Anda di halaman 1dari 29

UNIVERSITAS

GUNADARMA KELOMPOK 5

HUBUNGAN ANTAR HUKUM PERBANKAN,


KETENAGAKERJAAN SERTA HUKUM PENANAMAN
MODAL DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah


“ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI”

Dosen Pengampu : SE.M.Si


UNIVERSITAS
GUNADARMA

Disusun oleh :
1. NESIA DEVITA
Kelompok 5 2. QHORRY FEBRIYANTI
2. RAHMA WULANDARI
3. RAVIOLA SEPIANA
4. RAYKA RIZKAWANGI
5. SRI NADIA KUSUMA RAHAYU
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Otoritas Jasa Keuangan atau yang lebih dikenal dengan sebutan OJK berdasarkan Pasal 1 Angka 1
Undang – Undang Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga yang independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan,
dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam undang – undang Otoritas Jasa Keuangan tersebut.
Pendorong dibentuknya lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang salah satunya Otoritas Jasa
Keuangan yakni untuk sektor jasa keuangan yang bekerja secara efisien sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masa sekarang. Oleh sebab itu berdasarkan Pasal 4 Undang – Undang Otoritas Jasa Keuangan
tujuan pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ini dipertegas yakni agar keseluruhan kegiatan jasa
keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel,
serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu
melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat.

01
Pada dunia kerja dengan penyelenggaraan aktivitas proses produksi tentunya melibatkan sejumlah
tenaga kerja. 1 Penggunaan tenaga kerja tersebut terserap dalam berbagai keterampilan yang dibutuhkan
dalam mengisi tiap bagian atau departemen dalam dunia usaha. Dalam kaitannya dengan hal tersebut,
sumber daya manusia (SDM) memegang peranan cukup besar dalam menjalankan kegiatan dunia usaha.
Keterlibatkan tenaga kerja tidak bisa tergantikan bahkan dengan adanya mesin-mesin produksi sekali
pun tetap membutuhkan tenaga kerja sebagai operator yang menjalankannya. Terkait dengan tenaga
kerja, pemerintah Republik Indonesia sudah mengatur dalam regulasi dalam bentuk perundang-
undangan yang mempunyai kekuatan secara hukum mengikat bagi penyelenggara dunia usaha. Dalam
masa perkembangan global saat ini, faktor tenaga kerja merupakan aset penting yang mempengaruhi
dalam tingkat persaingan antar negara. Banyak negara dengan menawarkan berbagai potensi
unggulannya, termasuk tingkat ketersediaan jumlah tenaga kerja yang memadai dan ditunjang dengan
tarif/ongkos yang lebih kompetitif banyak menjadi pertimbangan bagi investor global untuk
mengembangkan usahanya di negara tersebut.

01
Dalam pembahasan selanjutnya mengenai penataan regulasi penanaman modal yang dapat dilakukan
dengan penataan regulasi penanaman modal secara umum dan penataan regulasi penanaman modal
dengan omnibus law. Konsep omnibus law yang dilakukan dengan perubahan terhadap UU 12/2011 jo
UU 15/2019 yang menjadi dasar atau pedoman dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.
Karena undang-undang dengan konsep omnibus law yang dibuat telah mengubah sistem peraturan
perundang-undangan, karena konsep dan teorinya berbeda dengan model hukum dan norma hukum yang
selama ini berlaku di Indonesia. Penelitian diarahkan pada penelusuran kepustakaan (library research),
pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) dan dokumen-dokumen lain yang
berkaitan dengan pokok bahasan. Terdapat beberapa topik mayor yang diangkat dalam tulisan ini
diantaranya Nama Domain Indonesia, Startup, Keterbukaan Informasi Publik dan Pelayanan Perizinan
Perusahaan.

01
UNIVERSITAS
GUNADARMA

Rumusan 01.
Apa yang membedakan pengawasan langsung maupun tidak langsun
dalam wewenang OJK pada bidang pengawasan?
Masalah
Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban perusahaan dalam
02. pemenuhan hak-hak tenaga kerja yang di-PHK secara sepihak
oleh perusahaan?

Bagaimana pengaruh regulasi penanaman modal terhadap


03. pertumbuhannya?

02
UNIVERSITAS
GUNADARMA

Tujuan Masalah

01. 02. 03.


Untuk memahami bagaimana Untuk mengetahui masalah- Untuk memahami maksud dari
hubungan antara bank dan nasabah masalah mengenai penanaman modal dan seperti
serta Faktor yang menyebabkan ketenagakerjaan yang sangat apa pengaruh regulasi
kewenangan pengawasan diperhatikan oleh pemerintah. penanaman modal terhadap
perbankan oleh Bank Indonesia pertumbuhannya.
beralih kepada OJK.

03
BAB 2
PEMBAHASAN
Hukum Perbankan dan Bentuk Perlindungan Terhadap Nasabah
Undang – undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 2, menyatakan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk lainya dalam meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak”. Perbankan memiliki tujuan yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, serta stabilitas peningkatan kesejahteraan rakyat (Pasal 4 Undang – undang No.7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan).

Berdasarkan fungsi utama dari bank tersebut ada dua yaitu fungsi penghimpun dana dan fungsi penyalur dana (kredit ), sehingga ada dua
hubungan hukum antara bank dan nasabah yaitu :
• Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana.
• Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur.

Diketahui bahwa hubungan hukum terjadi apabila antara dua pihak atau lebih terjadi hubungan yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi
pihak – pihak yang terkait, sebagai contoh dalam pemberian kredit, hubungan antara bank dan nasabah menimbulkan hak bagi nasabah di satu
pihak untuk memperoleh fasilitas kredit dan wajib mengembalikan pada waktunya, ada juga pihak yang menyediakan fasilitas kredit yang
meminta pada waktu yang tepat dan berhak mendapatkan pembayaran kembali pada waktu yang telah dijanjikan.

04
Salah satu aspek penting dalam hubungan bank dengan nasabah yaitu perjanjian antara kedua pihak. Perjanjian ini
diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang dianut oleh Indonesia dimana nasabah tunduk akan seluruh isi perjanjian
tersebut. Sekarang ini ada kecenderungan banyak perjanjian di dalam bisnis yang terjadi bukan melalui kesepakatan
bersama antar kedua belah pihak, tetapi perjanjian bisnis tersebut dilakukan oleh pihak yang satu telah menyiapkan
suatu syarat baku pada suatu formulir perjanjian yang sah untuk disetujui.

Terkait simpanan dana nasabah pada bank, berdasarkan ketentuan Pasal 1754 – 1769 KUH Perdata maka
hubungan antara bank dengan nasabah merupakan perjanjian pinjam mengganti karena hak kepemilikan beralih
kepada debitur. Menurut Sutan Remy Sjahdeini bahwa dalam KUH Perdata tidak ada Lembaga khusus yang
mengenai simpanan dana nasabah, namun secara umum hubungan hukum antara bank dan nasabah dapat dilihat
sebagai perjanjian pinjam - meminjam.
Dalam hubungan bank dengan nasabah ada 3 hubungan khusus :
• Hubungan kepercayaan (fiduciary relation).
• Hubungan kerahasiaan (confidential relation).
• Hubungan kehati – hatian (prudential relation).

04
Pengawasan dalam perbankan harus benar-benar diperhatikan. Pengawasan perbankan ini bertujuan untuk
meningkatkan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan yang sebelumnya dilakukan oleh Bank
Indonesia, dan sejak tanggal 1 Januari 2014 beralih kepada OJK. Dalam pelaksanaan tugas, OJK berwenang
menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Di bidang
pengawasan, ada dua bentuk pengawasan, yaitu pengawasan langsung maupun tidak langsung.

Faktor yang menyebabkan kewenangan pengawasan perbankan oleh Bank Indonesia beralih kepada OJK,
ialah adanya bank yang dalam pengawasan tidak sehat ataupun bank gagal, yang dianggap sebagai suatu bentuk
kurangnya keberhasilan Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mewujudkan sistem perekonomian yang
stabil, transparan, dan akuntabel kurangnya pengawasan perbankan yang efektif, sehingga beralihlah tugas
pengawasan perbankan kepada OJK Pasal 8 huruf c Undang-Undang Bank Indonesia sistem keuangan Indonesia
yang tidak stabil, sehingga Bank Indonesia perlu menata ulang kestabilan nilai rupiah sebagaimana yang
diamanatkan oleh Pasal 7 UU Bank Indonesia.

04
Hukum Ketenagakerjaan dalam Perspektif Hukum Ekonomi
Setiap individu memiliki kebutuhan beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja salah satunya yaitu bekerja
sebagai karyawan atau buruh yang merupakan salah satu pelaku ekonomi yang sangat penting dan merupakan pelaku utama dalam
kegiatan ekonomi di suatu perusahaan. Pada tahun 2003 Pemerintah mengeluarkan Undang undang ketenagakerjaan yaitu Undang undang
No. 13 Tahun 2003 disingkat UU Ketenagakerjaan yang diharapkan bisa mempererat hubungan antar karyawan dengan pengusaha tapi
nyatanya undang undang tersebut sampai saat ini belum bisa mengayomi baik karyawan maupun pengusaha secara maksimal.

Depnakertrans lewat Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri mempunyai Program dan Kegiatan
untuk mencapai Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja serta Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja yaitu :
• Merumuskanpedoman atau petunjuk teknis, mengimplementasikan , dan mensosialisasikan kebijakan pembinaan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di bidang ketenagakerjaan, meningkatkan kualitas pelayanan di bidang perluasan kesempatan kerja
dan penempatan kerja, meningkatkan kerjasama dengan lembaga nasional maupun internasional.
• Pengembangan kesempatan kerja, seperti perluasan lapangan kerja, penempatan tenaga kerja AKAD, pelatihan kerja dan
keterampilan, pelaksanaan pemagangan ke jepang, pemberian bantuan peralatan ke BLK.

05
Selain masalah tenaga kerja di Indonesia yang diperhatikan oleh pemerintah, tenaga kerja yang di luar negeri
juga menjadi perhatian yaitu untuk melindunginya pemerintah membuat Undang – undang No.39 TAHUN 2004
Tentang Penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri dalam rangka penempatan dan
perlindungan TKI. Semakin meningkatnya tenaga kerja yang ingin bekerja di luar negeri dan besarnya jumlah
TKI yang bekerja di luar negeri semakin meningkat pula kasus kekerasan dan perlakuan yang tidak manusiawi
terhadap TKI, maka dengan adanya Undang undang No. 39 Tahun 2004 tentu positif bagi perlindungan TKI
karena memiliki hukum yang kuat khususnya dalam mengatur hak dan kewajiban pihak- pihak yang terlibat di
dalamnya khususnya tenaga kerja dan pelaksana penempatan tenaga kerja yang dilaksanakan dengan
persyaratanya dengan ketat.

Peranan tenaga kerja dalam dunia usaha memberikan kontribusi terhadap perkembangan yang nyata dan
memiliki peran ganda, yaitu peran yang diberikan untuk kepentingan pemilik usaha dan peran sebagai pelaku
pembangunan suatu bangsa dalam perputaran roda perekonomian secara nasional. Oleh karena itu, berbagai
alasan apa pun yang menyebabkan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) merupakan kondisi yang sangat
tidak diharapkan khususnya bagi tenaga kerja.

05
Namun demikian, berdasarkan pasal 61 Undang-undang Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2020
dinyatakan bahwa perjanjian kerja akan selesai akibat beberapa hal sebagai berikut ini:
• Tenaga kerja tutup usia
• Masa kontrak kerja selesai dan tidak diperpanjang lagi.
• Terbitnya keputusan pengadilan atau ketetapan lembaga persengketaan hubungan industrial dengan memiliki status hukum
yang tetap.
• Dalam kondisi kejadian (terjadi) dalam pasal yang terutang dalam ikatan/perjanjian kerja tertentu atau dalam peraturan
perusahaan yang sebelumnya telah disepakati antara tenaga kerja dan manajemen perusahaan.

Pada kondisi saat ini, memasuki awal tahun 2020 terjadi kondisi yang menjadi buruk bagi kalangan dunia
usaha dan dialami hampir seluruh negara, yaitu adanya pandemi covid-19 menjadikan perputaran roda ekonomi
sangat terganggu termasuk banyak perusahaan yang harus gulung tikar akibat pandemi tersebut. Dampak yang
ditimbulkannya, selain korban jiwa juga lumpuhnya dunia usaha dan berimbas kepada penutupan sebagian
usaha yang pada akhirnya tenaga kerja menjadi tidak jelas keberlangsungan dalam bekerja dalam ancaman
pemutusan hubungan kerja (PHK).

05
Permasalahan PHK menjadi pokok persoalan yang mendasar, sehingga pihak tenaga kerja menjadi korban ketika pihak
perusahaan mengalami kondisi yang tidak baik akibat pandemi covid-19. Dampak nyata dan menjadi mimpi buruk bagi pekerja
adalah adalah terjadi pengurangan tenaga kerja maupun PHK. Kondisi demikian, menjadi tidak adil bila tenaga kerja tidak
mendapatkan perlindungan hukum yang semestinya sesuai dengan amanat UUD 1945. Peran serta pemerintah harus hadir dalam
rangka melindungi hak-hak pekerja di masa sulit sekalipun. Akhirnya, adanya penelitian tentang kajian tindakan pemutusan
hubungan kerja (PHK) akibat pandemi covid-19 berdasarkan Undang-undang Cipta Kerja sangat diperlukan.

Dalam rangka meminimalisir keputusan PHK, pengusaha dapat melakukan upaya pengurangan gaji karyawan atau
penangguhan gaji karyawan dengan mekanisme melakukan perundingan antara pekerja dan pengusaha dengan mengedepankan
mencari solusi bersama untuk menjaga kelangsungan usaha. Dengan keyakinan pandemi covid-19 akan berakhir dan kondisi
nantinya akan berangsur pulih kembali, hasil yang didapatkan dalam perundingan tersebut dalam koridor dengan tanpa
menghilangkan hak-hak karyawan dan kewajiban tetap melekat bagi pengusaha. Dalam kaitan tersebut, kepastian hukum yang
didapat merupakan jaminan yang diperoleh oleh tenaga kerja terhadap perlakuan secara hukum yang diberikan oleh Negara
dengan perundang-undangan yang berlaku agar pengusaha tidak berlaku kesewenang-wenangan dan tidak adil kepada pekerjanya.
34 Disamping itu, keputusan pemutusan hubungan kerja yang dialami oleh karyawan merupakan sanksi sosial yang diterimanya di
masyarakat dan juga memberikan dampak atau pengaruh dalam mental, psikologis, ekonomis dan finansial.

05
Penanaman Modal dalam Perspektif Hukum Bisnis
Pasal 1 angka 2 UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal disingkat UUPM menjelaskan yang dimaksud penanaman modal
adalah segala bentuk kegiatan menanam modal , baik menanam modal dalam negeri maupun menanam modal asing guna untuk
melakukan melakukan usaha. Penanaman modal dalam negeri adalah yaitu WNI, Badan usaha milik Indonesia, dan badan hukum
Indonesia sedangkan penanam modal asing adalah perorangan warga negara asing, badan usaha asing, pemerintah asing yang melakukan
penanaman modal di di Indonesia.

Penanaman modal berdasarkan pasal 1 ayat 3 ini diselenggarakan berdasarkan :


• Kepastian hukum.
• Keterbukaan.
• Akuntabilitas.
• Kebersamaan.
• Efisien berkeadilan.
• Kemandirian.
• Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

06
Disisi lain otonomi daerah memiliki peranan penting dalam meningkatkan investasi di Indonesia. Hakikat otonomi daerah
mengembangkan manusia – manusia yang otonom, yang memberikan keleluasaan bagi potensi terbaik yang dimiliki setiap
individu. Individu yang otonom merupakan modal dasar bagi perwujudan otonomi daerah yang hakiki.
Oleh karena itu, penguatan otonomi daerah harus membuka kesempatan yang sama dan seluas -luasnya.

Dalam penyelenggaraan pemerintah dikenal 3 sistem otonomi :


• Sistem Otonomi Materiil, yaitu kewenangan daerah otonom melimpahkan secara eksplisit.
• Sistem Otonomi Formil, suatu sistem dimana yang diatur adalah kewenangan – kewenangan pemerintah pusat (seperti
pertahanan keamanan, politik internasional, peradilan).
• Sistem Otonomi Riil, merupakan kewenangan – kewenangan daerah otonom yan dilimpahkan oleh pemerintah pusat,
disesuaikan dengan kemampuan nyata dari otonom yang bersangkutan.

Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah:


• Meingkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat.
• Menciptakan efisiensi dan efektifitas pengeluaran sumber daya daerah.
• Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

06
Dengan demikian keterkaitan penanaman modal dengan otonomi daerah pertumbuhan pendapatan daerah, penanaman
modal dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat dimana investasi tersebut ditanam 2. Penanaman modal yang
memiliki “multiplier keterkaitan tinggi ” dapat menghasilkan peningkatan lapangan kerja dan perkembangan industry.
Kegiatan investasi masyarakat merupakan kegiatan penanaman modal dalam bentuk pembelian aset – asset seperti tanah,
bangunan tempat usaha, dan pembelian mesin – mesin yang digunakan dalam kegiatan produksi.

Dengan adanya Undang – undang Penanaman Modal yang baru yaitu Undang - undang No. 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal ini merupakan salah satu hukum bagi penanaman modal di daerah. Sejalan dengan wewenang daerah
berdasarkan kebijakan otonomi daerah, maka pemerintah daerah juga berkewajiban untuk membina dan mengembangkan
usaha daerah.peningkatan investasi daerah akan terwujud jika di daerah memiliki pontensi keunggulan produk dan
mengembangkanya sehingga dapat menarik para investor baik lokal maupun mancanegara.

06
UNIVERSITAS
GUNADARMA

Ringkasan Penelitian

07
NO Judul Penulis Variabel Penjelasan

Kebijakan perlindungan nasabah perbankan


diberikan kepada OJK mengingat adanya bank yang
tidak sehat ataupun bank gagal, yang dianggap
sebagai suatu bentuk kurangnya keberhasilan Bank
Indonesia sebagai bank sentral dalam mewujudkan
sistem perekonomian yang stabil, transparan, dan
akuntabel kurangnya pengawasan perbankan yang
Perlindungan Nasabah Ngakan Putu Perlindungan Nasabah, efektif, pengawasan sistem keuangan Indonesia
Perbankan Melalui Surya Negara, Perbankan, Otoritas Jasa yang tidak stabil sehingga Bank Indonesia perlu
1 Otoritas Jasa Keuangan Keuangan. berkonsentrasi untuk menata ulang kestabilan nilai
(2018) rupiah dan mengatur serta menjaga kelancaran
sistem pembayaran sebagaimana yang diamanatkan
dalam UU Bank Indonesia.
Oleh karena banyaknya permasalahan di sektor
keuangan termasuk perbankan dan perlindungan
nasabah yang belum maksimal serta koordinasi
yang belum baik pada lembaga perbankan maka
perlindungan nasabah perbankan dialihkan dari
Bank Indonesia kepada OJK.
NO Judul Penulis Variabel Penjelasan

Awal tahun 2020 (masa pandemi Covid-19)


merupakan kondisi yang sangat buruk bagi
kalangan dunia usaha yang dialami hampir seluruh
negara. Karena pandemi Covid-19 menyebabkan
perputaran roda ekonomi sangat terganggu yang
mengakibatkan banyak perusahaan terpaksa
menutup usahanya. Undang-undang
Pemutusan Hubungan Pemutusan Hubungan Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 dapat
menjadi solusi yang dapat diterima dengan baik
Kerja (PHK) Terhadap Mokh. Thoif Kerja (PHK), Pemilik
2 oleh pemilik usaha, tenaga kerja, maupun
Karyawan Terdampak (2022) Usaha, Karyawan, dan pemerintah. Pada Pasal 164 ayat (1) undang-
Pandemi Covid-19 Pandemi Covid-19 undang tersebut dinyatakan bahwa pemilik usaha
dapat mengambil tindakan pemutusan hubungan
kerja (PHK) karena mengalami kondisi darurat
memaksa (force majeure). Dengan demikian,
menggunakan hukum normatif yang terkait dapat
dinyatakan perusahaan diperbolehkan mem-PHK
karyawannya karena usahanya terdampak
pandemi.
NO Judul Penulis Variabel Penjelasan

Karyawan yang terkena PHK berhak


mendapatkan uang pesangon dan uang
penghargaan masa kerja dengan jumlahnya
menyesuaikan dengan lama kerja dan tarif gaji
perbulan yang diterima. Dapat ditegaskan bahwa
karyawan yang ter-PHK mempunyai hak-hak
yang wajib dan memiliki sanksi hukum untuk
diadukan ke Pengadilan Hubungan Industrial
(PHI). Keputusan PHK yang dialami karyawan
merupakan sanksi sosial yang diterimanya di
masyarakat dan dapat mempengaruhi mental,
psikologis, ekonomi, dan finansial karyawan.
Dalam hal ini keputusan mem-PHK karyawan
harus dilakukan dengan beberapa pertimbangan
yang matang sehingga harus dilakukan dengan
cermat dan penuh rasa adil bagi pekerja.
NO Judul Penulis Variabel Penjelasan

Penataan regulasi penanaman modal telah dilakukan


dengan diundangkan uupm dan penataan regulasi
penanaman modal dengan konsep omnibus law
untuk tahun 2020,Pemerintahan sedang menyiapkan
rancangan Undang - Undang tentang Cipta
Lapangan Kerja dan Rancangan UU tentang
Omnibus Law, ketentuan dan Fasilitas Perpajakan untuk penguatan
Omnibus Law Untuk Muhammad Insa
Regulasi, Penanaman perekonomian. Kepastian hukum baik dalam bentuk
3 Menata Regulasi Ansari Modal pasti peraturan perundang - undangan maupun pasti
dalam penegakan hukum. Selain itu untuk
Penanaman Modal (2020)
peningkatan penanaman modal,maka harus
dilakukan upaya - upaya lain yang mendorong
pertumbuhan penanaman modal.Terutama
menciptakan iklim yang kondusif untuk penanaman
modal. Iklim yang kondusif penanaman modal baik
berupa keamanan maupun kemudahan melakukan
usaha.
BAB 3
PENUTUP
Jurnal 1
Kesimpulan : Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan kebijakan
perlindungan nasabah perbankan diberikan kepada OJK mengingat adanya bank yang tidak sehat ataupun bank
gagal, yang dianggap sebagai suatu bentuk kurangnya keberhasilan Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam
mewujudkan sistem perekonomian yang stabil, transparan, dan akuntabel kurangnya pengawasan perbankan yang
efektif, pengawasan sistem keuangan Indonesia yang tidak stabil sehingga Bank Indonesia perlu berkonsentrasi
untuk menata ulang kestabilan nilai rupiah dan mengatur serta menjaga kelancaran sistem pembayaran
sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Bank Indonesia.

Saran : Rumusan perlindungan konsumen dalam Peraturan OJK lebih difokuskan kepada perlindungan konsumen
yang obyeknya adalah perilaku pelaku usaha bidang jasa keuangan. Persoalannya dalam Peraturan OJK rumusan
larangan tidak diikuti dengan penunjukkan norma yang akan menjadi sanksi pidana, termasuk penunjukan
terhadap OJK sebagai institusi pelaksana dari UU OJK. Sedangkan untuk sanksi administratif ditempatkan dalam
satu bab tersendiri, yaitu dalam Pasal 53 Peraturan OJK No.1 Tahun 2013.
Jurnal 2
Kesimpulan : Keputusan mem-PHK tenaga kerja atau karyawan diperbolehkan karena adanya pandemi covid-19
dapat dianggap sebagai kondisi memaksa (force majeure) berdasarkan keputusan presiden tersebut. Dalam hal
PHK merupakan pilihan yang terelakan untuk dilakukan karena kondisi tersebut, memberikan konsekuensi sanksi
hukum melekat jika hak-hak pekerja ter-PHK tidak dibayarkan oleh pemilik usaha. Sebaliknya, jika pelaku usaha
melalaikan kewajibannya tersebut, dikarenakan pekerja ter-PHK mempunyai hak-hak secara hukum yang
dilindungi dapat menggugat pelaku usaha ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).

Saran : Pemilik usaha yang memutuskan untuk mem-PHK pekerjanya, pemerintah memberlakukan aturan untuk
dilakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut dalam rangka meninjau ulang keputusan PHK
berdasarkan kondisi memaksa force majeur atau hanya mengambil kesempatan adanya suatu kondisi tertentu
demi keuntungan instansi. Dalam kaitan tersebut, kepastian hukum yang didapat merupakan jaminan yang
diperoleh oleh tenaga kerja terhadap perlakuan secara hukum yang diberikan oleh Negara dengan perundang-
undangan yang berlaku agar pengusaha tidak berlaku kesewenang-wenangan dan tidak adil kepada pekerjanya.
Jurnal 3
Kesimpulan : Penataan regulasi penanaman modal telah dilakukan dengan diundangkan UUPA dan penataan
regulasi penanaman modal dengan konsep omnibus lawuntuk tahun 2020, Pemerintah sedang menyiapkan
Rancangan Undang−Undang tentang Cipta Lapangan Kerja dan Rancangan Undang− Undang tentang Ketentuan
dan Fasilitas Perpajakan Untuk Penguatan Perekonomian.
Penataan regulasi penanaman modal akan berpengaruh terhadap pertumbuhan penanaman modal di tanah air.
Hal−hal lain yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan penanaman modal diantaranya adalah kemudahan
berusaha, pertumbuhan perekonomian nasional, dan kebijakan− kebijakan Pemerintah.

Saran : Untuk meningkatkan pertumbuhan penanaman modal dimasa mendatang, kepastian hukum harus
menjadi prioritas utama pemerintah. Kepastian hukum baik dalam bentuk pasti peraturan perundang-undangan
maupun pasti dalam penegakan hukum. Selain itu untuk peningkatan penanaman modal, maka haru dilakukan
upaya-upaya lain yang mendorong pertumbuhan penanaman modal. Terutama menciptakan iklim yang kondusif
untuk penanaman modal. Iklim yang kondusif penanaman modal baik berupa keamanan maupun kemudahan
melakukan usaha. Selain itu yang tidak kalah dan harus menjadi fokus perhatian Pemerintah adalah memperbaiki
perekonomian nasional.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai