Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH UPKP GOL.

III STAFF
KARYA TULIS UJIAN PENYESUAIAN
KENAIKAN PANGKAT (UPKP)
TINGKAT III RENCANA KERJA
PENINGKATAN PELAKSANAAN
TUGAS BIDANG TATA USAHA
MENUJU PELAYANAN PRIMA
MELALUI AKSELERASI
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
KARYAWAN PADA KANTOR URUSAN
AGAMA KECAMATAN CONGGEANG
KABUPATEN SUMEDANG TAHUN
2011 DISUSUN OLEH : ROHENDI
MUHTAR, S.Pd.I NIP :
197704032005011002 DIAJUKAN
UNTUK PERSYARATAN UJIAN
PENYESUAIAN KENAIKAN PANGKAT
TINGKAT III TAHUN 2011KUA
KARYA TULIS UJIAN PENYESUAIAN KENAIKAN PANGKAT
(UPKP) TINGKAT III
RENCANA KERJA
PENINGKATAN PELAKSANAAN TUGAS BIDANG TATA
USAHA MENUJU PELAYANAN PRIMA MELALUI
AKSELERASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI KARYAWAN
PADA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN
CONGGEANG KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2011
DISUSUN OLEH : ROHENDI MUHTAR, S.Pd.I
NIP : 197704032005011002

DIAJUKAN UNTUK PERSYARATAN UJIAN PENYESUAIAN


KENAIKAN PANGKAT TINGKAT III TAHUN 2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam KMA 153 Tahun 2009 Tentang Reformasi Birokrasi disebutkan bahwa salah
satu Programnya adalah Sumber Daya Manusia bertujuan untuk menciptakan aparatur yang
bersih, profesional dan bertanggung jawab melalui penataan pegawai dengan menerapkan
sistem manajemen Sumber Daya Manusia yang berbasis kompetensi.
Lebih lanjut dipaparkan bahwa salah satu prinsipnya adalah Pengembangan Sumber
Daya Manusia yang berbasis kompetensi.
Selaras dengan semboyan pelayanan prima maka hal tersebut semestinya menjadi
gerbang yang menjadi pencerahan bagi Kementerian Agama Yang Bersih Dan Berwibawa.
Karena kewibawaan harus didukung oleh profesionalisme yang tinggi. Baik secara akhlak
maupun kompetensi.
Namun apabila kita berkaca pada realita yang ada, di tubuh Kementerian Agama
masih terdapat elemen-elemen yang kurang optimal menjalankan perannya disebabkan
kurangnya etos kerja dan kompetensi yang menjadi generator kinerja sebuah satuan atau
unit kerja.
Disadari atau tidak hal ini menjadi karat yang lama-kelamaan akan merobohkan
sendi-sendi kemegahan Kementerian Agama kita. Terutama di bagian terkecil atau ujung
tombak Kementerian Agama di daerah termasuk yang terjadi di Kantor Urusan Agama
Kecamatan.
Sebagai gambaran secara kasar, masih didapati karyawan yang belum mampu
menguasai atau bahkan membaca ayat Suci Al-Qur’an secara baik. Atau mungkin kita
banyak menemukan pegawai yang masih “Gaptek” belum dapat mengimbangi
perkembangan teknologi, belum dapat menggunakan surat elektronik. Dan masih banyak
lagi kelemahan yang lain yang mesti kita instropeksi dan bukannya malah ditutupi
atau dihelah.
Padahal sebagai seorang abdi bangsa kita semestinya menyadari bahwa kita harus
menjadi pelopor dalam pengembangan pembangunan bangsa ini. Bagaimana kita dapat
dijadikan panutan jika kita sendiri masih dalam posisi serba kekurangan, sebagaimana yang
difirmankan Allah SWT QS. 2 44 :
öNçFR öNä3|¡àÿRr& tböq|¡Ys?ur ÎhŽÉ9ø9$$Î/ }¨$¨Y9$# brâ•ßDù's?r& 
ÇÍÍÈ tbqè=É)÷ès? Ÿxsùr& 4 |=»tGÅ3ø9$# tbqè=÷Gs? r&ur
44. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan
diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah
kamu berpikir?
Sudah saatnya kondisi ini kita perbaiki agar tujuan pembangunan dan lebih jauhnya
tujuan hidup sebagai seorang manusia mencapai kebahagian dunia dan akhirat dapat
terwujud secara ideal. Meski kita harus bekerja keras berupaya belajar dan memperbaiki
kekurangan yang ada pada diri kita.

B. Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Kerja


Dalam KMA 373 Tahun 2002 Pasal 88 disebutkan bahwa tugas dari Seksi Urusan
Agama Islam adalah mengadakan pelayanan di bidang kepenghuluan, bimbingan keluarga
sakinah, pangan halal, ibadah sosial serta pengembangan kemitraan umat Islam.
Kantor Urusan Agama Kecamatan merupakan unit kerja yang bernaung dan
membantu kegiatan Kementerian Agama Kabupaten/ Kota terutama dalam bidang urusan
agama Isam tersebut.
Dalam bidang kepenghuluan Kantor Urusan Agama Kecamatan menyelenggarakan
Pelayanan Pencatatan Nikah dan Rujuk, beserta pelaporannya secara berkala dengan
program kerja yang terukur dan terarah.
Di bidang keluarga sakinah, Kantor Urusan Agama Kecamatan bersama Badan
Pembinaan, Penasehatan, dan Pelestarian Perkawinan menyelenggarakan Pembinaan dan
sosialisasi tentang Program Keluarga Sakinah. Baik secara individual ataupun kolektif
melalui pembinaan rutin secara terencana dan terkordinasi dengan instansi lain yang
setingkat dengan Kantor Urusan Agama Kecamatan.
Di bidang produk pangan halal Kantor Urusan Agama Kecamatan bersama Majelis
Ulama Indonesia memfasilitasi penertbitan sertifikar halal sekaligus mengadakan
pembinaan mengenai prosedur pangan halal secara syariah ataupun secara regulasi hukum.

Dalam arti hak – hak umat sebagai konsumen dapat terlindungi sekaligus
pengembangan usaha produsen pangan dapat dipacu untuk dapat bersaing lebih baik lagi di
tingkat daerah maupun tingkat nasional atau bahkan internasional.
Di bidang ibadah sosial Kantor Urusan Agama Kecamatan mengadakan
pemutakhiran data secara periodik terhadap sarana agama, kegiatan keagamaan baik secara
organisasi maupun kelompok masyarakat untuk menjamin ketenteraman ibadan umat Islam
pada khususnya dan umat agama lain pada umumnya.
Di bidang kemitraan umat Islam, Kantor Urusan Agama Kecamatan melakukan
kegiatan yang proaktif meraih dan menyatukan berbagai perbedaan yang terdapat pada
unsur masyarakat muslim. Terdapatnya keberagaman pemahaman jika tidak dibina dengan
baik maka dapat menjadi pemicu adanya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat.

C. Identifikasi Masalah
Dengan mengamati dan menjalani kinerjan di Kantor Ursan Agama Kecamatan
Conggeang selama lebih kurang empat tahun, ada beberapa permasalahan yang kongkret
yang selaiknya segera mendapatkan penanganan serius. Terutama keberadaan sumber daya
manusia yang masih terasa jauh dari optimal. Hal ini diperparah dengan kurangnya sarana
pendukung bagi terlaksananya tugas pelayanan prima bagi masyarakat yang diemban
Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang yang memiliki wilayah 12 Desa.
Di bidang Administrasi Perkantoran masih diperlukan pembinaan dalam penyusuna
rencana kerja, pelaksanaan kegiatan, pelaporan dan pengarsipan. Jika dilihat dari data yang
ada dari kelima orang pegawai Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang hanya 2 orang
yang mengantongi ijazah Strata 1.
Dalam penguasaan keterampilan komputer hanya 2 orang yang mampu
mengoperasikannya itupun masih dalam batas penguasaan pemula (basic skill)
Di bidang pemahaman hukum, masih didapati kesulitan dalam hal mengatasi
masalah yang rumit yang diakibatkan karena pemahaman masyarakat yang kurang
mendalam terhadap sebuah aturan, sebagai contoh adanya perkawinan di bawah usia 19
tahun bagi calon mempelai pria, kebanyakan mereka memaksa untuk dilaksanakan
pernikahannya segera sementara izin dispensasinya belum diperoleh. Hal ini pun
diperparah oleh adanya pembengkakan biaya pengajuannya yang dirasakan cukup berat
oleh masyarakat.

D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis paparkan ada beberapa masalah yang menjadi
sorotan dalam karya tulis ini, yang penulis fikir perlu mendapatkan penyelesaian tuntas bagi
terciptanya kinerja Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang yang berkualitas.
Di antara Masalah-masalah tersebut, masalah yang paling menarik perhatian bagi
penulis adalah masalah Sumber Daya Manusia Karyawan, yang menjadi subjek dalam proses
pelayanan itu berlangsung. Dari masalah tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah yang
akan dikaji dalam karya tulis ini.
Menurut Indeks Pembangunan Manusia, setidaknya ada tiga kategori yang
menunjukan bahwa sumber daya manusia itu berkualitas dan berkembang, di antaranya :
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Ekonomi
Dengan demikian dapat dirumuskan beberapa rumusan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Sumber Daya Manusia Karyawan di Kantor Urusan Agama Kecamatan
Conggeang ?
2. Bagaimanakah Akselerasi Pengembangan Sumber Daya Manusia Yang Dilaksanakan Di
Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang ?
3. Sejauh Mana Efektifitas Akselerasi Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Conggeang Terhadap Pelayanan Prima Pada Masyarakat ?
E. Pokok Masalah
Dari rumusan-rumusan di atas kiranya ada satu pokok permasalahan yang menjadi
akar dari permasalahan yang lain, yaitu upaya dan usaha Pelaksanaan Akselerasi
Pengembangan Sumber Daya Manusia (karyawan) di Lingkungan Kantor Urusan Agama
Kecamatan Conggeang.
Akselerasi tersebut meliputi semua bidang Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Urusan
Agama Kecamatan Conggeang sebagai Ujung Tombak Kementerian Agama di wilayah
Kecamatan Conggeang. Akselerasi tersebut harus dapat meningkatkan Sumber Daya
Manusia Karyawan dalam bidang Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi.

F. Kerangka Pemikiran
Dari permasalahan di atas ada beberapa variabel yang menjadi acuan dan pengamatan
penulis :
1. Rencana Kerja Pelaksanaan Tugas Bidang Tata Usaha.
Terdapat beberapa indikator yang menjadi konsep sebuah rencana :
a. Target yang jelas dari sebuah visi dan misi
b. Alokasi waktu dari setiap kegiatan
c. Penyusunan Buku / Kertas Kerja
d. Evaluasi dan Pengkajian ulang

2. Akselerasi Pengembangan Kompetensi Karyawan pada Kantor Urusan Agama Kecamatan


Conggeang.
a. Adanya pendingkatan kualitas secara berkesinambungan
b. Adanya upaya baru untuk meningkatkan kinerja.
c. Adanya keseimbangan antara input dan output sebuah kegiatan, modal baik meteri maupun
immateri yang dikeluarkan harus dapat diefektifkan agar tidak terjadi kinerja yang
mubadzir.

3. Pelayanan Prima Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang.


Pelayanan prima merupakan sebuah tuntutan dan keharusan yang dibebankan
kepada institusi pemerintahan. Dalam berbagai teori pemerintahan menyatakan bahwa
pelayanan merupakan sebuah hal yang penting dalam penentuan tingkat kepuasan publik.
Perubahan pola pemerintahan yang terjadi di Indonesia, semenjak terjadinya reformasi
1998, merubah juga pola pemikiran tentang bagaimana pemerintah memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Perubahan tersebutlah yang kemudian melahirkan istilah ‘pemerintah
adalah pelayan bukan dilayani’.
Dalam teori administrasi negara, pemerintahan memiliki dua fungsi yakni pengaturan dan
pelayanan. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan fungsi negara sebagai negara
hukum (legal state) sedangkan fungsi pelayanan biasanya seringkali dikaitkan dengan peran
negara sebagai Negara Kesejahteraan (welfare state) (Siagian, 1992 : 128-129). Istilah lain
yang sering digunakan oleh para akhli dalam menjelaskan fungsi pelayanan pemerintahan
adalah pengabdian dan pengayoman. Istilah ini merujuk pada kewajiban para aparat
pemerintah dalam melindungi masyarakat lemah dan kecil (Thoha, 1991 :176-177).
Dengan menganalogikan pada dunia bisnis, pemerintahan merupakan penjual jasa
sedangkan masyarakat merupakan custumer/pembeli. Dalam dunia bisnis, persaingan antar
penjual jasa sangatlat ketat. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan para penjual jasa
harus memberikan service yang memuaskan para pelanggannya, karena jika tidak
memberikan pelayanan yang baik maka para pelangganya akan beralih kepada penjual jasa
yang lainnya.

Namun kondisi demikian tentunya tidak terjadi pada dunia pemerintahan.


Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi tidak akan memiliki saingan dalam
pemberian pelayanan secara formal. Akan tetapi jika aparat pemerintah tidak mampu
memberikan palayanan yang baik kepada masyarakat, maka yang terjadi adalah
ketidakpuasan masyarakat yang kemudian akan mengakibatkan terjadinya ketidakpercayaan
kepada pemerintahan, tentunya pada akhirnya akan menimbulkan ketidakstabilan pada
jalannya pemerintahan yang sedang berjalan.
Desa/Kelurahan sebagai institusi resmi pemerintahan terendah di Indonesia tentunya akan
memiliki peran besar dalam penentuan keberhasilan pemerintah Kabupaten dalam
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Untuk itu BPMD (Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa) sebagaimana Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi)
sebagaimana yang timbul akibat ditetapkannya Perda Kab. Karangasem No. 7 tahun 2008
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintahan Desa, berusaha memberikan dan membatu pemerintah desa/kelurahan
untuk menciptakan dan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat di wilayahnya
masing-masing.

A. KONSEPTUALISASI PELAYANAN
Menurut Syahrir, pelayanan publik adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh
pemerintah maupun swasta yang menghasilkan barang dan jasa, yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan publik (Syahrir dalam Prisma no. 12, 1986: 11). Hampir sama dengan
apa yang diungkapkan oleh syahrir juga dinyatakan oleh Miftah Thoha, pelayanan sosial
merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang atau kelompok orang atau institusi
tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu (Thoha, 1991: 39). Sedangkan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara no. 81 tahun 1993 tentang Pedoman Tatalaksana
Pelayanan Umum, disebutkan pengertian pelayanan umum sebagai segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat maupun di daerah
dan di lingkungan BUMN/BUMD, dalam bentuk barang/jasa, baik dalam rangka upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan (Moenir, 1992:34).
Pada prinsipnya setiap pelayanan umum ini, senantiasa harus selalu ditingkatkan
kinerjanyanya sesuai dengan keinginan klien atau masyarakat pengguna jasa. Akan tetapi
kenyataannya untuk mengadakan perbaikan terhadap kinerja pelayanan publik bukanlah
sesuatu yang mudah. Banyaknya jenis pelayanan umum di negeri ini dengan macam-macam
persoalan dan penyebab yang sangat bervariasi antara satu dengan yang lainnya, sehingga
perlu dicari suatu metode yang mampu menjawab persoalan tadi, guna menentukan
prioritas pemerintah. (Harry P. Hatry, 1980 : 41).
B. MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA
Mewujudkan pelayanan prima adalah cita-cita mulia yang harus diwujudkan oleh
setiap instansi pemerintahan di Indonesia. Namun tentunya dalam mewujudkannya
memerlukan kerja keras yang luar biasa. Dalam tulisan ini mencoba memberikan
rangsangan kreatifitas kepada pembacanya, terutama para aparat pemerintahan, dalam
mengembangkan ide-ide untuk menciptakan pelayanan prima.
Pada dasarnya pemberian pelayanan prima harus didukung oleh fasilitas, Sumber
Daya Manusia, serta proses dan hasil dari jenis pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat. Pertama, Fasilitas; dalam menciptakan pelayanan prima fasilitas tentunya akan
menentukan pelayanan yang diberikan akan berjalan dengan baik atau tidak. Fasilitas yang
dimaksud dapat berupa : ruang tunggu dan ruang pelayanan yang memadai, peralatan
pendukung yang lengkap, dan suasana tempat pelayanan yang baik.
Kedua, Sumber Daya Manusia, SDM merupakan penentu keberhasilan terlaksana
atau tidaknya pelayanan prima yang dijalankan oleh pemerintah, karena walaupun
didukung oleh fasilitas yang memadai namun di kantor tempat pelayanan berlangsung
SDM-nya tidak mampu ‘mengimbangi’ program yang akan dilalaksanakan maka pelayanan
prima tidak akan pernah terwujudkan. Ketiga, proses dan hasil dari jenis pelayanan. Dalam
hal ini dimaksudkan bahwa pelayanan prima memiliki syarat agar ada aturan, jangka waktu,
dan kejelasan prosedur, serta kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada mayarakat.
Ketiga hal tersebut dalam pelaksanaannya harus berjalan secara bersinergi,
karena ketiganya merupakan sebuah kesatuan konsep yang saling terkait satu sama lain.
Setelah mampu melaksanakan ketiganya secara bersinergi, sebagaimana dalam
teori manajemen sebagaimana yang dikemukakan oleh Terry bahwa organisasi akan
berjalan dengan baik jika mampu melaksanakan POAC (Planing Organizing Actuating and
Controlling). Dengan demikian dalam pelaksanaan pelayanan prima memerlukan
pengukuran keberhasilan sebagai fungsi kontol dalam teori yang dikemukakan oleh Terry.
Sebagaimana pendapat Dwiyanto (2002) indikator-indikator pengukuran kinerja pelayanan
organisasi publik sebagai berikut : Responsivitas, Responsibilitas, Akuntabilitas,
Produktifitas dan Kepuasan pelanggan. Untuk memperjelas penggunaan indikator tersebut,
berikut ini dikemukakan satu persatu penjelasan konsep dari masing-masing indikator
tersebut.

1. Produktifitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga
efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input
dengan output. Konsep produktivitas ini dirasa terlalu sempit dan kemudian General
Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih
luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang
diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.

2. Kepuasan Pelanggan
Kehadiran organisasi publik adalah suatu alat untuk memenuhi kebutuhan dan
melindungi kepentingan publik. Jadi kinerja pelayanan publik dapat dikatakan berhasil
apabila ia mampu mewujudkan apa yang menjadi tugas dan fungsi utama dari organisasi
yang bersangkutan. Untuk itu maka, organisasi maupun karyawan yang melaksanakan suatu
kegiatan harus selalu berorientasi dan berkonsentrasi terhadap apa yang menjadi tugasnya.
Termasuk didalamnya untuk mengeksploitasi segala sumber daya yang dimiliki karyawan
guna menunjang pelaksanaan kegiatan organisasi untuk memuaskan pengguna jasa. Apabila
pengguna jasa merasa puas, inilah hasil atau profit dari organisasi pelayanan publik.
3. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-
program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat
responsivitas disini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu
indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan
organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan
antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Organisasi yang memiliki responsivitas
rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.

4. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan
organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit (Lenvine, 1990). Oleh sebab itu,
responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.

5. . Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi
publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah para
pejabat politik tersebut selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini,
konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Suatu
kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap
benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat.

Dari tiga variabel karya tulis di atas terdapat pola atau kerangka hubungan yang sinergis di
mana variabel “ Pelayanan Prima Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang “
Keberadaannya sangat dipengaruhi oleh dua Variabel sebelumnya dalam arti Pelayanan
Prima hanya bisa dilaksanakan jika Kompetensi / Sumber Daya Manusia Karyawannya
berkualitas, yang ditandai dengan Kemampuan diri secara Kependidikan Akademik
Profesionalitas Dan Work Skill yang tinggi, dan Kompetersi / Sumber Daya Manusia
karyawan hanya dapat diperoleh dengan upaya Pengembangan yang cepat dan terarah,
melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta kontrol yang jelas, sehingga secara
sistematika kerangka berpikir dari permasalahan di atas adalah sebagai berikut :
G. Sestematika Penulisan
Untuk mempermudah penulis menyusun langkah-langkah serta menuangkannya ke
dalam sebuah karya tulis dan untuk lebih mengarah pada detail tiap bagian yang diamati
dan dikaji, maka penulis menggunakan sistematika penulisan karya ilmiah dengann susunan
sebagai berikut :
Karya tulis ini terdiri dari 4 Bab,
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tugas Pokok Dan Fungsi Unit Kerja
C. Identifikasi Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Pokok Masalah
F. Keranga Pemikiran
G. Sistematika Penulisan
BAB II FAKTA DAN MASALAH
A. Keadaan Sekarang
B. Keadaan Yang Diinginkan
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisa
B. Pemecahan Masalah
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
C. Implikasi
D. Daftar Pustaka
BAB II
FAKTA DAN MASALAH

