Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AKUNTANSI KEPRILAKUAN BENDAHARA PENGELUARAN

DOSEN MATA KULIAH


Salihi
Disusun Oleh Kelompok 5 :

Dedek Kurnia Wulandari : (16622XX)


Rika Aprilia Putri : (16622103)
Trivia : (16622XX)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PEMBANGUNAN


TANJUNGPINANG
JURUSAN AKUNTANSI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami Panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat-Nya kami
mampumenyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Keprilakuan Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang
kami (penulis) hadapi. Namun kami (penulis) menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan
orang tua dan kerabat, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat
teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengenai
Keprilakuan Bendahara Pengeluaran yang kami sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber informasi, dan Refrensi. Semoga makalah ini, dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi penambahan pemikiran
mengenai Keperilakuan Bendahara Pengeluaran, khususnya para Mahasiswa STIE
PEMBANGUNAN Tanjungpinang. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami membuka saran dan
kritik bagi para pembaca khususnya Dosen guna perbaikan pembuatan Makalah
dimasa yang akan datang.

Tanjungpinang, 16 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Bendahara Pengeluaran


2. Tugas Bendahara Pengeluaran
3. Wewenang Bendahara Pengeluaran
4. Dokumen Sumber Pembukuan
5. Sistem Pembukuan
6. Jenis, Fungsi dan Bentuk Buku
7. Kasus di Pemerintahan
8. Kasus di Swasta

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bendahara sangat penting bagi instansi pemerintahan. Hal ini berdasarkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan
Tanggung Jawab Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola Pendapatan Anggaran dan
Belanja Negara pada Bab VI (Pembukuan Bendahara) pasal 30 ayat (1) bahwa
“Bendahara menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran
yang dilakukan pada satker”. Pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dilakukan dengan aplikasi yang dibuat
dan dibangun oleh Kementerian Keuangan dibawah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Sebagian besar Bendahara Pengeluaran pada satuan kerja Kementerian/Lembaga masih
menyelenggarakan catatan pembukuannya dengan cara manual (belum berbasis
database).

Hal tersebut sangat merepotkan tugas bendahara yang dituntut harus cepat, tepat
waktu, akurat, serta transparan dalam pelaporannya.Berdasarkan kondisi tersebut,
Direktorat Jenderal Perbendaharaan meluncurkan aplikasi Pembukuan Bendahara yang
bernama Sistem Laporan Bendahara Instansi (SILABI) untuk memudahkan tugas
bendahara.

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan, makalah ini memiliki


beberapa rumusan masalah, yaitu :

a. Apa Pengertian Bendahara Pengeluaran?


b. Apa Saja Tugas Bendahara Pengeluaran ?
c. Bagaimana Wewenang Bendahara Pengeluaran?
d. Apa Saja Dokumen Sumber Pembukuan?
e. Bagaimana dengan Sistem Pembukuan ?
f. Apa Saja Jenis, Fungsi dan Bentuk Buku ?
g. Apa Saja Kasus-Kasus Yang Terjadi Di Indonesia Baik Di Pemerintahan Maupun
Swasta

C. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa/I STIE Pembangunan


Tanjungpinang khususnya untuk Fakultas Ekonomi Dan Bisnis mengetahui tentang :

a. Pengertian Bendahara Pengeluaran


b. Tugas Bendahara Pengeluaran
c. Wewenang Bendahara Pengeluaran
d. Dokumen Sumber Pembukuan
e. Sistem Pembukuan
f. Jenis, Fungsi dan Bentuk Buku
g. Kasus-kasus yang terjadi di Indonesia baik di pemerintahan maupun swasta
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Bendahara Pengeluaran

Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,


membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan
belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada Kantor/Satuan Kerja Kementerian
Negara/Lembaga. Menerima, Bendahara Pengeluaran menerima uang dalam rangka
pelaksanaan tugasnya.

Oleh karena itu, Bendahara Pengeluaran harus mengadministrasikan dengan baik


aliran kas masuk yang diterimanya. Arus kas masuk (inflow) dari Kuasa Bendahara
Umum Negara dan arus kas masuk uang dari pungutan/potongan pajak yang nantinya
akan dibelanjakan dan disetorkan ke rekening kas umum negara (outflow).

Apabila terjadi kesalahan pembayaran baik sengaja maupun lalai yang mengakibatkan
kerugian bagi negara maka bendahara dapat dikenakan sanksi hukum administrasi
maupun sanksi hukum pidana.

Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang


dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/ atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Bendahara selaku pejabat fungsional yang bertanggung jawab kepada Kuasa


Bendahara Umum Negara (BUN), wajib membukukan dan mempertanggungjawabkan
seluruh uang negara yang dikuasainya. Disamping itu, bendahara selaku pejabat yang
diangkat oleh menteri/pimpinan lembaga, juga wajib membukukan seluruh transaksi
dalam rangka pelaksanaan anggaran satuan kerja sebagaimana tertuang dalam Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Bendahara Pengeluaran wajib melaksanakan
pembukuan sebagai bentuk pelaksanaan penatausahaan terhadap uang yang dikelolanya.

Berbeda dengan laporan yang dihasilkan oleh Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Anggaran (UAKPA), pembukuan bendahara menghasilkan laporan keadaan kas dan
realisasi anggaran yang sesungguhnya. Laporan ini merupakan salah satu alat managerial
report yang sangat berguna untuk pelaksanaan kegiatan operasional sehari-hari bagi
pimpinan.

2. Tugas Bendahara Pengeluaran

menurut Pasal 4 ayat 1

1. Menerima, Bendahara Pengeluaran menerima uang dalam rangka pelaksanaan


tugasnya.
2. Menyimpan, Bendahara Pengeluaran bertanggungjawab atas keamanan dan
keselamatan uang yang diterimanya dalam rekening giro atas nama jabatan
Bendahara Pengeluaran, menyimpan dalam brankas, menyimpan pada Bendahara
Pengeluaran Pembantu (BPP), dan menyimpan dalam Uang Muka (voucher).
3. Membayarkan, Bendahara Pengeluaran bertugas melaksanakan pembayaran
belanja negara (outflow) yang tidak dapat dibayar secara langsung oleh Kuasa
Bendahara Umum Negara. Bendahara Pengeluaran tidak boleh membayar
sebelum barang/jasa diterima dan bertanggungjawab secara pribadi atas
pembayaran yang dilakukan, Pengeluaran kas untuk belanja negara, dan
Pengeluaran kas untuk setoran ke kas negara pungutan/potongan pajak
4. Menatausahakan, Bendahara Pengeluaran harus menatausahakan dan
mengadministrasikan dengan baik transaksi-transaksi dalam pelaksanaan tugas
dan tanggungjawabnya terkait dengan penerimaan dan pengeluaran kas dengan
melaksanakan pembukuan dan mengarsipkan bukti.
Mempertanggungjawabkan, Bendahara Pengeluaran harus
mempertanggungjawabkan tugasnya dalam pengelolaan kas dan anggaran dengan
mempersiapkan dan menyusun laporan, baik untuk kepentingan intern Satuan
Kerja maupun untuk kepentingan pelaporan secara vertikal dengan
mempersiapkan pemeriksaan kas dan membuat Laporan Pertanggungjawaban
(LPJ).

3. Wewenang Bendahara Pengeluaran


1. Mengajukan permintaan pembayaran baik melalui mekanisme UP/GU/TU
maupun LS
2. Menerima dan menyimpan UP/GU/TU
3. Melakukan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya
4. Menolak perintah bayar
5. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung LS
6. Mengembalikan dokumen pendukung LS

4. Dokumen Sumber Pembukuan

Berkenaan fleksibilitas pengelolaan keuangan pacta BLU, dokumen sumber dan


prosedur kerja terkait penatausahaan uang oleh Bendahara ditetapkan oleh BLU masing-
masing, kecuali telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, misal:
SPM/SP2D terkait UP/TUP dan LS Bendahara, penyetoran ke kas negara dengan SSP,
SSBP dan SSPB.

5. Sistem Pembukuan

Sistem pembukuan pada Bendahara Pengeluaran Badan Layanan Umum adalah :


1. Single Entry Bookkeeping atau pembukuan satu sisi/kameral adalah suatu teknik
pencatatan dimana setiap transaksi hanya mempengaruhi dan dicatat pada salah satu sisi,
yaitu sisi penerimaan untuk transaksi penerimaan dan sisi pengeluaran untuk transaksi
pengeluaran.
2. Basis Kas adalah pengakuan dan pencatatan atas transaksi dilakukan pada saat kas
diterima atau dibayarkan oleh Bendahara Penerimaan.
3. Asas Bruto adalah suatu prinsip yang tidak memperkenankan pencatatan secara netto
penerimaan setelah dikurangi pengeluaran atau tidak memperkenankan pencatatan setelah
kompensasi antara penerimaan dengan pengeluaran.

6. Jenis, Fungsi dan Bentuk Buku

Jenis dan Fungsi Buku pada Bendahara Pengeluaran Badan Layanan Umum antara lain :
1. Buku Kas Umum (BKU).
2. Buku Pengawasan Anggaran Belanja (B-PAB).
3. Buku Pembantu Berdasarkan Keberadaan Kas.
a. Buku Pembantu Bank (BP-Bank).
b. Buku Pembantu Kas Tunai (BP-Kas Tunai).
c. Buku Pembantu Bendahara Pengeluaran Pembantu (BP-BPP).
d. Buku Pembantu Uang Muka (Voucher)
4. Buku Pembantu Berdasarkan Sumber Kas/Jenis Kas.
a. Buku Pembantu Uang Persediaan (BP-UP).
b. Buku Pembantu LS Bendahara (BP-LS Bend).
c. Buku Pembantu Pajak (BP-Pajak)
d. Buku Pembantu Lain-lain (BP-Lain-lain).

Kasus Pemerintahan
Sekda Basel Suwandi beserta Mantan Bendahara Pengeluaran Dinkes Subang
Suhendi kembali divonis bersalah melakukan korupsi. Kali ini Suhendi divonis
hukuman lima tahun, denda Rp 200 juta, subsidair kurungan enam bulan.
Sebelumnya juga Suhendi divonis 7 tahun atas kasus korupsi Dinkes Subang
sekitar Mei 2018.

Hal itu terungkap dalam sidang korupsi penyimpangan dana Jampersal-


Jamkesmas Subang Ta 2013, dengan total anggaran Rp 5 miliar, di Pengadilan
Tipikor PN Klas 1A Khusus Bandung, Jalan RE Martadinata, Rabu 30 Januari
2019. Dalam sidang yang dipimpin Fuad Muhammadi, akibat perbuatan Suhendi
negara mengalami kerugian Rp 2,5 miliar.

Selama persidangan, Suhendi yang mengenakan kemeja putih, juga tervonis


tujuh tahun kasus BPJS Subang terus menunduk, dan mendengarkan amar putusan
majelia hakim yang dibacakan Fuad Muhammadi.

Dalam amar putusannya, Fuad menyatakan terdakwa terbukti bersalah secara


sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi, yakni meyelewengkan
dana Jampersal Tahun Anggaran 2013, sebagaimana diatur dalam dakwaan
primair, yakni pasal 2 Undang-undang tindak pidana korupsi.
"Menjatuhkan pidana hukuman penjara selama lima tahun, denda Rp 200 juta,
subsidair kurungan enam bulan," katanya.

Selain itu, terdakwa Suhendi juga diharuskan membayar uang pengganti Rp 2,5
miliar satu bulan setelah ada keputusan inkracht. Jika terdakwa tidak memiliki
uang, bisa diganti dengan harta bendanya, dan jika tidak memiliki harta benda
diganti dengan kurungan penjara selama satu tahun.

Digunakan dan dibagi-bagikan

Sebelum membacakan putusannya, Fuad juga membacakan hal yang


memberatkan dan meringankan. Yang memberatkan terdakwa tidak mendukung
program pemerintah, dan masih menjalani hukuman. Sementara yang
meringankan, terdakwa sopan dan mengakui semua perbuatannya.

Perkara Jamkesmas-Jampersal tahun 2013 tersebut mengenai anggaran dana


senilai Rp5 miliar untuk 40 Puskemas di Subang. Diduga dana tersebut tidak
digunakan sebagaimana mestinya. Malah digunakan untuk kepentingan pribadi
dan dibagi-bagikan.

Seharusnya anggaran Jampersal-Jamkesmas tahun 2013 tersebut digunakan


untuk honor panitia, honor pengadaan jasa, belanja alat tulis kantor dan lainnya.
Terdakwa Suhendi memindahbukukan dari rekening kas daerah di BJB ke
rekening pribadinya.

“Terdakwa sudah terbukti melakukan penyimpangan dan merugikan keuangan


negara. Triknya dengan memindah bukukan rekening,” tuturnya.

Untuk memuluskan rencananya, terdakwa memalsukan tanda tangan Kepala


Dinas Kesehatan saat dijabat dr Budi Subiantoro pada cek Bank BJB. Setelah
uang tersebut dicairkan maka terdakwa menyalurkan dana tersebut ke 40
puskemas, tapi hanya sebesar Rp2.547.114.750 sedangkan sisanya dipakai untuk
keperluan pribadi.

Kasus Swasta

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Jumat ini, 27 Juni 2014,


memeriksa Ahmad Farid Asyari, bendahara PT Bali Pacific Pragama.
Pemeriksaan Ahmad terkait dengan kasus dugaan korupsi proyek pengadaan alat
kesehatan di Pemerintah Provinsi Banten.

"Ahmad Farid Asyari diperiksa sebagai saksi untuk tersangka AC (Atut


Chosiyah) dan CW (Chaeri Wardana alias Wawan)," kata Kepala Biro
Pemberitaan dan Informasi KPK Priharsa Nugraha di Jakarta, Jumat, 27 Juni
2014.

Ahmad Farid merupakan bendahara perusahaan milik Wawan, PT Bali


Pacific Pragama. Perusahaan Wawan itu sering mendapatkan proyek yang ada di
Provinsi Banten. Selain mendapatkan proyek alat kesehatan, PT Bali Pasific
juga mengerjakan proyek jalan Tigaraksa-Rangkas Bitung yang dibiayai
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Banten. Total nilai proyek
jalan itu Rp 7 miliar.

Sebelumnya KPK menetapkan status cegah untuk Ahmad Farid sejak 8


November 2013. Sumber Tempo mengungkapkan Ahmad Farid punya peran
penting pada bisnis Wawan. Satu di antaranya, dia bertugas mengawal arus
keluar-masuk duit dari proyek alat kesehatan di Tangerang Selatan. "Dia yang
mengatur semua duit dari proyek pengadaan alat kesehatan Tangerang Selatan,"
kata sumber Tempo pada 16 November 2013.
Dalam kasus pengadaan alat kesehatan di Pemerintah Provinsi Banten, KPK
telah menetapkan Gubernur Banten Atut Chosiyah dan adiknya, Chaeri Wardana
alias Wawan, sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan
di Pemerintah Provinsi Banten tahun anggaran 2011-2013.
Kedua tersangka dijerat dengan Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP,
dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai