Anda di halaman 1dari 13

Stabilitas

Sistem
Keuangan
Kebank Sentralan
Kelompok 3

Nur Alpinansyah 22110114


Miftahul Jannah 22110126
Sandra Aulia 22110139
Lisa Agustina Ayu 22110127
Alan Maulana 22110135

Hidup adalah tentang belajar


Belajar adalah perintah dan kewajiban agama. Oleh karena itubelajar adalah ibadah, disekolah atau di rumah
pun juga dimana pun belajar tetap ibadah. Ibadah yang akan mendatangkan Keridohan dan kecintaan
AllahSwt.
stabilitas keuangan
merupakan pilar yang mendasari
efektivitas kebijakan moneter.
Sistem keuangan merupakan salah
satu alur transmisi kebijakan
moneter, sehingga bila terjadi
ketidak stabilan sistem keuangan
maka transmisi kebijakan moneter

01
tidak dapat berjalan secara normal.
sistem keuangan akibat tidak
efektifnya fungsi sistem keuangan.
peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas system keuangan dengan
pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

1. Asimetri Informasi: Sumber


Instabilitas Sistem Keuangan 2. Stabilitas Sistem Keuangan:
Pengertian dan Prasyarat
Telah dipahami bahwa sistem Secara umum istilah financial
keuangan memegang peranan yang
stability atau stabilitas keuangan
sangat penting dalam perekonomian
telah dikenal oleh banyak pelaku
seiring dengan fungsinya untuk
ekonomi terutama pelaku pasar
menyalurkan dana dari pihak yang
berkelebihan dana kepada pihak- keuangan, namun demikian belum
terdapat suatu kesepakatan umum
pihak yang membutuhkan dana.
mengenai apa yang dimaksud
dengan stabilitas keuangan.
3. Bank Indonesia di era OJK (Otoritas Jasa 4. Penyempurnaan Bank Indonesia Selaku
ender of Last Resort (LLOLR)
keuangan)

Banyaknya masalah yang timbul akibat dari Dalam rangka penyempurnaan sektor
kompleksnya sistem keuangan membuat keuangan dan perbankan, langkah
Bank Indonesia harus melakukan reformasi penting yang harus dilakukan adalah
dalam berbagai aspek kebijakan maupun perbaikan perangkat hukum perbankan
organisasinya dan kesentralan.
peran Bank Indonesia dalam membentuk stabilitas system
keuangan melalui penguatan sistem perbankan dan lembaga
keuangan nasional

1. Merancang Cetak Biru Sistem Perbankan


Selain menyempurnakan peran bank sentral dalam
rangka menjaga stabilitas sistem keuangan nasional
sistem perbankan juga perlu disempurnakan lebih

02
lanjut. Dalam rangka itu, dewasa ini sedang disusun
cetak biru (blue print) sistem perbankan nasional.
(Djiwandono: 2009).
a. Menyempurnakan Sistem
Perbankan Nasional

Dalam rangka membangun


sistem perbankan yang handal
dan mampu menghadapi
perkembangan ekonomi global
yang sangat cepat, maka UU
Perbankan No. 7 Tahun 1992
sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 10 Tahun 1998
perlu disempurnakan kembali.
b. Otoritas Pengawasan Bank
Berdasarkan pengalaman dari krisis perbankan dan
memperhatikan trend pengawasan bank di beberapa
negara lain, serta dalam rangka mengupayakan
meningkatnya efisiensi, keamanan dan kestabilan 1. Cakupan obyek pengawasan OJK
disektor jasa keuangan dibidang pengawasan bank, 2. Independensi OJK
maka paradigma pola pengawasan bank diubah. 3. Kapabilitas dan kredibilitas SDM OJK
4.Kemungkinan keterpisahan fungsi pengaturan dan
khususnya agar kebijakan disektor perbankan pengawasan bank, dan
senantiasa dapat konsisten dan seiring dengan 5. Koordinasi yang efektif dan efisien antar institusi
kebijakan disektor moneter dan sistem pembayaran, terkait.
maka sekurang-kurangnya ada 5 aspek yang harus
dikaji secara mendalam, yaitu:
hubungan sinergi Bank Indonesia dengan instansi lain(Kementrian
Keuangan, OJK, LPS) dalam pengelolaan stabilitas system keuangan
nasional?

1. Otoritas Jasa Keuangan sebagai Harapan Baru Indonesia


Secara global, pentingnya stabilitas sistem keuangan dalam perekonomian didorong
oleh empat hal, yaitu pertumbuhan sektor keuangan yang lebih besar dibandingkan
dengan sektor riil, integrasi sistem keuangan global dan regional, kompleksitas sistem
keuangan dan perubahan komposisi dalam proses sistem keuangan yang disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat dimana komposisi aset nonmoneter menjadi lebih

03
penting (Houben, 2004).
Pembentukan OJK ini pun mendapatkan berbagai kritikan dari
berbagai pihak. Argumen yang melawan pembentukan OJK melalui
mekanisme penyatuan fungsi pengawasan BI dan Bapepam-LK adalah
biaya transaksi yang tinggi. Biaya transaksi tersebut meliputi biaya
legalitas, sumberdaya (manusia dan teknologi), dan faktor eksternal.
Selain itu menurut Seelig (2009) pada umumnya ada dua risiko yang
terkait erat dengan pembentukan OJK, yaitu risiko pada masa transisi
(Transition Risk) dan risiko penanganan krisis (Crisis Management
Risk). Pelaksanaan pengalihan fungsi pengaturan dan pengawasan
bank dari Bank Indonesia kepada OJK perlu dilakukan seksama agar
tidak menimbulkan gangguan pada kontinuitas pelaksanaan
pengawasan bank.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UU OJK, pengertian OJK sendiri adalah:
"Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini."
 
Lembaga pengawas sektor keuangan
memiliki tiga fungsi utama yang harus
dilakukan yaitu pengawasan mikro
prudential, makro prudential, dan laku
bisnis.
Ketiga fungsi tersebut harus dilakukan
secara sinergi agar dapat berjalan dengan
optimal. Sinergi ketiga fungsi tersebut
meliputi arus informasi yang sempurna dan
koordinasi antara lembaga pengawas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai