PROSEDUR PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
(APBN)
Berdasarkan presentasi kelompok 5 yang membahas mengenai Pengurusan Keuangan
Negara Yang Langsung Oleh Pemerintah dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), maka akan dibuat resume mengenai pokok-pokok yang telah dibahas pada saat presentasi yang telah dijabarkan.
A. Pengurusan Keuangan Negara Yang Langsung Oleh Pemerintah
1. Pengurusan Umum Dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan pengurusan umum tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan fungsi otorisator dan fungsi ordonatur. Fungsi otorisator merupakan tanggung jawab dari penguasa primer keuangan negara, sedangkan fungsi ordonatur adalah tanggung jawab dari penguasa sekunder keuangan negara. 1) Fungsi Otorisator Fungsi otorisator ini meliputi penerimaan. Pelaksanaan fungsi otorisator ini ditandai oleh penerbitan berbagai Undang-undang atau peraturan yang mendatangkan penerimaan negara. Sedangkan dalam bidang pengeluaran, pelaksanaan fungsi otorisator ini ditandai dengan diterbitkanya Surat Keputusan Otorisasi (SKO) oleh biro keuangan masing-masing departemen dan lembaga negara atas nama Menteri Keuangan. 2) Fungsi Ordonatur Pelaksanaan Fungsi Ordonatur dalam bidang Pengeluaran ditandai dengan diterbitkanya Surat Perintah Membayar (SPM) yang memerintahkan kepada Bendaharawan untuk melakukan pembayaran. Sedangkan dalam bidang Penerimaan dimana pelaksanaan fungsi ini ditandai dengan diterbitkanya Surat Penagihan (SPN) terhadap piutang-piutang negara. 2. Pengurusan Khusus Berbeda dari pengurus umum, di dalam pengurusan khusus ini hanya terdapat unsur melaksanakan yang datang dari pengurus umum. Dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan khusus ini tidak dapat dipisahkan dari fungsi Bendaharawan. Bendaharawan adalah orang-orang, atau badan yang ditugasi oleh negara untuk menerima, menyimpan, membayar, mencatat, dan mempertanggungjawabkan uang, surat-surat berharga dan barang-barang milik negara yang berada dalam pengurusanya. Dalam garis besarnya Bendaharawan terdiri dari tiga kelompok sebagai berikut: a. Bendaharawan Umum Yang termasuk dalam Bendaharawan Umum ini antara lain adalah Kepala Cabang bank pemerintah atau bank-bank lain yang ditunjuk sebagai bank persepsi, Kepala Kantor Pos dan Giro, dan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. b. Bendahawaran Khusus Berbeda dari Bendaharawan Umum, Bendaharawan khusus tidak boleh merangkap tugas menerima dan membayar sekaligus. Dilihat dari segi ruang lingkup tugasnya, maka berharawan khusus ini dapat dibedakan atas enam kelompok yaitu: Bendaharawan Penerima atau Penyetor Tetap, Bendaharawan Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHP), Bendaharawan Pembuat Daftar Gaji, Bendaharawan Pensiun, Bendaharawan Pemberi Uang Muka Cabang, Bendaharawan Pemegang Uang Muka Cabang. c. Bendaharawan Barang Bendaharawan Barang adalah Bendaharawan yang bertugas menerima, menyimpan, menyalurkan, mencatat dan mempertanggungjawabkan semua barang milik negara yang berada dalam pengurusannya. Dilihat dari ruang lingkup tugasnya, Bendaharawan Barang dapat dibedakan atas 4 (empat) kelompok yaitu: Bendaharawan Gudang Pusat, Bendaharawan Gudang Penyalur, Bendaharawan Gudang Persediaan, dan Bendaharawan Gudang Pemakaian B. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Setelah APBN disetujui oleh DPR RI, disahkan oleh Presiden serta diberitakan dalam berita negara, APBN tersebut menjadi dasar pelaksanaan kegiatan pemerintah. Sebagai otorisator, menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-departemen diberi wewenang untuk menandatangani Surat Keputusan Otorisasi (SKO). Berdasarkan APBN, menteri/ketua lembaga mengisi Daftar Isian Kegiatan (DIK) untuk anggaran belanja rutin sesuai petunjuk Menteri Keuangan dan Daftar Isian Proyek (DIP) untuk anggaran belanja pembangunan sesuai dengan petunjuk Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan. DIK/DIP ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-departemen atau pejabat yang diberi kuasa untuk itu. Di dalam pelaksanaan APBN itu sendiri dibagi ke dalam dua pelaksanaan yaitu pelaksanaan anggaran pendapatan dan pelaksanaan anggaran belanja. 1. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Penerimaan negara yang diperoleh departemen/lembaga pemerintah non- departemen disetorkan seluruhnya dan pada waktunya kepada rekening kas negara di KPKN setempat. Penerimaan tersebut diadministrasikan oleh Bendaharawan Khusus Penerimaan yang diangkat paling lambat pada awal tahun anggaran dalam Buku Kas Umum (BKU) atau sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Departemen/lembaga pemerintah non-departemen wajib mengadakan intesifikasi penerimaan negara dan mengintensifikasikan penagihan dan pemungutan piutang negara di unit organisasinya. Jika terjadi kerugian negara, pemungutan ganti rugi atas kerugian tersebut. Jika terdapat kelalaian pembayaran penerimaan negara, departemen/lembaga pemerintah non-departemen menentukan sanksi atau denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penerimaan negara yang telah diterima oleh Bendaharawan Khusus Penerimaaan harus disetorkan satu hari kerja setelah diterimanya penerimaan atau minimal sekali dalam seminggu untuk Bendaharawan Khusus Penerimaan di departemen/lembaga pemerintah non-departemen yang memiliki sumber penerimaan negara. Semua instansi wajib memungut pajak yang terjadi ketika transaksi terjadi. Kelalaian atau keterlambatan penyetoran penerimaan negara tersebut akan dikenakan sanksi dengan memperhitungkan jumlah dana tersedia dalam DIK/DIP departemen/lembaga yang bersangkutan. 2. Pelaksanaan Anggaran Belanja Belanja negara di dalam APBN merupakan batas tertinggi untuk tiap jenis pengeluaran. Pengeluaran yang dilakukan di departemen/lembaga pemerintah non- departemen berdasarkan bukti yang sah dan otorisasi yang telah diberikan, berupa SKO maupun dokumen yang diberlakukan sebagai SKO (DIK/DIP). Pengeluaran atas beban APBN dilakukan dengan memperhatikan standar yang telah ditetapkan secara berkala oleh menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-departemen. Standar yang dimaksud antara lain standar harga untuk berbagai jenis barang. Pelaksanaan anggaran belanja dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan, yaitu: a. Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan; b. Efektif, terarah, dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan setiap departemen/lembaga pemerintah non-departemen; c. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri dan potensi nasional.
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro