Anda di halaman 1dari 7

Jika suatu lagu yang diciptakan oleh penciptanya sudah terkenal,

namun tidak dibuat hak cipta, apakah boleh dibuat hak ciptanya
oleh orang lain ?

Menurut Pendapat Saya :


Setiap negara menerapkan persyaratan yang berbeda untuk menentukan
bagaimana suatu karya berhak mendapatkan hak cipta. Pada sistem yang berlaku
berdasarkan Konvensi Bern, suatu hak cipta atas suatu ciptaan diperoleh tanpa perlu
melalui pendaftaran resmi terlebih dahulu. Bila gagasan ciptaan sudah terwujud dalam
bentuk tertentu, misalnya pada medium tertentu ( seperti lukisan, partitur lagu, foto,
pita video, atau surat), pemegang hak cipta sudah berhak atas hak cipta tersebut.
Namun, walaupun suatu ciptaan tidak perlu didaftarkan dulu untuk melaksanakan hak
cipta, pendaftaran ciptaan memilikki keuntungan, yaitu sebagai bukti yang sah.
Jadi kemungkinan hak cipta tersebut tidak boleh dilakukan orang lain terhadap
lagu tersebut, karena hak cipta sudah berlaku tanpa pendaftaran resmi, dan juga semua
orang sudah tau siapa yang menyanyikan lagu tersebut apalagi lagu yang sudah
terkenal. Tetapi lebih baiknya lagi, pencipta lagu mendaftarkannya secara resmi agar
didukung dengan hukum yang sah dan berlaku.

Contoh Kasus Pelanggaran Hak Cipta


1. Pelanggaran Hak Cipta yang dilakukan oleh PT. Vizta Pratama
PT. Vizta Pratama, perusahaan pemegang franchise rumah bernyanyi (karaoke)
Inul Vizta, menjadi tersangka atas kasus pelanggaran hak cipta. Nagaswara selaku
penggugat menganggap Inul Vizta melanggar hak cipta dengan mengedarkan dan
menyalin lagu tanpa membayar royalti untuk produser dan pencipta lagu. Direktur
Utama Nagaswara, Rahayu Kertawiguna, yang turut hadir, menjelaskan bahwa sudah
terdapat pemanggilan kepada pihak terkait, namun Kim Sung Ku selaku direktur utama
Inul Vizta saat ini masih berada di Korea.
Sebelumnya, Nagaswara yang turut merasa dirugikan oleh Inul Vizta melapor
ke Mabes Polri pada Jumat, 8 Agustus 2014. Pihak Nagaswara telah melakukan gugatan
kepada PT Vizta Pratama, dalam hal ini Inul Vizta dianggap telah menggunakan video
klip bajakan dalam lagu-lagu milik Nagaswara di rumah karaokenya. PT Nagaswara
memperkarakan Inul Vizta karena menampilkan video klip Bara Bere yang
dinyanyikan Siti Badriah dan lagu Satu Jam Saja yang dipopulerkan oleh Zaskia Gotik,
tanpa izin terlebih dahulu kepada Nagaswara.
Menurut Otto Hasibuan selaku kuasa hukum PT. Vizta Pratama, yang dilakukan
pihak Inul Vizta sudah benar. Pihak Inul telah membayar royalti setiap tahun kepada
Nagaswara, dalam hal ini sebagai penggugat, melalui Lembaga Manajemen Kolektif
(LMK) seperti WAMI (Wahana Musik Indonesia). Inul Vizta sudah meminta izin
kepada WAMI untuk menaruh lagu-lagu milik Nagaswara di rumah karaokenya.
Namun WAMI tidak memberikan video klip asli seperti yang sedang dipermasalahkan
oleh Nagaswara. "Karena tidak diberikan oleh WAMI, kita jadi asal mengambil, tapi
yang penting kan sudah bayar," papar Otto.
Pemegang saham terbesar Inul Vizta, pedangdut Inul Daratista, belum
berkomentar atas kasus dugaan pelanggaran hak cipta yang dilayangkan Nagaswara
tersebut. Sebetulnya, ini bukan kali pertama karaoke Inul Vizta tersandung masalah.
Pada 2009, Andar Situmorang pernah mengajukan gugatan kepada Inul Daratista
sebagai pemegang saham terbesar PT Vizta Pratama yang menaungi outlet karaoke Inul
Vizta. Andar mengajukan gugatan materi Rp5,5 triliun karena 171 lagu ciptaan
komponis nasional, (alm) Guru Nahum Situmorang berada di 20 outlet Inul Vizta tanpa
izin. Gugatan yang diproses di Pengadilan Negeri Tata Niaga Jakarta Pusat akhirnya
dimenangkan Inul.
Pada 2012, Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) mengadukan Inul Vizta ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terkait lisensi penggunaan lagu. Namun, oleh pihak
pengadilan, gugatan tersebut ditolak karena salah konsep. Pada akhirnya, KCI dan Inul
sepakat berdamai.
Pada Januari 2014, band Radja melaporkan Inul Vizta ke Mabes Polri karena dianggap
menggunakan lagu "Parah" tanpa izin. Inul terancam hukuman 7 tahun penjara dan
denda Rp5 miliar karena diduga melanggar UU No. 19 th 2002 tentang Hak Cipta.

Sumber : metrotvnews.com; bintang.com; kapanlagi.com; liputan6.com

2. Kasus Pembajakan Software (CD) di Jakarta


Jakarta – Penyidik PPNS Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
bersama BSA (Business Software Association) dan Kepolisian melaksanakan
Penindakan Pelanggaran Hak Cipta atas Software di 2 tempat di Jakarta yaitu Mall
Ambasador dan Ratu Plasa pada hari Kamis (5/4). Penindakan di Mall Ambasador dan
Ratu Plaza dipimpin langsung oleh IR. Johno Supriyanto, M.Hum dan Salmon Pardede,
SH., M.Si dan 11 orang PPNS HKI. Penindakan ini dilakukan dikarenakan adanya
laporan dari BSA (Business Software Association) pada tanggal 10 Februari 2012 ke
kantor Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang mengetahui adanya CD
Software Bajakan yang dijual bebas di Mall Ambasador dan Ratu Plaza di Jakarta.
Dalam kegiatan ini berhasil di sita CD Software sebanyak 10.000 keping dari 2 tempat
yang berbeda.
CD software ini biasa di jual oleh para penjual yang ada di Mall Ambasador dan
Ratu Plasa seharga Rp.50.000-Rp.60.000 sedangkan harga asli software ini bisa
mencapai Rp.1.000.000 per softwarenya. Selain itu, Penggrebekan ini akan terus
dilaksanakan secara rutin tetapi pelaksanaan untuk penindakan dibuat secara
acak/random untuk wilayah di seluruh Indonesia. Salmon pardede, SH.,M.Si selaku
Kepala Sub Direktorat Pengaduan, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual,
mengatakan bahwa “Dalam penindakan ini para pelaku pembajakan CD Software ini
dikenakan Pasal 72 ayat 2 yang berbunyi “Barang siapa dengan sengaja
menyiarkan,memamerkan,mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dipidana dengan pidana paling lama penjara 5 tahun dan denda paling banyak
Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah ) dan tidak menutup kemungkinan dikenakan
pasal 72 ayat 9 apabila dalam pemeriksaan tersangka diketahui bahwa tersangka juga
sebagai pabrikan”.
Dengan adanya penindakan ini diharapkan kepada para pemilik mall untuk
memberikan arahan kepada penyewa counter untuk tidak menjual produk-produk
software bajakan karena produk bajakan ini tidak memberikan kontribusi kepada
negara dibidang pajak disamping itu untuk menghindari kecaman dari United States
Trade Representative (USTR) agar Indonesia tidak dicap sebagai negara pembajak.

sumber : http://www.dgip.go.id/penindakan-hak-cipta-atas-software

Sumber : http://techno.okezone.com/read/2011/08/10/57/490331/kasus-kasus-
yang-digugat-apple-ke-pengadilan

3. Kasus Pelanggaran Hak Cipta


PRAYOGA adalah seorang desainer yang sedang berkuliah di Institut
Teknologi Bandung Fakultas Desain Komunikasi Visual dan menjadi anggota
Asosiasi Desain Grafis Indonesia (ADGI). Prayoga memasarkan karya-karya
dan jasa membuat karya desain grafisnya melalui dunia maya (internet), salah
satunya melalui http://www.kreatifprofesional.com. Pada tanggal 29 Agustus 2008
Prayoga mendapatkan laporan dari ADGI, bahwa karya desain grafisnya
dibawah ini
Digunakan seseorang dalam blog di website http://wordpress.com dan
diakui sebagai ciptaan dari seseorang warga negara India yang beridentitas
BRAHMANA karya desain grafis tersebut didapatkan dengan cara didownload
dari website http://www.kreatifprofesional.com tanpa seizin PRAYOGA.
Pada tanggal 1 September 2008 PRAYOGA memberikan peringatan
melalui e-mail yang berisikan karya desain grafis tersebut adalah ciptaan
PRAYOGA sehingga BRAHMANA harus mencantumkan nama dan
membayar royalti sebesar 2 juta Rupiah atau 200US$ karena telah
menggunakan karya desain grafis tersebut dan menghentikan penggunaan
karya desain grafis yang telah diambil selambat-lambatnya pada tanggal 5
September 2008.
Pada tanggal 3 September 2008 BRAHMANA membalas email
PRAYOGA isi e-mail tersebut menyatakan bahwa karya desain grafis tersebut
hanya digunakan untuk kepentingan pribadi, yaitu agar BRAHMANA diakui
sebagai desainer handal di negaranya dan karya desain grafis tersebut tidak
dimanfaatkan secara komersil. BRAHMANA meminta waktu hingga tanggal
5 September 2008 untuk menghentikan pemakain karya desain grafis tersebut
dalam Blog-nya dan menyatakan tidak sanggup untuk membayar royalti pada
PRAYOGA. PRAYOGA setuju apabila BRAHMANA tidak sanggup
membayar royalti asalkan nama PRAYOGA dicantumkan dalam karya desain
grafis tersebut atau BRAHMANA menghentikan penggunaan karya desain
grafis tersebut.
Pada Tanggal 6 September 2008 Prayoga masih melihat karya desain
grafis tersebut digunakan dalam blog Brahmana. Sehingga pada tanggal 7 September
2008 Prayoga melakukan peringatan kedua, dan Brahmana
membalas peringatan tersebut, dalam balasan tersebut BRAHMANA mengaku
sedang sakit dan meminta waktu hingga tanggal 14 September 2008 sampai
pada tanggal tersebut karya desain grafis Prayoga masih digunakan dalam
Blog Brahmana.
Pada tanggal 15 September 2008 Prayoga memberikan peringatan
terakhir kepada Brahmana melalui email yang berisikan: “Apabila sampai
dengan tanggal 24 September 2008 karya desain grafis ciptaan tersebut masih
digunakan maka kasus ini akan dibawa ke pengadilan” tetapi hingga tanggal
25 september 2008 Prayoga tidak mendapatkan tanggapan apapun dari
Brahmana. Hingga saat ini Karya desain Grafis tersebut masih digunakan oleh
BRAHMANA. dalam blog-nya pada http://wordpress.com.
PRAYOGA tidak melakukan gugatan ke pengadilan karena
pertimbangan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. saat ini
PRAYOGA lebih memilih bekerja sebagai desainer diperusahaan PROSHOP
karena lebih menguntungkan dari pada menjual karya dan jasa desain
grafisnya di dunia maya.
Sumber : http://pelanggaranhakcipta.blogspot.co.id/2013/05/kasus-kasus-
pelanggaran-desain-grafis.html

4. Kasus PT NIRWANA ARVINDO MAHAPUTRA dengan HAIRO


PT NIRWANA ARVINDO MAHAPUTRA adalah perusahaan yang
bergerak dalam bidang desain grafis. Perusahaan ini memasarkan dan
memperdagangkan karya dan jasanya secara nasional mapun internsional,
melalui pemasaran secara langsung maupun melalui media internet.
Pada tanggal 21 januari 2008 PT NIRWANA membuat dan
mendaftarkan website perusahaan http://www.NirwanaArvindoMahaputra.com dan
melakukan upload karya-karya desain grafisnya dalam website tersebut.
Kemudian pada tanggal 13 Februari 2008 PT NIRWANA mengetahui dari
salah seorang pegawainya, bahwa karya desain grafis dibawah ini:

telah digunakan seseorang dalam web-pages di website http://www.deviantart.com


dan diakui sebagai ciptaan dari seseorang berkebangsaan Thailand yang
beridentitas HAIRO, karya desain grafis tersebut didapatkan dengan cara didownload
dari website perusahaan PT NIRWANA tanpa izin.
Pada tanggal 14 Februari 2008 PT. NIRWANA melakukan somasi
melalui e-mail yang berisikan PT. NIRWANA adalah pemegang hak cipta
karya desain grafis tersebut dan desain grafis tersebut dilindungi oleh hak
cipta, sehingga HAIRO harus mencantumkan nama dan membayar royalti
sebesar 150 US$ karena telah menggunakan karya desain grafis tersebut atau
menghentikan pengumuman terhadap karya desain grafis yang telah diambil
selambat-lambatnya pada tanggal 21 Februari 2008.
Pada tanggal 15 Februari 2008, HAIRO membalas somasi PT.
NIRWANA dan menyatakan bahwa karya desain grafis tersebut hanya
digunakan untuk kepentingan pribadi bukan untuk dijual kembali, dan bukan
untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari karya desain grafis tersebut dan
meminta waktu hingga tanggal 1 Maret 2008 untuk menghentikan pemakaian
karya desain grafis tersebut dalam Blog-nya.
Pada Tanggal 2 Maret 2008 PT. NIRWANA masih melihat karya
desain grafis tersebut digunakan dalam blog HAIRO Sehingga pada tanggal
tesebut PT. NIRWANA melakukan somasi kedua, tetapi tidak mendapatkan
tanggapan apapun dari HAIRO.
PT. NIRWANA tidak mengetahui langkah-langkah yang harus dilalui
untuk menuntut hak cipta karya desain grafis tersebut dalam dunia maya
(Internet), keterbatasan waktu dan biaya, menjadi faktor-faktor PT.
NIRWANA tidak melakukan gugatan. Sehingga sampai saat ini karya desain
grafis tersebut masih digunakan oleh HAIRO dalam web-pages di
http://www.deviantart.com

Sumber : http://pelanggaranhakcipta.blogspot.co.id/2013/05/kasus-kasus-
pelanggaran-desain-grafis.html

5. Kasus DARIESTYA ENDIANO PUTRA dengan DREAM THEATER


MANAGEMENT
Desain grafis dibawah yang dipakai untuk cover album, latar belakang
dan hiasan web-pages Dream Theater sebenarnya adalah desain grafis ciptaan
anak Indonesia. Desain grafis tersebut adalah hasil karya seorang anak sekolah
di Yogyakarta bernama DARIESTYA ENDIANO PUTRA yang di-upload di
blognya pada website http://multiply.com.
Doug & Marco M yaitu Dream Theater Management secara tidak
sengaja melihat karya tersebut dan memutuskan mendownload dan membuat
karya desain grafis tersebut menjadi cover terbaru album Dream Theater, latar belakang
dan hiasan web pages Dream Theater dengan sedikit ubahan dan
tambahan gambar semut tanpa seizin Dariestya.
Pada tanggal 15 Juli 2008 Dariestya mendapat berita melalui email
dari Erik Muna alias Petfish yang merupakan Official Graphic Design Dream
Theater yang meyatakan bahwa Desain grafis anda telah dipakai untuk cover
terbaru album Dream Theater, Latar Belakang dan hiasan web pages Dream
Theater.
Pada tanggal 16 Juli 2008 Dariestya melakukan peringatan pada
Dream Theater Management melalui e-mail yang berisikan, bahwa desain
grafis tersebut kecuali gambar semut adalah ciptaan Dariestya dan meminta
tanggapan selambat-lambatnya pada tanggal 27 Juli 2008.
Pada tanggal 3 Agustus 2008 Dream Theater Management membalas
email dengan subject Roadruner & Dreamtheatre, yang isi emai-nya seperti
ini: “Kami dari Roadruner & Dreamtheatre, adalah pencipta desain grafis
tersebut, Karena kami telah mendaftarkan hak cipta desain grafis tersebut”
Pada tanggal 4 Agustus 2008 Dariestya memberikan peringatan kedua
dan terakhir kepada Dream Theater Management, tetapi hingga saat ini tidak
ada tanggapan dari pihak Dream Theater Management. Karena ketidak
mengertian DARIESTYA terhadap pelanggaran tersebut dan upaya apa yang
dapat dilakaukan sehinga pelanggaran tersebut tidak ditindak lanjuti.

Sumber : http://pelanggaranhakcipta.blogspot.co.id/2013/05/kasus-kasus-
pelanggaran-desain-grafis.html

Anda mungkin juga menyukai