A. Keadaan Sekarang
Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang memiliki kondisi obyektif yang dapat
digambar kan secara umum sebagai berikut :
“Mengenal Lebih Dekat KUA Conggeang”
1. Visi dan Misi
Sebagai pedoman umum jangka panjang, KUA Conggeang telah menyusun visi dan
misi lembaga yang telah dituangkan Rencana Strategik (Renstra) Tahun 2011 – 2012.
Pedoman tersebut adalah:
Visi: Menghidupkan nilai-nilai agama Islam dalam setiap kegiatan di wilayah Kec.
Conggeang..
Misi: a. Memberikan pelayanan prima dalam administrasi bidang
urusan agama Islam
b. Mengembangkan laboratorium dakwah lewat pemantapan
toleransi umat beragama
c. Memberdayakan lembaga-lembaga keagamaan yang telah
ada
2. Identitas Kantor
a. Tahun berdiri: 04 Desember 1981
b. Luas Lahan: 4690 M2 / Bangunan Kantor 90 M2
c. Status Lahan: Wakaf dengan Sertifikat Nomor 210 Tanggal 24 Mei
1984 (Pinjaman dari KUA Conggeang)
d. Letak 8ْ 44’ 14.8” LS dan 85ْ 10’ 90.33” BT
astronomis:
e. Letak geografis: Jalan Raya Conggeang Kecamatan Conggeang No. 301 Kabupaten
Sumedang Provinsi Jawa Barat.
Telp. 0261- , Kode Pos 45391
f. Batas Letak: Sebelah Utara : Perumahan Penduduk
Sebelah Selatan: Mesjid Besar Conggeang
Sebelah Barat: RA Asyrofuddin
Sebelah Timur: Jalan Raya Conggeang
g. Wilayah kerja: 1 Kecamatan (12 Desa) dengan luas wilayah mencapai 152,51 km2:
Kecamatan Conggeang: 17,52 km2
h. Luas Bangunan: 90 M2 dengan perincian
i. Ruangan: 7 ruangan yaitu: Ruang Pimpinan, Ruang Administrasi NR, Ruang
Administrasi Maszawaibsos, Ruang Tamu, Ruang/Balai
Pernikahan, Ruang Ibadah dan Ruang Toilet
3. Pola Organisasi KUA
Bila mengacu Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 517 Tahun 2001, maka
jumlah personil KUA Conggeang masih jauh dari jumlah ideal. Walau dengan keterbatasan
sumber daya yang ada, KUA Conggeang tetap mencoba memberikan pelayanan seoptimal
mungkin dalam administrasi nikah-rujuk (NR), ketatausahaan (TU), kemasjidan zakat
wakaf ibadah sosial (Maszawaibsos), pelayanan hisab rukyat (HR), bimbingan dan
pelayanan haji serta pelayanan kerukunan umat beragama. Struktur kepegawaian di KUA
Conggeang adalah sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI KUA KEC. CONGGEANG TAHUN 2011

DATA JUMLAH NIKAH DAN RUJUK KUA KEC. CONGGEANG TAHUN 2010
FAKTA DAN KONDISI PELAYANAN PRIMA SERTA KOMPETENSI SUMBER
DAYA MANUSIA KARYAWAN KUA KECAMATAN CONGGEANG SEKARANG
Seperti digambar kan di awal tulisan ini bahwa ada beberapa kelemahan yang diakui
masih perlu peningkatan di bidang Kualitas Kompetensi Karyawan Kantor. Di antaranya :
1. Kompetensi / Sumber Daya Manusia di Bidang pendidikan
Tingkat lulusan : 2 orang berpendidikan Strata 1, 1 orang Diploma III, 2 orang berijazah
SLTA/MA.
Di bidang intelektual agama, hampir semua pernah mengikuti kegiatan pendidikan
agama di Pondok pesantren. Namun dalam hal tingkat pemahaman hukum agama kami rasa
masih perlu peningkatan dan pendalaman lebih jauh agar dapat lebih mengimbangi
perkembangan zaman. Termasuk dalam hal pemahaman kandungan al-Qur’an dan Hadits
yang masih jauh dari sempurna.
Di bidang administrasi perkantoran seperti halnya keterampilan pembukuan,
penyusunan pelaporan dan pengarsipan masih dirasa banyak kelemahannya sehingga belum
dapat dilaksanakan secara mandiri dan terpadu. Penyusunan pelaporan yang masih
bergantung pada orang-orang tertentu, pengarsipan yang sering terjadi loss document,
pembukuan yang masih sering terjadi kesalahan, baik secara isi maupun format.
Pengoperasian komputer yang masih belum dapat dikuasai oleh seluruh karyawan
mengakibatkan penumpukan pekerjaan terutama yang menyangkut pembuatan fast
dokumen (seperti pembuatan surat keterangan) atau surat lain yang memerlukan
penanganan lebih cepat.
Kurangnya fasilitas sarana komputer pun menambah sulitnya solusi bagi karyawan
yang ingin meningkatkan kemampuannya di bidang yang satu ini. Tak pelak lagi menambah
tertinggalnya persaingan sumber daya manusia untuk pelayanan di masyarakat.
Hal ini diperparah dengan terjadi mutasi pegawai dalam frekuansi yang cukup
berpengaruh pada kesinambungan kinerja pegawai. Seharusnya mutasi menambah daya
dukung bagi pelayanan masyarakat namun pada kenyataannya membuat terbengkalainya
sebagian tugas yang ia tinggalkan.
Di bidang lintas sektoral masih dirasa kurang optimal, terbukti jika terdapat
kegiatan-kegiatan di lingkup instansi lain, masih kurang dapat memberikan kontribusi yang
maksimal karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh karyawan kantor, malah
kehadiran pegawai KUA tidak lebih hanyalah sebagai petugas pembaca do’a, tak mampu
bersaing di bidang lainnya.
2. Kompetensi di bidang kesehatan
Dikaitkan dengan kegiatan Pelayanan di Kantor Urusan Agama Kecamatan
Conggeang, kompetensi bidang kesehatan ini masih perlu ditingkatkan pula. Banyaknya
intensitas pegawai yang mengalami gangguan kesehatan di saat menjalankan tugasnya hal
ini menandakan kurang mampunya menjaga kesehatan yang disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dalam hal pemeliharaan sanitasi lingkungan dan higienitas pribadi.
3. Di dalam kompetensi sumber daya manusia bidang ekonomi
Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak Pegawai Kementerian Agama yang SK
Kepegawaiannya berurbanisasi ke Bank Rakyat Indonesia, hal ini menjadi indikator utama
bahwa ada dua hal kemungkinan yang menjadi pusat permasalahan, Pertama bisa jadi
memang kebutuhan mereka masih belum dapat dipenuhi dari kucuran gajinya sekarang,
standar upah dan penggajian mungkin saja masih jauh dari kelaikan. Kedua, ini hal yang
relevan dengan penulisan karya ini adalah, kemampuan pengetahuan ekonomi baik secara
financial ataupun secara mental. Banyak di antaranya pegawai yang berpola hidup
konsumtif, sikap mental yang masih belum dapat mengendalikan keinginan, kurangnya
kemampuan manajerial secara keluarga atau individu, lemahnya perencanaan ekonomi
keluarga, dan banyak faktor lain yang menjadikan pegawai mengambil langkah pahit di atas.
Jika disinergikan dengan era globalisasi sekarang sudah saatnya pegawai mampu
menjadi pelopor perkembangan ekonomi masyarakat dengan menciptakan sebuah
terobosan di bidang ekonomi, agar pola hidup mereka menjadi lebih sehat dan logis.
Pembelian barang yang tidak mendukung akan kinerja bagi pelayanan masyarakat
semestinya bisa dibatasi.

B. Keadaan Yang Diinginkan


Di dalam tulisan ini saya ingin mengungkapkan beberapa progran yang diharapkan
dapat meningkatkan kualitas kondisi pada kompetensi dan sumber daya manusia karyawan
kantor. Tapi mungkin saja tidak dapat sepenuhnyan dilaksanakan di setiap unit kerja, hal ini
lebih tergantung pada pengaruh lokasi dan pengaruh lingkungan yang berada di sekitar unit
kerja masing – masing.
1. Di bidang pendidikan karyawan.
Untuk meningkatkan kemampuan akademik sudah waktunya mengikuti jenjang
akademik selanjutnya, baik melalui program beasiswa maupun secara pribadi. Dan untuk
meningkatkan kemampuan keterampilan non akademik dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Pelatihan formal melalui balai diklat secara berkala. Sudah waktunya para
karyawan Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang mengikuti Pelatihan di Setiap
Bidang garapan, bidang Peningkatan Kualitas Pelayanan Kepenghuluan, Pembinaan
Keluarga Sakinah, Produk Halal, Peningkatan Manajemen Pelayana di bidang Ibadah sosial,
serta garapan yang lain.
b. Mengadakan program pelatiha swadana dan swadaya dengan mendatangkan
tutor atau tenaga ahli di bidang yang diperlukan. Alokasi waktu dan dananya perlu
disepakati dan ditanggung oleh seluruh karyawan dengan swadaya. Atau dengan mengikuti
kegiatan kursus di luar jam kerja.
c. Mengadakan knowledge and skill sharing secara terprogram dan berkala,
baik di intern unit kerja, dengan memanfaatkan waktu senggang/ istirahat, atau dengan
lintas unit kerja lain dengan seringnya mengadakan study banding dan lawatan koordinasi
baik secara vertikal maupun horisontal.
2. Seperti halnya bidang pendidikan, akselerasi di bidang kesehatan dilakukan dengan
metode fun and healthy. Diharapkan dengan adanya kualitas kesehatan pegawai, maka akan
menambah pelayanan prima bagi masyarakat dengan tidak tergaanggu oleh kondisi fisik
maupun mental yang lemah. Diharapkan pula setiap karyawan senantiasa siap dalam
menghadapi berbagai kondisi lingkungan dan kondisi alam yang kian hari semakin tidak
bersahabat. Perubahan cuaca semestinya disiasati dengan baik agar jangan sampai
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh.
3. Di bidang ekonomi, diharapkan seluruh karyawan dapat meningkatkan skill dan
pengetahuannya di bidang ekonomi baik secara finansial dan managerial, melalui
perencanaan dan manajerial ekonomi keluarga, karyawan dapat mengatur
neraca pengeluaran keluarga jangan sampai menimbulkan over cost. Bila perlu setiap bulan
diadakan evaluasi dan audit intern antar anggota keluarga. Hal ini akan berdampak pada
keterbukaan dan tanggung jawab di setiap nilai belanja yang dikeluarkan.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisa
Jika dianalisa permasalahan yang terjadi mengenai kompetensi sumber daya manusia di
Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang ini, ditinjau dari segi managerial dapat diurai
menjadi dua faktor :
1. Faktor individu karyawan
2. Faktor kolektifitas tim / lingkungan dan kesatuan unit kerja Kantor Urusan Agama

