Anda di halaman 1dari 30

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan bagian penting dalam

melaksanakan sebuah penelitian dan merupakan literatur yang

menggambarkan konsep dan teori maupun hasil penelitian yang

relevan dengan fokus penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian

ini kajian pustaka diawali dengan grand theory yang membahas

mengenai manajemen dan manajemen keuangan. Selanjutnya

menggunakan pendekatan kajian terhadap perbankan sebagai

midle range theory dan applied theory menggunakan hasil

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk mengungkap

pengaruh dari setiap variabel terhadap pertumbuhan usaha.

2.1.1 Akuntansi

Menurut Hans Kartikahadi et al (2016) mengutip Accounting

Principles Board (APB) dan American Institute of Certified

Public Accountants mendefinisikan akuntansi sebagai

berikut:

“Suatu aktivitas jasa, yang fungsinya terutama untuk


memberikan informasi kuantitatif terutama bersifat
keuangan, dari suatu entitas ekonomi dengan maksud
berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam
memilih secara bijak diantara alternatif tindakan.”

21
22

Kieso, et al (2014) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:

“Akuntansi sebagai suatu sistem dengan input data informasi


dan output berupa informasi dan laporan keuangan yang
bermanfaat bagi pengguna internal maupun eksternal
entitas.”

Dengan demikian akuntansi dapat didefinisikan sebagai

suatu proses pencatatan transaksi keuangan yang hasilnya

berupa laporan keuangan untuk pengambilan keputusan

ekonomi bagi pihak berkepentingan (Sochib, 2018)

2.1.2 Akuntansi Keuangan

Akuntansi keuangan adalah sistem pengakumulasian,

pemprosesan dan pengkomunikasian yang dirancang

sebagai informasi dalam pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan investasi dan kredit oleh pemakai

eksternal. Informasi akuntansi keuangan dikomunikasikan

melalui laporan keuangan yang dipublikasikan dan dibatasi

oleh beberapa ketentuan Standar Akuntansi Keuangan

(Hanafi, 2012).

Menurut Sugiarto (2002), akuntansi keuangan adalah bidang


dalam akuntansi yang berfokus pada penyiapan sebuah
laporan keuanga suatu perusahaan yang dilakukan secara
berkala.

Menurut Kieso (2013), akuntansi keuangan merupakan


serangkaian proses yang berkaitan dalam pelaporan
keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang sesuai
standar akuntansi untuk kepentingan pihak ketiga.

Dengan dua kutipan diatas penulis menyimpulkan bahwa

Akuntansi Keuangan adalah proses dalam menghasilkan


23

informasi bisnis berupa laporan keuangan sesuai standar

akuntansi dan berguna bagi beberapa pihak ketiga.

2.1.2.1 Fungsi Akuntansi Keuangan

Menurut Kieso (2013), fungsi akuntansi keuangan


ialah memberikan informasi keuangan sebuah
perusahaan. Informasi ini dapat digunakan untuk
melihat keadaan keuangan yang terjadi didalamnya
dan juga bagi pihak manajemen informasi ini sangat
berguna untuk pengambilan keputusan.

Beberapa fungsi dari akuntansi keuangan ini

diantaranya adalah:

a. Menghitung laba yang diperoleh.

b. Memberi informasi berguna bagi manajamen.

c. Dapat menentukan hak dari berbagai pihak yang

terlibat baik internal maupun eksternal.

d. Mengawasi dan mengendalikan aktivitas dalam

perusahaan.

e. Membantu mencapai target yang telah ditetapkan.

2.1.2.2 Tujuan Akuntansi Keuangan

Menurut Suwaldiman (2005), akuntansi memiliki


beberapa tujuan sebagai berikut :
a. Memberikan informasi keuangan yang terdiri dari
aktiva dan pasifa perusahaan. 10
b. Memberi informasi keuangan yang secara handal
bisa dipercaya mengenai kewajiban, modal dan
sumber ekonomi.
c. Memberi informasi yang terpercaya tentang
perubahan yang ada pada sumber – sumber
ekonomi sebuah perusahaan yang muncul
karena adanya kegiatan usaha.
24

d. Menyediakan informasi tentang perubahan pada


berbagai sumber ekonomi perusahaan berupa
asset, utang dan ekuitas.
e. Menginformasi keuangan yang bisa membantu
penggunanya dalam memperkirakan potensi
perusahaan dalam mendapatkan laba.
f. Menyampaikan sedalam mungkin informasi lain
yang masih berkaitan dengan laporan keuangan
yang masih relevan untuk digunakan oleh
pengguna laporan keuangan.

2.1.3 Perbankan

Pengertian bank menurut Undang-undang Negara

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud

dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana

dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kasmir (2015) bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

Dari pengertian bank tersebut dapat disimpulkan

bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu

menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan

jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan

dana merupakan kegiatan pokok bank, sedangkan


25

memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung.

Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana

dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan

deposito. Pada umumnya diikuti dengan pemberian balas

jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai

rangsangan bagi masyarakat agar lebih senang menabung.

Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman

kepada masyarakat.

2.1.3.1 Jenis Bank

Peran bank menjadi penting dalam bidang

keuangan di suatu negara, termasuk juga di

Indonesia, terdapat beberapa jenis jenis bank yang

diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek, yaitu:

1. Jenis Bank Berdasarkan Fungsi

Ditinjau dari segi fungsi perbakan, maka terdapat

3 (tiga) macam bank menurut fungsinya, yakni:

a. Bank Sentral

Bank sentral adalah bank yang didirikan

berdasarkan undang- undang nomor 13

tahun 1968 yang memiliki tugas untuk

mengatur peredaran uang, pengarahan dana-

dana, perbankan, perkreditan, menjaga

stabilitas mata uang, mengajukan percetakan


26

atau penambahan mata uang rupiah dan lain

sebagainya. Bank sentral hanya ada satu

sebagai pusat dari seluruh bank yang ada di

Indonesia yaitu Bank Indonesia.

b. Bank Umum

Bank umum adalah lembaga keuangan yang

menawarkan berbagai layanan produk dan

jasa kepada masyarakat dengan fungsi

seperti menghimpun dana secara langsung

dari masyarakat dalam berbagai bentuk,

memberi kredit pinjaman kepada masyarakat

yang membutuhkan, jual beli valuta asing

atau valas, menjual jasa asuransi, jasa giro,

jasa cek, menerima penitipan barang

berharga,dan lain sebagainya.

c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank

penunjang yang memiliki keterbatasan

wilayah operasional dan dana yang dimiliki

dengan layanan yang terbatas pula seperti

memberikan kredit pinjaman dengan jumlah

yang terbatas, menerima simpanan

masyarakat umum, menyediakan


27

pembiayaan dengan prinsip bagi hasil,

penempatan dalam sertifikat bank Indonesia,

deposito berjangka, sertifikat, tabungan, dan

lain sebagainya.

2. Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikannya yaitu dilihat dari

akta pendirian dan penguasaan saham yang

dimiliki oleh bank bersangkutan, maka terdapat 5

(lima) macam bank berdasarkan kepemilikannya,

yaitu:

a. Bank milik pemerintah

Bank milik pemerintah merupakan bank di

mana baik akta pendirian maupun modalnya

dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh

keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah

pula.

b. Bank milik swasta nasional

Bank milik swasta nasional yaitu bank yang

seluruh atau sebagian besar sahamnya

dimiliki oleh swasta nasional. Akta

pendiriannya menunjukkan kepemilikan

swasta, begitu pula pembagian

keuntungannya untuk pihak swasta.


28

c. Bank milik Koperasi

Bank milik Koperasi merupakan bank yang

kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh

perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

d. Bank milik campuran

Bank milik campuran yaitu kepemilikan

saham bank campuran dimiliki oleh pihak

asing dan pihak swasta nasional. Saham

bank campuran secara mayoritas dimiliki oleh

warga negara Indonesia.

e. Bank milik asing

Bank milik asing merupakan cabang dari

bank yang ada di luar negeri, baik milik

swasta asing atau pemerintah asing.

Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar

negeri.

3. Jenis Bank Berdasarkan Status

Ditinjau dari segi status yaitu menunjukkan

ukuran kemampuan bank dalam melayani

masyarakat baik dari jumlah produk, modal,

maupun kualitas pelayanannya, maka terdapat 2

(dua) status, yaitu:

a. Bank Devisa
29

Bank devisa merupakan bank yang dapat

melaksanakan transaksi ke luar negeri atau

yang berhubungan dengan mata uang asing

secara keseluruhan.

b. Bank Non-Devisa

Bank non-devisa merupakan bank yang

hanya melaksanakan transaksi dalam batas-

batas negara, sehingga tidak dapat

melaksanakan kegiatan seperti halnya bank

devisa.

4. Jenis Bank Berdasarkan Kegiatan Operasional

Ditinjau dari segi kegiatan operasional yang

dilakukan oleh bank, maka terdapat 2 (dua) jenis

ban, yaitu:

a. Bank Konvensional

Bank konvensional merupakan bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional, yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran secara umum berdasarkan

prosedur dan ketentuan yang telah

ditetapkan.
30

b. Bank Syariah

Bank syariah merupakan bank yang

melaksanakan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran.

2.1.3.2 Fungsi Bank

Secara umum fungsi bank adalah menghimpun

dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali

kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau

sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik

bank dapat berfungsi sebagai berikut:

1. Agent of trust, yaitu lembaga yang landasannya

kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankan

adalah kepercayaaan (trust), baik dalam

penghimpunan dana maupun dalam penyaluran

dana. Masyarakat akan mau menitipkan

dananya di bank apabila dilandasi dengan

kepercayaan.

2. Agent of development, yaitu lembaga yang

memobilisasi dana untuk pembangunan

ekonomi. Kegiatan perekonomian masyarakat di


31

sektor moneter dan sektor riil tidak dapat

dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu

berinteraksi dan saling mempengaruhi. Kegiatan

bank tersebut memungkinkan masyarakat

melakukan kegiatan investasi, distribusi, serta

konsumsi barang dan jasa.

3. Agent of servies, yaitu disamping melakukan

kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran

dana, bank juga memberikan penawaran jasa

perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa

yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan

kegiatan perekonomian masyarakat secara

umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa

pengiriman uang, penitipan barang berharga,

dan penyelesaian tagihan.

2.1.3.3 Peran Bank

Dalam menjalankan kegiatannya bank mempunyai

peran penting dalam sistem keuangan, yaitu :

1. Pengalihan aset (asset transmutation), yaitu

pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke

unit devisit. Dimana sumber dana yang diberikan

pada pihak peminjam berasal pemilik dana yaitu

unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur


32

sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam

hal ini bank berperan sebagai pangalih aset yang

likuid dari unit surplus (lender) kepada unit defisit

(borrower).

2. Transaksi (transaction), bank memberikan

berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi

untuk melakukan transaksi. Dalam ekonomi

modern, transaksi barang dan jasa tidak pernah

terlepas dari transaksi keuangan, untuk itu

produk-produk yang dikeluarkan oleh bank (giro,

tabungan, depsito, saham dan sebagainya)

merupakan pengganti uang dan dapat digunakan

sebagai alat pembayaran.

3. Likuiditas (liquidity), yaitu unit surplus dapat

menempatkan dana yang dimilikinya dalam

bentuk produk-produk berupa giro, tabungan,

deposito, dan sebagainya. Produk-produk

tersebut masing-masing mempunyai tingkat

likuiditas yang berbeda-beda, untuk kepentingan

likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan

dananya sesuai dengan kebutuhan dan

kepentingannya.
33

4. Efisiensi (efficiency), yaitu peranan bank sebagai

broker adalah menemukan peminjam dan

pengguna modal tanpa mengubah produknya.

Bank hanya memperlancar dan mempertemukan

pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya

informasi yang tidak simetris (asymmetric

information) antara peminjam dan investor

menimbulkan masalah insentif. Peran bank

dalam hal ini yaitu menjembatani dua pihak yang

saling berkepentingan untuk menyamakan

informasi yang tidak sempurna, sehingga terjadi

efisiensi biaya ekonomi.

2.1.3.4 Sumber Dana Bank

Sumber dana bank merupakan sumber atau dari

mana asalnya dana yang dimiliki dan dikelola oleh

suatu bank. Jenis-jenis sumber dana bank terdiri

dari:

1. Dana yang berasal dari Bank itu sendiri.

Sumber dana ini berasal dari modal bank itu

sendiri, modal sendiri maksudnya adalah modal

setoran dari para pemegang saham. Apabila

saham yang terdapat belum habis terjual,

sedangkan kebutuhan akan dana masih perlu,


34

maka dapat dilakukan dengan menjual saham

kepada pemegang saham lama.

2. Dana yang berasal dari lembaga lain.

Sumber dana ini merupakan sumber dana

tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam

pencarian dana selain dana pihak ketiga dan

dana yang berasal dari bank sendiri.

3. Dana yang berasal dari masyarakat (Dana Pihak

Ketiga).

Sumber dana ini merupakan sumber dana

terpenting dalam kegiatan operasi suatu bank

dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika

mampu membiayai operasinya dari sumber dana

ini. Pentingnya sumber dana dari masyarakat

luas disebabkan karena merupakan sumber

dana yang paling utama bagi bank.

2.1.4 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Menurut Raharjo (2015) penilaian tingkat kesehatan

bank dilakukan untuk pembentukan kepercayaan dalam

dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-

hatian (prudential banking). Penilaian tingkat kesehatan

bank dapat dilihat dari laporan keuangannya, merupakan

laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan


35

pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir,

2015). Terwujudnya bank yang sehat, pengelolaan aset

yang baik, pelayanan yang prima akan meningkatkan citra

dan kredibilitas bank serta transparansi dan akuntabilitas

bank, bank diharapkan mampu menerapkan penilaian

kesehatanya secara konsisten agar dapat

dipertanggungjawabkan kepada pihak yang

berkepentingan (Mulyadi, 2015).

Kesehatan atau kondisi keuangan dan non-keuangan

bank merupakan kepentingan semua pihak, baik pemilik,

manajemen bank, bank pemerintah (melalui Bank Indonesia)

dan pengguna jasa bank. Perkembangan industri

perbankan, terutama produk dan jasa yang semakin

kompleks dan beragam akan meningkatkan eksposur risiko

yang dihadapi bank. Perubahan eksposur risiko bank dan

penerapan manajemen risiko akan memengaruhi profil risiko

bank yang selanjutnya berakibat pada kondisi bank secara

keseluruhan (Rivai, et al., 2013)

Penilaian kesehatan bank adalah muara akhir atau

hasil dari aspek pengaturan dan pengawasan perbankan

yang menunjukkan kinerja perbankan nasional. Berorientasi

risiko, proporsionalitas, materialitas dan signifikansi serta

komprehensif dan terstruktur merupakan prinsip-prinsip


36

umum yang harus diperhatikan manajemen bank dalam

menilai tingkat kesehatan bank (SE BI No. 13/24/DPNP).

Bagi investor penilaian dan informasi kesehatan bank

menjadi bagian penting yang menggambarkan kondisi

kesehatan bank tersebut. Jika bank tersebut baik maka akan

memberi sinyal positif, namun jika kondisinya tidak baik akan

memberi sinyal negatif.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 10 tahun 1998

perubahan atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1992

tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank

dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-Undang tersebut

menetapkan bahwa antara lain:

1. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai

dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset,

kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas,

dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank,

dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan

prinsip kehati-hatian.

2. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya,

bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan

bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan

dananya kepada bank.


37

3. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia,

segala keterangan dan penjelasan mengenai usahanya

menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

4. Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib memberikan

kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-

berkas yang ada padanya, serta wajib memberikan

bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh

kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan

penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang

bersangkutan.

5. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank,

baik secara berkala maupun setiap waktu apabila

diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan

publik untuk dan atas nama Bank Indonesia

melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.

6. Bank wajib menyampaiakan kepada Bank Indonesia

neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan

penjelasannya, serta laporan berkala lainnya dalam

waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan tersebut wajib

terlebih dulu diaudit oleh akuntan publik.


38

7. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba

rugi dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC

Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun

terakhir memberi pelajaran berharga bahwa inovasi dalam

produk, jasa dan aktivitas perbankan yang tidak diimbangi

dengan penerapan manajemen risiko yang memadai dapat

menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada bank

maupun terhadap sistem keuangan secara keseluruhan.

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia

No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian

tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan

risiko (risk-based bank rating) untuk menggantikan penilaian

dengan metode CAMELS, baik secara individual maupun

secara konsolidasi dengan cakupan penilaian meliputi:

a. Profil risiko (risk profile)

Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan

penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan

manajemen risiko dalam operasional Bank yang

dilakukan terhadap 8 (delapan). Semakin kecil poin yang


39

diterima maka kesehatan bank dari sisi risiko tersebut

semakin baik.

1. Risiko kredit

Risiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak,

seperti penundaan, pengurangan pembayaran suku

bunga dan pinjaman pokonya, atau tidak membayar

pinjamannya sama sekali. Rasio kredit dihitung

dengan menggunakan rasio non performing loan

(NPL).

2. Risiko pasar

Suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai

suatu investasi karena pergerakan pada faktor–

faktor pasar. Rasio pasar dihitung dengan

menggunakan rasio interest rate risk (IRR).

3. Risiko likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan

bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo

dari sumber pendanaan arus kas dan atau dari aset

likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa

mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

rasio likuiditas dihitung dengan loan to deposit ratio

(LDR).

4. Risiko operasional
40

Risiko operasional adalah risiko yang antara lain di

sebabkan oleh ketidakcukupan dan atau tidak

berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,

kegagalan sistem, atau adanya kegagalan problem

eksternal yang mempengaruhi operasional bank.

Risiko ini dapat disebabkan antara lain oleh sumber

daya manusia, proses, sistem, dan kejadian

eksternal (SE No. 13/24/DPNP/2011).

5. Risiko hukum

Risiko Hukum adalah risiko yang timbul akibat

tuntutan hukum dan atau kelemahan aspek yuridis.

Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena

ketiadaan peraturan perundang–undangan yang

mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak

dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan

yang tidak memadai (SE No.13/24/DPNP/2011).

6. Risiko strategis

Risiko strategis diakibatkan adanya pengambilan

strategi yang kurang tepat dari pihak bank, ataupun

pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat, atau

kurang tanggapnya bank terhadap perkembangan

dari eksternal bank (SE No. 13/24/DPNP/2011).

7. Risiko kepatuhan
41

Risiko kepatuhan adalah adalah risiko yang

disebabkan bank tidak memenuhi atau tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan

ketentuan dalam perbankan yang berlaku. Sumber

risiko kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya

pemahaman atau kesadaran hukum terhadap

ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku

umum (SE No. 13/24/DPNP/2011).

8. Risiko reputasi

Risiko reputasi adalah resiko akibat menurunnya

tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber

dari persepsi negatif terhadap bank.

b. Permodalan (capital)

Tinggi rendahnya kewajiban penyediaan modal

minimum atau CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2

faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank

dan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR)

yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan

penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada

rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko

(ATMR). Penilaian faktor permodalan diukur dengan

menggunakan capital adequacy ratio (CAR).


42

2.1.5 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan indicator yang paling tepat

untuk mengukur kinerja suatu Bank. Profitabilitas

menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba. Secara operasional, profitabilitas dapat diartikan

sebagai rasio keuangan untuk mengetahui kemampuan

perbankan dalam penggunaan aktivanya guna memperoleh

laba (Dewi, 2017:2). Dari definisi ini terlihat jelas bahwa

sasaran yang akan dicari adalah laba perusahaan.

Menurut R. Agus Sartono (2010:122), yang menyatakan


bahwa:

“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh


laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri.”

Menurut Kasmir (2011:196), yang menyatakan bahwa:

“Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai


kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.”

Menurut S. Munawir (2010:33) yang menyatakan:

“Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk


menghasilkan laba selama periode tertentu.”

Rasio profitabilitas adalah kemampuan untuk

menghasilkan suatau keuntungan dalam jangka pendek

maupun jangka panjang (Windi, 2015:5). Profitabilitas suatu

perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan

kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif,


43

dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat

diukur dengan membandingkan antara laba yang diperoleh

dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah

modal perusahaan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa profitabilitas merupakan cerminan kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba.

Penilaian profitabilitas diukur dengan menggunakan Gross

Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return On

Asset Ratio (ROA), Return On Equity Ratio (ROE), Return

On Sales Ratio (ROS) Return On Capital Employed (ROCE)

Return On Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS).

Return on Asset

Penilaian profitabilitas dalam penelitian ini

menggunakan rasio Return on Asset (ROA). Return On

Assets merupakan rasio dari profitabilitas yang menunjukkan

hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan (Kasmir, 26 2014:201). Brigham dan Houston

(2010:148) mengatakan bahwa 11Return On Asset (ROA)

merupakan rasio laba bersih terhadap total asset untuk

mengukur pengembalian atas total asset.


44

2.1.6 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah nilai kini (present value) dari

pendapatan mendatang (future free cash flow). Menurut

Ernawati dan Widyawati (2015) salah satu hal yang

dipertimbangkan oleh investor dalam melakukan investasi

adalah nilai perusahaan dimana investor tersebut akan

menanamkan modal. Nilai perusahaan merupakan persepsi

investor terhadap perusahaan yang sering dikaitkan dengan

harga saham. Menurut Sartono (2015) nilai perusahaan

adalah nilai jual sebuah perusahaan sebagai suatu bisnis

yang sedang beroperasi.

Nilai perusahaan dapat memberikan keuntungan

pemegang saham secara maksimum apabila harga saham

perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka

makin tinggi kekayaan pemegang saham. Salah satu tujuan

dari manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai

perusahaan (Fahmi, 2015). Nilai perusahaan yang tinggi

menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan

nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham

juga tinggi (Hemastuti, 2014).

Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga

saham dipasar berdasarkan terbentuknya harga saham yang

merupakan refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja


45

perusahaan secara riil. Semakin tinggi nilai perusahaan,

semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik

perusahaan. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan

direpresentasikan oleh harga pasar dari saham yang

merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan

(financing) dan manajemen aset.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya

pengukuran nilai perusahaan dilakukan dengan

menggunakan rasio nilai pasar yang menggambarkan

kondisi yang terjadi di pasar. Rasio nilai pasar mampu

memberi pemahaman bagi pihak manajemen perusahaan

terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakan dan

dampaknya pada masa yang akan. Adapun jenis - jenis

pengukuran nilai perusahaan menurut Fahmi (2015), yaitu

earning per share (EPS), price earning ratio (PER), dan price

book value (PBV).

1. Earning Per Share (EPS)

Earning per share adalah bentuk pemberian

keuntungan yang diberikan kepada para pemegang

saham dari setiap lembar saham yang dimiliki (Fahmi,

2015). Rumus earning per share, yaitu;


46

2. Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio adalah perbandingan antara

harga pasar per lembar sahamndengan laba per lembar

saham (Fahmi, 2015). Bagi investor semakin tinggi price

earning ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan

juga mengalami kenaikan. Rumus price earning ratio,

yaitu;

3. Price Book Value

Price book value adalah rasio ini menggambarkan

seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham

perusahaan (Fahmi, 2015). Price book value merupakan

salah satu variabel yang dipertimbangkan seorang

investor dalam menentukan saham mana yang akan

dibeli. Rumus price book value, yaitu;


47

Lebih lanjut Harmono (2017) menambahkan indikator

Tobin’s Q yang dikembangkan oleh professor James Tobin

untuk melakukan pengukuran nilai perusahaan. Tobin’s Q

adalah perbandingaan anatara rasio nilai pasar saham

perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan (Weston

dan Copelan, 2010). Tobin’s Q lebih unggul daripada price

book value.

Jika nilai pasar hanya merefleksikan aset yang

tercatat suatu perusahaan maka Tobin’s Q akan bernilai

sama dengan 1. Jika Tobin’s Q lebih besar dari 1 artinya nilai

pasar lebih besar dari nilai asset perusahaan yang tercatat,

perusahaan dalam kondisi overvalued, sedangkan jika

kurang dari 1 artinya perusahaan dalam kondisi

undervalued. Rumus dalam menghitung Tobin’s Q, yaitu;


48

2.2 Kerangka Pemikiran

Sebagai dasar dalam mengarahkan pemikiran dalam

penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh tingkat kesehatan bank

terhadap prifitabilitas dan dampaknya terhadap nilai perusahaan,

maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini merupakan bagian

dari membangun literatur yang menggambarkan konsep dan teori

yang relevan dengan fokus penelitian. Oleh karena itu, kerangka

pemikiran dalam penelitian ini diawali dengan grand theory yaitu

mengulas secara umum tentang akuntansi dan akuntansi

keuangan, karena konsep yang digunakan dalam penelitian ini

berakar dari teori tersebut. Selanjutnya pendekatan yang bersifat

lintas teori, yaitu teori perbankan sebagai midle range theory untuk

memfokuskan penelitian ini pada perbankan, karena luasnya ruang

lingkup ilmu keuangan.

Sedangkan applied theory dalam penelitian ini

menggunakan beberapa teori untuk menggungkapkan konsepsi

mengenai variabel-variabel dari penilaian tingkat kesehatan

perbankan dengan menggunakan motode RGEC, profitabilitas dan

nilai perusahaan. Applied theory merupakan teori yang berada di

level mikro dan siap diaplikasikan dalam konseptualisasi, sehingga

dengan menjelaskan applied theory, maka akan ditemukan konsep

dalam memahami variabel yang akan diteliti untuk mendapatkan


49

data-data yang selanjutnya akan digunakan untuk mendukung

penelitian.

Berikut adalah gambar kumpulan teori dan hasil penelitian

sebelumnya secara keseluruhan sebagai berikut :

Akuntansi dan Akuntansi Keuangan


Grend
Theory Hery (2016), Jusup (2011), Sugiarto (2002), Kieso (2013), Kieso
(2013), Menurut Suwaldiman (2005)

Middle Perbankan
Range
Kovalev (2014).;Iksan (2015), Kreitner dan Angelo (2015), , Purwanto
Theory
(2013) Sumarsono (2010), Fahmi (2015:2), Musthafa (2017)

Penelitian Terdahulu yang Relevan

Gusti Agung, dkk (2014); Rhevinalda dkk (2019); Maria


J.F Esomar, et,al. (2020) ; Mohamad Bastomi, dkk
(2017); Rida Prihatni, dkk (2016) ; Rofika Wulandari dkk
(2018) ; Agus Wahyudin dkk (2014); Etty Gurendrawati,
dkk (2021) Abdul Haris dkk (2016); Sandra Sukma
(2020) ; Zainuddin dkk ( 2018) , Arni Surwanti dkk
(2017); Abdul Haque(2018); Muhammad Tho'in, dkk
(2018); Hussein A. Hassan et,al (2014).Rara Angraini
dkk (2017); Nazneen Fatema (2013); Khisti
Minarrohmah,dkk ( 2014); Heidy Arrvida dkk ( 2014)
Sri Mangesti Rahayu dkk (2016); Rini Dwiyani ( 2016 );
Elmika dkk (2020) Mohd.Heikal,et,al. (2014);Rami Obeid
& Mohamma d Adeinat, ( 2017 ); Abdus Samad (2015 ),

Profil resiko, Permodalan Profitabilitas, dan Nilai


perusahaan
Applied Raharjo (2015), Kasmir (2015); Agus Sartono (2010); Barus,
Range (2016); Munawir (2010 ) Tunggal (2012:24), FCGI (2001),
Theory Agoes (2011); Taswan (2010:213); Sartono (2015), Fahmi
(2015), Hemastuti, (2014); Prasetyorini (2013); Sukrisno dan
Cenik (2014); Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011

Gambar 2.1
Kumpulan Teori dan Hasil penelitian secara keseluruhan
50

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil penelitian yang

dikembangkan oleh para ahli dan peneliti terdahulu, maka hipotesis

yang diambil oleh penulis dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh profil resiko dan permodalan terhadap

profitabilitas

2. Terdapat pengaruh profil risiko terhadap profitabilitas

3. Terdapat pengaruh permodalan terhadap profitabilitas

4. Terdapat pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan

Anda mungkin juga menyukai