pengangkatan Bendahara Penerimaan tidak terikat periode tahun anggaran.
Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang diangkat sebagai Bendahara
Penerimaan pada saat pergantian periode tahun anggaran, pengangkatan
Bendahara Penerimaan tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku.
Jabatan Bendahara Penerimaan tidak boleh dirangkap oleh KPA atau Kuasa BUN.
Pejabat/pegawai yang akan diangkat sebagai Bendahara Penerimaan harus
memiliki sertifikat Bendahara yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan atau
pejabat yang ditunjuk.

Bendahara Penerimaan
Tugas Bendahara Penerimaan :
1. Menerima dan menyimpan uang Pendapatan Negara;
2. Menyetorkan uang Pendapatan Negara ke rekening Kas Negara secara periodik
sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
3. Menatausahakan transaksi uang Pendapatan Negara di lingkungan
Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja;
4. Menyelenggarakan pembukuan transaksi uang Pendapatan Negara;
5. Mengelola rekening tempat penyimpanan uang Pendapatan Negara; dan
6. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bendahara kepada Badan Pemeriksa
Keuangan dan Kuasa BUN.
Tanggung Jawab Bendahara Penerimaan :
7. Bendahara Penerimaan bertanggung jawab secara pribadi atas uang Pendapatan
Negara yang berada dalam pengelolaannya.
8. Bendahara Penerimaan bertanggung jawab secara fungsional atas pengelolaan
uang Pendapatan Negara yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kuasa BUN.
Kedudukan Bendahara Penerimaan :
. Bendahara Penerimaan merupakan pejabat fungsional.

Bendahara Pengeluaran

Menteri/Pimpinan Lembaga mengangkat Bendahara Pengeluaran di setiap Satker


untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
belanja.
Kewenangan pengangkatan Bendahara Pengeluaran dapat didelegasikan kepada
kepala Satker. Pengangkatan Bendahara Pengeluaran dan pendelegasian
kewenangan pengangkatan Bendahara Pengeluaran ditetapkan dengan surat
keputusan.
Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran.
Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atau PPSPM.
Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran, penetapan
Bendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku.
Apabila Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari
jabatannya/berhalangan sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau kepala
Satker menetapkan pejabat pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran.
Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/pensiun/ diberhentikan dari
jabatannya/berhalangan sementara tersebut, harus menyelesaikan seluruh
administrasi keuangan yang menjadi tanggung jawabnya pada saat menjadi
Bendahara Pengeluaran.
Satu Bendahara Pengeluaran untuk satu DIPA satu Satker & dpt mengelola lebih
dari satu DIPA satu Satker. Jika dalam pengelolaan DIPA / Satker tidak memerlukan
Bendahara Pengeluaran, maka tidak perlu ditetapkan Bendahara Pengeluaran.

Bendahara Pengeluaran
Kedudukan Bendahara Pengeluaran :
Bendahara Pengeluaran merupakan pejabat
fungsional.
Persyaratan Bendahara Pengeluaran :
Pejabat/pegawai yang akan diangkat sebagai
Bendahara Pengeluaran harus memiliki sertifikat
bendahara yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan
atau pejabat yang ditunjuk.

Bendahara Pengeluaran

Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas


kebendaharaan atas uang / surat berharga
yang berada dalam pengelolaannya, yang
meliputi:
1. Uang/surat berharga yang berasal dari UP dan
Pembayaran LS melalui Bendahara Pengeluaran
2. Uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP,
dan bukan berasal dari Pembayaran LS yang
bersumber dari APBN, misalnya simpanan
koperasi atau cicilan hutang pegawai kepada
pihak ketiga

Bendahara Pengeluaran
Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara
Pengeluaran atas uang/surat berharga meliputi:
1. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan
uang/surat berharga dalam pengelolaannya;
2. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah
PPK;
3. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan;
4. Melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari
pembayaran yang dilakukannya ;
5. Menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada
negara ke kas negara;
6. Mengelola rekening tempat penyimpanan UP ;
7. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada
Kepala KPPN selaku kuasa BUN.

Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran setelah terlebih dahulu
dilakukan pengujian atas perintah pembayaran yang disampaikan PPK yang
meliputi:
1. Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK;
2. Memeriksa kebenaran atas hak tagih, meliputi:
a. Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
b. Nilai tagihan yang harus dibayar;
c. Jadwal waktu pembayaran; dan
d. Ketersediaan dana yang bersangkutan.
3. Memeriksa kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis
yang disebutkan dalam penerimaan barang / jasa dan spesifikasi teknis
yang
disebutkan dalam dokumen perjanjian/kontrak; dan
4. Meriksa dan menguji ketepatan penggunaan kode mata anggaran
pengeluaran (akun 6 digit).
Dalam melaksanakan tugas kebendaharaan, Bendahara Pengeluaran
bertanggung jawab secara pribadi atas uang/surat berharga yang berada
dalam pengelolaannya.

Terima
Kasih

60

Anda mungkin juga menyukai