Anda di halaman 1dari 26

BAB I

SISTEM MONETER

A. Capaian Pembelajaran

Adapun tujuan atau kompetensi dasar dalam


pembahasan sistem moneter adalah sebagai berikut
1. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai sistem
moneter
2. Mahasiswa mampu menjelaskan mngenai kerangka
sistem moneter di Indonesia
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai sistem
pembayaran nasional
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai mekanisme
peredaran uang
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai mekanisme
nilai tukar

B. Materi

1. Pengertian Sistem Moneter

Sebelum membahas mengenai sistem moneter,


baiknya kita ketahui dahulu apa itu sistem dan moneter.
Secara etimologis, kata “Sistem” berasal dari kata
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 1
systema dalam Bahasa Yunani yang memiliki dua arti
yakni : a) suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian
banyak bagian dan; b) hubungan yang berlangsung di
antara satuan atau komponen secara teratur.
Secara sederhana indrajit mengemukakan bahwa
sistem memiliki makna kumpulan atau gabungan dari
komponen yang dikandung dalam unsur keterkaitan
antara satu dan lainnya (Indrajit, 2001:2 dalam HD
Husen Sobana, 2019:2). HD Husen pun mendefinisikan
sistem yang merupakan merupakan kumpulan beberapa
bagian yang mempunyaiketerkaitan, saling bekerja
sama, dan membuat suatu kesatuan untuk tercapainya
tujuan yang ditentukan dari sistem tersebut (HD Husen
Sobana, 2019:2). Dengan demikian pengertian sistem
dapat kita simpulkan bahwa sistem memiliki arti
seperangkat unsur yang teratur membentuk kesatuan
yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya guna
mencapai tujuan tertentu.
Istilah moneter dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) memiliki arti mengenai, berhubungan
dengan uang atau keuangan. Dengan demikian sistem
monter dapat kita artikan seperangkat unsur yang
teratur membentuk kesatuan dan saling berkaitan serta
berhubungan dengan nilai uang.
Pada Kamus Bisnis dan Bank Media BPR.com
terdapat pengertian sistem moneter. Sistem moneter
(monetary sistem) diartikan sebagai suatu sistem yang
membuat ketetapan kebijakan dan tindakan-tidaka yang

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 2


memberikan pegaruh terhadap interaks faktor monet d
dalam negara yang di dalamya meliputi pengawasan
cadangan nilai mata uang asing (valas). Sistem moneter
di Indonesia diotoritasi oleh Bank Inonesia dan
Pemerintah yang diwakili Menteri Keuangan..
Sistem moneter merupakan bagian dari ekonomi
moneter dan berkaitan dengan kebijakan moneter. Dari
pengertian-pengertian yang diuraikan tersebut maka kita
bisa simpulkan bahwa sistem moneter berkaitan dengan
usnur-unsur dan kebijakan mengenai kegiatan moneter
di suatu negara.

2. Kerangka Sistem Moneter

Kebjiakan moneter menurut BI Kebansentralan


didefiniskan sebagai kebijakan otoritas moneter (bank
sentral) dalam bentuk pengendalian besaran moneter
(dapat berupa uang beredar, uang primer, atau kredit
perbankan) dan atau suku bunga bank untuk mencapai
stabilitas ekonomi makro.
Untuk memahami mengenai sistem moneter bisa
dilihat pada gambar berikut:

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 3


Gambar 1. Kerangka Sistem Moneter

Sumber: Raharjo, 2009 dalam (Sugiyanto & Lestari,


2014)

