Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ni Luh Putu Ayu Cahya Wardani

Nim : 1615744016
Kls : 3A MBI
No Absen : 06

Kasus Pelanggaran Hak Cipta Inul Vizta

PT. Vizta Pratama, perusahaan pemegang franchise rumah bernyanyi (karaoke) Inul Vizta,
menjadi tersangka atas kasus pelanggaran hak cipta. Nagaswara selaku penggugat
menganggap Inul Vizta melanggar hak cipta dengan mengedarkan dan menyalin lagu tanpa
membayar royalti untuk produser dan pencipta lagu. Direktur Utama Nagaswara, Rahayu
Kertawiguna, yang turut hadir, menjelaskan bahwa sudah terdapat pemanggilan kepada pihak
terkait, namun Kim Sung Ku selaku direktur utama Inul Vizta saat ini masih berada di Korea.

Sebelumnya, Nagaswara yang turut merasa dirugikan oleh Inul Vizta melapor ke Mabes Polri
pada Jumat, 8 Agustus 2014. Pihak Nagaswara telah melakukan gugatan kepada PT Vizta
Pratama, dalam hal ini Inul Vizta dianggap telah menggunakan video klip bajakan dalam
lagu-lagu milik Nagaswara di rumah karaokenya. PT Nagaswara memperkarakan Inul Vizta
karena menampilkan video klip Bara Bere yang dinyanyikan Siti Badriah dan lagu Satu Jam
Saja yang dipopulerkan oleh Zaskia Gotik, tanpa izin terlebih dahulu kepada Nagaswara.

Menurut Otto Hasibuan selaku kuasa hukum PT. Vizta Pratama, yang dilakukan pihak Inul
Vizta sudah benar. Pihak Inul telah membayar royalti setiap tahun kepada Nagaswara, dalam
hal ini sebagai penggugat, melalui Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) seperti WAMI
(Wahana Musik Indonesia). Inul Vizta sudah meminta izin kepada WAMI untuk menaruh
lagu-lagu milik Nagaswara di rumah karaokenya. Namun WAMI tidak memberikan video
klip asli seperti yang sedang dipermasalahkan oleh Nagaswara. "Karena tidak diberikan oleh
WAMI, kita jadi asal mengambil, tapi yang penting kan sudah bayar," papar Otto.

Pemegang saham terbesar Inul Vizta, pedangdut Inul Daratista, belum berkomentar atas
kasus dugaan pelanggaran hak cipta yang dilayangkan Nagaswara tersebut. Sebetulnya, ini
bukan kali pertama karaoke Inul Vizta tersandung masalah. Pada 2009, Andar Situmorang
pernah mengajukan gugatan kepada Inul Daratista sebagai pemegang saham terbesar PT
Vizta Pratama yang menaungi outlet karaoke Inul Vizta. Andar mengajukan gugatan materi
Rp5,5 triliun karena 171 lagu ciptaan komponis nasional, (alm) Guru Nahum Situmorang
berada di 20 outlet Inul Vizta tanpa izin. Gugatan yang diproses di Pengadilan Negeri Tata
Niaga Jakarta Pusat akhirnya dimenangkan Inul.

Pada 2012, Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) mengadukan Inul Vizta ke Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat terkait lisensi penggunaan lagu. Namun, oleh pihak pengadilan, gugatan
tersebut ditolak karena salah konsep. Pada akhirnya, KCI dan Inul sepakat berdamai.

Pada Januari 2014, band Radja melaporkan Inul Vizta ke Mabes Polri karena dianggap
menggunakan lagu "Parah" tanpa izin. Inul terancam hukuman 7 tahun penjara dan denda
Rp5 miliar karena diduga melanggar UU No. 19 th 2002 tentang Hak Cipta.

Analisa Hukum

Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, hal ini
merupakan bunyi Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002. Pencipta
memiliki hak eksklusif yang dilindungi oleh undang-undang dan perlindungan itu
dimaksudkan agar pencipta tidak kehilangan haknya secara ekonomis atas karya-karya yang
timbul dan lahir dari kemampuan intelektualitasnya.

Perkembangan musik yang sangat pesat dapat melahirkan persaingan dalam industri musik.
Pembajakan merupakan momok yang menakutkan bagi para penggiat musik, khususnya
pencipta dan produser musik itu sendiri. Minimnya pemahaman akan Hak Cipta dikalangan
masyarakat indonesia, hal ini menyebabkan semakin banyak orang mencari lagu dengan kata
kunci free download musik indonesia dari ilegal website. Tingginya kata pencarian ini
menjadi sebuah inspirasi bagi para pencari uang di internet dengan membuat situs-situs lagu
yang mengandung pelanggaran hak cipta. Sehingga banyak bermunculan website-website
yang menyediakan sejumlah link download lagu ilegal.
Dalam kasus Inul Vizta dan Nagaswara ini, penggunaan video klip tanpa seizin produsen dan
menyiarkannya untuk kepentingan komersial oleh karaoke Inul Vista dapat dikatagorikan
sebagai bentuk kegiatan mengumumkan dan mempublikasikan suatu ciptaan dan dilakukan
untuk keperluan komersial, yang sudah pasti akan mendatangkan keuntungan bagi pemilik
karaoke, namun di sisi lain akan merugikan pemilik dan pencipta lagu terlebih lagi lagu
tersebut belum dirilis secara resmi.

Kegiatan tersebut dapat saja dinamakan Pengumuman, pengertian Pengumuman sendiri


diatur didalam Pasal 1 ayat 5 Undang-undang Hak Cipta, diterangkan bahwa;"Pengumuman
adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran atau penyebaran suatu
Ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet, atau melakukan dengan
cara apapun sehingga suatu Ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.".
Tindakan pengumuman yang dilakukan di Inul Vizta, merupakan tindakan yang masuk
didalam lingkup Hak Cipta itu sendiri.

Berdasarkan undang-undang Hak Cipta semua pihak yang menggunakan karya cipta berupa
lagu milik orang lain maka orang tersebut berkewajiban untuk terlebih dahulu meminta ijin
dari si pemegang hak cipta lagu tersebut dan harus membayar royalti apabila digunakan
untuk keperluan komersial. Segala Bentuk pengumuman suatu karya cipta untuk kepentingan
komersial harus dengan izin pencipta dan membayar royalti. Namun pihak Inul Vizta
mengaku telah membayar royalti setiap tahun kepada Nagaswara, dalam hal ini sebagai
penggugat, melalui Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) seperti WAMI (Wahana Musik
Indonesia). Royalti adalah pembayaran yang diberikan pada pemilik hak cipta atas karya
cipta miliknya yang telah dipergunakan.

Sayangnya, yang dipermasalahkan pihak Nagaswara yaitu video klip dari artis-artis mereka
yang ditayangkan di tempat Karaoke Inul Vizta, bukan merupakan video klip asli. Video klip
tersebut diambil oleh pihak Inul Vizta dari situs Youtube.com karena tidak mendapatkan izin
dari pihak WAMI.

Bahwa dalam Pasal 113 ayat 3 Undang-undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 yang
berbunyi: "Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)".

Pihak Inul dapat memastikan apakah izin yang telah didapatkan telah sesuai dengan
penggunaannya begitupun dengan pihak WAMI. Keterangan Pihak Inul yag telah membayar
royalti setiap tahun kepada Nagaswara melalui Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) seperti
WAMI (Wahana Musik Indonesia) dan Inul Vizta sudah meminta izin kepada WAMI untuk
menaruh lagu-lagu milik Nagaswara di rumah karaokenya namun Karena video klip tidak
diberikan oleh WAMI, maka pihak Inul Vizta asal mengambil klip yang tidak asli. Dalam hal
ini masalah royalty yang dibayarkan harus diperjelas apakah sebatas penggunaan lagu atau
keseluruhan lagu beserta video klipnya. Seharusnya dalam meminta izin juga sudah jelas
kalau lagu yang akan digunakan untuk tempat karoke adalah lagu berserta video klipnya,
sehingga tidak terjadi permasalahan di kemudian hari yang dapat merugikan kedua belah
pihak.

Terkait dengan telah dilindunginya hak-hak pencipta dalam Undang-undang, maka


seharusnya tidak ada lagi pelanggaran dalam industri musik Indonesia dapat dan diharapkan
para penegak hukum dapat bertindak tegas dalam menangani kasus-kasus pelanggaran hak
cipta.

Komentar : Seperti dikatakan diatas Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku, hal ini merupakan bunyi Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Hak Cipta
No. 19 Tahun 2002. Sebenarnya dalam masalah ini menurut saya hanya terjadi kesalah
pahaman saja. Sebaiknya bisa diselesaikan melalui jalan musyawarah. Sangat wajar pihak
Nagaswara menuntut PT Vista Pratama (Inul Vista) karena Nagaswara tahu bahwa InulVista
menggunakan video bajakan dan Nagaswara tidak mengetahui bahwa Inul Vista telah
membayar rolyalti setiap tahun kepada Nagaswara, melalui Lembaga Manajemen Kolektif
(LMK) seperti WAMI (Wahana Musik Indonesia). Inul Vizta merasa sudah meminta izin
kepada WAMI untuk menaruh lagu-lagu milik Nagaswara di rumah karaokenya. Namun
WAMI tidak memberikan video klip asli seperti yang sedang dipermasalahkan oleh
Nagaswara. Disinilah letak kesalahpahamannya. Seharusnya Inul Vista tidak mengambil
video klip milik Nagaswara melalui Youtube, tetapi meminta videoklip aslinya kepada pihak
Nagaswara jika WAMI tidak memberikan video klip asli Nagaswara. Seharusnya pihak Inul
Vista mengkonfirmasikan kepada pihak Nagaswara bahwa pihaknya telah membayar royalty
secara rutin setiap tahunnya dan memperlihatkan bukti-bukti pembayaran sehingga semua
masalah ini akan menjadi jelas. Permasalahan ini timbul karena adanya miskomunikasi antara
pihak Inul Vista, WAMI dan Pihak Nagaswara. Menurut saya masalah ini bisa diselesaikan
secara kekeluargaan dan menempuh jalan musyawarah agar semua kesalahpahaman antara
Nagaswara dan Inul Vista bisa dijernihkan dan ditempuh dengan jalan damai. Begitu juga
dengan kasus-kasus Inul Vista dengan pihak lain seperti Pada 2012, dengan Yayasan Karya
Cipta Indonesia (YKCI) yang bisa diselesaikan secara damai.

Anda mungkin juga menyukai