TINJAUAN PUSTAKA
“Bank adalah lembaga keuangan, berarti bank adalah badan usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan (financial assets)
serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari
keuntungan saja.”
10
11
BANK
Gambar 2.2
Fungsi Bank sebagai Lembaga Perantara Keuangan
1 3
2 Tabungan (Kredit) 4
Deposito
13
Gambar 2.3
Skema Bank Konvensional Memperoleh Keuntungan
BANK
Fee Based
Spread Based
Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja adalah suatu bentuk
prestasi pencapaian perusahaan dalam kegiatan operasional di berbagai aspek
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja
perbankan menjadi sangat penting dilakukan karena operasi perbankan sangat
peka terhadap maju mundurnya suatu negara. Kinerja perbankan dapat diukur
dengan pendekatan analisis rasio keuangan. Tingkat kesehatan bank diatur oleh
Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei
2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang
sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank wajib melakukan penilaian
tingkat kesehatan bank secara triwulan untuk posisi bulan Maret, Juni, September,
dan Desember. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan
analisis CAMEL.
loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan. Salah satu alat untuk
mengukur kesehatan bank adalah dengan analisis CAMEL. Unsur-unsur penilaian
dalam analisis camel adalah Capital (Permodalan), Assets (Kualitas Aset),
Management (Manajemen), Earning (Rentabilitas), dan Liquidity (Likuiditas).”
(Kasmir, 2003:300).
CAR = x 100%
tertentu (Riyadi, 2004). BOPO telah menjadi salah satu rasio yang perubahan
nilainya sangat diperhatikan terutama bagi sektor perbankan mengingat salah satu
kriteria penentuan tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia adalah besaran
rasio ini.
Bank yang nilai rasio BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut
tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio ini
memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh
pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional. Disamping itu, jumlah
biaya operasional yang besar akan memperkecil jumlah laba yang akan diperoleh
karena biaya atau beban operasional bertindak sebagai faktor pengurang dalam
laporan laba rugi. Nilai rasio BOPO yang ideal berada antara 50-75% sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO yang
dimiliki adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Matriks Kriteria Peringkat Komponen BOPO
Rasio Peringkat
BOPO≤94% 1
94%<BOPO≤95% 2
95%<BOPO≤96% 3
96%<BOPO≤97% 4
BOPO>97% 5
Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004
Pada Bank, beban operasional umumnya terdiri dari biaya bunga (beban
bunga yang dibayarkan oleh pihak bank kepada nasabah yang menyimpan
uangnya di bank dalam bentuk dana pihak ketiga seperti giro, tabungan dan
deposito), biaya administrasi, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dsb.
Sedangkan, pendapatan operasional bank umumnya terdiri dari pendapatan bunga
(diperoleh dari pembayaran angsuran kredit dari masyarakat, komisi dsb. BOPO
dapat dirumuskan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia sebagai berikut :
BOPO = x 100%
19
Tabel 2.3
Matriks Kriteria Peringkat Komponen ROA
Rasio Peringkat
ROA>1,5%% 1
1,25%<ROA≤1,5%% 2
0,5%<ROA≤1,25% 3
0%<ROA≤0,5% 4
CAR≤0% 5
Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004
Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum
pajak. Sedangkan rata-rata total aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut sesuai dengan SE BI No. 6/23/DPNP tahun
2004:
LDR = x 100%
Substansi Pengaturan :
1. a. GWM dalam rupiah ditetapkan sebesar 7,5% (tujuh koma lima persen)
dari DPK dalam rupiah yang terdiri dari GWM Utama dan GWM
Sekunder.
b. GWM Utama dalam rupiah ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari
DPK dalam rupiah dan GWM Sekunder dalam rupiah ditetapkan
sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari DPK dalam rupiah.
c. Pemenuhan GWM Utama dalam rupiah hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan saldo Rekening Giro Rupiah Bank pada Bank Indonesia
sedangkan pemenuhan GWM Sekunder dalam rupiah dapat dilakukan
dengan menggunakan SBI, SUN dan/atau excess reserve.
d. Pemenuhan GWM Utama dalam rupiah mulai berlaku sejak tanggal 24
23
Dalam peraturan baru ini terdapat beberapa hal penting yaitu sebagai berikut :
Substansi Pengaturan :
1. Bank wajib memenuhi GWM dalam rupiah dan GWM dalam valuta asing.
2. GWM dalam rupiah yang wajib dipenuhi terdiri dari:
a. GWM Primer dalam rupiah sebesar 8% (delapan persen) dari DPK
dalam rupiah;
b. GWM Sekunder dalam rupiah sebesar 2,5% (dua koma lima
persen) dari DPK dalam rupiah; dan
c. GWM LDR sebesar perhitungan antara Parameter Disinsentif
Bawah atau Parameter Disinsentif Atas dengan selisih antara LDR
Bank dan LDR Target dengan memperhatikan selisih antara
KPMM Bank dan KPMM Insentif.
3. Ketentuan mengenai GWM Sekunder dalam rupiah dan GWM dalam
valuta asing tidak mengalami perubahan.
4. GWM Primer dalam rupiah, GWM LDR dan GWM dalam valuta asing
dipenuhi dalam bentuk saldo Rekening Giro Bank pada Bank Indonesia,
sedangkan GWM Sekunder dalam rupiah dipenuhi dalam bentuk SBI,
SUN, SBSN, dan/atau Excess Reserve.
5. Perhitungan GWM LDR dilakukan sebagai berikut:
a. Batas bawah LDR Target sebesar 78% dan batas atas LDR Target
sebesar 100%.
b. Bank yang memiliki LDR di dalam kisaran LDR target memiliki
GWM LDR sebesar 0%.
c. Bank yang memiliki LDR kurang dari batas bawah LDR Target
diberikan disinsentif GWM LDR sebesar perkalian Parameter
Disinsentif Bawah (saat ini sebesar 0,1) dengan selisih LDR bank
dari batas bawah LDR target.
d. Bank yang LDR-nya lebih dari batas atas LDR Target dan
memiliki KPMM lebih kecil dari KPMM Insentif (saat ini 14%)
akan diberikan disinsentif GWM LDR sebesar perkalian Parameter
25
Disinsentif Atas (saat ini sebesar 0,2) dengan selisih LDR bank
dari batas atas LDR target.
e. Bank yang memiliki LDR lebih dari batas atas LDR Target dan
memiliki KPMM sama atau lebih besar dari KPMM insentif (saat
ini sebesar 14%), maka kewajiban pemenuhan GWM LDR sebesar
0%.
f. Besaran dan parameter LDR Target, KPMM Insentif, Parameter
Disinsentif Bawah, dan Parameter Disinsentif Atas akan dievaluasi
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
6. Bank Indonesia memberikan jasa giro setiap hari kerja dengan tingkat
bunga sebesar 2,5% (dua koma lima persen) per tahun terhadap bagian
tertentu dari pemenuhan kewajiban GWM Primer dalam rupiah.
7. Bagian tertentu sebagaimana dimaksud dalam angka 6 ditetapkan sebesar
3% (tiga persen) dari DPK dalam rupiah.
8. Jasa giro diberikan apabila Bank telah memenuhi seluruh kewajiban
GWM dalam rupiah.
9. Bank yang mendapatkan insentif dalam rangka konsolidasi perbankan
memperoleh kelonggaran pemenuhan GWM dalam rupiah sebesar 1%
bagi pemenuhan GWM Primer dalam rupiah.
10. Terhadap Bank yang sedang dikenakan Cease and Desist Order (CDO)
terkait dengan penyaluran kredit dan penghimpunan dana, dalam rangka
supervisory action Bank Indonesia berwenang melakukan perhitungan
yang berbeda dari ketentuan GWM LDR sebagaimana diatur dalam PBI
ini.
11. PBI ini mencabut PBI No. 10/19/PBI/2008 tentang Giro Wajib Minimum
Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing
sebagaimana telah diubah terakhir dengan PBI No. 10/25/PBI/2008,
namun peraturan pelaksanaan dari PBI dimaksud tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan PBI ini.
12. Ketentuan mengenai GWM LDR beserta sanksi terhadap pelanggaran
GWM LDR mulai berlaku pada 1 Maret 2011.
26
Implementasi Kebijakan :
Implementasi dari Kebijakan GWM ini adalah sebagai berikut :
c. Jika LDR > batas atas (100%) & CAR >= 14%, bank tidak dikenakan
tambahan GWM.
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran
Perbankan
Pengukuran Kinerja
Peraturan Kebijakan BI
Keuangan
CAMEL
Sebelum Sesudah
Penerapan GWM Penerapan GWM
LDR dalam PBI LDR dalam PBI
No. No. CAR, ROA, BOPO,
12/19/PBI/2010 12/19/PBI/2010 LDR
Uji Beda
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas penelitian.
Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini yaitu berbentuk
perbandingan dua variabel terhadap subjek penelitian. Berdasarkan kerangka
pemikiran di atas maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :
“Terdapat perbedaan yang signifikan antara CAR, ROA, BOPO, dan LDR
Sebelum dan Sesudah Penerapan GWM LDR Dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 12/ 19/PBI/2010, baik secara keseluruhan sampel bank ataupun masing-
masing bank.”