Anda di halaman 1dari 38

HUKUM BISNIS:

PEMBUKUAN DAN
FUNGSINYA
PEMBUKUAN DAN
FUNGSINYA

Pengertian
Kewajiban Pembukuan
Cara Memelihara
Daya Bukti
Sanksi Tiadanya Pembukuan
PENGERTIAN-PENGERTIAN
 Menurut sistem pembukuan gaya lama (sebelum
berlakunya Stb. 1927 No. 146): setiap pedagang harus
mengadakan buku harian dan buku copy. Selain itu, si
pedagang dapat pula memelihara buku – buku lain
yang lazim dipakai pedagangan walaupun menurut
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG
(KUHD) tak diharuskan, misalnya buku rekening dan
buku rekening koran.

 Ps. 6 KUHD: pembukuan (dokumen) yakni


mewajibkan setiap orang yang menjalankan
perusahaan supaya membuat catatan atau pembukuan
mengenai kekayaan dan semua hal yang berkaitan
PENGERTIAN … (lanjutan)
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data
dan informasi keuangan, meliputi: harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi untuk periode tahun pajak (ps. 1
angka 29 KUP/Kitab UU Perpajakan).
Berbeda dengan laporan keuangan berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) laporan keuangan
yang dihasilkan oleh pembukuan hanya berupa neraca
dan laporan laba rugi.
PENGERTIAN … (lanjutan)

Fungsi pembukuan adalah agar dari pembukuan dapat


dihitung besarnya pajak yang terutang (pasal 28 ayat (7)
KUP). Dengan demikian, apabila pembukuan yang
diselenggarakan tidak dapat digunakan untuk
menghitung besarnya pajak yang terutang maka secara
material pembukuan tidak sesuai dengan pasal 28 KUP.

Berbeda dengan pembukuan, pencatatan terdiri atas


data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran
atau penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang
KEWAJIBAN PEMBUKUAN
 Dokumen perusahaan (UU 8/1997 ttg Dokumen
Perusahaan): data, catatan, dan atau keterangan yang
dibuat dan atau diterima perusahaan dalam rangka
pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di atas kertas atau
sarana lain maupun terekam dalam bentuk corak apapun
yang dapat dilihat, dibaca, atau didengar;
 Dokumen perusahaan:
 dokumen keuangan (catatan, bukti pembukuan, dan
data pendukung admin keuangan, yang merupakan
adanya hak dan kewajiban serta kegiatan usaha suatu
perusahaan); dan
 dokumen lainnya (keterangan tertulis yg mempunyai
nilai guna bagi perusahaan meskipun tidak terkait
langsung dengan dokumen keuangan);
KEWAJIBAN … (lanjutan)
 Catatan/dokumen lain:
 neraca tahunan,
 perhitungan laba rugi tahunan,
 jurnal transaksi harian, atau
 setiap tulisan yang berisi keterangan mengenai hak dan
kewajiban yang berkaitan dengan kegiatan usaha suatu
perusahaan
 Setiap perusahaan wajib membuat catatan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan;
 Menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan dalam bahasa Indonesia;
 Dapat dalam bahasa asing (seizin Menteri Keuangan)
KEWAJIBAN … (lanjutan)
Ketentuan (diatur dalam pasal 28 UU KUP):
(3) Pembukuan atau pencatatan hrs diselenggarakan dg memperhatikan
iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya.
(4) Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang
diizinkan oleh Menkeu.
(5) Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel
akrual atau stelsel kas.
(6) Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
(7) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
(8) Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
KEWAJIBAN … (lanjutan)
Penjelasan ayat (5)
 Prinsip taat asas: prinsip yg sama digunakan dlm metode pembukuan
dengan tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau
rugi. Prinsip taat asas dalam metode pembukuan misalnya dalam
penerapan:
a. stelsel pengakuan penghasilan;
b. tahun buku;
c. metode penilaian persediaan; atau
d. metode penyusutan dan amortisasi.
 Stelsel akrual : suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam
arti penghasilan diakui pd wkt diperoleh dan biaya diakui pd waktu
terutang. Jadi, tdk tergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan
biaya itu dibayar secara tunai.
 Termasuk dalam pengertian stelsel akrual adalah pengakuan penghasilan
berdasarkan metode persentase tingkat penyelesaian pekerjaan yang
umumnya dipakai daiam bidang konstruksi dan metode lain yang dipakai
KEWAJIBAN … (lanjutan)
 Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya
didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang
dibayar secara tunai.
 Menurut stelsel kas, penghasilan baru dianggap sebagai
penghasilan apabila benarbenar telah diterima secara tunai
dalam suatu periode tertentu serta biaya baru dianggap
sebagai biaya apabila benar-benar telah dibayar secara tunai
dalam suatu periode tertentu.
CARA MEMELIHARA
PEMBUKUAN
 Ps. 6 KUHD:
 Pengusaha wajib membuat catatan, sehingga dapat
diketahui hak dan kewajibannya setiap saat.

 Pengusaha diwajibkan pula untuk membuat dan


menandatangani neraca. Dari neraca ini, dapat diketahui
modal yang didapat dari selisih harta dan modal serta
keseimbangan antara debet dan kredit. Pasal ini berkaitan
dengan pasal 1131 dan 1132 BW tentang sita jaminan.

 Pengusaha diharuskan menyimpan buku-buku, surat-surat,


dan neraca yang dibuatnya selama tiga puluh tahun serta
menyimpan selama sepuluh tahun surat-surat kawat dan
tembusannya baik yang telah dikirim atau diterimanya.
CARA … (lanjutan)
 Pembukuan harus disimpan karena UU tidak
memberi ketentuan berapa lama, mengambil
kebiasaan, umumnya disimpan dalam jangka
waktu 10-30 tahun.
 Perusahaan go public yang sahamnya dijual
kepada umum, biasanya pembukuan yang
disebarkan adalah adalah pembukuan yang
sudah direkayasa. Dan untuk menghindari
pajak yang besar biasanya diadakan
pembukuan secara rahasia.
CARA … (lanjutan)
 Dokumen perusahaan terdiri:
1. dokumen keuangan terdiri dari catatan (neraca,
Lap L/R, rekening, jurnal) bukti transaksi dan data
keuangan yang merupakan bukti adanya hak dan
kewajiban serta kegiatan usaha perusahaan (wajib
disimpan 10 tahun sejak akhir tahun buku).
2. dokumen lainnya terdiri dari data atau tulisan yang
berisi keterangan yang mempunyai nilai guna bagi
perusahaan meskipun tidak terkait langsung
dengan dokumen keuangan (disimpan 30 tahun)
DAYA BUKTI
A. Prinsip Umum Pembuktian
B. Beban Pembuktian
C. Batas Minimal Pembuktian
D. Alat-alat Bukti
E. Pengertian Tulisan dari Segi Yuridis
F. Acara Pembuktian Singkat
G. Pembuktian dengan Saksi
H. Alat Bukti Persangkaan
I. Tentang Pengakuan
J. Tentang Sumpah di Muka Hakim
DAYA … (lanjutan)
A. PRINSIP UMUM PEMBUKTIAN
Pengertian: prinsip umum pembuktian adalah landasan
penerapan pembuktian. Sehingga, apa yang dibicarakan dalam
prinsip umum merupakan ketentuan yang berlaku bagi sistem
hukum pembuktian secara umum.
1. Pembuktian mencari dan mewujudkan kebenaran
formil: dalam rangka mencari kebenaran formil, perlu
diperhatikan beberapa prinsip sebagai pegangan bagi hakim
maupun para pihak yang berperkara:
a. Tugas dan peran hakim bersifat pasif. Fungsi dan peran
hakim dalam proses perkara perdata, hanya terbatas pada :
 mencari dan menemukan kebenaran formil
 kebenaran itu diwujudkan sesuai dengan dasar alasan dan
fakta-fakta yang diajukan oleh para pihak selama proses
persidangan berlangsung.
DAYA … (lanjutan)
b. Putusan berdasarkan pembuktian fakta: Pembuktian tidak dapat
ditegakkan tanpa ada fakta-fakta yang mendukungnya, yaitu:
-  fakta yang dinilai dan perhitungkan, terbatas yg diajukan dlm
persidangan;
-   fakta yang terungkap di luar persidangan;
-   hanya fakta berdasar kenyataan yang bernilai pembuktian;
  aliran baru menentang pasif-total, ke arah aktif-argumentatif.

2. Pengakuan mengakhiri pemeriksaan perkara


Pada prinsipnya, pemeriksaan perkara sudah berakhir apabila salah
satu pihak memberikan pengakuan yang bersifat menyeluruh
terhadap materi pokok perkara. Apabila tergugat mengakui secara
murni dan bulat atas materi pokok yang didalilkan penggugat,
dianggap perkara yang disengketakan telah selesai.
DAYA … (lanjutan)
3. Pembuktian perkara tidak bersifat logis
a. Hukum pembuktian dalam perkara tidak selogis
pembuktian ilmu pasti.
Hakim tidak boleh menuntut pembuktian yang logis dan
pasti dari para pihak yang berperkara sebagaimana
halnya pembuktian berdasarkan ilmu pasti.
b. Kebenaran yang diwujudkan bersifat kemasyarakatan.
Bukti-bukti yang harus disampaikan bukan berisi fakta
yang logis, absolut dan pasti, tetapi cukup fakta yang
mengandung kebenaran yang diterima akal sehat
(common sense) artinya, kebenaran fakta yang
dikemukakan selaras dengan kebenaran menurut
kesadaran masyarakat.
DAYA … (lanjutan)
4. Fakta fakta yang tidak perlu dibuktikan
a. Hukum positif tidak perlu dibuktikan
Pihak yang beperkara tidak perlu menyebut hukum mana
yang dilanggar dan diterapkan, karena hal itu dianggap sudah
diketahui hakim. Hal ini bertitik tolak dari doktrin curia novit
jus atau jus curia novit  yakni pengadilan atau hakim
dianggap mengetahui segala hukum positif, bahkan bukan
hanya hukum positif tetapi meliputi semua hukum.
b. Fakta yang diketahui umum tidak dibuktikan
Fakta dalam arti luas, meliputi pengertian hak. Dalam suatu
perkara sangat penting membuktikan fakta dan hak agar
dapat ditetapkan dan ditentukan hubungan hukum antara
pihak yang berperkara pada satu sisi atau hubungan hukum
antara pihak yang berperkara dengan obyek yang mereka
sengketakan.
DAYA … (lanjutan)
5. Bukti lawan (tegenbewijs)
a. Pengertian bukti lawan
b. Bukti lawan merupakan bukti penyangkal (contra-enquete)
yang diajukan dan disampaikan di persidangan untuk
melumpuhkan pembuktian yang dikemukakan pihak lawan.
Serta, bermaksud untuk meruntuhkan penilaian hakim atas
kebenaran pembuktian yang diajukan pihak lawan tersebut.
Prinsip penerapan bukti
- Semua alat bukti dapat disangkal dengan bukti lawan
 Bukti tertentu tidak dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan;
bukti lawan hanya dapat diajukan terhadap alat bukti yang
mempunyai nilai kekuatan bebas
c. Kadar bukti lawan yang punya nilai
Pengajuan bukti lawan harus berdasarkan asas proporsional.
DAYA … (lanjutan)
6. Persetujuan pembuktian
a. Kebolehan persetujuan pembuktian terbatas pada sengketa
komersial
Prinsipnya, kebolehan membuat kesepakatan pembuktian hanya
terbatas pd sengketa dagang dan komersial. Tdk boleh mengenai
permasalahan yg tdk bisa diselesaikan melalui perdamaian.
b. Persetujuan menyingkirkan hak mengajukan bukti lawan,
melanggar ketertiban umum:
 menyingkirkan secara mutlak, tidak boleh
- tdk dibenarkan hukum, krn dianggap bertentangan dg
ketertiban umum
-  alasannya, mengajukan bukti lawan mrp hak yg sangat asasi
dlm membela dan mempertahankan kepentingannya, dan
sekaligus hak itu dianggap sebagi salah satu pilar pelaksanaan
fair trial.
DAYA … (lanjutan)

c. Persetujuan pembuktian dilaksanakan dengan itikad baik


Ps. 1338 KUHPer menegaskan bhw perjanjian hrs
dilaksanakan dg itikad baik (good faith). Asas ini
merupakan perisai yg sangat berarti menghalangi atau
membatasi salah satu pihak melanggar kesepakatan dg
cara mengajukan pembuktian yg tdk sesuai dg yg
disepakati.
DAYA … (lanjutan)
B.  BEBAN PEMBUKTIAN
1.   Prinsip beban pembuktian
a.   Tidak bersikap berat sebelah atau imparsialitas.
b.   Menegakkan resiko alokasi pembebanan.

2.    Penerapan beban pembuktian masalah yuridis


Penerapan beban wajib bukti dan penilaian kekuatan
pembuktian yang proporsional menurut hukum
pembuktian, meletakkan beban pembuktian secara
berimbang dengan acuan :
a. penggugat wajib membuktikan dalil gugatannya
b. tergugat wajib membuktikan dalil bantahannya.
DAYA … (lanjutan)
3.   Pedoman pembagian beban pembuktian
a.   Pedoman umum berdasarkan UU, diatur dlm pasal 1865 KUHPer, pasal 163
HIR adalah putusan MA No. 1574 K/Pdt/1983:
-   Penggugat tidak dapat membuktikan dalil gugatan berdasar alat bukti yang
sah
-   Sedangkan tergugat yang berhasil mempertahankan dalil bantahannya,
gugatan ditolak.
b.   Beban pembuktian berdasarkan teori hak:
-  pembebanan bertitik tolak dari mempertahankan hak
-  tidak sesmua fakta wajib dibuktikan
c.   Beban pembuktian berdasarkan teori hukum.
Segala persoalan beban pembuktian dipecahkan melalui peraturan per-UU-an.
Dalam proses pemeriksaan dan penyelesaian perkara hakim melaksanakan
hukum (menjalankan per-UU-an).
d.   Pembebanan pembuktian berdasarkan kepatutan

4.   Hukum materiil sendiri menentukan beban pembuktian


DAYA … (lanjutan)
C.  BATAS MINIMAL PEMBUKTIAN
1.  Pengertian batas minimal
Suatu jumlah alat bukti yang sah yang paling sedikit harus
terpenuhi, agar alat bukti itu mempunyai nilai kekuatan pembuktian
untuk mendukung kebenaran yang didalilkan atau dikemukakan.
Apabila alat bukti yang diajukan di persidangan tidak mencapai
batas minimal, alat bukti itu tidak mempunyai nilai kekuatan
pembuktian yang cukup untuk membuktikan kebenaran dalil atau
peristiwa maupun pernyataan yang dikemukakan.
a. Alat bukti yang diajukan tidak memenuhi syarat
b. Alat bukti yang diajukan berkualitas alat bukti permulaan
2.    Patokan menetukan batas minimal
a.   Tidak digantungkan pada faktor kuantitas
b. Patokannya didasarkan pada faktor kualitas
DAYA … (lanjutan)
D.   ALAT-ALAT BUKTI
1.  Pengertian alat bukti
Alat bukti (bewijsmiddel) bermacam-macam bentuk dan jenis, yang
mampu memberi keterangan dan penjelasan tentang masalah yang
diperkarakan di pengadilan. Alat bukti tsb diajukan para pihak untuk
membenarkan dalil gugat atau dalil bantahan. Jadi, para pihak yang
berperkara hanya dapat membuktikan kebenaran dalil gugatan dan dalil
bantahan maupun fakta-fakta yang mereka kemukakan dengan jenis atau
bentuk alat bukti tertentu.
2.   Jenis alat bukti
Alat bukti yang diakui dalam acara perdata diatur secara enumeratif dalam
pasal 1866 KUHPer, pasal 164 HIR, yang terdiri atas:
a.    bukti tulisan;
b.    bukti dengan saksi;
c.    persangkaan;
d.    pengakuan;.
e.    sumpah
DAYA … (lanjutan)
E. PENGERTIAN TULISAN DARI SEGI YURIDIS
Tulisan ditinjau dari segi yuridis dalam kaitannya sebagai
alat bukti memerlukan penjelasan dari berbagai aspek,
yaitu:
1. tanda bacaan, berupa aksara;
2. disusun berupa kalimat sebagai pernyataan;
3. ditulis pada bahan tulisan;
4. ditandatangani pihak yang membuat;
5. foto dan peta bukan tulisan; dan
6. mencantumkan tanggal.
DAYA … (lanjutan)
F. ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT
1. Pengertian
Bentuk Acara Pemeriksaan Singkat (APS) diatur dalam pasal
1878 KUHPer dan pasal 291 Rechtreglement voor de
Buitengewestern (RBG):
Perikatan utang sepihak di bawah tangan untuk membayar
sejumlah uang tunai atau memberikan barang yang dapat dinilai
dengan suatu harga tertentu, harus ditulis seluruhnya dengan
tangan di penanda tangan sendiri, setidak-tidaknya selain tanda
tangan, harus ditulis dengan tangan di penanda tangan sendiri
suatu tanda setuju yang menyebut jumlah uang atau banyaknya
barang yang terutang, jika hal ini diindahkan, maka bila
perkataan dipungkiri, akta yang ditandatangani itu hanya dapat
diterima sebagi suatu permulaan pembuktian dg tulisan.
DAYA … (lanjutan)
2.  Syarat APS
Supaya APS sah sebagai alat bukti, harus memenuhi
syarat formil dan materiil, kedua syarat ini bersifat
kumulatif, bukan alternatif. Dan juga bersifat imperatif
bukan fakultatif. Syarat formil:
a.    bentuk ABT tertulis;
b.    mencantumkan identitas;
c.    menyebut dengan pasti waktu pembayaran;
d.    ditulis tangan oleh penanda tangan; dan
e.    ditandatangani penulis akta.
DAYA … (lanjutan)
3. Nilai kekuatan pembuktian APS
a. syarat tidak dipenuhi dan isi dipungkiri;
b. semua syarat terpenuhi dan isi tidak dipungkiri;
c. tanda tangan disangkal; dan
d. beban bukti atas penyangkalan.

Pada prinsipnya kekuatan pembuktian alat bukti tulisan


ada pada akta aslinya.
Prinsip ini ditegaskan pasal 1888 KUHPer atau pasal 301
ayat (1) RBG:
Kekuatan pembuktian suatu bukti tulisan adalah pada
akta aslinya.
DAYA … (lanjutan)

G. PEMBUKTIAN DENGAN SAKSI


1.  Jangkauan kebolehan dalam segala hal,
kecuali ditentukan lain oleh undang-undang
2.  Menjadi saksi merupakan kewajiban hukum
yang bersifat memaksa
3. Ketentuan pasal 139-143 HIR, pasal 165-170
RBG, pada prinsipnya menganut sistem
bahwa menjadi saksi dalam perkara perdata
adalah kewajiban hukum, tetapi tidak
imperatif dalam segala hak
DAYA … (lanjutan)
H. ALAT BUKTI PERSANGKAAN
1. Alat bukti urutan ketiga dalam pasal 164 HIR dan pasal 1886 KUHPer
adalah persangkaan.
 2. Ketentuan alat bukti tsb diatur dalam:
a.   pasal 173 HIR, terdiri satu pasal saja, sehingga dapat dikatakan
sangat ringkas, tidak meliputi segala segi yang esensial mengenai
penerapan alat bukti itu
b.  pasal 310 RBG, terdiri dari pasal tunggal sebagaimana yang diatur
Herzien Inlandsch Reglemen (HIR) hanya sekedar memberi
pengertian kabur apa yang dimaksud dengan persangkaan, tetapi
tidak mengatur lebih lanjut bagaimana penerapannya
3. Pengertian dan klasifikasi alat bukti persangkaan
pasal 1915 KUHPer, dibanding dengan pasal 173 HIR atau pasal 310
RBG menyatakan: persangkaan adalah kesimpulan yang oleh undang-
undang atau oleh hakim ditarik dari satu peristiwa yang diketahui
DAYA … (lanjutan)
I. TENTANG PENGAKUAN
1. Pasal 1866 KUHPer dan pasal 164 HIR dengan tegas
menyebutnya sebagai alat bukti.
2.Pengertian pengakuan (pasal1923 KUHPer dan pasal 174
HIR):
-   Pernyataan atau keterangan yang dikemukakan salah
satu pihak kepada pihak lain dalam proses pemeriksaan
suatu perkara
-   Pernyataan atau keterangan itu dilakukan di muka
hakim atau dalam sidang pengadilan
-   Keterangan itu merupakan pengakuan, bahwa apa yang
didalilkan atau yang dikemukakan pihak lawan benar
untuk keseluruhan atau sebagian.
DAYA … (lanjutan)
J. TENTANG SUMPAH DI MUKA HAKIM
1. Alat bukti terakhir yang disebut dalam pasal 164 HIR pasal 184
RBG maupun pasal 1866 KUHPer adalah sumpah.
2.  Ketentuan ttg alat bukti tsb diatur dalam:
a.   HIR
1) ps 155, 156, 157, dan 158 ttg pemeriksaan perkara dalam
persidangan;
2) ps 177, diatur pada BAB IX bagian kedua ttg pembuktian.
b.   RBG
1)  ps 182, 183, 184, dan 185 ttg pemeriksaan sidang
pengadilan;
2)   nilai kekuatan pembuktiaannya diatur dalam titel V, bukti
dalam perkara perdata pasal 314.
c.   KUHPer
1) Bab VI, yang tentang sumpah di muka hakim;
2) pasal 1929 – 1945, seluruhnya berjumlah 17 (tujuh belas)
DAYA … (lanjutan)
3.  Pengertian sumpah
Sumpah sbg alat bukti adl sst keterangan atau pernyataan yg dikuatkan tas
nama Tuhan. UU tlh menentukan apabila sso tlh mengucapkan sumpah dlm
persidangan dlm kedudukan dan kapasitasnya sbg pihak dlm perkara yang
sedang disidangkan secara formil keterangan yang diikrarkan itu wajib
dianggap benar.
4.   Syarat formil sumpah
a.    ikrar diucapkan dengan lisan;
b.    diucapkan di muka hakim dalam persidangan;
c.    dilaksanakan di hadapan pihak lawan;
d.    tidak ada alat bukti lain.
5. Sumpah pemutus
Sumpah adl sumpah yg oleh pihak yg satu (boleh penggugat atau tergugat)
diperintahkan kpd pihak yg lain untuk menggantungkan pemutusan perkara
atas pengucapan atau pengangkatan sumpah.
Pihak yg memerintahkan atau menerima mengucapkan sumpah
disebut deferent, yaitu orang atau pihak yang diperintahkan sumpah
pemutus, sedangkan pihak yang diperintahkan bersumpah
SANKSI TIADANYA
PEMBUKUAN
1. Sanksi Administrasi
Pasal 13 ayat (1) dan ayat (3) UU KUPer:
apabila kewajiban sebagaimana dimaksudkan dalam pasal
28 (mengenai pembukuan) tidak dipenuhi sehingga tidak
dapat diketahui besarnya pajak yang terutang, sanksi
administrasi sebagai berikut :
a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam 1
tahun pajak; dan
b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak
atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor atau
100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang
dibayar.
SANKSI … (lanjutan)
2. Sanksi Pidana
sanksi pidana berkaitan dengan tidak dipenuhinya
kewajiban menyelenggarakan pembukuan dalam pasal
39 ayat (1) dengan ancaman pidana sebagai berikut :
setiap orang yang dengan sengaja :
a. memperlihatkan pembukuan atau dokumen lain
yang palsu atau dipalsukan seolah–olah benar atau
tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
b. tidak menyelenggarakan pembukuan di indonesia,
tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan
dokumen lain.
SANKSI … (lanjutan)
c. tidak menyimpan dokumen yang menjadi dasar pembukuan
dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik sebagaimana
dimaksud dalam pasal 28 ayat (11) atau sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana
dengan pidana paling singkat 6 bulan yang paling lama 6
tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak empat kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
d. pidana ditambahkan satu kali menjadi dua kali sanksi pidana
apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang
perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak
selesainya menjalani pidana yang dijatuhkan (pasal 39 ayat
(2) UU KUP)”
SANKSI … (lanjutan)

3. Sanksi Pelanggaran
a. Sanksi yang dikenakan apabila pihak yang merasa
dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh pihak
bank, mereka berhak untuk mengetahui ini
keterangan tersebut dan meminta pembetulan jika
terdapat kesalahan dalam keterangan yang
diberikan.
b. Pelanggaran terhadap berbagai aturan berlaku,
termasuk kerahasiaan bank, maka akan dikenakan
sanksi tertentu sesuai dengan yang tercantum dalam
UU No.10 Tahun 1998.

Anda mungkin juga menyukai