pembahasan sistem moneter adalah sebagai berikut 1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai sistem moneter 2. Mahasiswa mampu menjelaskan mngenai kerangka sistem moneter di Indonesia 3. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai sistem pembayaran nasional 4. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai mekanisme peredaran uang 5. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai mekanisme nilai tukar
B. Materi
1. Pengertian Sistem Moneter
Sebelum membahas mengenai sistem moneter,
baiknya kita ketahui dahulu apa itu sistem dan moneter. Secara etimologis, kata “Sistem” berasal dari kata Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 1 systema dalam Bahasa Yunani yang memiliki dua arti yakni : a) suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian dan; b) hubungan yang berlangsung di antara satuan atau komponen secara teratur. Secara sederhana indrajit mengemukakan bahwa sistem memiliki makna kumpulan atau gabungan dari komponen yang dikandung dalam unsur keterkaitan antara satu dan lainnya (Indrajit, 2001:2 dalam HD Husen Sobana, 2019:2). HD Husen pun mendefinisikan sistem yang merupakan merupakan kumpulan beberapa bagian yang mempunyaiketerkaitan, saling bekerja sama, dan membuat suatu kesatuan untuk tercapainya tujuan yang ditentukan dari sistem tersebut (HD Husen Sobana, 2019:2). Dengan demikian pengertian sistem dapat kita simpulkan bahwa sistem memiliki arti seperangkat unsur yang teratur membentuk kesatuan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya guna mencapai tujuan tertentu. Istilah moneter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti mengenai, berhubungan dengan uang atau keuangan. Dengan demikian sistem monter dapat kita artikan seperangkat unsur yang teratur membentuk kesatuan dan saling berkaitan serta berhubungan dengan nilai uang. Pada Kamus Bisnis dan Bank Media BPR.com terdapat pengertian sistem moneter. Sistem moneter (monetary sistem) diartikan sebagai suatu sistem yang membuat ketetapan kebijakan dan tindakan-tidaka yang
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 2
memberikan pegaruh terhadap interaks faktor monet d dalam negara yang di dalamya meliputi pengawasan cadangan nilai mata uang asing (valas). Sistem moneter di Indonesia diotoritasi oleh Bank Inonesia dan Pemerintah yang diwakili Menteri Keuangan.. Sistem moneter merupakan bagian dari ekonomi moneter dan berkaitan dengan kebijakan moneter. Dari pengertian-pengertian yang diuraikan tersebut maka kita bisa simpulkan bahwa sistem moneter berkaitan dengan usnur-unsur dan kebijakan mengenai kegiatan moneter di suatu negara.
2. Kerangka Sistem Moneter
Kebjiakan moneter menurut BI Kebansentralan
didefiniskan sebagai kebijakan otoritas moneter (bank sentral) dalam bentuk pengendalian besaran moneter (dapat berupa uang beredar, uang primer, atau kredit perbankan) dan atau suku bunga bank untuk mencapai stabilitas ekonomi makro. Untuk memahami mengenai sistem moneter bisa dilihat pada gambar berikut:
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 3
Gambar 1. Kerangka Sistem Moneter
Sumber: Raharjo, 2009 dalam (Sugiyanto & Lestari,
2014)
Dari gambar di atas kita bisa melihat aanya
beberapa lembaga yang merupakan regulator dan lembaga pelaksana berupa bank dan lembaga lainnya. a. Regulator Dalam sistem moneter regulator memiliki peranan penting dalam menetapkan kebijakan dan pengaturan serta pengawasan dalam kelembagaan, operasioan dan mekanismenya. Adapaun lembaga- lembaga regulator meliputi: Bank, Otoritas Jasa Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 4 Keuangan, Lembagi Penjamin Simpanan, dan Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan. b. Lembaga Keuangan 1) Pasar Modal, Pengertian mengenai apa itu pasar modal bisa dijelaskan sebagai wadah atau tempat untuk mempertemukan penjual-penjual dan pembeli- pembeli yang bertuan agar didapatkannya modal. (Kasmir, 2020) 2) Pasar Uang Pasar Uang bisa dijelaskan sebagai bagian darisuatu sistem moneter yang berkaitan dengan aktivitas niaga atau perdagangan, aktivitas pinjam-meminjam, atau aktivitas pendanaan dengan jangka waktu paling lama 1 tahun baik dalam IDR maupun mata uang asing di mana memiliki peranan dalam : a) transmisi kebijakan keuangan (moneter), b) tercapainya kestabilan sistem keuangan, dan c) lancarnya sistem transaksi pembayaran. (Bank Indonesia, n.d.-c). 3) Koperasi Simpan Pinjam Pengertian Koperasi menurut PP no. 7 Tahun 2021 pasal 1, badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasaikan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan (Pemerintah et al., 2021).
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 5
4) Pegadaian Dalam praktiknya pegadaian meruapkan tempat usaha gadai. Usaha gadai merupakan usaha yang aktivitas utamanya yakni menerima penjaminan barang berharga dari perorangan atau lembaga yang membutuhkan dana di mana pelaku usaham memberikan dana tersebut, dan barang yang dijaminkan akan dilakukan penebusan sesuai nilai yang disepakati (Kasmir, 2020). 5) Leasing Istilah leasing dikenal jug dengan sewa guna usaha. Pengertian sewa guna usaha menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan, n.d.), sebagai kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara finance lease (sewa guna usaha dengan hak opsi) maupun operatig lease (sewa guna tanpa hak opsi) yang bisa diperguakan lessee (penyewa guna usaha) selama jangka waktu tertentu yag disesuaikan degan dasar pembayaran berkala.. 6) Asuransi Menurut B Muchtar (2019) memiliki banyak pengertian namun dari sudut pandang ekonomi, asuransi diartikan menurunkan tingkat ketidakpastian melalui pengalihan dan penggabugan atau penghimpunana dana dari
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 6
ihak-pihak yang mempunya suatu keentingan yang sama. 7) Anjak Piutang Pengertian anjak piutang merupakan suatu aktivitas yang melakukan pengelolaan atas permasalahan dalam utang piutang, baik ambil alih maupun jual beli piutang yang mmiliki tujuan agar kegiatan perusahaan menjadi lancar serta menghindari adanya kredit macet yang bisa menyebabkan ketidaklancarannya aktivitas operasional perusaaan (Muchtar, 2019). 8) Modal Ventura Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No 34/POJK.05/2015 (D. Komisioner OJK, 2015) pengertian usaha modal ventura merupakan suatu kegiatan pembiayaan lewat penyertaan modal di mana pembiayaannya dilakukan dalam jangka waktu yang ditentukan untuk pengembangan kegiatan bisnis debiturnya / partner usahanya. 9) Bank Undang-undang No. 10 tahun 1998 (1998) memuat definisi bank. Bank diartikan sebagai badan usaha yang melakukan kengiatan penghimpunan dana masyarakat berupa simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat berupa kredit dan atau jenis lainnya demi meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 7
Seperti telah disamapaikan sebelumnya bahwa sistem moneter berkaitan dengan kebijakan moneter. Otoritas yang berwenang dalam menetapkan kebijakan moneter yakni Bank Indonesia. Tujuan utama Bank Indoensia yakni untuk tercapai dan terpeliharanya kestabilan nilai Rupiah sesuai dengan tujuan yang dalam perundang-undangan Nomor 3 Tahun 2004 dan Nomor 6 Tahun 2009 pada pasal 7, bahwa stabilnya nilai rupiah ini meliputi dimensi kestabilan atas harga- harga barang, jasa, dan pergerakan atau laju inflasi. Kedua, dimensi kestabilan nilai tukar (kurs) atas nilai mata uang asing (Valas). a. Kestabilan Rupiah terhadap harga-harga barang dan jasa dan laju inflasi Kestabilan ini tercermin dengan perkembangan inflasi. Pengertian Inflasi dalam laman situs Bank Indoneisa, dimuat mengenai pengertian inflasi. Inflasi yakni sebagai kondisi dalam jangka waktu tertentu terjadi peningkatan harga atas barang dan jasa secara global dan terus. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi, yakni terjadi adany penurunan secara umum atas harga barang secara terus-menerus. Perkembangan laju inflasi dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui link metada KI-IHK (Indeks Hara Konsumen). Kondisi dikatakan inflasi ketika kenaikan harga barang dan jasa terjadi secara meluas (Bank Indonesia, n.d.-a).
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 8
Dalam Suvey Biaya Hidup yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), IHK yang didasarkan pada the Classification of Individual Consumption by Purpose (COICOP) dikelompokan menjadi 7 kategori, yakni: bahan makanan; makanan jadi,minuman, dan tembakau; perumahan; sandang; kesehatan; pendidikan dan olahraga; dan transportasi dan komunikasi. Selain pengelompokan di atas, BPS juga melakukan pengelompokan inflasi yang dikenal disagregasi inflasi. Pengelompokan ini didasarkan pada faktor yang fundamental. Adapun disagregasi inflasi meliputi: 1) Inflasi Inti Inflasi ini diartikan bagian inflasi yang kecendrungannya menetap (persistent component) dalam tren inflasi dan terdapat faktor-faktor fundamental yang memberikan pengaruhnya, diantaranya: Interaksi permintaan- penawaran; Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang; dan Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen. 2) Inflasi non-Inti, Inflasi ini diartikan bagian inflasi yang volatilitasnya condok ke tinggi, dimana penyebabnya adalah faktor-faktor selain
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 9
fundamental. Adapun inflasi non-inti meliputi bagin-bagian berikut: a) Bagian Bergejolak atau Volatile Food Pengaruh yang dominannya adalah kegiatan yang terjadi secara tidak terduga dalam kategori bahan makanan, misalnya panen, adanya gangguan alam, atau faktor perubahan dari harga komoditas pangan baik secara domestik maupun internasional; dan b) Bagian Harga yang ditetapkan Pemerintah atau Administered Prices Pengaruh dominannya yakni berupakan kebijakan harga tak terduga yang ditetapkan pemerintah, misalnya mengenai harga subsidi BBM, tarif listrik, angkutan, dan lainnya.
Inflasi terjadi akibat tekanan dari supply
atau cost push inflation, permintaan (demand pull inflation), dan ekspektasi inflasi.
1) Sisi suplai (cost push inflation)
Tekanan ini ditimbulkan akibat terjadinya depresiasi nilai tukar, pengaruh dari inflasi luar negeri khususnya negara-negara patner dagang, kenaikan atas harga-harga komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah, dan terjadi negative supply shocks yang
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 10
disebabkan adanya bencana alam dan distribusi yang terkendala. 2) Sisi Permintaan (demand pull inflation), Tekanannya timbul akibat terlalu tinggi prmintaan barang dan jasa atas ketersediaan barang dan jasanya. 3) Ekspektasi inflasi Timbul karena pengaruh perilaku (behavior) masyarakat dan paara pelaku kegiatan ekonomi menerapkan harapan atas tingkat inflasi dalam menentukan atau memutuskan kegiatan ekonomi yang akan dilakukan.
Inflasi yang semakin tinggi akan
berdampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarkat. Adapun dampak nya dapat terjadi:
1) Bertambahanya angka kemiskinan,
Tingginya suatu inflasi manjadikan pendapatan atau penerimaan riil masyarakat akan semakin menurun, akibatnya standar hidup masyarakat juga akan ikut turun. Pada akhirnya membentuk semua orang menjadi lebih miskin, khususnya masyarakat yang sudah tergolong miskin akan bertambah tinggi kemiskinannya. 2) Kestabilan inflasi yang tidak terjaga akan mengakibatkan ketidak tentuan atau kondisi
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 11
tidak pasti (uncertainty) yang dihadapi para pelaku ekonomi dalam melakukan pengambilan keputusan. 3) Tingkat inflasi dalam negeri dibandingkan tingkat inflasi di luar negari, hal ini mengakibatkan tingkat bunga dalam domestik riil menjadi tidak bersaing, sehingga dapat menakan nilai rupiah.
Maka dari itu perlu adanya pengendalian
inflasi. Dalam melakukan pengendalian inflasi, Bank Indonesia (BI) berpedoman pada kerangka kerja yang dikenal dengan istilah Inflation Targeting Framework (ITF).
Inflation Targeting Framework (ITF)
diartikan sebagai sebuah konsep kerja atau kerangka kerja (framework) dimana kebijakan moneter mengarah pada ketercapaian sasaran inflasi yang ditentukan nantinya dan disampaikan pada khalayak umum sebagai wujud dari BI menerapkan komitmen dan akuntabilitasnya. Kebijakan ini telah diperkuat BI dengan menerapkan ITF Flexible.
Flexible ITF tetap bertumpu pada bagian-
bagian penting dalam ITF yang telah dibangun. Unsur-unsur pokok dalam ITF termasuk pemberitahuan mengenai sasaran inflasi kepada
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 12
khalayak umum, dan kebijakan moneter secara forward looking.
Kebijakan yang ditempuh secara forwading
looking yakni kebijakan moneter yang diarahkan dalam tercapainya target inflasi pada periode mendatang karena adanya pertimbangan efek tunda (time lag) kebijakan moneter. ITF diterapkan dengan suku bunga kebijakan disini digunakan sebagai suatu sinyal dari kebijakan moneter dan Suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) menjadi target operasional.
Bank Indonesia melakukan penetapan
suku bunga kebijakan yakni BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). BI-7 Day Reserve Repo Rate yakni sebagai suatu alat dari kebijakan utama yang berpengaruh pada kegiatan perekonomian yang bertujuan tercapainya sasaran inflasi. Tranmisi dari keputusan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) demi tercapainya sasaran inflasi dilakukan melalui chanel-chanel dan membutuhkan waktu. Untuk lebih jelasnya brikut transmisi kebijakan moneternya:
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 13
Gambar 2. Tranmisi kebijakan moneter (Sumber: bi.go.id)
Selain transmisi atas kebijakan moneter, BI
melakukan koordinator pengendalian inflasi sebagai berikut :
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 14
Gambar 3. Koordinasi Pengendalian Inflasi
(Sumber: bi.go.id)
b. Kestabilan Rupiah terhadap mata uang asing
Kestabilan ini tercermin dengan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Penerapan flexible ITF, artinya tidak hanya pada inflasi, namun juga diterapkan dalam kebijakan nilai tukar atau kurs. Kebijakan ini digunakan BI dalam pengelolaan stabilitas atas nilai tukar (kurs) Rupiah, di mana tujuannya yakni agar tetap berdasarkan nilai fundamental dan tetap membantu proses mekanisme Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 15 pasar. Penetapan kebijakan ini dalam rangka menurunkan gejolak yang timbul dari permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang tidak seimbang di pasar valas. Penerapannya dilakukan dengan strategi triple intervention. Adapun Strategi triple intervention meliputi (Bank Indonesia, n.d.-a) : 1) Di Pasar Spot dilakukan intervensi jual; 2) Pasar Berjangka Valuta Asing atau di Domesti Non-Deliverable Forward (DNDF); dan 3) Di Pasar Sekunder melakukan Pembelian SBN.
Penerapan strategi ini bertujuan demi terjaganya nilai
tukar yang stabil dan sekaligus menjaga likuiditas Rupiah agar cukup.
3. Sistem Pembayaran Nasional
Pengertian sistem pembayaran teradapt dalam
laman situs BI fungsi utama sistem pembayaran. Sistem Pembayaran diartikan sebagai suatu sistem yang mencakup aturan-aturan, lembaga atau badan, dan mekanisme yang dipergunakan untuk memindahankan dana, guna terpenuhinya suatu kewajiban yang terjadi dari suatu kegiatan ekonomi. Dalam PBI No 22/23 (2020) Sistem Pembayaran adalah suatu sistem terdiri dari: seperangkat aturan; lembaga, mekanisme; infrastruktur; sumber dana untuk pembayaran; dan akses ke sumber dana untuk pembayaran yang digunakan untuk melakukan pindah alih dana guna Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 16 terpenuhinya suatu kewajiban yang terjadi dari suatu kegiatan ekonomi. Sistem Pembayaran muncul berbarengan dengan munculnya konsep 'uang' sebagai alat tukar (medium of change) atau intermediary dalam transaksi barang, jasa dan keuangan. Pada prinsipnya, Aada 3 tahap pdalam pemrosesan sistem embayaran yakni : a. otorisasi; b. kliring; dan c. penyelesaian akhir (settlement). Sistem pembayaran di Indonesia terdiri dari tiga infrastruktur yakni: a. Gerbang pembayaran Nasional (GPN) Menurut BI (Bank Indonesia, n.d.-g), National Payment Gateway atau Gerbang Pembayaran Nasioal (GPN) adalah sistem meliputi Standar, Switching dan Services yang dibentuk melalui seperangkat aturan dan mekanisme untuk mengintegrasikan berbagai instrumen (alat) dan aliran pembayaran secara nasional. b. Sistem Kliring Nasional Bank Indoneisa (SKNBI) Menurut BI (Bank Indonesia, n.d.-g), Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) merupakan infrastruktur yang dipergunakan oleh Bank Indonesia dalam terselenggaranya Transfer Dana dan Kliring Berjadwal untuk melakukan proses data keuangan elektronik pada layanan transfer dana, layanan kliring
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 17
warkat debit, layanan pembayaran reguler, dan layanan penagihan regular. c. BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Sistem BI-RTGS merupakan infrastruktur yang penggunaannya sebagai sarana atau media transfer dana elektronik yang penyelesaian akhirnya dilakukan seketika tiap transaksi per individual (Bank Indonesia, n.d.-h). Dalam perkembangannya sistem pembayaran Indonesia tidak terlepas dari perkembangan zaman dan teknologi. Perkembangan itu kita kenal dengan istilah evolusi. Sistem Pembayaran terus melakukan evolusi mengikuti perkembangan uang. Evolisi terjadi dengan 3 unsur penggerak yakni inovasi (Inovation), teknologi (Technology) & model bisnis (Business Model), tradisi masyarakat, dan kebijakan otoritas. Awal mula alat pembayaran yaitu sistem barter yakni sistem pertukaran antar barang yang diperjualbelikan. Namun terjadi masalah saat dua pihak yang melakukan barter tidak mencapai titik sepakat yang mana satu pihak tidak sepakat akan nilai barang yang ditukar atau salah satu pihak tidak memerlukan barang yang akan ditukarnya. Berikut ini bisa dilihat evolusi sistem pembayaran:
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 18
Gambar 4. Evolusi Sistem Pembayaran
(Sumber : Bi.go.id)
Kondisi saat ini semakin menambah
perkembangan sistem pembayaran dan mulai dikenal adanya financial technology atau fintech, banyak perusahan-perusahan yang memiliki izin untuk menerbitkan uang elektronik dengan mengguankan aplikasi seperti gopay, shopee, dana dan sebagainya. Sistem pembayran ini tidak terlepas dari kebiajkan sistem pembayrannya. Adapun perkembangan sistem pembayaran bisa dilihat apda gambar berikut:
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 19
Gambar 5. Kebijakan sistem pembayaran
(sumber: bi.go.id)
4. Mekanisme Peredaran Uang
Bank Indonesia menurut UU No. 7 Tahun 2011
mempunyai tugas dan kewenangan dalam Pengelolaan Uang Rupiah melalui tahapan-tahapan yang telah ditetapkan. Adapaun tahapan-tahapannya meliputi : a. Perencanaan, b. Pencetakan, c. Pengeluaran, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 20 d. Pengedaran, e. Pencabutan, f. Penarikan, dan g. Pemusnahan. Tujuan dari pengelolaan uang ini yakni terjaminnya ketersediaan Uang Rupiah yang siap dan layak untuk diedarkan, nilai/denominasi sudah sesuai, tepat waktu sesuai kebutuhan masyarakat, serta aman / terjamin dari upaya adanya uang palsu dengan terus mempertimbangkan kefisiensian dan kepentingan nasional. Beradasarkan (UU No 7 TH 2011, 2011) menjelaskan bahwa peredaran uang merupakan salah satu tahap dari pengelolaan uang yang dilakukan oleh Bank Indoensia. Adapaun Mekanisme penyaluran atau distribusi uang Rupiah adalah sebagai berikut:
Gambar 6. Proses Distribusi Uang
Dalam proses penyalurannya lebih utama
menggunakan kendaraan darat, misalnya truk dan Kereta api, dan laut misalnya kapal barang dan penumpang. Namun, kondisi tertentu proses distribusi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 21 penyaluran dilakukan melalui udara misalnya pesawat terbang.
5. Mekanisme Nilai Tukar
Berkaitan dengan mekanisme nilai tukar telah
disampaikan di atas bahwa strategi yang diterapkan yakni tiga strategi intervensi yakni Penjualan di pasar spot, di pasar DNDF di pasar sekunder membeli SBN. Dalam pelaksanaannya BI menggunakan Operasi Moneter (OM) (OM) yang bertujuan untuk mencapai kestabilan moneter secara integritas di pasar uang dana valas. Implementasi OM diterapkan dengan penerapan dalam mengatur suku bunga di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Overnight. Ada dua opersai dalam pelaksanaan OM yakni Operasi Pasar Terbuka yang dikenal OPT dan Standing Facilities atau SF. a. Operasi Pasar Terbuka (OPT) BI mengemukakan bahwa OPT merupakan aktivitas dalam melakukan OM antara BI dengan pihak lain baik konvensional maupun syariah.. Di sini OPT Rupiah dibagi menjadi dua yakni: OPT absorbsi dan OPT Injeksi. Dalam OPT absorbsi Kelebihan atas likuiditas diserap. Sedangkan, OPT Injeksi adalah kebalikan OPT Absorbsi, di mana dilakukan penambahan stock likuiditas untuk menjaga keseimbangan nilainya dalam membantu tercapainya OM yang telah ditentukan.
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 22
b. Standing Facilities (SF) Bank IndonesiaI mengemukakan bahwa Standing Facilities merupakan aktivitas yang berkaitan dalam penempatan dana baik dari BI ke peserta standing Facilities maupun sebaliknya dalam Operasi Moneter (OM). Sehingga SF dibedakan menjadi: 1) Deposit Facility (DF) Deposit Facility adalah kegiatan di mana BI menerima dana dari peserta SF secara konvensional atau syariah yang dikenal dengan FASBIS (Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah). 2) Lending Facility (LF) atau Financing Facility (FF) Lending Facility merupakan kebalikan dari DF. Di Sini BI menempatkan dana kepada peserta SF baik secara konvensional maupun menggunakan prinsip syariah yang dikenal dengan Financing Facility.
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 23
C. Latihan
1. Apa yang dimaksud sistem moneter?
2. Jelaskan mengenai kerangka dari sistem moneter! 3. Jelaskan apa yang dimaksuad sistem pembayaran nasional dan bagaimana perkembangannya di Indonesia? 4. Jelaskan bagaimana mekanisme peredaran uang? 5. Jelaskan bagaimana mekanisme nilai tukar rupiah?
D. Referensi
BankIndonesia. (n.d.-a). Moneter.
https://www.bi.go.id/id/fungsi- utama/moneter/Default.aspx, diakses 20 Juli 2021
Bank Indonesia. (n.d.-b). Operasi Moneter.
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/operasi- moneter/Default.aspx. diakses 20 Juli 2021
Bank Indonesia. (n.d.-b). Operasi Moneter. BI. Retrieved
July 27, 2021, from https://www.bi.go.id/id/fungsi- utama/moneter/operasi-moneter/Default.aspx
Bank Indonesia. (n.d.-c). Pasar Keuangan. BI. Retrieved July
20, 2021, from https://www.bi.go.id/id/fungsi- utama/moneter/pasar-keuangan/default.aspx Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 24 Bank Indonesia. (n.d.-d). Profil Organisasi Bank Indonesia. BI.
Bank Indonesia. (n.d.-e). Sejarah Bank Indonesia. BI.
Retrieved July 23, 2021, from https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/sejarah- bi/Default.aspx
Bank Indonesia. (n.d.-f). Sistem Pembayaran. BI. Retrieved
July 25, 2021, from https://www.bi.go.id/id/fungsi- utama/sistem-pembayaran/default.aspx
Bank Indonesia. (n.d.-g). Sistem Pembayaran - Infrastruktur.
BI. Retrieved July 27, 2021, from https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/sistem- pembayaran/ritel/infrastruktur/default.aspx
Bank Indonesia. (n.d.-h). Sistem Pembayaran Nilai Besar.
BI. Retrieved July 27, 2021, from https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/sistem- pembayaran/nilai-besar/rtgs/default.aspx
Bank Indonesia. (n.d.-i). Stabilitas Sistem Keuangan. BI.
Retrieved July 25, 2021, from https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/stabilitas-sistem- keuangan/ikhtisar/
Pemerintah, P. N., Tentang Kemudahan, H., An, P.,
Pemberday, D., Koperasi, A., Usaha Mikro, D., Bab, D. M., Ketentuan, I., & Pasal, U. (2021). Menetapkan PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA-2- MEMUTUSKA N. 086507.
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 25
Otoritas Jasa Keuangan. (n.d.-b). ASURANSI. OJK. Retrieved July 22, 2021, from https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/pages/asuransi.as px
Otoritas Jasa Keuangan. (n.d.-a). ANJAK PIUTANG
(FACTORING). OJK. Retrieved July 22, 2021, from https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/ 84
Otoritas Jasa Keuangan. (n.d.-c). SEWA GUNA USAHA
(LEASING). OJK. Retrieved July 22, 2021, from https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/ 82
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro