BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam KMA 153 Tahun 2009 Tentang Reformasi Birokrasi disebutkan bahwa salah satu
Programnya adalah Sumber Daya Manusia bertujuan untuk menciptakan aparatur yang bersih,
profesional dan bertanggung jawab melalui penataan pegawai dengan menerapkan sistem
manajemen Sumber Daya Manusia yang berbasis kompetensi.
Lebih lanjut dipaparkan bahwa salah satu prinsipnya adalah Pengembangan Sumber Daya
Manusia yang berbasis kompetensi.
Selaras dengan semboyan pelayanan prima maka hal tersebut semestinya menjadi gerbang yang
menjadi pencerahan bagi Kementerian Agama Yang Bersih Dan Berwibawa. Karena
kewibawaan harus didukung oleh profesionalisme yang tinggi. Baik secara akhlak maupun
kompetensi.
Namun apabila kita berkaca pada realita yang ada, di tubuh Kementerian Agama masih terdapat
elemen-elemen yang kurang optimal menjalankan perannya disebabkan kurangnya etos kerja dan
kompetensi yang menjadi generator kinerja sebuah satuan atau unit kerja.
Disadari atau tidak hal ini menjadi karat yang lama-kelamaan akan merobohkan sendi-sendi
kemegahan Kementerian Agama kita. Terutama di bagian terkecil atau ujung tombak
Kementerian Agama di daerah termasuk yang terjadi di Kantor Urusan Agama Kecamatan.
Sebagai gambaran secara kasar, masih didapati karyawan yang belum mampu menguasai atau
bahkan membaca ayat Suci Al-Quran secara baik. Atau mungkin kita banyak menemukan
pegawai yang masih Gaptek belum dapat mengimbangi perkembangan teknologi, belum dapat
menggunakan surat elektronik. Dan masih banyak lagi kelemahan yang lain yang mesti kita
instropeksi dan bukannya malah ditutupi atau dihelah.
Padahal sebagai seorang abdi bangsa kita semestinya menyadari bahwa kita harus menjadi
pelopor dalam pengembangan pembangunan bangsa ini. Bagaimana kita dapat dijadikan panutan
jika kita sendiri masih dalam posisi serba kekurangan, sebagaimana yang difirmankan Allah
SWT QS. 2 44 :
brD's?r& }$Y9$# h99$$/ tbq|Ys?ur N3|Rr& NFRr&ur tbq=Gs?
|=tG39$# 4 xsr& tbq=)s?
44. Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu
berpikir?
Sudah saatnya kondisi ini kita perbaiki agar tujuan pembangunan dan lebih jauhnya tujuan hidup
sebagai seorang manusia mencapai kebahagian dunia dan akhirat dapat terwujud secara ideal.
Meski kita harus bekerja keras berupaya belajar dan memperbaiki kekurangan yang ada pada diri
kita.
Dalam arti hak hak umat sebagai konsumen dapat terlindungi sekaligus pengembangan usaha
produsen pangan dapat dipacu untuk dapat bersaing lebih baik lagi di tingkat daerah maupun
tingkat nasional atau bahkan internasional.
Di bidang ibadah sosial Kantor Urusan Agama Kecamatan mengadakan pemutakhiran data
secara periodik terhadap sarana agama, kegiatan keagamaan baik secara organisasi maupun
kelompok masyarakat untuk menjamin ketenteraman ibadan umat Islam pada khususnya dan
umat agama lain pada umumnya.
Di bidang kemitraan umat Islam, Kantor Urusan Agama Kecamatan melakukan kegiatan yang
proaktif meraih dan menyatukan berbagai perbedaan yang terdapat pada unsur masyarakat
muslim. Terdapatnya keberagaman pemahaman jika tidak dibina dengan baik maka dapat
menjadi pemicu adanya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat.
C. Identifikasi Masalah
Dengan mengamati dan menjalani kinerjan di Kantor Ursan Agama Kecamatan Conggeang
selama lebih kurang empat tahun, ada beberapa permasalahan yang kongkret yang selaiknya
segera mendapatkan penanganan serius. Terutama keberadaan sumber daya manusia yang masih
terasa jauh dari optimal. Hal ini diperparah dengan kurangnya sarana pendukung bagi
terlaksananya tugas pelayanan prima bagi masyarakat yang diemban Kantor Urusan Agama
Kecamatan Conggeang yang memiliki wilayah 12 Desa.
Di bidang Administrasi Perkantoran masih diperlukan pembinaan dalam penyusuna rencana
kerja, pelaksanaan kegiatan, pelaporan dan pengarsipan. Jika dilihat dari data yang ada dari
kelima orang pegawai Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang hanya 2 orang yang
mengantongi ijazah Strata 1.
Dalam penguasaan keterampilan komputer hanya 2 orang yang mampu mengoperasikannya
itupun masih dalam batas penguasaan pemula (basic skill)
Di bidang pemahaman hukum, masih didapati kesulitan dalam hal mengatasi masalah yang rumit
yang diakibatkan karena pemahaman masyarakat yang kurang mendalam terhadap sebuah
aturan, sebagai contoh adanya perkawinan di bawah usia 19 tahun bagi calon mempelai pria,
kebanyakan mereka memaksa untuk dilaksanakan pernikahannya segera sementara izin
dispensasinya belum diperoleh. Hal ini pun diperparah oleh adanya pembengkakan biaya
pengajuannya yang dirasakan cukup berat oleh masyarakat.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis paparkan ada beberapa masalah yang menjadi sorotan dalam
karya tulis ini, yang penulis fikir perlu mendapatkan penyelesaian tuntas bagi terciptanya kinerja
Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang yang berkualitas.
Di antara Masalah-masalah tersebut, masalah yang paling menarik perhatian bagi penulis adalah
masalah Sumber Daya Manusia Karyawan, yang menjadi subjek dalam proses pelayanan itu
berlangsung. Dari masalah tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dikaji dalam
karya tulis ini.
Menurut Indeks Pembangunan Manusia, setidaknya ada tiga kategori yang menunjukan bahwa
sumber daya manusia itu berkualitas dan berkembang, di antaranya :
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Ekonomi
Dengan demikian dapat dirumuskan beberapa rumusan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Sumber Daya Manusia Karyawan di Kantor Urusan Agama Kecamatan
Conggeang ?
2. Bagaimanakah Akselerasi Pengembangan Sumber Daya Manusia Yang Dilaksanakan Di
Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang ?
3. Sejauh Mana Efektifitas Akselerasi Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Kantor
Urusan Agama Kecamatan Conggeang Terhadap Pelayanan Prima Pada Masyarakat ?
E. Pokok Masalah
Dari rumusan-rumusan di atas kiranya ada satu pokok permasalahan yang menjadi akar dari
permasalahan yang lain, yaitu upaya dan usaha Pelaksanaan Akselerasi Pengembangan Sumber
Daya Manusia (karyawan) di Lingkungan Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang.
Akselerasi tersebut meliputi semua bidang Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Urusan Agama
Kecamatan Conggeang sebagai Ujung Tombak Kementerian Agama di wilayah Kecamatan
Conggeang. Akselerasi tersebut harus dapat meningkatkan Sumber Daya Manusia Karyawan
dalam bidang Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi.
F. Kerangka Pemikiran
Dari permasalahan di atas ada beberapa variabel yang menjadi acuan dan pengamatan penulis :
1. Rencana Kerja Pelaksanaan Tugas Bidang Tata Usaha.
Terdapat beberapa indikator yang menjadi konsep sebuah rencana :
a. Target yang jelas dari sebuah visi dan misi
b. Alokasi waktu dari setiap kegiatan
c. Penyusunan Buku / Kertas Kerja
d. Evaluasi dan Pengkajian ulang
Namun kondisi demikian tentunya tidak terjadi pada dunia pemerintahan. Pemerintah sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi tidak akan memiliki saingan dalam pemberian pelayanan secara
formal. Akan tetapi jika aparat pemerintah tidak mampu memberikan palayanan yang baik
kepada masyarakat, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan masyarakat yang kemudian akan
mengakibatkan terjadinya ketidakpercayaan kepada pemerintahan, tentunya pada akhirnya akan
menimbulkan ketidakstabilan pada jalannya pemerintahan yang sedang berjalan.
Desa/Kelurahan sebagai institusi resmi pemerintahan terendah di Indonesia tentunya akan
memiliki peran besar dalam penentuan keberhasilan pemerintah Kabupaten dalam memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat. Untuk itu BPMD (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa) sebagaimana Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) sebagaimana yang timbul
akibat ditetapkannya Perda Kab. Karangasem No. 7 tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan
Organisasi dan Tata kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, berusaha
memberikan dan membatu pemerintah desa/kelurahan untuk menciptakan dan memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat di wilayahnya masing-masing.
A. KONSEPTUALISASI PELAYANAN
Menurut Syahrir, pelayanan publik adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah
maupun swasta yang menghasilkan barang dan jasa, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
publik (Syahrir dalam Prisma no. 12, 1986: 11). Hampir sama dengan apa yang diungkapkan
oleh syahrir juga dinyatakan oleh Miftah Thoha, pelayanan sosial merupakan suatu usaha yang
dilakukan seseorang atau kelompok orang atau institusi tertentu untuk memberikan bantuan dan
kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu (Thoha, 1991: 39).
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara no. 81 tahun 1993
tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum, disebutkan pengertian pelayanan umum sebagai
segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat
maupun di daerah dan di lingkungan BUMN/BUMD, dalam bentuk barang/jasa, baik dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan (Moenir, 1992:34).
Pada prinsipnya setiap pelayanan umum ini, senantiasa harus selalu ditingkatkan kinerjanyanya
sesuai dengan keinginan klien atau masyarakat pengguna jasa. Akan tetapi kenyataannya untuk
mengadakan perbaikan terhadap kinerja pelayanan publik bukanlah sesuatu yang mudah.
Banyaknya jenis pelayanan umum di negeri ini dengan macam-macam persoalan dan penyebab
yang sangat bervariasi antara satu dengan yang lainnya, sehingga perlu dicari suatu metode yang
mampu menjawab persoalan tadi, guna menentukan prioritas pemerintah. (Harry P. Hatry, 1980 :
41).
B. MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA
Mewujudkan pelayanan prima adalah cita-cita mulia yang harus diwujudkan oleh setiap instansi
pemerintahan di Indonesia. Namun tentunya dalam mewujudkannya memerlukan kerja keras
yang luar biasa. Dalam tulisan ini mencoba memberikan rangsangan kreatifitas kepada
pembacanya, terutama para aparat pemerintahan, dalam mengembangkan ide-ide untuk
menciptakan pelayanan prima.
Pada dasarnya pemberian pelayanan prima harus didukung oleh fasilitas, Sumber Daya Manusia,
serta proses dan hasil dari jenis pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Pertama, Fasilitas;
dalam menciptakan pelayanan prima fasilitas tentunya akan menentukan pelayanan yang
diberikan akan berjalan dengan baik atau tidak. Fasilitas yang dimaksud dapat berupa : ruang
tunggu dan ruang pelayanan yang memadai, peralatan pendukung yang lengkap, dan suasana
tempat pelayanan yang baik.
Kedua, Sumber Daya Manusia, SDM merupakan penentu keberhasilan terlaksana atau tidaknya
pelayanan prima yang dijalankan oleh pemerintah, karena walaupun didukung oleh fasilitas yang
memadai namun di kantor tempat pelayanan berlangsung SDM-nya tidak mampu mengimbangi
program yang akan dilalaksanakan maka pelayanan prima tidak akan pernah terwujudkan.
Ketiga, proses dan hasil dari jenis pelayanan. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa pelayanan
prima memiliki syarat agar ada aturan, jangka waktu, dan kejelasan prosedur, serta kualitas dari
pelayanan yang diberikan kepada mayarakat.
Ketiga hal tersebut dalam pelaksanaannya harus berjalan secara bersinergi, karena ketiganya
merupakan sebuah kesatuan konsep yang saling terkait satu sama lain.
Setelah mampu melaksanakan ketiganya secara bersinergi, sebagaimana dalam teori manajemen
sebagaimana yang dikemukakan oleh Terry bahwa organisasi akan berjalan dengan baik jika
mampu melaksanakan POAC (Planing Organizing Actuating and Controlling). Dengan demikian
dalam pelaksanaan pelayanan prima memerlukan pengukuran keberhasilan sebagai fungsi kontol
dalam teori yang dikemukakan oleh Terry. Sebagaimana pendapat Dwiyanto (2002) indikator-
indikator pengukuran kinerja pelayanan organisasi publik sebagai berikut : Responsivitas,
Responsibilitas, Akuntabilitas, Produktifitas dan Kepuasan pelanggan. Untuk memperjelas
penggunaan indikator tersebut, berikut ini dikemukakan satu persatu penjelasan konsep dari
masing-masing indikator tersebut.
1. Produktifitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan.
Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. Konsep
produktivitas ini dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba
mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar
pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang
penting.
2. Kepuasan Pelanggan
Kehadiran organisasi publik adalah suatu alat untuk memenuhi kebutuhan dan melindungi
kepentingan publik. Jadi kinerja pelayanan publik dapat dikatakan berhasil apabila ia mampu
mewujudkan apa yang menjadi tugas dan fungsi utama dari organisasi yang bersangkutan. Untuk
itu maka, organisasi maupun karyawan yang melaksanakan suatu kegiatan harus selalu
berorientasi dan berkonsentrasi terhadap apa yang menjadi tugasnya. Termasuk didalamnya
untuk mengeksploitasi segala sumber daya yang dimiliki karyawan guna menunjang pelaksanaan
kegiatan organisasi untuk memuaskan pengguna jasa. Apabila pengguna jasa merasa puas, inilah
hasil atau profit dari organisasi pelayanan publik.
3. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun
agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjuk pada
keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara
langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya,
terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan
dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Organisasi yang
memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.
4. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik
yang eksplisit maupun implisit (Lenvine, 1990). Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada
suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.
5. . Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik
tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah para pejabat politik
tersebut selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas
publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik
itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki
akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma
yang berkembang dalam masyarakat.
Dari tiga variabel karya tulis di atas terdapat pola atau kerangka hubungan yang sinergis di mana
variabel Pelayanan Prima Pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang
Keberadaannya sangat dipengaruhi oleh dua Variabel sebelumnya dalam arti Pelayanan Prima
hanya bisa dilaksanakan jika Kompetensi / Sumber Daya Manusia Karyawannya berkualitas,
yang ditandai dengan Kemampuan diri secara Kependidikan Akademik Profesionalitas Dan
Work Skill yang tinggi, dan Kompetersi / Sumber Daya Manusia karyawan hanya dapat
diperoleh dengan upaya Pengembangan yang cepat dan terarah, melalui perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi serta kontrol yang jelas, sehingga secara sistematika kerangka berpikir
dari permasalahan di atas adalah sebagai berikut :
G. Sestematika Penulisan
Untuk mempermudah penulis menyusun langkah-langkah serta menuangkannya ke dalam
sebuah karya tulis dan untuk lebih mengarah pada detail tiap bagian yang diamati dan dikaji,
maka penulis menggunakan sistematika penulisan karya ilmiah dengann susunan sebagai berikut
:
Karya tulis ini terdiri dari 4 Bab,
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tugas Pokok Dan Fungsi Unit Kerja
C. Identifikasi Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Pokok Masalah
F. Keranga Pemikiran
G. Sistematika Penulisan
BAB II FAKTA DAN MASALAH
A. Keadaan Sekarang
B. Keadaan Yang Diinginkan
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisa
B. Pemecahan Masalah
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
C. Implikasi
D. Daftar Pustaka
BAB II
FAKTA DAN MASALAH
A. Keadaan Sekarang
Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang memiliki kondisi obyektif yang dapat digambar
kan secara umum sebagai berikut :
Mengenal Lebih Dekat KUA Conggeang
1. Visi dan Misi
Sebagai pedoman umum jangka panjang, KUA Conggeang telah menyusun visi dan misi
lembaga yang telah dituangkan Rencana Strategik (Renstra) Tahun 2011 2012. Pedoman
tersebut adalah:
Visi:
Menghidupkan nilai-nilai agama Islam dalam setiap kegiatan di wilayah Kec. Conggeang..
Misi:
Memberikan pelayanan prima dalam administrasi bidang urusan agama Islam
Mengembangkan laboratorium dakwah lewat pemantapan toleransi umat beragama
Memberdayakan lembaga-lembaga keagamaan yang telah ada
2. Identitas Kantor
a. Tahun berdiri:
04 Desember 1981
b. Luas Lahan:
4690 M2 / Bangunan Kantor 90 M2
c. Status Lahan:
Wakaf dengan Sertifikat Nomor 210 Tanggal 24 Mei 1984 (Pinjaman dari KUA Conggeang)
d. Letak astronomis:
8 44 14.8 LS dan 85 10 90.33 BT
e. Letak geografis:
Jalan Raya Conggeang Kecamatan Conggeang No. 301 Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa
Barat.
Telp. 0261- , Kode Pos 45391
f. Batas Letak:
Sebelah Utara : Perumahan Penduduk
DATA JUMLAH NIKAH DAN RUJUK KUA KEC. CONGGEANG TAHUN 2010
A. Analisa
Jika dianalisa permasalahan yang terjadi mengenai kompetensi sumber daya manusia di Kantor
Urusan Agama Kecamatan Conggeang ini, ditinjau dari segi managerial dapat diurai menjadi dua
faktor :
1. Faktor individu karyawan
2. Faktor kolektifitas tim / lingkungan dan kesatuan unit kerja Kantor Urusan Agama
B. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah masalah yang timbul berkenaan dengan Rencana Kerja Dalam
Pelaksanaan Tugas Bagian Tata Usaha Dalam Meningkatkan Pelayanan Prima Melalui
Akselerasi Pengembangan Kompetensi Karyawan Di Kantor Urusan Agama Kecamatan
Conggeang dapat dilakukan langkah sebagai berikut :
1. Menyusun Program Jangka Pendek (Program Tahunan) terutama di bidang peningkatan
sumber daya manusia, minimal target berupa frekuensi minimal 80 % dalam tiap tahun.
Ini dijabarkan dengan pelaksanaan pelatihn baik secara formal ataupun non formal minimal 2
bulan satu kali. Dilaksanakan tiap minggu kedua untuk program pelatihan swadaya.
Dilaksanakan di lingkungan KUA Kecamatan Conggeang dengan menghadirkan pengajar ahli
yang berada di wilayah Kecamatan Conggeang.
2. Menyusun Program Jangka Panjang berupa
a. Pembangunan Ruang Atau Gedung Pelatihan Keterampilan Adminstrasi Perkantoran.
b. Penataan Ruang dan Tempat Pelayanan.
c. Penyediaan pusat layanan manual ataupun online.
d. Koordinasi dengan instansi atau lembaga lain untuk mengadakan sosialisasi kebijakan dan
aturan yang berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi Kantor Urusan Agama Kecamatan
Conggeang, di antaranya melalui media massa cetak atau elektronik, minggon kecamatan dan
desa, safari Jumat, seta kegiatan lain dalam momen hari besar Islam.
e. Mengadakan event akbar berupa seminar untuk menggali informasi untuk peningkatan
kualitas pelayanan Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan prima merupakan tujuan dari sebuah lembaga publik apalagi menyangkut pada
pelayanan ibadah yang nota bene berhubungan dengan prinsip hidup tertinggi bagi setiap
manusia, keberadaannya menjadi fokur perhatian masyarakat, positif atau negatifnya akan cepat
terindikasi dari setiap respon yang timbul.
Upaya menuju pelayanan prima tersebut harus didukung oleh kemampuan, kompetensi dan
sumber daya manusia yang optimal, yang senantia dinamis dan kokoh menjadi pilar di
masyarakat menjadi panutan sekaligus trend centre di dalam roda pembangunan. Pelaksanaan
upaya ini haru terus dipercepat dan disinergikan agar tidak tertinggal atau bahkan tergilas oleh
perkembangan global, yang menuntut persaingan ketat di setiap elemen kehidupan.
Akselerasi atau percepatan pengembangan sumberdaya manusia adalah suatu keniscayaan yang
tak bisa dipungkiri untuk menuju pembangunan ideal, sumber daya manusia merupakan mata
ranrai bagi lahirnya budaya luhur dan kehidupan berkualitas. Akselerasi tersebut bukan hanya
sekedar wacana melainkan suatu aksi kongkret dari sebuah prigram, yang diimplementasikan
pada setiap langkah dan aktifitas kehidupan setiap karyawan. Akselerasi tersebut dapat dilakukan
dengan cara :
1. Penyusunan program jangka pendek : program bulanan, triwulan, semester
dan tahunan.
2. Penyusunan program jangka penjang dan menengah berupa program lima
tahunan atau lebih.
Program tersebut disusun dan dibukukan bersama job description dan buku kerja tiap pegawai.
Apapun yang kita programkan sudah seharusnya mengorbankan setiap waktu dan potensi yang
ada demi hasil yang lebih baik di masa datang, tinggalkan kebiasaan buruk menyimpan kotoran
dan sampah di hari ini, Kementerian Agama harus menjadi mitra terdepan bagi masyarakat untuk
mencapai deraja taqwa di hadapan Allah SWT.
Makalah ini merupakan sebuah upaya untuk memberikan sebuah gambaran sekaligus semoga
mampu menjadi inspirasi bagi pelaku pelayanan kepada masyarakat. Hal ini sangat penting
karena bagaimanapun kualitas pelayanan prima harus terus ditingkatkan. Peningkatan terhadap
pelayanan kepada masyarakat secara tidak langsung akan mampu meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan. Sehingga pembangunan yang berkesinambungan dan
bermanfaat bagi masyarakat akan tercapai.
B. Saran-saran
1. Untuk lingkup intern Kantor Urusan Agama Kecamatan Conggeang, semoga dengan
adanya karya tulis ini dapat dijadikan bahan instropeksi bahwa setiap kemajuan yang ingin
dicapai memerlukan komitmen yang kuat di dalam melaksanakan program demi perubahan yang
lebih baik pula.
2. Bagi pihak umum terutama Keluarga besar Kementerian Agama semoga program
akselerasi ini dapat direalisasikan segera dengan niat yang ikhlas untuk mengharapkan keridlaan
Yang Maha Kuasa. Mari menuju bersama menciptakan Aparatur Kementerian Agama yang
Bersih dan Berwibawa.
C. Implikasi
Setiap tujuan dalam menciptakan pelayanan tentunya bermuara pada konsekuensi pengorbanan,
bahwa kita sebagai pelayan di masyarakat berfungsi sebagai fasilitas yang semestinya keberadaa
kita menambah kenyamanan dalam setiap kehidupannya , bukan malah menjadi beban rakyat
dengan ditimbulkannya pembengkakan anggaran belanja pegawai jauh melebihi anggaran
publik. Jadilah aparatur yang merakyat jangan jadi aparatur yang menindas rakyat, analoginya
empatikan diri kita sebagai komponen rakyat itu sendiri, tentunya kita pun menginginkan hal
yang sama seperti yang diharapkan oleh seorang rakyat.
D. DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahannya , Departemen Agama RI
Undang-undang No. 1 Tahun 1974
KMA Nomor 153 Tahun 2009
KMA Nomor 373 Tahun 2002
Pola Kebijakan Pemerintah di Bidang Agama Dalam Paembangunan Nasional Proyek
Perencanaan Perundang-undangan Keagamaan 1979/1980
Pedoman Pegawai Pencatat Nikah, BKM Pusat Jakarta 1992/1993
Pedoman PPN Depag Kanwil Depag Jawa Barat