Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HUKUM ISLAM

PERJANJIAN KREDIT SISTEM PERBANKAN DALAM


HUKUM EKONOMI SYARIAH
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H.
                  Hazar Kusmayanti, SH., MH.

  Nama Anggota Kelompok 8:

1. Louis Alfred Hasudungan  (110110180392)


2. Siti Amalia Agustin (110110210309)
3. Dinda Amelia Suwandi (110110210317)
4. Kirana Ayu Fatmi Gandasari (110110210318)
5. Marpaung Ruth Kyneta Lungunna Clementine (110110210333)
6. Muhammad Arif Rahman Lubis (110110210334)

FAKULTAS HUKUM 
UNIVERSITAS PADJAJARAN 
JATINANGOR 
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sistem ekonomi yang diterapkan di Indonesia adalah Sistem Ekonomi Pancasila


yang mengandung demokrasi ekonomi. Ini berarti bahwa segala kegiatan dalam hal
ekonomi dilakukan dari, oleh dan untuk kepentingan rakyat dibawah pengawasan dari
pemerintah. Selain hukum ekonomi positif yang berlaku secara umum, Indonesia
memiliki suatu hukum ekonomi yang hanya berlaku bagi umat muslim, yaitu hukum
ekonomi syariah. Hukum Ekonomi Syariah adalah hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lainnya yang berupa kontrak atau perjanjian, berkaitan dengan
hubungan manusia dengan objek atau benda-benda ekonomi dan berkaitan dengan
ketentuan hukum terhadap benda-benda yang menjadi objek kegiatan ekonomi.1 Hukum
ekonomi syariah bersumber dari Alquran, hadis dan sumber Islam lainnya dalam
kaitannya dengan manusia untuk melangsungkan kehidupannya atau mengenai
bagaimana manusia melakukan kegiatan ekonomi.2 Alquran dan sunnah adalah dua
warisan utama yang ditinggalkan Nabi sebagai Sumber Hukum Ekonomi Syariah. Dua
sumber utama hukum ekonomi syariah ini dijadikan dasar secara konsisten dalam menata
dan mengatur ekonomi perilaku manusia niscaya persoalan-persoalan ekonomi yang
terjadi melanda dinamika dan perkembangan ekonomi modern seperti krisis akan
berkurang.3

Salah satu sektor yang mampu berkembang dengan pesat dan dapat menunjang
perekonomian nasional sekaligus berperan besar di dalam pembangunan nasional adalah
sektor perbankan.4 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 5
Bank memiliki peran yang sangat penting dan strategis di dalam menopang pembangunan
1
Arifin Hamid, Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia, Jakarta: Pramuda
Jakarta, 2008, h. 73.
2
Muhammad dkk, Viksi dan Aksi Ekonomi Islam, h. 16.
3
Muhammad dkk, Viksi dan Aksi Ekonomi Islam, h. 16-17.
4
Fahrial, Peranan Bank Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional, Riau: 2018, h. 1.
5
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
ekonomi nasional. Sebagai lembaga jasa keuangan, salah satu peran nyata bank yaitu
dalam menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan modal usaha melalui
usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah. Dengan disalurkannya dana untuk sektor riil
di masyarakat tersebut, maka secara tidak langsung bank berperan menggerakkan roda
perekonomian bagi masyarakat. Sistem perbankan di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu
perbankan konvensional dan perbankan syariah. Dalam berperan nyata di sektor
perekonomian Indonesia, perbankan konvensional dan perbankan syariah memiliki
urgensi yang berbeda namun dengan tujuan yang sama.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Baik bank konvensional maupun bank syariah, keduanya adalah jenis bank yang
memiliki kesamaan dan perbedaan dalam perjanjian kreditnya. Persoalan inilah yang
akan kami kaji dalam makalah kelompok kami. Berawal dari uraian latar belakang diatas,
kami merumuskan suatu masalah, yaitu “Bagaimana ketentuan perjanjian kredit dalam
bank syariah dibandingkan dengan ketentuan pemberian kredit dalam bank konvensional
di Indonesia”

BAB 2

TINJAUAN TEORITIK

2.1 KREDIT

Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu “credere” yang berarti kepercayaan dan
bahasa Latin “creditum” yang artinya kepercayaan akan kebenaran 6. Oleh sebab itulah
yang menjadi dasar dari kredit adalah kepercayaan. Pengertian kredit dalam buku Seri
Manajemen Bank No. 5 (1997: 31) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil

6
Karmila, kredit bank, Yogyakarta : 2010. Hlm. 2
keuntungan. Selain itu, kredit juga bisa berarti kemampuan untuk melaksanakan suatu
pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan
dilakukan atau ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Menurut UU RI No. 7 1992 tentang perbankan Bab I, Pasal I, ayat 12 Kredit


adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah bunga imbalan atau imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Menurut UU Perbankan No 10 Tahun 1998 pembiayaan Kredit adalah penyediaan


uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil.7

2.2. BANK DAN PERBANKAN

Menurut Prof.G.M Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik mengatakan ,


“bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit,baik
dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang
lain,maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral”.

Menurut Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi


(2006:68) definisi “bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah
menghimpun dana dan menyalurkan dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit
serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”.

Sedangkan menurut A. Abdurrachman dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan


dan Perdagangan menjelaskan bahwa “bank adalah suatu lembaga keuangan yang
melaksanakan berbagai macam jasa seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata
uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-
benda berharga,membiayai usaha perusahaan-perusahaan,dan lain-lain”.8
7
Ismail, Manajemen Perbankan : dari teori menuju aplikasi, ( Jakarta : Kencana Persada Media Group, 2010), edisi
pertama, cetakan pertama hal. 93
8
Abdurrachman, Ahmad. Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan. Pradnya Paramita, 1963.
Sehingga dapat disimpulkan, bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang
menjalankan fungsinya sebagai intermediasi yaitu sebagai perantara masyarakat untuk
menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki penghasilan yang besar, menyalurkan
dana yang disimpan pada bank kepada masyarakat yang membutuhkan dana,serta
memberikan jasa perbankan lainnya berupa peminjaman angusran bagi masyarakat yang
membutuhkan pinjaman angsuran untuk menjalankan usahanya maupun kebutuhan
lainnya.

Bank juga merupakan salah satu lembaga yang juga berperan untuk membangun
tatanan perekonomian, sehingga dalam melaksanakan kegiatan perbankan nya, bank juga
di atur oleh pemerintah secara langsung. Sebab bank ikut menentukan keadaan
perekonomian di dalam pemerintahan itu sendiri.

2.3. PERBANKAN DI INDONESIA

Sistem perbankan di Indonesia dibedakan berdasarkan fungsinya yang terdiri dari


Bank Sentral, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dari ketiga fungsi
tersebut dapat disimpulkan bahwa Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki
tiga aktivitas aktivitas penting yaitu menghimpun dana (funding), menyalurkan dana
(lending) dan memberikan jasa – jasa bank (service) yang tujuanya untuk
mensejahterakan dan meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dan dapat disimpulkan
juga bahwa bank adalah lembaga perantara keuangan nasabah yang memiliki kelebihan
dana yang disimpan dengan tujuan keamanan, lalu menyalurkan dananya kembali ke
nasabah yang kekurangan dana dalam bentuk kredit.

Menurut Undang-undang No. 13 tahun 2004 menggantikan Undang-Undang No.


13 tahun 1968 tentang Bank Sentral “bank sentral merupakan lembaga negara yang
independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak-pihak lainya. Sebagai
bank sentral, bank Indonesia ditunjuk sebagai lembaga yang berwenang mengeluarkan
dan mengatur peredaran uang rupiah sebagai alat pembayaran yang sah”. Disamping itu,
Bank Indonesia diberikan tugas untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Agar tugas tersebut dapat dilaksanakan secara efektif. Bank Indonesia
diberikan wewenang dan tanggung jawab yang luas dalam mengatur dan melaksanakan
kegiatan kliring dan jasa transfer dana serta penyelesaian akhir transaksi pembayaran
antar bank.

Berdasarkan proses dan implementasinya, sIstem perbankan di Indonesia


memiliki dua macam, yaitu perbankan syariah dan perbankan konvensional. Perbankan
syariah adalah proses kegiatan ekonomi yang berlaku bagi masyarakat muslim karena
berpedoman pada sumber-sumber yang berasal dari ajaran islam. Sedangkan perbankan
konvensional dapat berlaku bagi seluruh masyarakat.

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. PERJANJIAN KREDIT BANK SYARIAH

Pada ketentuan dalam Hukum Islam, praktik pinjam meminjam (perkreditan)


tidak dilarang, bahkan disarankan supaya terjadi hubungan saling menguntungkan, yang
pada gilirannya berakibat pada hubungan persaudaraan. 9Dalam Hukum perbankan
berdasarkan Prinsip Syariah, sebenarnya penggunaan kata pinjam meminjam kurang tepat
digunakan, karena pinjaman merupakan salah satu metode hubungan finansial dalam
Islam. Masih banyak metode yang diajarkan oleh Syariah selain pinjaman, seperti jual
beli, bagi hasil, dan sewa. Selain itu dalam Hukum Islam, pinjam meminjam adalah akad
sosial, bukan akad komersial. Artinya bila seseorang meminjam sesuatu, ia tidak boleh
disyaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok pinjamannya. Hal ini didasarkan
pada hadits Nabi saw, yang menyatakan bahwa setiap pinjaman yang menghasilkan
manfaat adalah riba, sedangkan para ulama sepakat bahwa riba itu haram. Karena itu,
dalam Perbankan berdasarkan Prinsip Syariah, pinjaman tidak disebut kredit, tapi
pembiayaan (financing).

Untuk melaksanakan fungsi perbankan untuk menyalurkan dana kepada


masyarakat, Prinsip Syariah mempunyai teknis pelaksanaan yang berbeda. Lahirnya
Perbankan berdasarkan Prinsip Syariah adalah untuk menghindari larangan riba yang
berlaku dalam Hukum Islam maka dalam perkembangannya, produk-produk bank

9
Asaad, Mhd. "Peningkatan Peranan Perbankan Syariah Untuk Pembiayaan Usaha Pertanian." Jurnal
Miqot 35.1 (2011): 113-114.
berdasarkan Prinsip Syariah disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam. Sehingga beberapa
prinsip dalam Perbankan konvensional terpaksa dilarang. Diantara prinsip hukum
Perbankan yang dilanggar oleh Perbankan berdasarkan Prinsip Syariah adalah menjadi
pemegang saham pada perusahaan lain yang dibiayainya sendiri dan menjadi pembeli
barang modal/barang perdagangan untuk perusahaan/orang lain.

Pelaksanaan perjanjian kredit Perbankan berdasarkan Prinsip Syariah harus


didasarkan pada pengajuan permohonan kredit dan disertai dengan adanya jaminan dalam
permohonan kredit tersebut. Pemberian kredit oleh Perbankan berdasarkan Prinsip
Syariah didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu, tidak semua permohonan
kredit dapat dikabulkan. Pihak bank harus melakukan penilaian kredit terlebih dahulu
sebelum memberikan kredit pada debitur.

Perbankan berdasarkan Prinsip Syariah dalam memberikan kredit atau


pembiayaan harus berdasarkan analisis pemberian kredit yang memadai, agar kredit-
kredit yang diberikan oleh bank adalah kredit-kredit yang tidak mudah menjadi kredit
bermasalah. Menurut ketentuan Pasal 8 ayat (2) UU Perbankan menyebutkan bahwa
Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan BI. Hal tersebut
dikarenakan kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko sehingga dalam
pelaksanaannya bank harus memperhatikan azas-azas perkreditan.10

Selanjutnya, menurut ketentuan Pasal 15 UU Perbankan, menyatakan bahwa


dalam memberikan kredit atau pembiayaaan berdasarkan Prinsip Syariah, bank wajib
mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan
serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan
pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Jaminan tambahan yang
diperlukan dalam hal pemberian fasilitas kredit menurut ketentuan Pasal 1 angka (23) UU
Perbankan disebut dengan Agunan, yaitu jaminan tambahan yang diserahkan nasabah
debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam hal pemberian fasilitas kredit, pada praktiknya
agunan lebih dominan atau diutamakan, sehingga sebenarnya agunan lebih dipentingkan
10
LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN
PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM
daripada hanya sekedar jaminan yang berupa keyakinan atas kemampuan debitur untuk
melunasi hutangnya.

3.2. PERJANJIAN KREDIT BANK KONVENSIONAL

Bank konvensional melakukan perjanjian secara hukum nasional dan memiliki


orientasi keuntungan dengan bebas nilai atau menganut prinsip yang dimiliki oleh
masyarakat umum. Dalam melakukan aktivitasnya, bank konvensional diawasi oleh
dewan komisaris. Prinsip pelaksanaannya menggunakan prinsip konvensional dengan
acuan peraturan nasional dan internasional berdasarkan hukum berlaku. Pada bank
konvensional, sistem operasionalnya memberlakukan penerapan suku bunga dan
perjanjian secara umum berdasarkan aturan nasional. Akad antara bank dan nasabah bank
banyak dilakukan berdasarkan kesepakatan jumlah suku bunga. Dalam bank
konvensional, hubungan antara nasabah dan lembaga perbankan yaitu debitur dan
kreditur. Nasabah bank konvensional berperan sebagai kreditur, sementara perbankan
berperan sebagai debitur.

Pengelolaan dana yang dilakukan oleh bank konvensional dapat dilakukan dalam
seluruh lini bisnis menguntungkan di bawah naungan Undang-Undang. Apabila terlambat
melakukan pembayaran dalam bank konvensional, terdapat denda yang dibebankan
kepada nasabah. Bahkan besaran bunga bisa semakin meningkat bila nasabah tidak
membayar hingga batas waktu ditetapkan. Pada bank konvensional, penentuan bunga
dibuat pada waktu akad tanpa berpedoman pada untung rugi. besar persentasenya
didasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan. Bank konvensional juga tidak
memberikan toleransi dalam perjanjian kresit. Artinya apabilaproyek yang dijalankan
oleh pihak nasabah mengalami rugi, besaran bunga tetap mengacu pada perjanjian awal.
jumlah pembayaran bunganya pun tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat
atau keadaan ekonomi membaik.

Perjanjian dalam pemberian kredit yang dilakukan bank adalah hal yang paling
penting untuk diperhatikan oleh bank maupun nasabah, karena hal inilah tahap awal bagi
bank dan nasabah dalam melaksanakan suatu perjanjian yang telah disepakatinya nanti.
Di dalam proses, pemberian kredit yang di lakukan oleh bank konvensional dalam
menghimpun dana dengan mengeluarkan kredit kepada debitor agar dana yang
dihimpunnya dapat berkembang pesat, bank konvensional menawarkan bunga yang
menarik kepada debitor, yakni bunga yang rendah. Sehingga debitor dapat mempergiat
usahanya yang kemudian dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Sebab, tingkat bunga
kredit yang tinggi bis menyebabkan produktivitas masyarakat sebagai debitor akan macet
dan calon debitor juga akan enggan untuk melakukan pinjaman kredit ke bank jika bunga
yang diberikan sangat tinggi.

Di satu sisi, jika calon debitor enggan untuk melakukan pinjaman, maka proses
penyaluran dana yang diterapkan untuk meraup keuntungan lewat bunga dalam bank
konvensional tidak akan berjalan yang dampaknya akan membuat bank tersebut akan
mengalami kerugian. Dalam melakukan perjanjian kredit untuk meminjam modal, bank
konvensional lebih melihat dari apa yang menjadi pinjaman yaitu utang pokok ditambah
bunga. Jadi peminjaman modal atau kredit ini tidak terlepas dari metode bunga yang
merupakan sumber utama dari pendapatan bank konvensional. Menurut asasnya,
perjanjian tersebut menganut sistem terbuka yang mengandung asas kebebasan membuat
perjanjian, dan menurut bentuknya perjanjian kredit dalam perbankan konvensional ada
yang dibuat di bawah tangan dan ada pula dibuat di hadapan notaris.

Pihak-pihak yang melakukan perjanjian kredit dalam perbankan konvensional


adalah bank dan debitur. Masing-masing pihak sebagai subjek hukum dalam perjanjian
kredit memiliki beberapa kemungkinan. Pihak yang bertindak untuk dan atas nama
dirinya sendiri; pihak yang bertindak sebagai kuasa berdasarkan surat kuasa; dan pihak
yang bertindak sebagai wakil untuk dan atas nama orang atau badan hukum lain
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Perjanjian kredit dianggap sah apabila
ditandatangani oleh orang yang mempunyai kewenangan. Misalnya seorang direktur
perusahaan, kewenangan bertindaknya dapat dilihat dari akta pendirian/anggaran dasar
perusahaan. Pihak bank dapat mengakhiri perjanjian kredit setiap waktu apabila terdapat
hal-hal yang membahayakan fasilitas kredit yang diberikan.

BAB 4

KESIMPULAN
Hukum dan ekonomi adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan, karena dua hal tersebut
saling melengkapi. Definisi mengenai hukum ekonomi syariah semuanya bermuara pada satu
muara yaitu sebuah ilmu pengetahuan yang berupaya untuk meninjau atau meneliti serta
menyelesaikan permasalahan ekonomi seperti yang disyariatkan oleh Allah SWT. Dalam Hukum
Islam, praktik pinjam meminjam (perkreditan) tidak dilarang, dalam Perbankan berdasarkan
Prinsip Syariah, pinjaman tidak disebut kredit, tapi pembiayaan (financing). Dalam
melaksanakan fungsinya perbankan yaitu menyalurkan dana kepada masyarakat, Perbankan
berdasarkan Prinsip Syariah mempunyai teknis pelaksanaan yang berbeda dengan Perbankan
konvensional. Lahirnya Perbankan berdasarkan Prinsip Syariah adalah untuk menghindari
larangan riba yang berlaku dalam Hukum Islam, maka akhirnya dalam perkembangannya
produk-produk bank berdasarkan Prinsip Syariah disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam, hal
tersebut yang menjadi dasar utama perbedaan antara prinsip perbankan syariah dengan
perbankan konvensional. Oleh karena Perbankan Konvensional dalam melaksanakan beberapa
fungsinya tidak sesuai dengan syariat islam, maka dalam hal ini perbankan syariah diupayakan
dapat digunakan oleh masyarakat islam dalam melakukan transaksi dengan Bank di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai