Anda di halaman 1dari 4

Nama : GEDE AGUS DODY ARYAWAN

No.Absen/NIM : 21 / 1715644142

Kelas/Prodi : VII D D4 AKUNTANSI MANAJERIAL

RESUME BAB 5

PROSEDUR PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA


(APBN)

Berdasarkan presentasi kelompok 5 yang membahas mengenai Pengurusan Keuangan


Negara Yang Langsung Oleh Pemerintah dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN), maka akan dibuat resume mengenai pokok-pokok yang telah dibahas pada saat
presentasi yang telah dijabarkan.

A. Pengurusan Keuangan Negara Yang Langsung Oleh Pemerintah


1. Pengurusan Umum
Dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan pengurusan umum tidak dapat
dipisahkan dari penyelenggaraan fungsi otorisator dan fungsi ordonatur. Fungsi
otorisator merupakan tanggung jawab dari penguasa primer keuangan negara,
sedangkan fungsi ordonatur adalah tanggung jawab dari penguasa sekunder
keuangan negara.
1) Fungsi Otorisator
Fungsi otorisator ini meliputi penerimaan. Pelaksanaan fungsi otorisator
ini ditandai oleh penerbitan berbagai Undang-undang atau peraturan yang
mendatangkan penerimaan negara.
Sedangkan dalam bidang pengeluaran, pelaksanaan fungsi otorisator ini
ditandai dengan diterbitkanya Surat Keputusan Otorisasi (SKO) oleh biro
keuangan masing-masing departemen dan lembaga negara atas nama Menteri
Keuangan.
2) Fungsi Ordonatur
Pelaksanaan Fungsi Ordonatur dalam bidang Pengeluaran ditandai dengan
diterbitkanya Surat Perintah Membayar (SPM) yang memerintahkan kepada
Bendaharawan untuk melakukan pembayaran. Sedangkan dalam bidang
Penerimaan dimana pelaksanaan fungsi ini ditandai dengan diterbitkanya Surat
Penagihan (SPN) terhadap piutang-piutang negara.
2. Pengurusan Khusus
Berbeda dari pengurus umum, di dalam pengurusan khusus ini hanya terdapat
unsur melaksanakan yang datang dari pengurus umum. Dalam pelaksanaannya,
penyelenggaraan khusus ini tidak dapat dipisahkan dari fungsi Bendaharawan.
Bendaharawan adalah orang-orang, atau badan yang ditugasi oleh negara untuk
menerima, menyimpan, membayar, mencatat, dan mempertanggungjawabkan uang,
surat-surat berharga dan barang-barang milik negara yang berada dalam
pengurusanya.
Dalam garis besarnya Bendaharawan terdiri dari tiga kelompok sebagai
berikut:
a. Bendaharawan Umum
Yang termasuk dalam Bendaharawan Umum ini antara lain adalah Kepala
Cabang bank pemerintah atau bank-bank lain yang ditunjuk sebagai bank
persepsi, Kepala Kantor Pos dan Giro, dan Perwakilan Republik Indonesia di luar
negeri.
b. Bendahawaran Khusus
Berbeda dari Bendaharawan Umum, Bendaharawan khusus tidak boleh
merangkap tugas menerima dan membayar sekaligus. Dilihat dari segi ruang
lingkup tugasnya, maka berharawan khusus ini dapat dibedakan atas enam
kelompok yaitu: Bendaharawan Penerima atau Penyetor Tetap, Bendaharawan
Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHP), Bendaharawan Pembuat
Daftar Gaji, Bendaharawan Pensiun, Bendaharawan Pemberi Uang Muka Cabang,
Bendaharawan Pemegang Uang Muka Cabang.
c. Bendaharawan Barang
Bendaharawan Barang adalah Bendaharawan yang bertugas menerima,
menyimpan, menyalurkan, mencatat dan mempertanggungjawabkan semua
barang milik negara yang berada dalam pengurusannya. Dilihat dari ruang lingkup
tugasnya, Bendaharawan Barang dapat dibedakan atas 4 (empat) kelompok yaitu:
Bendaharawan Gudang Pusat, Bendaharawan Gudang Penyalur, Bendaharawan
Gudang Persediaan, dan Bendaharawan Gudang Pemakaian
B. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
Setelah APBN disetujui oleh DPR RI, disahkan oleh Presiden serta diberitakan
dalam berita negara, APBN tersebut menjadi dasar pelaksanaan kegiatan pemerintah.
Sebagai otorisator, menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-departemen diberi
wewenang untuk menandatangani Surat Keputusan Otorisasi (SKO). Berdasarkan APBN,
menteri/ketua lembaga mengisi Daftar Isian Kegiatan (DIK) untuk anggaran belanja rutin
sesuai petunjuk Menteri Keuangan dan Daftar Isian Proyek (DIP) untuk anggaran belanja
pembangunan sesuai dengan petunjuk Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan. DIK/DIP
ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-departemen atau pejabat
yang diberi kuasa untuk itu. Di dalam pelaksanaan APBN itu sendiri dibagi ke dalam dua
pelaksanaan yaitu pelaksanaan anggaran pendapatan dan pelaksanaan anggaran belanja.
1. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
Penerimaan negara yang diperoleh departemen/lembaga pemerintah non-
departemen disetorkan seluruhnya dan pada waktunya kepada rekening kas negara di
KPKN setempat. Penerimaan tersebut diadministrasikan oleh Bendaharawan Khusus
Penerimaan yang diangkat paling lambat pada awal tahun anggaran dalam Buku Kas
Umum (BKU) atau sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Departemen/lembaga pemerintah non-departemen wajib mengadakan
intesifikasi penerimaan negara dan mengintensifikasikan penagihan dan pemungutan
piutang negara di unit organisasinya. Jika terjadi kerugian negara, pemungutan ganti
rugi atas kerugian tersebut. Jika terdapat kelalaian pembayaran penerimaan negara,
departemen/lembaga pemerintah non-departemen menentukan sanksi atau denda
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penerimaan negara yang telah diterima oleh Bendaharawan Khusus
Penerimaaan harus disetorkan satu hari kerja setelah diterimanya penerimaan atau
minimal sekali dalam seminggu untuk Bendaharawan Khusus Penerimaan di
departemen/lembaga pemerintah non-departemen yang memiliki sumber penerimaan
negara. Semua instansi wajib memungut pajak yang terjadi ketika transaksi terjadi.
Kelalaian atau keterlambatan penyetoran penerimaan negara tersebut akan dikenakan
sanksi dengan memperhitungkan jumlah dana tersedia dalam DIK/DIP
departemen/lembaga yang bersangkutan.
2. Pelaksanaan Anggaran Belanja
Belanja negara di dalam APBN merupakan batas tertinggi untuk tiap jenis
pengeluaran. Pengeluaran yang dilakukan di departemen/lembaga pemerintah non-
departemen berdasarkan bukti yang sah dan otorisasi yang telah diberikan, berupa
SKO maupun dokumen yang diberlakukan sebagai SKO (DIK/DIP). Pengeluaran
atas beban APBN dilakukan dengan memperhatikan standar yang telah ditetapkan
secara berkala oleh menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-departemen. Standar
yang dimaksud antara lain standar harga untuk berbagai jenis barang.
Pelaksanaan anggaran belanja dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
yang telah ditetapkan, yaitu:
a. Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyaratkan;
b. Efektif, terarah, dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan setiap
departemen/lembaga pemerintah non-departemen;
c. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri dan potensi nasional.

Anda mungkin juga menyukai