Anda di halaman 1dari 22

TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN

NASABAH PENYIMPAN TABUNGAN DEPOSITO AKIBAT


PENYALAHGUNAAN WEWENANG KARYAWAN
(STUDI PUTUSAN PN SLAWI NOMOR 179/PID.SUS/2014/PN SLW)

JURNAL HUKUM

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna

menyelesaikan program Sarjana (S1) Ilmu Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Oleh :

BAHTIAR JUNIARTO PRASTYADI

NIM 11010115120110

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
HALAMAN PENGESAHAN

i
TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP KERUGIAN NASABAH
PENYIMPAN TABUNGAN DEPOSITO AKIBAT PENYALAHGUNAAN
WEWENANG KARYAWAN
(STUDI PUTUSAN PN SLAWI NOMOR 179/PID.SUS/2014/PN SLW)

Bahtiar Juniarto Prastyadi, Siti Mahmudah, Agus Sarono,

Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro

E-mail : bahtiarjp75@gmail.com

ABSTRAK

Direksi sebagai pemegang kuasa dan wewenang untuk menjalankan kegiatan


sehari-hari perusahaan secara penuh mempunyai hak untuk mengangkat karyawan
perusahaan. Oleh karena itu tugas dan tanggung jawab direksi dan karyawan di
tanggung secara pribadi terhadap kesalahan yang dilakukannya. Pada Perseroan
Terbatas perbankan yang menimpa PT. BPR Mega Artha Mustika Balamoa
adalah karyawan bank yang menyalahgunakan wewenangnya dalam menjalankan
tugasnya sehingga nasabah mengalami kerugian.
Permasalahan yang di identifikasi Penulis adalah untuk mengetahui bagaimana
hubungan hukum direksi dengan karyawan bank berdasarkan Peraturan
Perundang – undangan di Indonesia dan untuk mengetahui bagaimana tanggung
jawab direksi terhadap kerugian nasabah akibat penyalahgunaan wewenang yang
dilakukan oleh karyawan bank.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hubungan hukum antara direksi
dengan karyawan menurut Undang – undang PT terdapat dalam Pasal 1 ayat (5),
Pasal 92, Pasal 96 ayat (1), Pasal 98 ayat (1) dan Pasal 103. Menurut KUH
Perdata terdapat dalam Pasal 1366 dan 1367 KUH Perdata. Menurut Undang –
undang Ketenagakerjaan terdapat dalam Pasal 1 ayat (5). Tanggung jawab direksi
terhadap kerugian nasabah penyimpan deposito akibat penyalahgunaan wewenang
karyawan pada prinsipnya bisa menjadi tanggung jawab secara pribadi atau bisa
tidak menjadi tanggung jawab pribadi sebagaimana diatur dalam Pasal 97 ayat (5)
dan Pasal 103 Undang – undang PT, Pasal 1366 dan 1367 KUH Perdata serta
Pasal 1 ayat (5) Undang – undang Ketenagakerjaan.

Kata Kunci : Bank Perkreditan Rakyat, Perseroan Terbatas, Direksi, Karyawan

ii
ABSTRACT

Directors as the holder of authority and authority to carry out the day-to-day
activities of the company in full has the right to appoint company employees.
Therefore, the duties and responsibilities of directors and employees are
personally responsible for the mistakes made. In the Limited Liability Company
banking that befalls PT. BPR Mega Artha Mustika Balamoa is a bank employee
who misused his authority in carrying out his duties so that customers suffered
losses.
The problem identified by the author is to find out how the legal relationship
between directors and bank employees is based on Indonesian laws and
regulations and to find out how directors are responsible for customer losses due
to abuse of authority by bank employees.
Based on the results of the study it was found that the legal relationship between
directors and employees according to the Law of the PT contained in Article 1
paragraph (5), Article 92, Article 96 paragraph (1), Article 98 paragraph (1) and
Article 103. According to the Civil Code contained in Article 1366 and 1367 Civil
Code. According to the Manpower Act, it is contained in Article 1 paragraph (5).
The responsibility of the board of directors for the loss of depositing customers
due to abuse of employee authority can in principle be a personal responsibility
or may not be a personal responsibility as stipulated in Article 97 paragraph (5)
and Article 103 of the PT Law, Article 1366 and 1367 of the Civil Code and
Article 1 paragraph (5) of the Manpower Act.

Keywords: Rural Credit Banks, Limited Liability Companies, Directors, Employees

iii
I. PENDAHULUAN pembangunan bidang –
Memajukan bidang lainnya yang
kesejahteraan bagi seluruh dilaksanakan selaras, serasi
rakyat Indonesia sebagaimana dan seimbang guna
di amanatkan di dalam keberhasilan pembangunan di
Pembukaan Undang – bidang ekonomi dalam
Undang Dasar 1945 yang rangka mencapai tujuan dan
selanjutnya dirinci dan diatur sasaran pembangunan
dalam ketentuan Pasal 33 nasional. Salah satu
merupakan tugas komponen pembangunan
konstitusional bagi nasional di bidang ekonomi
penyelenggara Negara yang merupakkan lembaga
harus di dukung oleh seluruh keuangan perbankan.
komponen bangsa.1 Titik Menurut Undang –
berat pembangunan di letakan undang Nomor 10 Tahun
pada bidang ekonomi yang 1998 tentang Perubahan atas
merupakan penggerak utama Undang – undang Nomor 7
pembangunan seiring dengan Tahun 1992 tentang
kualitas sumber daya manusia Perbankan diatur dalam Pasal
dan didorong secara saling 1 ayat (2) menyebutkan
memperkuat, saling terkait bahwa “Bank adalah Badan
dan terpadu dengan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam
1 Undang – Undang Dasar Negara bentuk simpanan dan
Kesatuan Republik Indonesia Tahun
1945 Pasal 33 menyalurkan kepada

iv
masyarakat dalam bentuk Bank umum ataupun BPR
kredit dalam bentuk kredit adalah deposito.4
dana atau bentuk lainnya Menurut Undang –
dalam rangka meningkatkan undang Nomor 10 Tahun
taraf hidup rakyat banyak”.2 1998 tentang Perbankan
Dalam menjalankan kegiatan diatur dalam Pasal 21 baik
usahanya, Bank dibagi Bank Umum maupun BPR
menjadi 2 (dua) jenis yaitu dapat berbentuk badan
Bank Umum dan Bank hukum Perseroan Terbatas.
Perkreditan Rakyar (BPR) Sehingga memerlukan organ
sebagaimana diatur dalam perseroaan untuk
Pasal 5 ayat (1). Dari 2 (dua) menjalankan kegiatannya.
jenis bank tersebut, terdapat Dalam pengurusan perseroan
perbedaan dan persamaan. dilakukan oleh Direksi,
Perbedaan itu adalah terletak sehingga direksi sebagai
pada pada bank umum yang pemegang kuasa dari
memberikan jasa dalam lalu perseroan memiliki
lintas pembayaran sedangkan wewenang untuk
BPR tidak, sedangkan menjalankan kepengurusan
persamaannya adalah perseroan serta berhak
memberikan jasa dalam mewakili perseroan baik di
penghimpunan dana dan luar maupun di dalam
memberikan jasa dalam pengadilan. Sebagai
penyaluran dana kepada pemegang kuasa, direksi
masyarakat.3 Salah satu berwenang untuk mengangkat
produk yang ditawarkan oleh karyawan perseroan untuk
membantu menjalan kegiatan
2 Pasal 1 ayat (2) Undang – undang
Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
perubahan atas Undang – Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan 4 Try, Widiyono, Aspek Hukum
3http://digilib.unila.ac.id/6142/111/BAB Operasional Transaksi Produk
%20II.pdf (di akses pada tanggal 22 Perbankan Di Indonesia, (Bogor: Ghalia
Januari 2019 Pukul 01.55 WIB). Indonesia, 2006), Hlm: 187.

v
usaha perseroan.5 Sehingga Bank berdasarkan Peraturan
baik direksi maupun Perundang – undangan di
karyawan dalam menjalankan Indonesia?
tugas maupun wewenangnya 2. Bagaimana tanggung jawab
memiliki tanggung jawab Direksi terhadap kerugian
yang akan diterimanya. nasabah akibat penyalahgunaan
Sehingga dalam praktek wewenang yang di lakukan oleh
sebagaima pada Putusan PN Karyawan pada PT BPR Mega
Slawi Nomor Artha Mustika Balamoa
179/Pid.Sus/2014/PN Slw), sebagaimana dalam Putusan PN
dalam putusan tersebut di Slawi Nomor 179/Pid.Sus/2014/
jelaskan bahwa terdapat PN Slw?
karyawan PT BPR Mega
Artha Mustika Balamo yang II. METODE
melakukan penyalahgunaan Metode pendekatan
wewenang dengan melakukan yang digunakan dalam
pemalsuan bilyer deposito penelitian ini adalah metode
yang mengakibatkan nasabah penelitian yuridis normatif.
menderita kerugian dan tidak Penelitian ini di fokuskan
mendapatkan haknya yang untuk mengkaji penerapan
berupa ganti kerugian atas yang mengacu pada norma
simpanan depositonya. hukum yang terdapat dalam
Berdasarkan uraian Peraturan Perundang –
latar belakang di atas, maka undangan dan Putusan
rumusan masalah yang dapat Pengadilan serta norma –
disusun terdiri dari: norma yang hidup dan
1. Bagaimana Hubungan Hukum berkembang dalam
antara Direksi dengan Karyawan masyarakat, konsepsi legis
5https://www.hukumonline.com/klinik/ positivis.6 Dengan tujuan
detail/lt4ee1cdcb3b9fc/status-direksi-
perusahaan--pengusaha-atau-pekerja- 6 Zainuddin, Ali, Metode Penelitian
revisi (di akses pada tanggal 31 Januari Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2019 pada Pukul 13.09 WIB). 2009), Hlm: 105.

vi
untuk mempelajari norma – pengumpulan data yang
norma atau kaidah – kaidah dilakukan dengan Penelitian
hukum dengan mengalisa Kepustakaan (Library
kasus dari suatu putusan Research) atau studi
pengadilan, yang tertuang kepustakaan yaitu suatu cara
dalam putusan pengadilan pengumpulan data yang
dengan melihat teori serta diperoleh melalui penelitian
kaidah mengenai tanggung kepustakaan yang bersumber
jawab Direksi terhadap dari peraturan perundang –
kerugian nasabah penyimpan undangan, buku – buku,
tabungan deposito akibat dokumen resmi, publikasi,
penyalahgunaan wewenang dan hasil penelitian.8 Dalam
dari karyawan bank. penelitian ini menggunakan
Spesifikasi Penelitian data sekunder, yaitu bahan
Dalam penelitian pustaka yang mencakup
yuridis normatif dilakukan dokumen – dokumen resmi,
analisis secara deskriptif buku – buku perpustakaan,
analitis, yang peraturan perundang –
mengungkapkan peraturan undangan, karya ilmiah,
perundang – undangan yang artikel – artikel serta
berkaitan dengan teori – teori dokumen yang berkaitan
hukum yang menjadi objek dengan materi penelitian.9
penelitian serta dalam Dari bahan hukum sekunder
pelaksanaannya di dalam tersebut terdiri dari bahan
masyarakat yang berkenaan hukum primer:10
objek penelitian.7
Metode Pengumpulan 8 Zainuddin, Ali, Ibid, Hlm: 107.
9 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
Data
Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Penelitian ini Tinjauan Singkat, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2011), Hlm: 12.
menggunakan metode 10 Soerjono, Soekanto, Pengantar
Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press,
7 Zainuddin, Ali, ibid, Hlm: 106. 1981), Hlm: 10.

vii
a. Undang – Undang Dasar NKRI penelitian disiplin ilmu
1945. lainnya sepanjang
b. Kitab Undang – Undang Hukum mempunyai relevansi dengan
Perdata. objek permasalahan yang
c. Undang-Undang Nomor 7 diteliti.12
Tahun 1992 tentang Perbankan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
d. Undang-Undang Nomor 10
A. Hubungan Hukum Antara
Tahun 1998 tentang Perubahan
Direksi Dengan Karyawan PT
atas Undang – Undang Nomor 7
BPR Mega Artha Mustika
Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Balamoa Berdasarkan
e. Undang-Undang Nomor 40
Peraturan Perundang –
Tahun 2007 tentang Perseroan
Undangan Di Indonesia
Terbatas.
1. Tinjauan Tentang PT BPR
f. Undang – Undang Nomor 13
Mega Artha Mustika
Tahun 2003 tentang
Berdasarkan Peraturan
Ketenagakerjaan.
Perundang – Undangan Di
Bahan hukum sekunder terdiri dari:11
Indonesia
a. Buku – buku teks yang
membicarakan suatu dan / atau Berdasarkan Pasal 1
beberapa permasalahan hukum, ayat (1) Undang – undang
termasuk skripsi, tesis, dan Nomor 10 Tahun 1998
disertasi hukum. tentang Perbankan
b. Kamus – kamus hukum. menyebutkan bahwa
c. Jurnal – jurnal hukum; dan “Perbankan adalah segala
d. Komentar – komentar atas sesuatu yang menyangkut
putusan hakim. tentang bank, mencakup
tentang kelembagaan,
Bahan Non Hukum
kegiatan usaha, serta cara
dapat berupa buku – buku,
dan proses dalam
jurnal, laporan hasil
melaksanakan kegiatan

11 Zainuddin, Ali, Op.cit, Hlm: 54. 12 Ibid, Hlm: 57.

viii
usahanya”. Berdasarkan a. Perseroan Terbatas (PT).
pengertian bank itu sendiri b. Koperasi, atau
diatur dalam Pasal 1 ayat (2) c. Perseroan Daerah (PD)
menyebutkan bahwa “Bank Sedangkan untuk Bank
adalah badan usaha yang Perkreditan Rakyat (BPR)
menghimpun dana dari dijelaskan dalam ayat (2),
masyarakat dalam bentuk bentuk badan hukumnya
simpanan dan menyalurkan dapat berupa:
kepada masyarakat dalam a. Perusahaan Daerah (PD).
bentuk kredit dan atau bentuk b. Koperasi.
– bentuk lainnya dalam c. Perseroan Terbatas (PT), atau
rangka meningkatkan hidup d. Bentuk lain yang ditetapkan
rakyat banyak”.13 dengan Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan dari pengertian Sebagaimana dalam
yang di maksud dari penjelasan di atas bahwa BPR
penjelasan di atas, bank Mega Artha Mustika
haruslah di dirikan dalam Balamoa dapat berdiri dengan
bentuk badan usaha yang bentuk badan hukum
berbentuk badan hukum atau Perseroan Terbatas dan
tidak boleh berbentuk usaha merupakan bank yang
perorangan atau usaha berbentuk badan hukum
perindividu. Berdasarkan hukum Perseroan Terbatas.
Pasal 21 Undang – undang Hal itu dibuktikan
Nomor 10 Tahun 1998 berdasarkan syarat – syarat
tentang Perbankan dalam ayat pendirian Perseroan Terbatas
(1) menjelaskan bahwa dengan adanya Akta
bentuk hukum Bank Umum Pendirian Nomor (Anggaran
dapat berupa:14 Dasar) Nomor: 74 (tujuh
puluh empat) dibuat oleh
13 Gunarto, Suhardi, Usaha Perbankan
dalam Perspektif Hukum, (Yogyakarta: Notaris Fransiscus Xaverius
Kanisius, 2003), Hlm: 17. Budi Santoso Isbandi di
14 Zainal, Asikin, Op.cit, Hlm: 47.

ix
Jakarta, dengan mendapatkan berbunyi “Perseroan
pengesahaan dari Menteri Terbatas, yang selanjutnya
Hukum dan Perundang – disebut Perseroan, adalah
undangan atau yang sekarang badan hukum yang
sebagai Kementerian Hukum merupakan persekutuan
dan HAM, dengan Surat modal, didirikan
Keputusan Nomor: C-2867 berdasarkan perjanjian,
HT.01.01.TH.2000 tanggal melakukan kegiatan usahan
17 Februari 2000 serta telah dengan modal dasar yang
dilakukan pengumuman seluruhnya terbagi dalam
dalam Tambahan Berita saham dan memenuhi
Negara Republik Indonesia persyaratan yang ditetapkan
Tanggal 20/10 – 2000 dalam Undang – Undang ini
Nomor: 84. BPR Mega Artha serta peraturan
Mustika berkantor pusat di pelaksananya”. Perseroan
Jalan Raya Barat Nomor 39 terbatas adalah badan hukum
Balamoa, Kecamatan yang merupakan “artificial
Pangkah, Kabupaten Tegal. person”. Arti dari “artificial”
Mengingat dari status itu sendiri merupakan subjek
dari BPR Mega Artha hukum yang sengaja
Mustika Balamoa adalah diciptakan oleh hukum untuk
sebagai Bank dengan membentuk kegiatan
berbentuk badan hukum perekonomian, yang
Perseroan Terbatas, maka dipersamakan dengan invidu
perlu untuk mengetahui manusia, orang perorangan.15
tentang Perseroan Terbatas. istilah person mencakup
Sebagaimana yang di atur makhluk pribadi, yakni
dalam Pasal 1 ayat (1) manusia dan badan hukum
Undang – undang Nomor 40 adalah subyek hukum,
Tahun 2007 tentang 15 Muhammad Said Is, Hukum
Perseroan Terbatas yang Perusahaan di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2016), Hlm: 102.

x
sehingga keduannya tersebut maka dibentuklah
merupakan subyek hukum organ perseroan.17 Organ
yang merupakan penyandang perseroan yang harus ada di
hak dan kewajiban hukum.16 dalam Perseroan Terbatas
Manusia sebagai subyek diantaranya adalah (RUPS),
hukum dapat bertindak dan Komisaris dan Direksi. Selain
mengurus hak, kewajiban dan organ RUPS dan Komisaris
kepentingannya secara yang mempunyai peranan
sendiri. Hal tersebut berbeda penting di dalam perseroan
dengan perseroan terbatas terbatas, organ Direksi juga
sebagai subyek hukum yang mempunyai peranan di dalam
tidak bisa melakukan hak, perseroan terbatas, yang
kewajiban, dan mana direksi merupakan
kepentingannya secara organ perseroan yang
sendiri. Oleh karena itu, mengurus dan menjalankan
perseroan terbatas perseroan sesuai dengan
memerlukan orang atau pihak kepentingan dan tujuan suatu
lain yang dapat mengurus perseroan terbatas.
kepentingan – kepentingan Sebagaimana dalam
perseroan yang disebut penjelasan diatas, PT BPR
dengan organ – organ Mega Artha Mustika
perseroan terbatas. Organ – Balamoa memiliki Direktur
organ perseroan itulah yang Utama yang dipimpin oleh
akan melaksanakan Agus Yuli Raharso dan Dyah
kepentingan sehari – hari Kusumaningrum selaku
perseroan, sebab itu untuk Direksi PT. BPR Mega Artha
membantu melakukan Mustika Balamoa. Pada organ
perbuatan – perbuatan perusahaan baik Agus Yuli
16 Ridwan Khairandy, Perseroan
Terbatas: Doktrin, Peraturan 17 Agus, Budiarto, Kedudukan Hukum
Perundang – Undangan, dan dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan
Yurisprudensi, (Yogyakarta: Kreasi Terbatas, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
Total Media, 2009), Hlm: 4. 2002), Hlm: 57.

xi
Raharso maupun Dyah penuh atas pengurusan
Kusumaningrum dikenal Perseroan untuk kepentingan
sebagai pengurus perseroan, perseroan, sesuai dengan
yang memiliki tugas dalam maksud dan tujuan perseroan
hal pengurusan dan serta mewakili perseroan,
menjalankan perseroan baik di dalam maupun di luar
berdasarkan maksud dan pengadilan sesuai dengan
tujuan perseroan. ketentuan anggaran dasar”.
2. Hubungan Hukum Selanjutnya diatur dalam
Antara Direksi Dengan Pasal 85 ayat (1) yang
Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa “Setiap
anggota direksi wajib dengan
Hubungan hukum
tikad baik dan penuh
antara direksi dengan
tanggung jawab menjalankan
Perseroan Terbatas Menurut
tugas untuk kepentingan dan
Undang – undang Nomor 10
usaha perseroan”.
Tahun 1998 Jo. Undang –
Selanjutnya berdasarkan
undang Nomor 7 Tahun 1992
Pasal 92 ayat (1) mengatur
tentang Perbankan tidak
bahwa direksi menjalankan
mengatur secara jelas
perseroan untuk kepentingan
berkaitan dengan hubungan
perseroan dan sesuai dengan
hukum antara direksi dengan
maksud dan tujuan perseroan.
Perseroan Terbatas. Menurut
Kemudian Pasal 92 ayat (2)
Undang – undang Nomor 40
menentukan bahwa direksi
Tahun 2007 tentang
berwenang menjalankan
Perseroan Terbatas
pengurusan tersebut sesuai
sebagaimana diatur dalam
dengan kebijakan yang
Pasal 1 ayat (5) menyebutkan
dipandang tepat, dalam
bahwa “Direksi adalah organ
batasan yang di tentukan
Perseroan yang berwenang
dalam Undang – undang
dan bertanggung jawab
Perseroan Terbatas dan atau

xii
anggaran dasar. Selanjutnya direksi dengan karyawan
diatur dalam Pasal 96 ayat sebagai pemegang kuasa
(1), disebutkan bahwa dengan penerima kuasa
ketentuan besarnya gaji dan dengan kata lain sama – sama
tunjangan direksi di tetapkan sebagai pembantu dari
berdasarkan keputusan Perseroan Terbatas
RUPS. Berdasarkan sebagaimana diatur dalam
penjelasan tersebut Pasal 103 Undang – undang
kedudukan direksi Nomor 40 Tahun 2007
berdasarkan Fiductary Duty tentang perseroan. Menurut
atau berdasarkan kepercayaan Kitab Undang – Undang
yang diberikan oleh Hukum Perdata, hubungan
Perseroan Terbatas18, hukum antara direksi dengan
sehingga direksi sebagai Perseroan Terbatas terdapat
pemegang kuasa dari dalam Pasal 1601 huruf a
perseroan terbatas. Dari kuasa berkaitan dengan hubungan
tersebut, direksi mempunyai perburuhan dan Pasal 1792
hak dan wewenang untuk berkaitan dengan pemberian
mengangkat karyawan untuk kuasa, sehingga hubungan
membantu menjalankan hukum antara direksi dengan
kepengurusan perseroan. Perseroan Terbatas sebagai
Maka hubungan hukum Pemberi kuasa dengan
antara direksi dengan Pemegang Kuasa.
Perseroan sebagai pemberi Selanjutnya hubungan hukum
kuasa dan penerima kuasa, antara direksi dengan
sehingga menimbulkan karyawan terdapat dalam
hubungan hukum antara Pasal 1366 dan Pasal 1367
KUH Perdata, direksi
18 Frankiano B. Randang, Tugas dan
Wewenang serta Tanggung Jawab merupakan sebagai pemegang
Direksi Menurut UU NO.1 Tahun 1995
Tentang Perseroan Terbatas, Jurnal, kuasa sedangkan karyawan
Vol. XV/No.4/Oktober-Desember 2008, sebagai penerima kuasa dari
Hlm: 2.

xiii
direksi untuk melakukan Berdasarkan penjelasan
perbuatan untuk dan atas di atas bahwa hubungan
nama Perseroan Terbatas. hukum antara Direksi dengan
Menurut Undang – undang Karyawan PT BPR Mega
Nomor 13 Tahun 2003 Artha Mustika Balamoa
tentang Ketenagakerjaan menurut Undang – undang
sebagaimana diatur dalam Nomor 40 Tahun 2007
Pasal 1 ayat (5) huruf b, tentang Perseroan Terbatas,
direksi dikategorikan sebagai Kitab Undang – Undang
pengusaha yang menyebutkan Hukum Perdata dijelaskan
bahwa “Orang bahwa direksi sebagai
perseorangan, persekutuan, pemegang kuasa dari
atau badan hukum yang Perseroan Terbatas dan
secara berdiri sendiri karyawan sebagai penerima
menjalankan perusahaan kuasa dari direksi untuk dan
bukan miliknya”, sehingga atas nama Perseroan Terbatas
direksi merupakan bukan sehingga direksi dengan
pembentu dari perseroan karyawan merupakan sama –
terbatas melainkan sebagai sama sebagai pembatu dari
pengusaha. Dalam Perseroan Terbatas.
menjalankan perusahaan Sedangkan berdasarkan
direksi membutuhkan Undang – undang Nomor 13
pembantu atau karyawan Tahun 2003 tentang
yang merupakan sebagai Ketenagakerjaan, hubungan
pembantu atau karyawan dari hukum antara direksi dengan
pengusaha. Sehingga karyawan PT BPR Mega
hubungan hukum dari direksi Artha Mustika Balamoa
dan karyawan merupakan dijelaskan bahwa direksi
sebagai pengusaha dengan dikategorikan sebagai
karyawan. pengusaha berdasarkan
ketentuan Pasal 1 ayat (5)

xiv
huruf b, sedangkan karyawan Dana (Nasabah) dengan tugas
merupakan pembantu dari mencari Nasabah dan
direksi. menerima setoran deposito
B. Tanggung Jawab Direksi dengan cara mendatangi dari
Terhadap Kerugian Nasabah rumah ke rumah maupun dari
Akibat Penyalahgunaan pintu ke pintu dengan jenis
Wewenang Yang Dilakukan penawaran berupa tabungan
Oleh Karyawan Pada PT BPR biasa maupun tabungan
Mega Artha Mustika Balamoa Deposito. Dalam aturan baku
1. Kasus Posisi PT. BPR Mega Artha
a. Para Pihak Mustika bahwa apabila ada
Nasabah yang akan
Terdapat para pihak
mendepositkan uangnya
yang di jelaskan dalam
maka calon Nasabah
perkara ini, yang duduk
diwajibkan harus datang ke
sebagai Terdakwa adalah
kantor PT. BPR Mega Artha
Sisca Herlina alias Lina binti
Mustika untuk menemui
Supriyanto. Selanjutnya Agus
Custumer Service. Kemudian
Yuli Raharso selaku Direktur
Custumer Service
Utama PT. BPR Mega Artha
memasukkan dana ke system
Mustika dan Dyah
computer dan mencatat di
Kusumaningrum selaku
buku register, juga contoh
Direksi dari PT. BPR Mega
tanda tangan Nasabah
Artha Mustika serta 33 (tiga
selanjutnya Nasabah mengisi
puluh tiga) nasabah dari PT.
slip setoran dan memasukkan
BPR Mega Artha Mustika
uangnya ke kasir atau teller
yang menjadi korban.
selanjutnya Bilyet Deposito
b. Dasar Gugatan
Berjangka di kasih materai

Perkara ini bermula dan di tanda tangani oleh

sejak Sisca Herlina pejabat yang berwenang dan

ditugaskan sebagai Marketing di stempel lalu Nasabah

xv
mendapatkan Bilyet Deposito menabung, jatuh tempo
Berjangka dari Custumer deposito, nomor rekening,
Service, akan tetapi Sisca dan nomor bilyet deposito
Herlina tidak menyarankan serta distempel PT. BPR
hal tersebut. Setiap Nasabah Mega Artha Mustika yang
yang membuka rekening ditandatangani oleh saksi
tabungan biasa maka Dwi Agung Sulistiyono
Nasabah tersebut selaku suami dari Sisca
memberikan uang yang di Herlina, sehingga seolah –
tabungnya kepadanya, olah bilyet deposito tersebut
sedangkan Sisca Herlina asli di keluarkan oleh PT.
hanya memberikan slip BPR Mega Artha Mustika
setoran dan meminta foto padahal bilyet tersebut hasil
copy Kartu Tanda Penduduk cetakan sendiri yang
(KTP) calon Nasabah, dilakukan oleh saksi Dwi
sedangkan bagi Nasabah Agung Sulistiyono,
tabungan Deposito maka sedangkan uangnya oleh
Terdakwa meminta foto copy Sisca Herlina dengan sengaja
Kartu Tanda Penduduk tidak dilakukan pencatatan
(KTP) lalu mengisi aplikasi dalam pembukuan ataupun
deposito Nasabah ditempat dalam dokumen laporan
tersebut dan Nasabah diberi transaksi - transaksi atau
slip setoran tabungan rekening di kantor PT. BPR
deposito kemudian Sisca Mega Artha Mustika tetapi
Herlina menerima uang disimpan sendiri. Sisca
Nasabah tersebut. Kemudian Herlina melakukan perbuatan
nasabah oleh Sisca Herlina tersebut secara berlanjut
diberikan kertas berupa bilyet dengan para nasabah, waktu
deposito yang tertera antara dan tempat yang berbeda
lain identitas nasabah, hingga akhirnya
nominal deposito, mulai perbuatannya diketahui pada

xvi
saat nasabah – nasabah yang Undang – undang Nomor 10
telah menabung kepadanya Tahun 1998 Jo. Undang –
datang ke kantor PT. BPR undang Nomor 7 Tahun 1992
Mega Artha Mustika dengan tentang Perbankan.
tujuan untuk mencairkan Selanjutnya Majelis Hakim
depositonya, lalu nasabah – menjatuhkan pidana kepada
nasabah tersebut Sisca Herlina oleh karena itu
menunjukkan bilyet deposito dengan pidana penjara selama
berjangka yang dimilikinya 8 (delapan) tahun dan denda
dan setelah dicek di komputer sejumlah Rp. 10.000.000.000
kantor ternyata nama – nama (sepuluh milyar rupiah)
nasabah tersebut tidak ada dengan ketentuan apabila
dalam file Daftar Nama denda tersebut tidak dibayar
Nasabah PT. BPR Mega diganti dengan pidana
Artha Mustika yang kurungan selama 6 (enam)
mendepositkan uang kepada bulan.
PT. BPR Mega Artha 2. Tanggung Jawab Direksi
Mustika. Kemudian dicek di
Mengingat dalam
buku register pendaftaran
Undang – undang Nomor 40
pembukaan rekening deposito
Tahun 2007 tentang
juga tidak tercantum.
Perseroan Terdapat, direksi
c. Putusan Hakim memiliki tugas dan
wewenang di dalam
Majelis Hakim
perseroan yang berdasarkan
menyatakan Sisca Herlina
prinsip Fiduciary duty
alias Lina binti Supriyanto
dimana direksi memperoleh
telah terbukti secara sah dan
kepercayaan dari perseroan
menyakinkan bersalah
untuk menjalankan
melakukan tindak pidana
pengurusan dengan itikad
sebagaimana diatur dalam
baik dan bertanggung jawab
Pasal 49 ayat (1) huruf B

xvii
penuh.19 Prinsip seperti ini bertanggung jawab jika
dapat dilihat ketentuannya penyalahgunaan wewenang
dalam Pasal 97 ayat (2) yang yang dilakukan oleh
mengharuskan setiap anggota karyawan masih sesuai
direksi menjalankan tugasnya dengan kuasa yang di terima
untuk kepentingan perseroan oleh karyawan, jika
dengan itikad baik dan penuh penyelahgunaan wewenang
tanggung jawab. Dari tersebut tidak sesuai dengan
pengurusan yang dilakukan kuasa yang diberikan direksi
oleh direksi dapat maka direksi tidak
menimbulkan tanggung bertanggung jawab. Menurut
jawab secara pribadi maupun Undang – undang Nomor 13
tidak dapat menimbulkan Tahun 2003 tentang
tanggung jawab pribadi Ketenagakerjaan, berdasarkan
akibat penyalahgunaan Pasal 1 ayat (5) huruf b
wewenang karyawan selama direksi dikategorikan sebagai
direksi dapat membuktikan pengusaha maka tanggung
bahwa dirinya tidak bersalah jawab direksi atas
akibat kerugian yang di derita penyalahgunaan wewenang
nasabah sebagaimana di atur karyawan dapat dimintakan
dalam Pasal 97 ayat (5) dan pertanggung jawabannya
Pasal 103 Undang – undang selama karyawan tersebut
Nomor 40 Tahun 2007 tidak melampaui
tentang Perseroan Terbatas. wewenangnya, akan tetapi
Menurut Kitab Undang – jika karyawan tersebut
Undang Hukum Perdata, melampaui wewenangnya
tanggung jawab direksi maka menjadi tanggung
terdapat dalam Pasal 1366 jawab pribadi karyawan
dan Pasal 1367, direksi dapat tersebut.
IV. KESIMPULAN
19 Ridwan, Khairandy, Op.cit, Hlm:
222.

xviii
Berdasarkan penelitian 2. Tanggung jawab direksi
dan pembahasan yang terhadap kerugian nasabah
dilakukan, dapat diambil akibat penyalahgunaan
kesimpulan sebagai berikut: wewenang yang di lakukan
oleh karyawan Bank
1. Hubungan Hukum Antara
Menurut Undang –
Direksi dengan Karyawan
undang Nomor 40 Tahun
Bank Berdasarkan Peraturan
2007, KUH Perdata, dan
Perundang – Undangan Di
Undang – undang Nomo 13
Indonesia
Tahun 2013 tentang
Hubungan hukum
Ketenagakerjaan pada
antara direksi dengan
prinsipnya bisa menjadi
karyawan Bank diatur dalam
tanggung jawab secara
beberapa Peraturan
pribadi atau bisa tidak
Perundang – undangan
menjadi tanggung jawab
sebagai berikut:
secara pribadi, selama
- Menurut Undang – undang
terbukti karyawan
Nomor 40 Tahun 2007 tentang
melampaui kewenangannya
Perseroan Terbatas terdapat
menjadi tanggung jawab
dalam Pasal 1 ayat (5), Pasal 92,
pribadi karyawan, jika tidak
Pasal 96 ayat (1), Pasal 98 ayat
terbukti maka yang
(1) dan Pasal 103.
bertanggung jawab adalah
- Menurut Kitab Undang –
direksi sebagaimana diatur
undang Hukum Perdata terdapat
dalam Pasal 97 ayat (5) dan
dalam ketentuan Pasal 1366 dan
Pasal 103 Undang – undang
1367 KUH Perdata.
Nomor 40 Tahun 2007
- Menurut Undang – undang
tentang Perseroan Terbatas,
Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Pasal 1366 dan 1367 KUH
Ketenagakerjaan, terdapat
Perdata, serta Paasal 1 ayat
dalam Pasal 1 ayat (5) huruf B.
(5) Undang – undang Nomor

xix
13 Tahun 2013 tentang Soerjono, Soekanto,
Ketenagakerjaan. Pengantar
Penelitian Hukum, (Jakarta: UI
Press, 1981)

Soerjono Soekanto dan Sri


Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif:
Suatu Tinjauan Singkat,
V. DAFTAR PUSTAKA
(Jakarta: Raja Grafindo, 2011)
A. Buku
Agus, Budiarto, Kedudukan Try, Widiyono, Aspek
Hukum Hukum
dan Tanggung Jawab Pendiri Operasional Transaksi Produk
Perseroan Terbatas, (Jakarta: Perbankan Di Indonesia,
Ghalia Indonesia, 2002) (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006)

Gunarto, Suhardi, Usaha Zainuddin, Ali, Metode


Perbankan Penelitian
dalam Perspektif Hukum, Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika
(Yogyakarta: Kanisius, 2003) Offset, 2009)
Muhammad Said Is, Hukum
Perusahaan di Indonesia, B. Peraturan Perundang –

(Jakarta: Kencana, 2016) undangan


Undang – Undang Dasar
Ridwan Khairandy, Negara
Perseroan Kesatuan Republik Indonesia
Terbatas: Doktrin, Peraturan Tahun 1945
Perundang – Undangan, dan Undang – undang Nomor 10
Yurisprudensi, (Yogyakarta: Tahun
Kreasi Total Media, 2009) 1998 Tentang perubahan atas
Undang – Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan

xx
C. Artikel, Jurnal, Makalah
dan Laporan
Frankiano B. Randang, Tugas dan
Wewenang serta Tanggung
Jawab Direksi Menurut UU
NO.1 Tahun 1995 Tentang
Perseroan Terbatas, Jurnal,
Vol. XV/No.4/Oktober-
Desember 2008

D. Internet
http://digilib.unila.ac.id/6142/111/
BAB%20II.pdf
https://www.hukumonline.com/
klinik/detail/lt4ee1cdcb3b9fc/
status-direksi-perusahaan--
pengusaha-atau-pekerja-revisi

xxi

Anda mungkin juga menyukai