Dari gambar di atas kita bisa melihat aanya


beberapa lembaga yang merupakan regulator dan
lembaga pelaksana berupa bank dan lembaga lainnya.
a. Regulator
Dalam sistem moneter regulator memiliki
peranan penting dalam menetapkan kebijakan dan
pengaturan serta pengawasan dalam kelembagaan,
operasioan dan mekanismenya. Adapaun lembaga-
lembaga regulator meliputi: Bank, Otoritas Jasa
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 4
Keuangan, Lembagi Penjamin Simpanan, dan Pusat
Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan.
b. Lembaga Keuangan
1) Pasar Modal,
Pengertian mengenai apa itu pasar modal bisa
dijelaskan sebagai wadah atau tempat untuk
mempertemukan penjual-penjual dan pembeli-
pembeli yang bertuan agar didapatkannya
modal. (Kasmir, 2020)
2) Pasar Uang
Pasar Uang bisa dijelaskan sebagai bagian
darisuatu sistem moneter yang berkaitan dengan
aktivitas niaga atau perdagangan, aktivitas
pinjam-meminjam, atau aktivitas pendanaan
dengan jangka waktu paling lama 1 tahun baik
dalam IDR maupun mata uang asing di mana
memiliki peranan dalam : a) transmisi kebijakan
keuangan (moneter), b) tercapainya kestabilan
sistem keuangan, dan c) lancarnya sistem
transaksi pembayaran. (Bank Indonesia, n.d.-c).
3) Koperasi Simpan Pinjam
Pengertian Koperasi menurut PP no. 7 Tahun
2021 pasal 1, badan usaha yang beranggotakan
orang seorang atau badan hukum Koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasaikan
prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan (Pemerintah et al., 2021).

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 5


4) Pegadaian
Dalam praktiknya pegadaian meruapkan tempat
usaha gadai. Usaha gadai merupakan usaha
yang aktivitas utamanya yakni menerima
penjaminan barang berharga dari perorangan
atau lembaga yang membutuhkan dana di mana
pelaku usaham memberikan dana tersebut, dan
barang yang dijaminkan akan dilakukan
penebusan sesuai nilai yang disepakati (Kasmir,
2020).
5) Leasing
Istilah leasing dikenal jug dengan sewa guna
usaha. Pengertian sewa guna usaha menurut
OJK (Otoritas Jasa Keuangan, n.d.), sebagai
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal, baik secara finance lease (sewa
guna usaha dengan hak opsi) maupun operatig
lease (sewa guna tanpa hak opsi) yang bisa
diperguakan lessee (penyewa guna usaha)
selama jangka waktu tertentu yag disesuaikan
degan dasar pembayaran berkala..
6) Asuransi
Menurut B Muchtar (2019) memiliki banyak
pengertian namun dari sudut pandang ekonomi,
asuransi diartikan menurunkan tingkat
ketidakpastian melalui pengalihan dan
penggabugan atau penghimpunana dana dari

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 6


ihak-pihak yang mempunya suatu keentingan
yang sama.
7) Anjak Piutang
Pengertian anjak piutang merupakan suatu
aktivitas yang melakukan pengelolaan atas
permasalahan dalam utang piutang, baik ambil
alih maupun jual beli piutang yang mmiliki tujuan
agar kegiatan perusahaan menjadi lancar serta
menghindari adanya kredit macet yang bisa
menyebabkan ketidaklancarannya aktivitas
operasional perusaaan (Muchtar, 2019).
8) Modal Ventura
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No
34/POJK.05/2015 (D. Komisioner OJK, 2015)
pengertian usaha modal ventura merupakan
suatu kegiatan pembiayaan lewat penyertaan
modal di mana pembiayaannya dilakukan dalam
jangka waktu yang ditentukan untuk
pengembangan kegiatan bisnis debiturnya /
partner usahanya.
9) Bank
Undang-undang No. 10 tahun 1998 (1998)
memuat definisi bank. Bank diartikan sebagai
badan usaha yang melakukan kengiatan
penghimpunan dana masyarakat berupa
simpanan dan menyalurkan dana kepada
masyarakat berupa kredit dan atau jenis lainnya
demi meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 7


Seperti telah disamapaikan sebelumnya bahwa
sistem moneter berkaitan dengan kebijakan moneter.
Otoritas yang berwenang dalam menetapkan kebijakan
moneter yakni Bank Indonesia. Tujuan utama Bank
Indoensia yakni untuk tercapai dan terpeliharanya
kestabilan nilai Rupiah sesuai dengan tujuan yang
dalam perundang-undangan Nomor 3 Tahun 2004 dan
Nomor 6 Tahun 2009 pada pasal 7, bahwa stabilnya
nilai rupiah ini meliputi dimensi kestabilan atas harga-
harga barang, jasa, dan pergerakan atau laju inflasi.
Kedua, dimensi kestabilan nilai tukar (kurs) atas nilai
mata uang asing (Valas).
a. Kestabilan Rupiah terhadap harga-harga barang dan
jasa dan laju inflasi
Kestabilan ini tercermin dengan perkembangan
inflasi. Pengertian Inflasi dalam laman situs Bank
Indoneisa, dimuat mengenai pengertian inflasi. Inflasi
yakni sebagai kondisi dalam jangka waktu tertentu
terjadi peningkatan harga atas barang dan jasa
secara global dan terus. Kebalikan dari inflasi disebut
deflasi, yakni terjadi adany penurunan secara umum
atas harga barang secara terus-menerus.
Perkembangan laju inflasi dihitung oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) melalui link metada KI-IHK (Indeks
Hara Konsumen). Kondisi dikatakan inflasi ketika
kenaikan harga barang dan jasa terjadi secara
meluas (Bank Indonesia, n.d.-a).

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 8


Dalam Suvey Biaya Hidup yang dilakukan
Badan Pusat Statistik (BPS), IHK yang didasarkan
pada the Classification of Individual Consumption by
Purpose (COICOP) dikelompokan menjadi 7 kategori,
yakni: bahan makanan; makanan jadi,minuman, dan
tembakau; perumahan; sandang; kesehatan;
pendidikan dan olahraga; dan transportasi dan
komunikasi.
Selain pengelompokan di atas, BPS juga
melakukan pengelompokan inflasi yang dikenal
disagregasi inflasi. Pengelompokan ini didasarkan
pada faktor yang fundamental. Adapun disagregasi
inflasi meliputi:
1) Inflasi Inti
Inflasi ini diartikan bagian inflasi yang
kecendrungannya menetap (persistent
component) dalam tren inflasi dan terdapat
faktor-faktor fundamental yang memberikan
pengaruhnya, diantaranya: Interaksi permintaan-
penawaran; Lingkungan eksternal: nilai tukar,
harga komoditi internasional, inflasi mitra
dagang; dan Ekspektasi inflasi dari pedagang
dan konsumen.
2) Inflasi non-Inti,
Inflasi ini diartikan bagian inflasi yang
volatilitasnya condok ke tinggi, dimana
penyebabnya adalah faktor-faktor selain

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 9


fundamental. Adapun inflasi non-inti meliputi
bagin-bagian berikut:
a) Bagian Bergejolak atau Volatile Food
Pengaruh yang dominannya adalah kegiatan
yang terjadi secara tidak terduga dalam
kategori bahan makanan, misalnya panen,
adanya gangguan alam, atau faktor
perubahan dari harga komoditas pangan
baik secara domestik maupun internasional;
dan
b) Bagian Harga yang ditetapkan Pemerintah
atau Administered Prices
Pengaruh dominannya yakni berupakan
kebijakan harga tak terduga yang ditetapkan
pemerintah, misalnya mengenai harga
subsidi BBM, tarif listrik, angkutan, dan
lainnya.

Inflasi terjadi akibat tekanan dari supply


atau cost push inflation, permintaan (demand pull
inflation), dan ekspektasi inflasi.

1) Sisi suplai (cost push inflation)


Tekanan ini ditimbulkan akibat terjadinya
depresiasi nilai tukar, pengaruh dari inflasi
luar negeri khususnya negara-negara patner
dagang, kenaikan atas harga-harga
komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah,
dan terjadi negative supply shocks yang

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 10


disebabkan adanya bencana alam dan
distribusi yang terkendala.
2) Sisi Permintaan (demand pull inflation),
Tekanannya timbul akibat terlalu tinggi
prmintaan barang dan jasa atas
ketersediaan barang dan jasanya.
3) Ekspektasi inflasi
Timbul karena pengaruh perilaku (behavior)
masyarakat dan paara pelaku kegiatan
ekonomi menerapkan harapan atas tingkat
inflasi dalam menentukan atau memutuskan
kegiatan ekonomi yang akan dilakukan.

Inflasi yang semakin tinggi akan


berdampak negatif terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarkat. Adapun dampak nya dapat
terjadi:

1) Bertambahanya angka kemiskinan,


Tingginya suatu inflasi manjadikan
pendapatan atau penerimaan riil masyarakat
akan semakin menurun, akibatnya standar
hidup masyarakat juga akan ikut turun. Pada
akhirnya membentuk semua orang menjadi
lebih miskin, khususnya masyarakat yang
sudah tergolong miskin akan bertambah
tinggi kemiskinannya.
2) Kestabilan inflasi yang tidak terjaga akan
mengakibatkan ketidak tentuan atau kondisi

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 11


tidak pasti (uncertainty) yang dihadapi para
pelaku ekonomi dalam melakukan
pengambilan keputusan.
3) Tingkat inflasi dalam negeri dibandingkan
tingkat inflasi di luar negari, hal ini
mengakibatkan tingkat bunga dalam
domestik riil menjadi tidak bersaing,
sehingga dapat menakan nilai rupiah.

Maka dari itu perlu adanya pengendalian


inflasi. Dalam melakukan pengendalian inflasi,
Bank Indonesia (BI) berpedoman pada kerangka
kerja yang dikenal dengan istilah Inflation
Targeting Framework (ITF).

Inflation Targeting Framework (ITF)


diartikan sebagai sebuah konsep kerja atau
kerangka kerja (framework) dimana kebijakan
moneter mengarah pada ketercapaian sasaran
inflasi yang ditentukan nantinya dan disampaikan
pada khalayak umum sebagai wujud dari BI
menerapkan komitmen dan akuntabilitasnya.
Kebijakan ini telah diperkuat BI dengan
menerapkan ITF Flexible.

Flexible ITF tetap bertumpu pada bagian-


bagian penting dalam ITF yang telah dibangun.
Unsur-unsur pokok dalam ITF termasuk
pemberitahuan mengenai sasaran inflasi kepada

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 12


khalayak umum, dan kebijakan moneter secara
forward looking.

Kebijakan yang ditempuh secara forwading


looking yakni kebijakan moneter yang diarahkan
dalam tercapainya target inflasi pada periode
mendatang karena adanya pertimbangan efek
tunda (time lag) kebijakan moneter. ITF
diterapkan dengan suku bunga kebijakan disini
digunakan sebagai suatu sinyal dari kebijakan
moneter dan Suku bunga Pasar Uang Antar
Bank (PUAB) menjadi target operasional.

Bank Indonesia melakukan penetapan


suku bunga kebijakan yakni BI-7 Day Reverse
Repo Rate (BI7DRR). BI-7 Day Reserve Repo
Rate yakni sebagai suatu alat dari kebijakan
utama yang berpengaruh pada kegiatan
perekonomian yang bertujuan tercapainya
sasaran inflasi. Tranmisi dari keputusan BI-7 Day
Reverse Repo Rate (BI7DRR) demi tercapainya
sasaran inflasi dilakukan melalui chanel-chanel
dan membutuhkan waktu. Untuk lebih jelasnya
brikut transmisi kebijakan moneternya:

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 13


Gambar 2. Tranmisi kebijakan moneter (Sumber: bi.go.id)

Selain transmisi atas kebijakan moneter, BI


melakukan koordinator pengendalian inflasi
sebagai berikut :

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 14


Gambar 3. Koordinasi Pengendalian Inflasi

(Sumber: bi.go.id)

b. Kestabilan Rupiah terhadap mata uang asing


Kestabilan ini tercermin dengan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing. Penerapan flexible
ITF, artinya tidak hanya pada inflasi, namun juga
diterapkan dalam kebijakan nilai tukar atau kurs.
Kebijakan ini digunakan BI dalam pengelolaan
stabilitas atas nilai tukar (kurs) Rupiah, di mana
tujuannya yakni agar tetap berdasarkan nilai
fundamental dan tetap membantu proses mekanisme
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 15
pasar. Penetapan kebijakan ini dalam rangka
menurunkan gejolak yang timbul dari permintaan
(demand) dan penawaran (supply) yang tidak
seimbang di pasar valas. Penerapannya dilakukan
dengan strategi triple intervention. Adapun Strategi
triple intervention meliputi (Bank Indonesia, n.d.-a) :
1) Di Pasar Spot dilakukan intervensi jual;
2) Pasar Berjangka Valuta Asing atau di Domesti
Non-Deliverable Forward (DNDF); dan
3) Di Pasar Sekunder melakukan Pembelian SBN.

Penerapan strategi ini bertujuan demi terjaganya nilai


tukar yang stabil dan sekaligus menjaga likuiditas
Rupiah agar cukup.

3. Sistem Pembayaran Nasional

Pengertian sistem pembayaran teradapt dalam


laman situs BI fungsi utama sistem pembayaran. Sistem
Pembayaran diartikan sebagai suatu sistem yang
mencakup aturan-aturan, lembaga atau badan, dan
mekanisme yang dipergunakan untuk memindahankan
dana, guna terpenuhinya suatu kewajiban yang terjadi
dari suatu kegiatan ekonomi. Dalam PBI No 22/23
(2020) Sistem Pembayaran adalah suatu sistem terdiri
dari: seperangkat aturan; lembaga, mekanisme;
infrastruktur; sumber dana untuk pembayaran; dan
akses ke sumber dana untuk pembayaran yang
digunakan untuk melakukan pindah alih dana guna
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 16
terpenuhinya suatu kewajiban yang terjadi dari suatu
kegiatan ekonomi.
Sistem Pembayaran muncul berbarengan dengan
munculnya konsep 'uang' sebagai alat tukar (medium of
change) atau intermediary dalam transaksi barang, jasa
dan keuangan. Pada prinsipnya, Aada 3 tahap pdalam
pemrosesan sistem embayaran yakni :
a. otorisasi;
b. kliring; dan
c. penyelesaian akhir (settlement).
Sistem pembayaran di Indonesia terdiri dari tiga
infrastruktur yakni:
a. Gerbang pembayaran Nasional (GPN)
Menurut BI (Bank Indonesia, n.d.-g), National
Payment Gateway atau Gerbang Pembayaran
Nasioal (GPN) adalah sistem meliputi Standar,
Switching dan Services yang dibentuk melalui
seperangkat aturan dan mekanisme untuk
mengintegrasikan berbagai instrumen (alat) dan
aliran pembayaran secara nasional.
b. Sistem Kliring Nasional Bank Indoneisa (SKNBI)
Menurut BI (Bank Indonesia, n.d.-g), Sistem
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) merupakan
infrastruktur yang dipergunakan oleh Bank Indonesia
dalam terselenggaranya Transfer Dana dan Kliring
Berjadwal untuk melakukan proses data keuangan
elektronik pada layanan transfer dana, layanan kliring

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 17


warkat debit, layanan pembayaran reguler, dan
layanan penagihan regular.
c. BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
Sistem BI-RTGS merupakan infrastruktur yang
penggunaannya sebagai sarana atau media transfer
dana elektronik yang penyelesaian akhirnya
dilakukan seketika tiap transaksi per individual (Bank
Indonesia, n.d.-h).
Dalam perkembangannya sistem pembayaran
Indonesia tidak terlepas dari perkembangan zaman
dan teknologi. Perkembangan itu kita kenal dengan
istilah evolusi. Sistem Pembayaran terus melakukan
evolusi mengikuti perkembangan uang. Evolisi terjadi
dengan 3 unsur penggerak yakni inovasi (Inovation),
teknologi (Technology) & model bisnis (Business
Model), tradisi masyarakat, dan kebijakan otoritas.
Awal mula alat pembayaran yaitu sistem barter
yakni sistem pertukaran antar barang yang
diperjualbelikan. Namun terjadi masalah saat dua
pihak yang melakukan barter tidak mencapai titik
sepakat yang mana satu pihak tidak sepakat akan
nilai barang yang ditukar atau salah satu pihak tidak
memerlukan barang yang akan ditukarnya.
Berikut ini bisa dilihat evolusi sistem
pembayaran:

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 18


Gambar 4. Evolusi Sistem Pembayaran

(Sumber : Bi.go.id)

Kondisi saat ini semakin menambah


perkembangan sistem pembayaran dan mulai dikenal
adanya financial technology atau fintech, banyak
perusahan-perusahan yang memiliki izin untuk
menerbitkan uang elektronik dengan mengguankan
aplikasi seperti gopay, shopee, dana dan
sebagainya. Sistem pembayran ini tidak terlepas dari
kebiajkan sistem pembayrannya. Adapun
perkembangan sistem pembayaran bisa dilihat apda
gambar berikut:

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 19


Gambar 5. Kebijakan sistem pembayaran

(sumber: bi.go.id)

4. Mekanisme Peredaran Uang

Bank Indonesia menurut UU No. 7 Tahun 2011


mempunyai tugas dan kewenangan dalam Pengelolaan
Uang Rupiah melalui tahapan-tahapan yang telah
ditetapkan. Adapaun tahapan-tahapannya meliputi :
a. Perencanaan,
b. Pencetakan,
c. Pengeluaran,
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 20
d. Pengedaran,
e. Pencabutan,
f. Penarikan, dan
g. Pemusnahan.
Tujuan dari pengelolaan uang ini yakni
terjaminnya ketersediaan Uang Rupiah yang siap dan
layak untuk diedarkan, nilai/denominasi sudah sesuai,
tepat waktu sesuai kebutuhan masyarakat, serta aman /
terjamin dari upaya adanya uang palsu dengan terus
mempertimbangkan kefisiensian dan kepentingan
nasional.
Beradasarkan (UU No 7 TH 2011, 2011)
menjelaskan bahwa peredaran uang merupakan salah
satu tahap dari pengelolaan uang yang dilakukan oleh
Bank Indoensia. Adapaun Mekanisme penyaluran atau
distribusi uang Rupiah adalah sebagai berikut:

Gambar 6. Proses Distribusi Uang

Dalam proses penyalurannya lebih utama


menggunakan kendaraan darat, misalnya truk dan
Kereta api, dan laut misalnya kapal barang dan
penumpang. Namun, kondisi tertentu proses distribusi
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 21
penyaluran dilakukan melalui udara misalnya pesawat
terbang.

5. Mekanisme Nilai Tukar

Berkaitan dengan mekanisme nilai tukar telah


disampaikan di atas bahwa strategi yang diterapkan
yakni tiga strategi intervensi yakni Penjualan di pasar
spot, di pasar DNDF di pasar sekunder membeli SBN.
Dalam pelaksanaannya BI menggunakan Operasi
Moneter (OM) (OM) yang bertujuan untuk mencapai
kestabilan moneter secara integritas di pasar uang dana
valas. Implementasi OM diterapkan dengan penerapan
dalam mengatur suku bunga di Pasar Uang Antar Bank
(PUAB) Overnight. Ada dua opersai dalam pelaksanaan
OM yakni Operasi Pasar Terbuka yang dikenal OPT dan
Standing Facilities atau SF.
a. Operasi Pasar Terbuka (OPT)
BI mengemukakan bahwa OPT merupakan
aktivitas dalam melakukan OM antara BI dengan
pihak lain baik konvensional maupun syariah..
Di sini OPT Rupiah dibagi menjadi dua yakni:
OPT absorbsi dan OPT Injeksi. Dalam OPT absorbsi
Kelebihan atas likuiditas diserap. Sedangkan, OPT
Injeksi adalah kebalikan OPT Absorbsi, di mana
dilakukan penambahan stock likuiditas untuk
menjaga keseimbangan nilainya dalam membantu
tercapainya OM yang telah ditentukan.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 22


b. Standing Facilities (SF)
Bank IndonesiaI mengemukakan bahwa
Standing Facilities merupakan aktivitas yang
berkaitan dalam penempatan dana baik dari BI ke
peserta standing Facilities maupun sebaliknya dalam
Operasi Moneter (OM). Sehingga SF dibedakan
menjadi:
1) Deposit Facility (DF)
Deposit Facility adalah kegiatan di mana BI
menerima dana dari peserta SF secara
konvensional atau syariah yang dikenal dengan
FASBIS (Fasilitas Simpanan Bank Indonesia
Syariah).
2) Lending Facility (LF) atau Financing Facility (FF)
Lending Facility merupakan kebalikan dari DF. Di
Sini BI menempatkan dana kepada peserta SF
baik secara konvensional maupun menggunakan
prinsip syariah yang dikenal dengan Financing
Facility.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 23


C. Latihan

1. Apa yang dimaksud sistem moneter?


2. Jelaskan mengenai kerangka dari sistem moneter!
3. Jelaskan apa yang dimaksuad sistem pembayaran
nasional dan bagaimana perkembangannya di
Indonesia?
4. Jelaskan bagaimana mekanisme peredaran uang?
5. Jelaskan bagaimana mekanisme nilai tukar rupiah?

D. Referensi

BankIndonesia. (n.d.-a). Moneter.


https://www.bi.go.id/id/fungsi-
utama/moneter/Default.aspx, diakses 20 Juli 2021

Bank Indonesia. (n.d.-b). Operasi Moneter.


https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/operasi-
moneter/Default.aspx. diakses 20 Juli 2021

Bank Indonesia. (n.d.-a). Moneter.


https://www.bi.go.id/id/fungsi-
utama/moneter/Default.aspx

Bank Indonesia. (n.d.-b). Operasi Moneter. BI. Retrieved


July 27, 2021, from https://www.bi.go.id/id/fungsi-
utama/moneter/operasi-moneter/Default.aspx

Bank Indonesia. (n.d.-c). Pasar Keuangan. BI. Retrieved July


20, 2021, from https://www.bi.go.id/id/fungsi-
utama/moneter/pasar-keuangan/default.aspx
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 24
Bank Indonesia. (n.d.-d). Profil Organisasi Bank Indonesia.
BI.

Bank Indonesia. (n.d.-e). Sejarah Bank Indonesia. BI.


Retrieved July 23, 2021, from
https://www.bi.go.id/id/tentang-bi/sejarah-
bi/Default.aspx

Bank Indonesia. (n.d.-f). Sistem Pembayaran. BI. Retrieved


July 25, 2021, from https://www.bi.go.id/id/fungsi-
utama/sistem-pembayaran/default.aspx

Bank Indonesia. (n.d.-g). Sistem Pembayaran - Infrastruktur.


BI. Retrieved July 27, 2021, from
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/sistem-
pembayaran/ritel/infrastruktur/default.aspx

Bank Indonesia. (n.d.-h). Sistem Pembayaran Nilai Besar.


BI. Retrieved July 27, 2021, from
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/sistem-
pembayaran/nilai-besar/rtgs/default.aspx

Bank Indonesia. (n.d.-i). Stabilitas Sistem Keuangan. BI.


Retrieved July 25, 2021, from
https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/stabilitas-sistem-
keuangan/ikhtisar/

Pemerintah, P. N., Tentang Kemudahan, H., An, P.,


Pemberday, D., Koperasi, A., Usaha Mikro, D., Bab,
D. M., Ketentuan, I., & Pasal, U. (2021). Menetapkan
PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA-2-
MEMUTUSKA N. 086507.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 25


Otoritas Jasa Keuangan. (n.d.-b). ASURANSI. OJK.
Retrieved July 22, 2021, from
https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/pages/asuransi.as
px

Otoritas Jasa Keuangan. (n.d.-a). ANJAK PIUTANG


(FACTORING). OJK. Retrieved July 22, 2021, from
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/
84

Otoritas Jasa Keuangan. (n.d.-c). SEWA GUNA USAHA


(LEASING). OJK. Retrieved July 22, 2021, from
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/
82

Kasmir. (2020). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya


(Revisi 14). RajaGrafindo Persada.

Muchtar, B. (2016). Bank & Lembaga Keuangan Lain


(Pertama). Kencana

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 26

Anda mungkin juga menyukai