Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK

HUKUM PERBANKAN dan SURAT BERHARGA - B


Arthur Sedric - 6052101041
Jonathan Budiman - 6052101287
Fajar Permana - 6052101199
Vincent Waluya - 6052101178

Pertanyaan Hukum
1. Bagaimana pendapat hukum kelompok anda apabila ada yang menyatakan bahwa bank
tidak wajib meminta jaminan berupa benda ketika memberikan kredit?
2. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bank Indonesia
(BI) merupakan lembaga-lembaga yang berhubungan dengan sektor perbankan. Apakah
ketiga lembaga tersebut dapat digabung menjadi 1 (satu) atau (2) lembaga? Berikan
pendapat kelompok anda!

Opini Hukum
1. Bank menurut pengertian yang dinyatakan oleh Pasal 1 angka 2 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah badan usaha yang beraktivitas dalam
penghimpunan dana dari masyarakat yang berbentuk simpanan dan dari simpanan
tersebut disalurkan kembali kepada masyarakat berbentuk kredit atau dapat dalam
bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
Bank dalam menjalankan aktivitasnya diatur oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan dan masih banyak yang lainnya. Perbankan sendiri dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan bank yang
mencakup kelembagaannya, cara menjalankan aktivitasnya dan juga kegiatan
usahanya. Usaha perbankan disebut highly regulated business atau usaha yang
memiliki pengaturan yang sangat ketat dan banyak, hal ini disebabkan perbankan
sangat mempengaruhi kondisi suatu negara terutama dalam hal perekonomiannya.
Bank yang dikategorikan sebagai usaha yang memiliki pengaturan yang sangat ketat
dan banyak tidak dapat memberikan pinjaman kepada sembarang nasabah dalam
menjalankan aktivitasnya. Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

1
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
menyatakan dengan tegas dalam penjelasannya bahwa dalam memberikan kredit atau
pembiayaan ke nasabah yang mengandung resiko sehingga bank wajib
memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat sehingga diwajibkan bagi nasabah
debitur untuk memberikan jaminan pemberian atas kreditnya atas kemampuan dan
kesanggupan nasabah debitur untuk melakukan pelunasan kewajibannya, yaitu kredit
sesuai yang diperjanjikan antara bank dan nasabah debitur.
Berdasarkan Penjelasan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka
untuk memberikan kredit kepada nasabah debitur, bank sebagai kreditur wajib
meminta jaminan yang berbentuk benda kepada nasabah debitur sebagai bentuk
pembuktian bahwa nasabah debitur memiliki kesanggupan untuk melunasi kreditnya
kepada bank. Oleh karena itu merupakan pernyataan yang salah dan tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila ada yang menyatakan
bahwa bank tidak wajib meminta jaminan berupa benda ketika memberikan kredit.

2. Dalam menjalankan tugas, ketiga lembaga tersebut memiliki fungsi yang berbeda
berbeda. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga kestabilan nilai mata uang
rupiah, OJK bertugas sebagai pengawas aktivitas atau kegiatan perbankan di
Indonesia sedangkan LPS bertugas untuk melaksanakan penjaminan simpanan.
Berdasarkan Pasal 10 ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2011
Tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Pasal 65 Ayat 1 Undang-Undang Republik
Indonesia No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan, Bank Indonesia
menempatkan masing-masing satu orang ADG sebagai Anggota Dewan Komisioner
(ADK) Ex-Officio di OJK dan LPS.
Terdapat Forum Stabilitas Sistem Keuangan (FSSK) yang merupakan sebuah forum
koordinasi yang dibentuk untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di Indonesia yang
anggotanya terdiri atas Menteri Keuangan selaku koordinator merangkap anggota,
Gubernur Bank Indonesia selaku anggota, Ketua Dewan Komisioner Lembaga
Penjamin Simpanan selaku anggota, dan Ketua Dewan Komisioner OJK selaku
anggota. Ketiga lembaga yakni Bank Indonesia, OJK, dan LPS dalam FSSK harus

2
saling bekerja sama untuk berbagi informasi, dan berkoordinasi dalam merumuskan
kebijakan dan tindakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas keuangan.
Menurut kelompok kami, ketiga lembaga tersebut dapat digabungkan menjadi satu
atau dua bagian, hanya saja lebih baik untuk tidak dilakukan, hal tersebut bertujuan
untuk mewujudkan suatu pelaporan yang efisien, untuk menghindari terjadinya
pengulangan penyampaian informasi oleh bank kepada otoritas.1 Pelaporan tersebut
merupakan titik awal terwujudnya laporan yang lebih efisien dan diharapkan dapat
memberikan informasi yang lebih akurat bagi perumusan kebijakan masing-masing
lembaga jasa keuangan.
Kerjasama dan koordinasi antara otoritas sistem keuangan dilakukan baik secara
bilateral maupun trilateral, dalam rangka melakukan harmonisasi kebijakan,
pertukaran data dan/atau informasi, serta kepentingan koordinasi lainnya. 2 Menurut
penjelasan yang tertera diatas, ketiga lembaga tersebut dibedakan agar adanya
komunikasi dan pelaporan untuk menghindari adanya pengulangan informasi yang
mungkin saja dapat memakan waktu yang lebih banyak dalam melakukan pelaporan
dari yang seharusnya. Selain dalam rangka pelaporan, adanya ketiga lembaga tersebut
untuk melakukan harmonisasi kebijakan dan juga kepentingan koordinasi yang
lainnya.

Kesimpulan
Bank merupakan highly regulated business atau usaha yang memiliki pengaturan
yang sangat ketat dan banyak dan kestabilan aktivitas suatu bank sangat mempengaruhi
pilar keutuhan suatu negara, yaitu ekonomi. Keterkaitan dengan ekonomi negara yang
sangat kuat membuat bank dalam menjalankan aktivitasnya perlu menerapkan prinsip
kehati-hatian dan salah satunya adalah dengan wajib meminta jaminan yang berbentuk
benda kepada nasabah debitur sebagai bentuk pembuktian bahwa nasabah debitur
memiliki kesanggupan untuk melunasi kreditnya kepada bank. Hal ini dilakukan agar

1 Siaran Pers Bersama BI, OJK, LPS Integrasikan Pelaporan Perbankan,


https://lps.go.id/documents/10157/130970/Siaran+pers+bersama+BI+OJK+LPS.pdf/7accfc19-ccdc-449f-be5a-
787d5a11b0b9, diakses pada tanggal 22 Oktober 2023.
2 Koordinasi BI dengan Lembaga/Otoritas Lain,
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/stabilitas-sistem-keuangan/koordinasi-bi-lainnya/default.aspx, diakses pada
tanggal 22 Oktober 2023.

3
tidak terjadinya tidak dibayarnya kredit kepada bank dan membuat aktivitas bank
terganggu yang dapat mengganggu perekonomian suatu negara.
Untuk mengoptimalkan kinerja dari bank juga menurut kami merupakan suatu hal yang
kurang tepat apabila 3 lembaga, yaitu BI, OJK dan LPS digabungkan menjadi satu atau
dua badan. Hal ini akan menyebabkan ketidakefisienan suatu pelaporan atau
penyampaian informasi oleh bank kepada otoritas dan juga dapat menyebabkan kurang
optimalnya kinerja 3 lembaga tersebut yang berkaitan dengan aktivitas bank dan juga
berkaitan dengan perekonomian suatu negara yang menjadi pilar berdiri dan bertahannya
suatu negara.

SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS AKADEMIK


Kelompok telah menjunjung integritas dan etika akademik dengan
mencantumkan sumber dalam bentuk catatan kaki dan daftar pustaka serta tidak
melakukan kecurangan dalam bentuk lainnya.
Bandung, 23 Oktober 2023

Fajar Permana

4
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan perundang-undangan
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Pasal 10 ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan
Pasal 65 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga
Penjamin Simpanan

Jurnal

P. Prananingtyas, "SISTEM ANALISA YURIDIS TUGAS KOMITE STABILITAS SISTEM


KEUANGAN DALAM PENCEGAHAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA," Diponegoro
Private Law Review, vol. 1, no. 1, Dec. 2017. Diakses dari
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/dplr/article/view/1932. Pada 22 Oktober 2023.

Anda mungkin juga menyukai