Anda di halaman 1dari 19

Analisis Mission HMI dalam Rangka Menyiapkan Kader

yang Anti Korupsi

Oleh:

BAHTIAR JUNIARTO PRASTYADI

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

KOMISARIAT HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

CABANG SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Analisis Mission HMI dalam Rangka Menyiapkan Kader yang Anti Korupsi”.
Sebagai salah satu Syarat Pendaftaran LK 2 Korkom UPS, Cabang Tegal.

Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam Penulisan Makalah


ini, sekalipun penulis telah berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam
penulisan makalah ini, sekalipun penulis telah berusaha untuk memberikan yang
terbaik dengan segenap kemampuan yang penulis miliki, sehingga kritik dan saran
yang membangun demi penulisan yang lebih baik sangat diharapkan oleh penulis.
Semoga penulisan makalah ini bermanfaat bagi almamater tercinta.

Pekalongan, 15 Agustus 2018

Penulis
“Analisis Mission HMI dalam Rangka Menyiapkan Kader yang Anti Korupsi”

Oleh. Bahtiar Juniarto Prastyadi1

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang telah diproklamirkan pada
Tanggal 17 Agustus 1945 dengan upaya yang di lakukan oleh para pejuang
terdahulu. Setelah masa di proklamirkannya Kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia menjadi awal dari perjalanan untuk bangsa Indonesia untuk
menjadi bangsa yang berkembang dan maju sebagai Negara yang berdiri
sendiri, kuat dan mandiri. Bangsa Indonesia merupakan salah satu Negara
berkembang yang saat ini sedang bersaing di dalam era reformasi. Di era
reformasi ini, Negara Indonesia mengalami perkembangan dalam pelbagai
aspek sebagaimana yang dimaksud dalam aspek ekonomi, aspek social,
aspek politik, aspek teknologi bahkan aspek budaya. Dalam perkembangan
dan pembangunan Negara Indonesia dengan pasti membutuhkan peran
serta dukungan dari semua pihak baik dari pemerintah maupun dari
masyarakat. Tolak ukur dari perkembangan dan pembangunan suatu
Negara bisa di tentukan dari 2 (dua) hal yaitu sumber daya manusianya
dan pembiayaannya pada Negara. Tidak dapat di pungkiri bahwa Negara
Indonesia mempunyai kekayaan alam yang sangat berlimpah, memiliki
daratan yang luas, yakni satu pertiga dari seluruh wilayah Indonesia dan
sumber daya manusianya. Tetapi untuk saat ini yang menjadi
permasalahnya yang harus di hadapi oleh masyarakat Indonesia adalah
bahwa tidak ada kemauan dari sumber daya manusia yang ada untuk

1
Adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Undip Angkatan 2015, aktif dalam beberapa organisasi
diantaranya: Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Hukum Undip, Ketua
Umum UKM-F Koordinator Kegiatan Islam FH Undip 2018, Anggota Komisi Hukum dan
Kebijakan Publik Senat Mahasiswa Fakultas Hukum 2017 , Staf Ahli Komisi Unit Kegiatan
Mahasiswa Universitas Senat Mahasiswa Universitas Diponegoro 2016, dan anggota dari
Organisasi Daerah Forum Keluarga Undip Slawi.
membantu membangun dan mengembangkan bangsa Indonesia ini. Hal ini
yang menjadi akar dari semua permasalahan yang ada , sikap kurang
kepedulian dari masyarakat yang tidak dapat di hilangkan dari masyarakat
Indonesia.
Sikap ketidak kepedulian ini yang menjadi sebab sehingga
memunculkan sikap keegoaan yang tinggi di kalangan masyarakat dengan
selalu mementingkan kepentingan pribadi ataupun golonganya untuk
mencapai tujuan yang di inginkan. Bahwa banyak dari pejabat
pemerintahan dan individu yang mempunya kewenangan dan kekuasaan di
dalam Negara Indonesia sering kali terlalu banyak mengeksploitasi sumber
daya yang ada demi kepentingan sendiri maupun golongan untuk mencari
keuntungan yang sebesar – besarnya. Hal ini merupakan salah satu contoh
tindakan korupsi yang berlaku di Indonesia sehingga menjadi akar yang
sulit untuk di berantas bahkan di musnahkan. Dalam kepustakaan
kriminologi, korupsi merupakan salah satu kejahatan jenis white color
crime atau kejahatan kerah putih. Dimana dalam kejahatan kerah putih ini
melihat dari sudut pandang pelakunya sering banyak dilakukan oleh
kalangan pemerintah atau individu yang dipandang mempunyai
kewenangan dan kekuasaan sehingga kejahatan ini yang menyebabkan
kemiskinan di dalam masyarakat. Dengan melihat hal seperti itu tidak
hanya dari factor kemiskinan saja yang dapat menimbulkan suatu tindakan
kejahatan atau tindakan kriminalisasi, namun dari factor kemakmuran dan
kemewahan pun dapat menimbulkan tindakan kejahatan. Perbuatan
korupsi pun dapat dikatan sebagai kejahatan luar biasa, hal ini dilihat dari
akibat yang muncul dari perbuatan tersebut seperti merusak seluruh system
kehidupan baik dalam ekonomi, politik maupun social – budaya serta
merusak moral dan mental masyarakat. Rusaknya system kehidupan
ekonomi yang ditimbulkan daripada perbuatan korupsi dapat menimbulkan
kerugian pada suatu Negara dengan keberlanjutan semakin terhambatnya
system perekonomian suatu Negara dalam pertumbuhan, pembangunan,
maupun perkembangan Negara. Selain itu dalam Undang – undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang – undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam sub
bagian Menimbang menyebutkan “Bahwa tindak pidana korupsi yang
selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan Negara,
tetapi juga merupakan pelanggaran hak – hak social dan ekonomi
masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu di golongkan
sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus di lakukan secara luar
biasa”2. Mengingat materi Mission HMI dengan mengacu Buku Panduan
Pengkaderan pada Basic Training HMI yang menyebutkan bahwa
“Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang bernafaskan Islam
dan Bertanggungjawab atas terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang
Diridhoi Allah Subhanahu Wataala”3 memberikan peringatan bahwa
sebagai seorang kader HMI selain harus memiliki intelektual yang luas
pun harus memberikan pengabdian kepada masyarakat dengan
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dengan tidak membawa
kerugian bagi masyarakat maupun Negara salah satunya dengan tidak
mendekati dan harus menjauhi tindakan korupsi yang membawa banyak
kerugian bagi maasyarakat luas maupun Negara. Maka dari itu, untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menjadi peserta Intermediate Training
(LK2 HMI Cabang Tegal), Penulis mengangkat Judul pada makalah ini
yaitu “ANALISIS MISSION HMI DALAM RANGKA
MENYIAPKAN KADER YANG ANTI KORUPSI”

2
Undang – undang Nomer 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang – undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3
Basic Traning HMI “Panduan untuk Kader Himpunan Mahasiswa Islam”.2016:Ciputat.
B. Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian karya ilmiah, rumusan masalah adalah salah
satu bagian yang memiliki peranan sangat penting, karena dapat
mempermudah Penulis dalam melakukan penelitian. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam karya
ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Korupsi membudaya di Indonesia?
2. Bagaimana Peran Mahasiswa dalam pergerakan anti Korupsi?
3. Bagaimana pandangan HMI dalam pergerakan anti Korupsi?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dengan adanya penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui alasan korupsi membudaya di Negara Indonesia.
2. Untuk memahami peran mahasiswa dalam pergerakan anti Korupsi.
3. Untuk memberikan pemahaman terhadap pandangan HMI dalam
pergerakan anti Korupsi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Korupsi dapat Membudaya di Indonesia


1. Apa itu Korupsi ?
Kata Korupsi dalam permasalahan korupsi yang termasuk dalam
World Bank dan UNDP adalah the abuse of Public office for private
gain. Dalam arti yang lebih luas, defines korupsi adalah penyalahguanaa
wewenang dan kekuasaan public untuk kepentingan pribadi ataupun
privat yang mengakibatkan kerugian Negara dan public dengan cara
yang bertentangan dengan ketentuan – ketentuan hokum yang berlaku.
Definisi ini merupakan consensus yang banyak diacu dan digunakan
oleh para Pakar di bidang antikorupsi. Walaupun demikian, dengan
adanya definisi ini belumlah sempurna, meskipun cukup membantu
untuk membatasi pembicaraan tentang korupsi. Tertdapat beberapa
kelemahan dalam definisi ini yang diantaranya bias yang cenderung
memojokkan sector public dan Pemerintah, serta definisi yang tidak
mencakup tindakan korupsi oleh privat walaupun sama – sama
merugikan public. Dalam korupsi terjadi jika tiga hal terpenuhi, yaitu :
1. Seseorang memiliki kekuasaan termasuk untuk menentukan
kebijakan public dan melakukan administrasi kebijakan tersebut.
2. Adanya niatan dan prilaku untuk memanfaatkan ekonomi yang yang
ada sebagai akibat kebijakan public tersebut.
3. System yang ada membuka peluang terjadinya pelanggaran oleh
pejabat public yang bersangkutan.
Apabila dari ketiga hal tersebut salah satuya tidak terpenuhi, maka
tindakan pejabat public tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai
tindakan korupsi. Secara umum, tindakan illegal seperti penggelapan
uang dan penyelundupan selama tidak melibatkan pejabat public,
menurut definisi diatas tidak dapat di kategorikan sebagai tindakan
korupsi. Padahal, secara umum tindakan tersebut dapat mengakibatkan
kerugian public dikarenakan mengurangi pendapatan Negara. Dalam
studi yang dilakukan oleh Lambsdroff disebutkan bahwa meyebutkan
bahwa proporsi budget pemerintah terhadap GDP suatu Negara
berkorelasi positif terhadap tindakan korupsi. Selain itu, dalam definisi
Internasional korupsi merupakan penyalahgunaan kepercayaan yang
diberikan orang lain, untuk kepentingan pribadi. Disisi lain, Indonesia
juga telah mengambil langkah maju dalam mendefinisikan tindakan
korupsi, saat jenis tindakan yang termasuk dalam kategori korupsi
diperluas, bahkan Undang – undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantas Tindak Pidana Korupsi mencamtumkan
daftar 29 perbuatan yang bisa dikategorikan sebagai tindak pidana
korupsi baik yang melibatkan ataupun tidak melibatkan pejabat public4.
2. Korupsi Membudaya Di Indonesia
Korupsi bukanlah budaya. Tetapi, korupsi dapat membiadab bila
Aspek social, aspek ekonomi atau juga aspek politik mengalami
kebuntuan birokrasi. Di Indonesia, korupsi telah menjadi kebiasaan
sejak zaman lampau. Korupsi menjadi tradisi dalam corak birokrasi
patrimonial, yang mengejewantahkan bentuknya dalam system
masyarakat feudal. Corak dan system ini tetap dipertahankan sebagai
bentuk kewajaran. Birokrasi patrimonial, menjadi sesuatu yang
membudaya sebagai kelaziman dalam masyarakat, dan memapankan
bentuknya dalam pemerintahan Negara ketika Indonesia telah
menyatakan dirinya sebagai Negara dan bangsa yang merdeka. Korupsi
sudah menjadi budaya dalam system tersebut, dimana kekuasaan dan
keutamaan, menjadi harga mati bagi kalangan ningrat dan golonganya.
Tradisi korupsi atau korupsi yang menjadi tradisi. Indonesia adalah
setitik ruang saja, dimana pengenjawentahan birokrasi patrimonial dan
korupsinya, telah dimapankan sebagai sesuatu yang sifatnya terberi. Ia
membudaya dalam masyarakat, justru karena masyarakat memandanga
sebagai hal yang wajar, apa – adanya, telah terjadi sejak dahulu, sesuatu

4
Kalla, M. Yusuf.Korupsi Mengorupsi Indonesia.Ebook
yang diwariskan, dan harus diterima secara legowo serta rendah hati.
Segala upaya yang dilakukan untuk membersihkan dan menghilangkan
perkara tersebut dari dalam masyarakat berarti membunuh kebudayaan
masyarakat yang merupakan warisan. Dengan begitu, timbulah
pertanyaan, apakah dengan serta – merta kebudayaan seperti itu niscaya
akan tetap bertahan tanpa ada upaya yang dilakukan untuk
membersiihkan dan menghilangkan kebuyaan tersebut? Birokrasi
patrimonial merupakan biang keladi bagi membudayanya korupsi,
memang merupakan sebuah sosok yang amat sulit untuk dihilangkan
atau bahkan untuk di ubah. Perencanaan yang matang dan kontinyu
harus dilakukan untuk dapat mengikir kebudayaan tersebut dalam
kalangan masyarakat. Serta – merta tidak akan ada upaya yang berhasil
mengatasi budaya korupsi dalam kurun waktu yang cepat. Hal utama
yang dilakukan untuk melakukan transformasi budaya pada masyarakat
yang masih mengagungkan kebudayaan yang dianut sejak lama.
Bagaimanapun kuat dan tegaknya corak kebudayaan lama yang telah
terbangun, dengan menngikis secara terus menerus dan penyebaran
secara luas dan terus menerus mengenai system dan corak kebudayaan
baru yang anti – korupsi pada masyarakat secara kontinyu, akan
menghasilkan dampak sedikit demi sedikit yang dapat dirasakan oleh
masyarakat.
Dengan melihat korupsi yang telah membudaya di Indonesia serasa
akan menbawa dampak pada system kehidupan jikalau kebudayaan
tersebut tidak segera untuk diubah dalam corak dan system kebudayaan
yang anti – korupsi. Karena korupsi tidak saja menggerumus struktur
kenegaraan secara perlahan. Tetapi juga mneghancurkan sendi – sendi
penting yang terdapat di dalam suatu Negara. Korupsi muncul dari
struktur birokrasi dan akan berimbas dengan menggerogoti struktur
birokrasi tempat korupsi tersebut berlangsung. Akibat palingnya akibat
terjadinya korupsi adalah akan hilangnya kesadaran rakyat banyak
tentang hak mereka sebagai warga Negara dan ketidakpeduliannya pada
system kenegaraan suatu bangsa dimana korupsi berlangsung. Rakyat
dalam struktur paling tradisional sekalipun, mengenali Negara dalam
posisi idealnya hendak mensejahterakan tiap individu yang berada
didalam Negara. Ketidakpedulian rakyat atas birokrasi, muncul
anggapan bahwa birokrasi dan system pemerintahan sekedar sebagai
penyongkong segala bentuk tindakan elite kelas atas dan kelas tertentu
dan melupaka sebagaimana mesti fungsinya dalam mensejahterakan dan
memakmurkan warganya. Selain itu, perilaku korupsi betapapun
kecilnya akan menghambat laju pembangunan di Indonesia. Tindakan
korupsi secara nyata akan berdampak langsung rakyat banyak yang
lemah, yang tidak memiliki kekuasan politik, yang tidak memiliki hak
demokrasi Pancasila, yang tidak memiliki suara dan protesnya.
Transformasi dari budaya lama dengan korupsi kepada budaya baru
yang anti korupsi tak hanya membutuhkan peran dari masyarakat untuk
menerimanya, dari pihak pemerintah pun dengan seharusnya memiliki
kommitmen yang kuat untuk mengubah budaya lama menjadi budaya
baru dengan anti korupsinya sekaligus mengupayakan dalam
pemberantasan korupsi. Hal ini mendapat pengaruh dalam
pemberantasan korupsi yang tengah membudaya di kalangan
masyarakat dengann dilancark oleh komitmen pemerintah. Selain itu
juga, hal ini tak lain masyarakat sudah matang dan menerima secara
rasional untuk meninggalkan budaya lama yang menganggap korupsi
sebagal hal wajar guna terjalannya pemberantasan korupsi baik
dikalangan pemerintah maupun dikalangan masyarakat5

B. Peran Mahasiswa dalam Pergerakan Anti Korupsi


1. Gerakan Mahasiswa AntiKorupsi
Korupsi di Indonesia sudah berlangsung sejak lama. Berbagai
upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak tahun – tahun
setelah kemerdekaan. Berbagai peraturan perundang – undangan tentang
pemberantasan korupsi sudah dibuat. Demikian juga berbagai institusi
pemberantasan korupsi silih berganti didirikan, mulai dari tim
pemberantasan korupsi pada tahun 1967 sampai pendirian KPK padan
tahun 2003. Namu demikian, harus diakui bahwa upaya pemberantasan
korupsi yang dilakukan selama ini belumlah berjalan secara maksimal,

5
Semma,Mansyur.Negara dan Korupsi:Pemikiran Mochtar Lubis atas Negara, Manusia Indonesia dan Perilaku
Politik:Ebook
hal ini dapat dilihat masih rendahnya angka Indeks Persiapan Korupsi
(IPK) di Indonesia. Berdasarkan Undang – undang Nomor 30 Tahun
2002, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dirumuskan sebagai
serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana
korupsi melalui upaya koordinasi, supervise, monitor, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan dengan
peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang – undangan
yang berlaku. Pada rumusan undang – undang tersebut menyiratkan
bahwa upaya pemberantasan korupsi tidak akan pernah berhasil tanpa
adanya peran serta dengan melibatkan masyarakat. Dengan demikian
dalam strategi pemberantasan korupsi terdapat 3 (Tiga) unsure utama
yaitu pencegahan, penindakan dan peran serta masyarakat.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pemberantasan korupsi
adalah dengan sadar melakukan suatu Gerakan Antikorupsi di kalangan
masyarakat. Gerakan ini merupakan upaya bersama dengan tujuan untuk
menumbuhkan upaya Budaya Antikorupsi dikalangan masyarakat.
Gerakan Antikorupsi adalah suratu gerakan jangka panjang yang harus
melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, baik dari
pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah peran
mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat sangat
diharapkan. Gerakan Antikorupsi pada dasarnya adalah upaya bersama
seluruh pihak bangsa untuk mencegah munculnya prilaku koruptif.
Dengan kata lain, Gerakan Antikorupsi adalah suatu gerakan dengan
tujuan untuk memberikan perbaikan tiap individu (manusia) dan system
mencegah terjadinya perilaku koruptif. Diyakini bahwa upaya perbaikan
system (system hokum dan kelembagaan serta norma) dan perbaikan
perilaku manusia (moral dan kesejahteraan) dapat menghilangkan, atau
setidaknya memperkecil peluang bagi berkembangnya korupsi di negera
ini. Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan
menanamkan nilai – nilai yang mendukung terciptanya perilaku
antikorupsi. Nilai – nilai yang dimaksud diantaranya adalah kejujuran,
kepedulian, tanggungjawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian dan
keadilan. Penanaman nilai – nilai ini kepada masyarakat dilakukan
dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan kebutuhan. Penanaman
nilai – nilai juga penting dilakukan Mahasiswa yang dapat diberikan
melalui dengan adanya sosialisasi, seminar, kampanye atau bentuk –
bentuk kegiatan dalam organisasi lainnya dikalangan Mahasiswa. Selain
itu, hal ini dapat diberikan dalam bentuk perkuliahan baik dijadikan
sebagai matakuliah wajib maupun sebagai matakuliah pilihan.
Pergerakan ini sangat penting untuk dapat menyetuh kedalam dunia
Mahasiswa dikarenakan agar para mahasiswa dapat lebih memahami
upaya memerangi tindak pidana korupsi. Dalam sejarah perjalanan
bangsa Indonesia tercatat mahasiswa memiliki peranan yang begitu
penting, dimana mahasiswa tampil sebagai motor penggerak dengan
berbagai gagasan, semangat dan idealism yang mereka miliki. Peran
penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
yang mereke miliki, yaitu intelektualitas, jiwa muda dan idealism.
Dengan kemampuan intelektualitas yang tinggi, jiwa muda yang penuh
dengan semangat, dan idealisme yang murni telah terbukti bahwa
mahasiwa selalu mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan
bangsa ini. Selain itu , telah terbukti bahwa mahasiswa berperan sangat
penting sebagai menjadi agen perubahan (agent of change).
Dalam konteks gerakan antikorupsi diharapkan mahasiswa dapat
tambil didepan menjadi motor penggerak, dengan mereke yang di
didukung oleh kompentensi dasar yang mereka miliki seperti
intelegensia, kemampuan berfikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran didepan khalayak umum. Dengan kompetensi
yang mereka miliki diharapkan mampu menjadi agen perubahan,
mampu menyatakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan –
kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga –
lembaga Negara dan penegak hokum.
2. Mahasiswa dan AntiKorupsi
Sejak dulu gerakan mahasiswa berberan penting dalam menentukan
perjalanan bangsa Indonesia karena diyakini bahwa sosok Mahasiswa
adalah mereka yang masih berjiwa bersih karena idealisme, semangat
muda, dan intelektual yang tinggi. Dalam rangka pemberantasan korupsi
sangat di harapkan keterlibatan mahasiswa yang sifatnya tidak ada upaya
penindakan yang merupakan kewenangan dari penegak hokum, tetapi
mahasiswa berperan aktif dalam upaya pencegahan. Dengan peran
mahasiswa yang lebih difokuskan padan upaya pencegahan korupsi dengan
ikut serta membangun budaya antikorupsi dimasyarakat. Mahasiswa
diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerak
gerakan antikorupsi dikalangan masyarakat. Dengan adanya pengharapan
pada mahasiswa untuk berperan sebagai agen perubahan dan motor
penggerak bagi gerakan antikorupsi, maka diperlukannya pemahaman nilai
– nilai dan norma – norma antikorupsi dalam kehidupan sehari – hari para
mahasiswa. Bentuk pemberian pemahaman mengenai nilai-nilai dan norma-
norma dapat dilakukan melalui dengan adanya sosialisasi, kampanye,
seminar – seminar antikorupsi, selain upaya tersebut dalam dilakukan
dengan menjadikan pemhaman nilai dan norma antikorupsi sebagai
matakuliah wajib ataupun matakuliah pilihan. Disisi lain, mahasiswa
sebagai generasi penerus sudah seharusnya dipersiapkan sebagai pemimpin
bangsa. Untuk itulah di perlukannya kesadaran dan karakteristik pemimpin
yang antikorupsi dimana harus dibangun sejak dini melalui pemahaman dan
pembentukan budaya antikorupsi dengan larangan tegas untuk generasi
penerus atau generasi muda untuk menjauhi tindakan – tindakan korupsi.
Karena, pejabat yang kini bergelimangan harta hasil dari korupsi bias jadi
dulunya adalah sosok mahasiswa yang berteriak lantang tentang integritas
dan keadilan.
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi pada dasarnya
dapat dibedakan menjadi empat wilayah yaitu : dilingkungan keluarga,
dilingkungan kampus, dilingkungan masyarakat sekitar, dan tingkat local
ataupun Nasional. Lingkungan keluarga dipercaya dapat menjadi tolak ukur
yang pertama dan utama bagi mahasiswa untuk menguji apakah proses
pemahaman antikorupsi didalam diri mereka sudah terjadi. Mahasiswa
dalam gerakan antikorupsi dilingkungan kampus tidak bias dilepaskan
dengan status mahasiswanya sebagai peserta didik yang mempunyai
kewajiban ikut serta menjalankan visi dan misi kampus. Sedangkan
mahasiswa dalam gerakan antikorupsi ditingkat local ataupun nasional
terkait dengan status mahasiswanya sebagai warga Negara yang memilik
hak dan kewajiaban yang sama dengan masyarakat pada umumnya 6.

C. Pandangan HMI dalam Pergerakan Antikorupsi


Beranjak dari sautan Saut Situmorang yang merupakan wakil ketua
KPK mengatakan semua mahasiswa baik, tetapi setelah menduduki
jabatan menjadi koruptor seperti HMI. Pernyataan Saut Sitomorang
menyakiti mahasiswa HMI seluruh Indonesia dan melakukan dua kali
demonstrasi di gedung KPK dan menuntu Saut Situmorang untuk
diberhentikan dari jabatannya sebagai wakil ketua KPK dan meminta maaf
atas ucapannya. Tuntutan HMI dipenuhi oleh Saut Situmorang dengan
sudah diajukan permohonan maaf atas ucapannya yang menyatakan bahwa
pernyataanya tidak ada kesengajaan untuk menyakiti jajaran HMI tetapi
walaupun tuntutan HMI sudah dipenuhi oleh Saut Situmorang HMI tetap
melaporkan Saut Situmorang kepada kepolisian7.
Beranjak dari tulisan diatas, HMI sebagai salah satu organisasi
ekstra kampus, merupakan organisasi yang cukup tua yaitu berdiri pada 5
Februari 1947. Sebagai organisasi perjuangan, HMI muncul diarea public
untuk pertama kalinya pada saat ideology komunisme dan sekulerisme
warisan kaum penjajah mulai menduduk-letakkan alumni – alumni HMI
dan HMI secara proporsional sebagai organisasi kemahasiswaan ekstra
kampus yang tidak mempunyai hubungan structural dengan partai politik
manapun ataupun ormas sayap partai apapun. Mengambil contoh dari
kasus yang menimpa Pak Anas, dengan melihat dari pandangan HMI
terhadap pergerakan antikorupsi.
Tidak salah jika kasus yang menimpa anas dan pengurus –
pengurus partai Demokrat lainnya menjadi pemicu turunnya elektabilitas
Partai Demokrat dengan menyusul hasil survey Taylor Nelson Sofrens
(TNS) yang menunjukan penurunan elektabilitas Partai Demokrat secara
signifikan dengan mencapai 8 persen jauh dari Golkar, disamping itu juga
menurunkan elektabilitas HMI dimata Publik. Pasalnya, dalam setiap
pemberitaan terkait dengan anas, selalu di kait – kaitkan dengan kalimat

6
Nugraheni, Hermien ,dkk. Mahasiswa Pelopor Gerakan Antikorupsi.Ebook
7
Siahaan, Monang. Ada Apa dengan DPR RI / DPRD?.Ebook
mantan Ketua Umum PB HMI. Public yang membaca, menonton dan
mendengar pemberitaan anas selalu memberikan penilaian yang tidak
matang nan buruk terhadap HMI. Seolah – olah HMI lah yang korup, HMI
lah yang menjadi sarang koruptor dan berbagai penilaian negative lainnya
yang tidak mendasar.
Padahal antara anas dan HMI jelaslah berbeda. Anas merupakan
salah satu mantan aktivis mahasiswa yang pernah berkesempatan nyantri
di HMI, sedangkan HMI sendiri merupakan institusi perkaderan sebagai
wadah berjuang bagi para mahasiswa Muslim. Keduanya tidak mempunyai
hubungan structural, yang ada ialah tidak lebih dari hubungan emosional
adik – kakak dan senior – junior di HMI. Jadi sangatlah jelas hubungannya
hanya sebatas hubungan emosional. Untuk melihat dari konteks korupsi
dengan jelas HMI tidak mengajarkan itu dan tidak berharap ada kader
HMI dan alumni – alumni HMI yang berbuat korup8. Mengacu pada
tujuan HMI dalam mencetak kader HMI sudahlah sangat jelas dimana
seorang kader HMI mempunyai intelektulitas yang tinggi dengan
intelektual yang dimiliki maka tujuan HMI selanjutnya adalah pengabdi,
mengabdi untuk masyarakat demi terwujudnya masyarakat yang adil,
makmur, sejahtera dan nyaman di dalam Negaranya. Dengan dilanjutkan
bernafaskan Islam yang dengan mengharapkan Ridho Allah SWT, maka
HMI mengajarkan kadernya untuk beragama dan takut terhadap
penciptanya yaitu Allah SWT serta mengaharpkan Ridho hanya kepada –
Nya. Maka Padangan dari HMI terhadap pergerakan Antikorupsi dengan
mengacu tujuan HMI dengan menerapkan kejujuran, bertanggungjawab,
berjuang dan kerja keras, berani menyatakan kebenaran serta memberikan
kenyamanan dan keadilan pada masyarakat Indonesia.

8
Sali, Darsono Yusin. Meneguhkan Keislaman dan Keindonesiaan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kata Korupsi dalam permasalahan korupsi yang termasuk dalam World
Bank dan UNDP adalah the abuse of Public office for private gain. Dalam arti
yang lebih luas, defines korupsi adalah penyalahguanaa wewenang dan kekuasaan
public untuk kepentingan pribadi ataupun privat yang mengakibatkan kerugian
Negara dan public dengan cara yang bertentangan dengan ketentuan – ketentuan
hokum yang berlaku. Definisi ini merupakan consensus yang banyak diacu dan
digunakan oleh para Pakar di bidang antikorupsi. Walaupun demikian, dengan
adanya definisi ini belumlah sempurna, meskipun cukup membantu untuk
membatasi pembicaraan tentang korupsi. Tertdapat beberapa kelemahan dalam
definisi ini yang diantaranya bias yang cenderung memojokkan sector public dan
Pemerintah, serta definisi yang tidak mencakup tindakan korupsi oleh privat
walaupun sama – sama merugikan public. Dalam korupsi terjadi jika tiga hal
terpenuhi, yaitu :
a. Seseorang memiliki kekuasaan termasuk untuk menentukan
kebijakan public dan melakukan administrasi kebijakan tersebut.
b. Adanya niatan dan prilaku untuk memanfaatkan ekonomi yang
yang ada sebagai akibat kebijakan public tersebut.
c. System yang ada membuka peluang terjadinya pelanggaran oleh
pejabat public yang bersangkutan.
2. Penanaman nilai – nilai juga penting dilakukan Mahasiswa yang dapat
diberikan melalui dengan adanya sosialisasi, seminar, kampanye atau bentuk –
bentuk kegiatan dalam organisasi lainnya dikalangan Mahasiswa. Selain itu, hal ini
dapat diberikan dalam bentuk perkuliahan baik dijadikan sebagai matakuliah wajib
maupun sebagai matakuliah pilihan. Pergerakan ini sangat penting untuk dapat
menyetuh kedalam dunia Mahasiswa dikarenakan agar para mahasiswa dapat lebih
memahami upaya memerangi tindak pidana korupsi. Dalam sejarah perjalanan
bangsa Indonesia tercatat mahasiswa memiliki peranan yang begitu penting,
dimana mahasiswa tampil sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan,
semangat dan idealism yang mereka miliki. Peran penting mahasiswa tersebut tidak
dapat dilepaskan dari karakteristik yang mereke miliki, yaitu intelektualitas, jiwa
muda dan idealism. Dengan kemampuan intelektualitas yang tinggi, jiwa muda
yang penuh dengan semangat, dan idealisme yang murni telah terbukti bahwa
mahasiwa selalu mengambil peran penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini.
Selain itu , telah terbukti bahwa mahasiswa berperan sangat penting sebagai
menjadi agen perubahan (agent of change).
Dalam konteks gerakan antikorupsi diharapkan mahasiswa dapat tambil didepan
menjadi motor penggerak, dengan mereke yang di didukung oleh kompentensi
dasar yang mereka miliki seperti intelegensia, kemampuan berfikir kritis, dan
keberanian untuk menyatakan kebenaran didepan khalayak umum. Dengan
kompetensi yang mereka miliki diharapkan mampu menjadi agen perubahan,
mampu menyatakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi kebijakan – kebijakan
yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog lembaga – lembaga Negara dan
penegak hokum.
3. Mengacu pada tujuan HMI dalam mencetak kader HMI sudahlah sangat
jelas dimana seorang kader HMI mempunyai intelektulitas yang tinggi dengan
intelektual yang dimiliki maka tujuan HMI selanjutnya adalah pengabdi, mengabdi
untuk masyarakat demi terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dan
nyaman di dalam Negaranya. Dengan dilanjutkan bernafaskan Islam yang dengan
mengharapkan Ridho Allah SWT, maka HMI mengajarkan kadernya untuk
beragama dan takut terhadap penciptanya yaitu Allah SWT serta mengaharpkan
Ridho hanya kepada – Nya. Maka Padangan dari HMI terhadap pergerakan
Antikorupsi dengan mengacu tujuan HMI dengan menerapkan kejujuran,
bertanggungjawab, berjuang dan kerja keras, berani menyatakan kebenaran serta
memberikan kenyamanan dan keadilan pada masyarakat Indonesia.

B. Saran
1. Diharapkan HMI untuk tetap Mengacu pada tujuan HMI dalam mencetak
kader HMI sudahlah sangat jelas dimana seorang kader HMI mempunyai
intelektulitas yang tinggi dengan intelektual yang dimiliki maka tujuan HMI
selanjutnya adalah pengabdi, mengabdi untuk masyarakat demi terwujudnya
masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dan nyaman di dalam Negaranya. Dengan
dilanjutkan bernafaskan Islam yang dengan mengharapkan Ridho Allah SWT,
maka HMI mengajarkan kadernya untuk beragama dan takut terhadap penciptanya
yaitu Allah SWT serta mengaharpkan Ridho hanya kepada – Nya. Maka Padangan
dari HMI terhadap pergerakan Antikorupsi dengan mengacu tujuan HMI dengan
menerapkan kejujuran, bertanggungjawab, berjuang dan kerja keras, berani
menyatakan kebenaran serta memberikan kenyamanan dan keadilan pada
masyarakat Indonesia.
2. Diharapkan kepada pemerintah, swasta dan masyarakat serta mahasiswa
saling berkontribusi dan saling berkomitmen untuk memberantas korupsi dalam
segala hal dan segala bidang sehingga dapat terwujudnya pembangunan dan
perkembangan bagi Negara Indonesia serta dapat meberikan kesejahteraan bagi
rakyat Indonesia dalam berkehidupan

Anda mungkin juga menyukai