1. Individu masing-masing memiliki kekuatan / potensi, kelemahan, peluang , dan tantangan


yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan kualitas kompetensinya.
a. Kekuatan yang dimiliki oleh setiap individu mungkin berbeda, namun secara akumulatif
para pegawai di lingkungan unit Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang memiliki
masa kerja yang cukup lama, sehingga sudah dapat dipastikan mereka memiliki kemampuan
pengalaman kerja yang cukup diandalkan. Jam terbang dalam bekerja inilah semestinya
dapat dijadikan cermin bagi konsolidasi setiap indivdu dalam mengembangkan kesatuan
kompetensi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
b. Kelemahan, rata-rata yang berusia di atas 40 tahun, mereka kebanyakan tertinggal dalam
perkembangan Ilmu dan Teknologi, sehingga sedikit banya dapat menghambat proses
percepatan pengembangan kompetensi. Namun tidak demikian seharusnya, justru hal ini
lebih jadi motivasi untuk dapat membuktikan bahwa pendidikan adalah sepanjang masa,
long live education. Tidak mengenal usia maupun kondisi fisik.
c. Peluang yang dimiliki cukup terbuka, dengan adanya urbanisasi penduduk dari daerah
genangan sekitar Jatigede hampir mencapai jumlah Penduduk untuk satu desa ini menjadi
peluang pengembangan potensi daerah dalam peningkatan Jumlah Pencatatan Nikah dan
Rujuk.
d. Tantangan yang timbul berupa semakin banyaknya jumlah penduduk tadi menuntut
keseriusan kinerja aparatur pemerintah untuk dapat melayani dengan baik di tengah serba
keterbatasan anggaran.
2. Faktor kolektifitas tim di dalam unit kerja
a. Kekuatan yang dimiliki berupa kebersamaan dari segi waktu yang di atas 10 tahun,
mengakibatkan telah terbentuknya chemistry kerja antar karyawan sehingga mempermudah
komunikasi di dalam pelaksanaan pekerjaan, setiap konflik yang timbul dimungkinkan
dapat diselesaikan secara kekeluargaan dan lebih mudah untuk saling memahami.
b. Kelemahan karena dimekarkan menjadi dua kecamatan, wilayah Kerja Kantor Urusan
Agama Kecamatan Conggeang menjadi sedikit berubah, meski tetap menjadi KUA induk
namun ini berpengaruh pada adanya ekses yang ditimbulkan dari permasalahan yang terjadi
di masa sebelum dimekarkan.
c. Peluang secara kelompok, unit kerja ini berlokasi di tempat yang strategis dilalui oleh jalan
kabupaten, transportasi umum sehingga memudahkan dalam melayani masyarakat yang
akan datang ke Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang.
d. Tantangan yang timbul bagi kesatuan unit kerja adalah berupa image di masyarakat bahwa
aparatur pemerintahan termasuk Kementerian Agama sedang mengalamai degradasi seiring
terungkapnya kasus - kasus kriminal ataupun penyelewengan anggaran.

B. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah masalah yang timbul berkenaan dengan Rencana Kerja Dalam
Pelaksanaan Tugas Bagian Tata Usaha Dalam Meningkatkan Pelayanan Prima Melalui
Akselerasi Pengembangan Kompetensi Karyawan Di Kantor Urusan Agama Kecamatan
Conggeang dapat dilakukan langkah sebagai berikut :
1. Menyusun Program Jangka Pendek (Program Tahunan) terutama di bidang peningkatan
sumber daya manusia, minimal target berupa frekuensi minimal 80 % dalam tiap tahun.
Ini dijabarkan dengan pelaksanaan pelatihn baik secara formal ataupun non formal minimal
2 bulan satu kali. Dilaksanakan tiap minggu kedua untuk program pelatihan swadaya.
Dilaksanakan di lingkungan KUA Kecamatan Conggeang dengan menghadirkan pengajar
ahli yang berada di wilayah Kecamatan Conggeang.
2. Menyusun Program Jangka Panjang berupa
a. Pembangunan Ruang Atau Gedung Pelatihan Keterampilan Adminstrasi Perkantoran.
b. Penataan Ruang dan Tempat Pelayanan.
c. Penyediaan pusat layanan manual ataupun online.
d. Koordinasi dengan instansi atau lembaga lain untuk mengadakan sosialisasi kebijakan dan
aturan yang berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi Kantor Urusan Agama Kecamatan
Conggeang, di antaranya melalui media massa cetak atau elektronik, minggon kecamatan
dan desa, safari Jum’at, seta kegiatan lain dalam momen hari besar Islam.
e. Mengadakan event akbar berupa seminar untuk menggali informasi untuk peningkatan
kualitas pelayanan Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan prima merupakan tujuan dari sebuah lembaga publik apalagi menyangkut
pada pelayanan ibadah yang nota bene berhubungan dengan prinsip hidup tertinggi bagi
setiap manusia, keberadaannya menjadi fokur perhatian masyarakat, positif atau negatifnya
akan cepat terindikasi dari setiap respon yang timbul.
Upaya menuju pelayanan prima tersebut harus didukung oleh kemampuan,
kompetensi dan sumber daya manusia yang optimal, yang senantia dinamis dan kokoh
menjadi pilar di masyarakat menjadi panutan sekaligus trend centre di dalam roda
pembangunan. Pelaksanaan upaya ini haru terus dipercepat dan disinergikan agar tidak
tertinggal atau bahkan tergilas oleh perkembangan global, yang menuntut persaingan ketat
di setiap elemen kehidupan.
Akselerasi atau percepatan pengembangan sumberdaya manusia adalah suatu
keniscayaan yang tak bisa dipungkiri untuk menuju pembangunan ideal, sumber daya
manusia merupakan mata ranrai bagi lahirnya budaya luhur dan kehidupan berkualitas.
Akselerasi tersebut bukan hanya sekedar wacana melainkan suatu aksi kongkret dari sebuah
prigram, yang diimplementasikan pada setiap langkah dan aktifitas kehidupan setiap
karyawan. Akselerasi tersebut dapat dilakukan dengan cara :
1. Penyusunan program jangka pendek : program bulanan, triwulan, semester dan tahunan.
2. Penyusunan program jangka penjang dan menengah berupa program lima tahunan atau
lebih.
Program tersebut disusun dan dibukukan bersama job description dan buku kerja tiap
pegawai.
Apapun yang kita programkan sudah seharusnya mengorbankan setiap waktu dan
potensi yang ada demi hasil yang lebih baik di masa datang, tinggalkan kebiasaan buruk
menyimpan kotoran dan sampah di hari ini, Kementerian Agama harus menjadi mitra
terdepan bagi masyarakat untuk mencapai deraja taqwa di hadapan Allah SWT.
Makalah ini merupakan sebuah upaya untuk memberikan sebuah gambaran
sekaligus semoga mampu menjadi inspirasi bagi pelaku pelayanan kepada masyarakat. Hal
ini sangat penting karena bagaimanapun kualitas pelayanan prima harus terus ditingkatkan.
Peningkatan terhadap pelayanan kepada masyarakat secara tidak langsung akan mampu
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Sehingga pembangunan yang
berkesinambungan dan bermanfaat bagi masyarakat akan tercapai.

B. Saran-saran
1. Untuk lingkup intern Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang, semoga dengan adanya
karya tulis ini dapat dijadikan bahan instropeksi bahwa setiap kemajuan yang ingin dicapai
memerlukan komitmen yang kuat di dalam melaksanakan program demi perubahan yang
lebih baik pula.
2. Bagi pihak umum terutama Keluarga besar Kementerian Agama semoga program akselerasi
ini dapat direalisasikan segera dengan niat yang ikhlas untuk mengharapkan keridlaan Yang
Maha Kuasa. Mari menuju bersama menciptakan Aparatur Kementerian Agama yang Bersih
dan Berwibawa.
C. Implikasi
Setiap tujuan dalam menciptakan pelayanan tentunya bermuara pada konsekuensi
pengorbanan, bahwa kita sebagai pelayan di masyarakat berfungsi sebagai fasilitas yang
semestinya keberadaa kita menambah kenyamanan dalam setiap kehidupannya , bukan
malah menjadi beban rakyat dengan ditimbulkannya pembengkakan anggaran belanja
pegawai jauh melebihi anggaran publik. Jadilah aparatur yang merakyat jangan jadi
aparatur yang menindas rakyat, analoginya empatikan diri kita sebagai komponen rakyat itu
sendiri, tentunya kita pun menginginkan hal yang sama seperti yang diharapkan oleh
seorang rakyat.

D. DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya , Departemen Agama RI
Undang-undang No. 1 Tahun 1974
KMA Nomor 153 Tahun 2009
KMA Nomor 373 Tahun 2002
Pola Kebijakan Pemerintah di Bidang Agama Dalam Paembangunan Nasional
Proyek Perencanaan Perundang-undangan Keagamaan 1979/1980
Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, BKM Pusat Jakarta 1992/1993
Pedoman PPN Depag Kanwil Depag Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai