Anda di halaman 1dari 12

SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI SELAIN KAS

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mempelajari materi ini, peserta pelatihan akan memahami sistem dan prosedur
akuntansi selain kas.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mempelajari materi ini, peserta pelatihan akan dapat:


1. Memahami teknis prosedur akuntansi selain kas
2. Memahami teknis pencatatan koreksi kesalahan
3. Memahami teknis pencatatan penerimaan donasi selain kas
4. Memahami teknis pencatatan pembelian secara kredit
5. Memahami teknis pencatatan retur pembelian
6. Memahami teknis pencatatan pelepasan hak atas aktiva tetap tanpa konsekuensi kas
7. Memahami teknis pencatatan penerimaan aktiva tetap tanpa konsekuensi kas

WAKTU PEMBELAJARAN

Jangka waktu yang diperlukan untuk memberikan materi ini adalah 120 menit.

METODE PEMBELAJARAN

1. Kuliah singkat
2. Tanya Jawab
3. Latihan Bersama

ALAT BANTU PEMBELAJARAN

1. LCD/Overhead Projector
2. White Board dan Spidol
3. Mesin Hitung (Kalkulator)

1
REFERENSI

1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah


2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah

3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan


Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
4. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah
7. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan DPRD
9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata
Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.

2
MATERI
KepMendagri No. 29/2002 Pasal 72 - 78

SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI SELAIN KAS

PENDAHULUAN

Sistem akuntansi selain kas Sistem akuntansi selain kas adalah sistem yang digunakan untuk
adalah sistem yang digunakan
mencatat semua transaksi atau kejadian selain kas. Prosedur
untuk mencatat semua transaksi
atau kejadian selain kas
akuntansi selain kas merupakan serangkaian kegiatan yang
menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh fungsi/pihak
terkait, dokumen yang digunakan dan aliran dokumen, catatan
yang digunakan dan aliran catatan serta laporan yang dihasilkan
yang berkaitan dengan transaksi atau kejadian selain kas.

Sistem Akuntansi Selain Kas Sistem Akuntansi Selain Kas terdiri atas Prosedur Akuntansi Selain
terdiri atas Prosedur Akuntansi
Kas.
Selain Kas.

PROSEDUR AKUNTANSI SELAIN KAS

Prosedur akuntansi selain kas merupakan prosedur yang


digunakan untuk mencatat semua transaksi atau kejadian selain
kas.

Transaksi atau kejadian selain Transaksi atau kejadian selain kas, antara lain terdiri atas:
kas, antara lain terdiri atas:
- koreksi kesalahan pencatatan
 koreksi kesalahan
pencatatan - penerimaan donasi selain kas
 penerimaan donasi selain kas - pembelian secara kredit
 pembelian secara kredit
 retur pembelian kredit
- retur pembelian kredit
 pelepasan hak atas aktiva - pelepasan hak atas aktiva tetap tanpa konsekuensi kas
tetap tanpa konsekunsi kas
- penerimaan aktiva tanpa konsekuensi kas
 Penerimaan aktiva tnapa
konsekuensi kas

FUNGSI/PIHAK YANG TERKAIT


Unit yang terkait dalam prosedur ini adalah:
1. Fungsi Akuntansi, berfungsi untuk mencatat semua
transaksi atau kejadian selain kas.

3
DOKUMEN YANG DIGUNAKAN
Dokumen yang digunakan dalam Dokumen yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas
prosedur akuntansi selain kas
adalah:
adalah:
1. Bukti Memorial, Dokumen
1. Bukti Memorial, Dokumen ini digunakan untuk mencatat
ini digunakan untuk transaksi atau kejadian selain kas, misalnya saat pemegang
mencatat transaksi atau
kas mempertanggungjawabkan UUDP dan transaksi atau
kejadian selain kas,
misalnya saat pemegang kas kejadian lainnya.
mempertanggungjawabkan
UUDP dan transaksi atau
2. Tanda Bukti yang Sah. Dokumen ini digunakan sebagai
kejadian lainnya.
2. Tanda Bukti yang Sah. dasar percatatan atau tanda bukti yang sah. Tanda bukti
Dokumen ini digunakan
yang sah dapat terdiri atas kuitansi, surat kontrak, jaminan.
sebagai dasar percatatan
atau tanda bukti yang sah.
Tanda bukti yang sah dapat
terdiri atas kuitansi, surat
CATATAN YANG DIGUNAKAN
kontrak, jaminan.

Catatan yang digunakan dalam prosedur akuntansi selain kas


1. Jurnal Umum, merupakan
catatan mencatat dan adalah:
menggolongkan semua 1. Jurnal Umum, merupakan catatan yang diselenggarakan
transaksi atau kejadian yang
oleh Fungsi Akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan
tidak dicatat dalam Jurnal
Penerimaan Kas maupun semua transaksi atau kejadian yang tidak dicatat dalam Jurnal
Jurnal Pengeluaran Kas.
Penerimaan Kas maupun Jurnal Pengeluaran Kas.

2. Buku Besar, merupakan 2. Buku Besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
catatan yg diselenggarakan
Fungsi Akuntansi untuk mencatat peringkasan (posting)
oleh Fungsi Akuntansi untuk
mencatat peringkasan semua transaksi atau kejadian selain kas dari Jurnal Umum ke
(posting) semua transaksi dalam Buku Besar untuk setiap rekening neraca, belanja,
atau kejadian selain kas dari
pendapatan dan pembiayaan.
Jurnal Umum ke Buku Besar

3. Buku Pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan


3. Buku Pembantu,
merupakan catatan untuk oleh Fungsi Akuntansi untuk mencatat transkasi-transkasi dan
mencatat transkasi-transkasi kejadian yang berisi rincian item buku besar untuk setiap
dan kejadian yang berisi
rekening yang dianggap perlu (dalam rincian obyek/digit).
rincian item buku besar
untuk setiap rekening yang
dianggap perlu.

4
DESKRIPSI PROSEDUR

Uraian kegiatan Prosedur Akuntansi Selain Kas secara rinci


adalah:
a. Fungsi Akuntansi mencatat semua transaksi atau kejadian
selain kas, antara lain seperti koreksi kesalahan pencatatan,
pembelian secara kredit, retur pembelian, penerimaan modal
donasi selain kas, pengakuan hutang selain kas dan lain
sebagainya ke dalam Bukkti Memorial berdasarkan Tanda
Bukti yang Sah. Mencatat transaksi atau kejadian yang telah
dicatat dalam bukti memorial ke dalam Jurnal Umum.
Mencatat (memposting) dari jurnal umum ke buku besar
pengeluaran, peneriman serta rekening yang terkait dengan
neraca berdasarkan tanda bukti yang sah. Mencatat semua
transaksi atau kejadian ke dalam buku besar pembantu
berdasarkan tanda bukti yang sah

Berikut ini disajikan jenis-jenis transaksi-transaksi dan kejadian-


kejadian serta tata cara dan contoh untuk membuat jurnalnya.

1). KOREKSI KESALAHAN

Walaupun sistem akuntansi telah dirancang dengan baik


dan buku pedoman telah dibuat dengan jelas, kadang-kadang
masih juga terjadi kesalahan dalam mencatat bahkan dengan
menggunakan komputer sekalipun. Ada beberapa macam
kesalahan yang dapat terjadi. Yang di bahas di sini adalah
kesalahan-kesalahan dalam membuat jurnal dan jurnal yang salah
tersebut telah terlanjur diposting (dicatat di buku besar).

Jurnal Koreksi adalah jurnal Jurnal Koreksi adalah jurnal yang dibuat untuk
yang dibuat untuk mengoreksi
mengoreksi kesalahan yang ditemukan selama periode
kesalahan yang ditemukan
selama periode pembukuan pembukuan sehingga kalau jurnal tersebut diposting maka
sehingga kalau jurnal tersebut rekening-rekening dan saldo yang keliru secara otomatis menjadi
diposting maka rekening-
benar. Dengan kata lain akibat jurnal koreksi tersebut, saldo yang
rekening dan saldo yang keliru
secara otomatis menjadi benar. dihasilkan menjadi bebas dari kesalahan, baik kesalahan

5
Dengan kata lain akibat jurnal klasifikasi maupun kesalahan jumlah rupiah.
koreksi tersebut, saldo yang
dihasilkan menjadi bebas dari
kesalahan, baik kesalahan
klasifikasi maupun kesalahan
jumlah rupiah.
Jenis Kesalahan
Kesalahan sebenarnya dapat terjadi pada berbagai tingkat
proses pencatatan mulai dari kesalahan bukti transaksi sampai
kesalahan penjurnalan dan bahkan pada proses posting ke buku
besar. Bisa saja suatu transaksi sudah dijurnal dengan benar, tapi
pada waktu memposting terjadi kesalahan. Kesalahan dapat
segera ditemukan pada saat transaksi dicatat atau setelah
beberapa lama setelah transaksi. Bila kesalahan terjadi pada saat
melakukan analisis transaksi, dan terlanjur dijurnal dan diposting,
kesalahan hanya dapat diperbaiki dengan jurnal pula. Beberapa
kesalahan yang berkaitan dengan analisis transaksi adalah:
- Kesalahan nama rekening
- Kesalahan jumlah rupiah akibat:
a. digit tertukar tempat (transposition)
b. kesalahan desimal (transplacement atau slide)
c. kesalahan baca (misreading)
d. Kesalahan hitung (miscalculation)
e. Kesalahan tekan tombol (mistype)
f. Kombinasi kesalahan di atas

Akibat kesalahan di atas tentunya angka saldo rekening yang


pencatatannya salah akan juga salah, sehingga laporan keuangan
tidak menunjukkan posisi yang sesungguhnya. Oleh karena itu
koreksi perlu dilakukan. Jurnal koreksi diperlukan hanya untuk
kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan jurnal yang sudah
terlanjur diposting.

Alasan Perlunya Jurnal Koreksi


Pada prinsipnya kesalahan jurnal hanya dapat dikoreksi
Adapun alas an diperlukannya
dengan jurnal pula. Adapun alas an diperlukannya jurnal koreksi
jurnal koreksi adalah:
1. Kesalahan ditemukan adalah:

6
setelah transaksi yang 1. Kesalahan ditemukan setelah transaksi yang bersangkutan
bersangkutan telah diposting
telah diposting ke buku besar sehingga untuk mengubah
ke buku besar sehingga untuk
mengubah angka tidak angka tidak dimungkinkan lagi tanpa harus mengubah semua
dimungkinkan lagi tanpa harus
angka yang timbul setelah kesalahan tercatat dalam buku
mengubah semua angka yang
timbul setelah kesalahan besar. Mengubah semua angka atau jumlah dalam rekening
tercatat dalam buku besar. buku besar jelas tidak mungkin karena selain tidak praktis,
2. Merupakan praktek
menghapus atau mengganti angka yang sudah tercatat
yang sehat untuk tidak
menghapus kesalahan yang bukan merupakan praktek yang baik atau sehat.
terlanjur dicatat agar 2. Merupakan praktek yang sehat untuk tidak menghapus
penghapusan (misalnya
dengan cairan penghapus)
kesalahan yang terlanjur dicatat agar penghapusan (misalnya
tidak sisangka sebagai dengan cairan penghapus) tidak sisangka sebagai
kecurangan atau agar tidak
kecurangan atau agar tidak menimbulkan keraguan terhadap
menimbulkan keraguan
terhadap angka yang dihapus angka yang dihapus dan ditumpangi dengan angka yang
dan ditumpangi dengan angka baru.
yang baru.
3. Dalam sistem pencatatan menggunakan komputer kesalahan
3. Dalam sistem
pencatatan menggunakan hanya dapat dikoreksi dengan jurnal koreksi dan
komputer kesalahan hanya
memasukkan data koreksi ke dalam computer.
dapat dikoreksi dengan jurnal
koreksi dan memasukkan data
koreksi ke dalam komputer.

Pedoman Koreksi
Berikut ini beberapa contoh kesalahan dan prinsip koreksinya.

a. Kesalahan Rekening
Kesalahan ini dapat dinetralkan dengan cara mengkompensasi
rekening yang keliru dengan jumlah rupiah yang sama dan
sekaligus menimbulkan rekening yang benar dengan jumlah yang
sama pula.

Membayar belanja pegawai Rp100.000.000 dicatat sebagai


membayar belanja sewa.
Transaksi ini dicatat secara salah :

Belanja Sewa Rp100.000.000 (D)


Kas Rp100.000.000 (K)

7
Sedangkan jurnal yang benar adalah:

Belanja Pegawai Rp100.000.000 (D)


Kas Rp100.000.000 (K)

Maka jurnal koreksinya adalah:

Belanja Pegawai Rp100.000.000 (D)


Belanja Sewa Rp100.000.000 (K)

b. Kesalahan Angka (jumlah)


Kalau jumlah yang dijurnal terlalu besar, koreksi dapat
dilakukan dengan cara mengkompensasi atau mengimbangi
(mendebit kalau yang salah sebelah kredit, atau mengkredit kalau
yang salah sebelah debit) rekening yang sama dalam jurnal yang
salah dengan jumlah rupiah selisih antara jumlah rupiah yang
salah dengan jumlah rupiah yang seharusnya.

Contoh:
Menerima pembayaran Pajak Hotel Rp300.000.000 keliru dicatat
menerima Pajak Hotel Rp30.000.000.

Kesalahan ini mengakibatkan kesalahan jurnal sebagai berikut:

Jurnal yang salah:

Kas Rp30.000.000 (D)


Pendapatan - Pajak Hotel Rp30.000.000 (K)

Sedangkan jurnal yang seharusnya:

Kas Rp300.000.000 (D)


Pendapatan - Pajak Hotel Rp300.000.000 (K)

8
Maka jurnal koreksinya:

Kas Rp270.000.000 (D)


Pendapatan - Pajak Hotel Rp270.000.000 (K)

c. Kombinasi Beberapa Kesalahan


Apapun kesalahan yang terjadi logika yang penting adalah
bahwa kalau jurnal koreksi digabung dengan jurnal yang salah
Apapun kesalahan yang terjadi akan menghasilkan jurnal yang benar. Dengan demikian kalau
logika yang penting adalah
jurnal koreksi diposting, saldo rekening dengan sendirinya akan
bahwa kalau jurnal koreksi
digabung dengan jurnal yang terkoreksi.
salah akan menghasilkan jurnal
yang benar. Dengan demikian
Membayar Belanja Sewa Lapangan Olah Raga Rp50.000.000
kalau jurnal koreksi diposting,
saldo rekening dengan sendirinya dicatat secara keliru sebagai penerimaan pendapatan sewa asset
akan terkoreksi
daerah sebesar Rp500.000.000.

Kesalahan ini menghasilkan jurnal yang salah sebagai berikut:

Kas Rp500.000.000 (D)


Pendapatan Sewa Rp500.000.000 (K)

Sedangkan jurnal yang seharusnya adalah sebagai berikut:

Belanja Biaya Sewa Rp50.000.000 (D)


Kas Rp50.000.000 (K)

Sehingga untuk membetulkannya diperlukan jurnal koreksi


sebagai berikut:

Belanja Biaya Sewa Rp 50.000.000 (D)


Pendapatan Sewa Rp500.000.000 (D)

9
Kas Rp550.000.000 (K)

Untuk memudahkan menganalisis kesalahan dengan jalan pikiran


di atas dan membuat koreksinya, kasus tersebut dapat
dipecahkan dengan analisis sebagai berikut:

Jurnal yang keliru Jurnal Koreksi Jurnal yang


seharusnya
Kas 500 juta (D) ? Biaya Sewa
Pend Sewa 500 juta 50.000.000 (D)
(K) Kas
50.000.000 (K)

Sekali lagi, cara berfikirnya adalah bahwa jurnal yang


keliru ditambah dengan jurnal koreksi akan menjadi jurnal yang
benar (jurnal yang seharusnya). Hal yang perlu dicatat adalah
bahwa koreksi berbeda dengan penyesuaian. Koreksi
bersangkutan dengan kesalahan yang kadang-kadang terjadi
dalam pencatatan. Penyesuaian bukan merupakan pengkoreksian
kesalahan. Penyesuaian adalah pencatatan rutin dan merupakan
salah satu prosedur dalam akuntansi. Penyesuaian merupakan
keharusan sebagai konsekuensi dianutnya konsep dasar tertentu,
yaitu konsep akrual sedangkan koreksi merupakan suatu yang
harus dihindari atau merupakan sesuatu yang seharusnya tidak
terjadi.

2). PENERIMAAN DONASI SELAIN KAS

Penerimaan donasi non kas


Penerimaan donasi non kas adalah penerimaan sumber
adalah penerimaan sumber
ekonomi non kas yang berasal
ekonomi non kas yang berasal dari donasi. Transaksi semacam ini
dari donasi. Transaksi semacam biasanya bukan merupakan pelaksanaan APBD, tapi karena
ini biasanya bukan merupakan
mengandung konsekuensi ekonomi bagi Pemerintah Daerah,
pelaksanaan APBD, tapi karena
mengandung konsekuensi maka tetap harus dicatat. Sebagai contoh Pemda menerima 5 unit
ekonomi bagi Pemerintah alat kedokteran dari WHO senilai Rp200.000.000.
Daerah, maka tetap harus
dicatat.

10
Transaksi ini akan dijurnal:

Alat-alat Kedokteran Rp200.000.000 (D)


Ekuitas Dana Donasi Rp200.000.000 (K)

3). PEMBELIAN SECARA KREDIT


Pembelian secara kredit adalah transaksi pembelian
Pembelian secara kredit adalah
transaksi pembelian aktiva yang
aktiva yang pembayarannya dilakukan di masa yang akan datang.
pembayarannya dilakukan di Misalnya Pemda membeli aktiva tetap berupa kendaraan roda
masa yang akan datang
empat yang pembayarannya dilakukan tahun berikutnya.
Transaksi ini akan dicatat:

Belanja Modal - Kendaraan Rp500.000.000 (D)


Pembiayaan-hutang Rp500.000.000 (K)

4). RETUR PEMBELIAN


Retur pembelian adalah pengembalian aktiva yang telah
Retur pembelian adalah
dibeli karena sesuatu hal. Misalnya Pemda mengembalikan mobil
pengembalian aktiva yang telah
dibeli karena sesuatu hal yang telah dibeli senilai Rp200.000.000 karena tidak sesuai
dengan spesifikasi yang telah disepakati dengan supplier.
Transaksi ini akan dicatat:

Kas Rp200.000.000 (D)


Retur Belanja Modal Rp200.000.000 (K)

5). PELEPASAN HAK ATAS AKTIVA TETAP TANPA


KONSEKUENSI KAS

Pelepasan hak aktiva tanpa


Pelepasan hak aktiva tanpa konsekuensi kas adalah
konsekuensi kas adalah
pelepasan hak pemda pada pihak pelepasan hak pemda pada pihak ke tiga karena suatu hal tanpa
ke tiga karena suatu hal tanpa ada penggantian berupa kas. Pelepasan ini bias terjadi karena
ada penggantian berupa kas.
adanya kerjasama, investasi dan dapat juga karena pemberian
Pelepasan ini bias terjadi karena

11
adanya kerjasama, investasi dan bantuan pada pihak tertentu yang memang dibenarkan menurut
dapat juga karena pemberian
peraturan perundangan yang berlaku. Misalnya Pemda
bantuan pada pihak tertentu
yang memang dibenarkan memberikan bantuan kepada ormas tertentu berupa tanah senilai
menurut peraturan perundangan
Rp100.000.000. Peristiwa ini akan dicatat dalam jurnal sebagai
yang berlaku.
berikut:
Bantuan pada Ormas Rp100.000.000 (D)
Tanah Rp100.000.000 (K)

6). PENERIMAANAKTIVA TANPA KONSEKUENSI KAS

Penerimaan aktiva tanpa Penerimaan aktiva tanpa konsekuensi kas ini dapat
konsekuensi kas ini dapat terjadi
terjadi karena adanya penyerahan fasilitas yang telah dibangun
karena adanya penyerahan
fasilitas yang telah dibangun oleh oleh pihak ke tiga kepada Pemda. Misalnya penyerahan fasilitas
pihak ke tiga kepada Pemda. (infrastruktur) dari pengembang kepada Pemda senilai
Rp2.000.000.000
Fasilitas umum Rp2.000.000.000 (D)
Ekuitas dana umum Rp2.000.000.000 (K)

12

Anda mungkin juga menyukai