Anda di halaman 1dari 30

PENGHASILAN KENA PAJAK

Sumber: falovelykids, pixabay.com


PETA KONSEP
Pengertian Penghasilan Kena Pajak

Biaya yang Diperkenankan sebagai


Pengurang Penghasilan Bruto

Biaya yang Tidak Diperkenankan


sebagai Pengurang Penghasilan Bruto
PENGHASILAN KENA PAJAK

Harga Perolehan

Penilaian Persediaan Barang dan Harga


Pokok Penjualan

Perhitungan Penghasilan Kena Pajak


(PKP)
A. Pengertian Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar perhitungan untuk menentukan


besarnya Pajak Penghasilan yang terutang.
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan
Bentuk Usaha Tetap ditentukan berdasarkan: penghasilan bruto - biaya
untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan dan pengurang
yang diperbolehkan.
Biaya yang boleh dikurangkan antara lain beban usaha, kompensasi
kerugian, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak, serta zakat yang dibayarkan
kepada Badan Amil Zakat yang pendiriannya telah mendapat pengesahan
dari Menteri Agama.
B. Biaya yang Diperkenankan sebagai
Pengurang Penghasilan Bruto
1. Beban Usaha
a. Beban yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan usaha.
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana
tercantum dalam Pasal 11 dan Pasal 11A.
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing.
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia.
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih.
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga.
Tarif penyusutan kelompok harta berwujud.

Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Penyusutan


Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan
• Kelompok I 4 tahun 25% 50%
• Kelompok II 8 tahun 12,5% 25%
• Kelompok III 16 tahun 6,25% 12,5%
• Kelompok IV 20 tahun 5% 10%
I. Bangunan
• Permanen 20 tahun 5%
• Tidak Permanen 10 tahun 10%
Tarif amortisasi kelompok harta tak berwujud.

Kelompok Harta Tak Berwujud Masa Manfaat Tarif Amortisasi Berdasarkan Metode
Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
Studi Kasus 6.1 Penyusutan Kelompok Harta Berwujud
Tn. Agung Santosa, seorang Wajib Pajak, memiliki mesin tanggal 25 Oktober 2013
dengan Harga Perolehan Rp150.000.000,00. Mesin termasuk harta kelompok I dengan
masa manfaat empat tahun. Hitunglah Penyusutan dan Nilai Buku dengan metode
Garis Lurus dan metode Saldo Menurun. Mesin mulai digunakan tanggal 2 Januari
2014.
Jawab:
Penghitungan Penyusutan dengan metode Garis Lurus:

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Buku


Rp 150.000.000,00
2014 25% 25% × Rp150.000.000,00 = Rp37.500.000,00 Rp 112.500.000,00
2015 25% 25% × Rp150.000.000,00 = Rp37.500.000,00 Rp 75.000.000,00
2016 25% 25% × Rp150.000.000,00 = Rp37.500.000,00 Rp 37.500.000,00
2017 25% 25% × Rp150.000.000,00 = Rp37.500.000,00 Rp 0
Penyusutan dengan metode Saldo Menurun:

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Buku


Rp 150.000.000,00
2014 50% 50% × Rp150.000.000,00 = Rp75.000.000,00 Rp 75.000.000,00
2015 50% 50% × Rp75.000.000,00 = Rp37.500.000,00 Rp 37.500.000,00
2016 50% 50% × Rp37.500.000,00 = Rp18.750.000,00 Rp 18.750.000,00
2017 50% Rp18.750.000,00 (nilai sisa buku tahun 2017) Rp 0
(disusutkan sekaligus)
Studi Kasus 6.5
Pada bulan Desember 2012, PT Andro Max mengeluarkan biaya untuk memperoleh
hak penambangan minyak dan gas bumi di suatu lokasi sebesar Rp500.000.000,00.
Taksiran jumlah kandungan minyak di daerah tersebut adalah 200.000 barel. Realisasi
produksi selama 5 tahun berturut-turut adalah 30.000 barel, 40.000 barel, 60.000
barel, 45.000 barel, dan 25.000 barel. Amortisasi selama 5 tahun dihitung sebagai
berikut.
Tahun Persentase Armortisasi Amortisasi Nilai Sisa Buku

2013 30.000/200.000 × 100% = 15% 15% × Rp500.000.000,00 = Rp75.000.000,00 Rp 425.000.000,00

2014 40.000/200.000 × 100% = 20% 20% × Rp500.000.000,00 = Rp100.000.000,00 Rp 325.000.000,00

2015 60.000/200.000 × 100% = 30% 30% × Rp500.000.000,00 = Rp150.000.000,00 Rp 175.000.000,00

2016 45.000/200.000 × 100% = 22,5% 22,5% × Rp500.000.000,00 = Rp112.500.000,00 Rp 62.500.000,00

2017 25.000/200.000 × 100% = 12,5% Rp62.500.000,00 Rp 0


2. Kompensasi Kerugian
Lihat Studi Kasus 6.7 halaman 121.
Rugi fiskal tahun 2010 sebesar Rp500.000.000,00 yang masih tersisa pada akhir tahun
2015 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2016. Sementara itu,
rugi fiskal tahun 2012 sebesar Rp300.000.000 hanya boleh dikompensasikan dengan
laba fiskal tahun 2016 dan 2017 karena jangka waktu lima tahun yang dimulai sejak
tahun 2013 berakhir pada akhir tahun 2017.

Kompensasi Kerugian Pasal 6 ayat (2) dan PP 148 Tahun 2000

Kerugian dapat dikompensasikan Penanaman modal di bidang-bidang


dengan penghasilan mulai tahun pajak usaha tertentu atau di daerah-daerah
berikutnya berturut-turut sampai tertentu, kompensasi kerugian paling
dengan 5 (lima) tahun. lama 10 tahun.
3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan Tidak kena pajak (PTKP) adalah jumlah penghasilan tertentu yang
tidak dikenakan pajak. Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak
Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi
dengan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak. PTKP mengalami beberapa
perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi dan moneter serta
perkembangan kebutuhan setiap tahunnya.
Lihat Tabel 6.2 Penghasilan Tidak Kena Pajak halaman 121-122.
Contoh:
K/3 (Kawin dengan tanggungan anak 3), berarti terdiri atas:
• Diri Sendiri = Rp 24.300.000,00
• Status Kawin = Rp 2.025.000,00
• Tanggungan 3 anak = Rp 6.075.000,00
Jumlah PTKP = Rp 32.400.000,00
Lihat PTKP yang berlaku sejak 1 Januari 2013 halaman 122.

Hubungan sedarah dan semenda:


a. Sedarah lurus satu derajat: ayah, ibu, dan anak kandung.
b. Sedarah ke samping satu derajat: saudara kandung.
c. Semenda lurus satu derajat: mertua dan anak tiri.
d. Semenda ke samping satu derajat: saudara ipar.
Suami-Istri dikenakan pajak secara terpisah Pasal 8 ayat (2) dan (3)

Hidup berpisah Mengadakan perjanjian pemisahan harta dan


penghasilan secara tertulis

Penghitungan PKP dan pengenaan Penghitungan pajak berdasarkan:


pajak dilakukan sendiri-sendiri • Penghasilan neto suami/istri digabung.
• Besarnya pajak yang harus dilunasi oleh
masing-masing suami-istri, sebanding
dengan penghasilan neto.
C. Biaya yang Tidak Diperkenankan
sebagai Pengurang Penghasilan Bruto
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota.
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tak
tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi cadangan
untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
Wajib Pajak yang bersangkutan.
e. Penggantian imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan
minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk
natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan (bantuan
sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan penerima zakat
yang berhak, serta harta hibahan yang diterima oleh keluarga.
h. Pajak Penghasilan.
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya.
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagai atas saham.
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda.
l. Selisih lebih penilaian harga pokok penjualan yang menggunakan metode LIFO
(Last In First Out).
m. Jumlah melebihi biaya penyusutan yang ditetapkan oleh Undang-Undang PPh.
D. Harga Perolehan
Harga perolehan dihitung dari harga beli (termasuk PPN untuk aktiva tetap bukan barang
modal) ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sampai harta tersebut siap untuk
digunakan. Jika harta berwujud dibangun/dibuat sendiri, harga perolehan merupakan
akumulasi pembelian material, tenaga kerja, dan overhead pabrik.
• Jika harga perolehan harta dipengaruhi oleh hubungan istimewa, nilai atau harga
• perolehan harta tersebut ditentukan secara berbeda.

1. Harga Perolehan dari Penilaian Jual Beli Harta


Harga perolehan adalah harga beli ditambah biaya yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh harta tersebut, di antaranya bea masuk, biaya pengangkutan, dan biaya
pemasangan.
Apabila jual beli harta dipengaruhi hubungan istimewa, harga perolehan menjadi lebih
besar atau lebih kecil dibandingkan dengan jika jual beli tersebut tidak dipengaruhi
hubungan istimewa.
2. Harga Perolehan dari Tukar-menukar Harta
Harta yang diperoleh melalui transaksi tukar-menukar dengan harta lain, nilai
perolehan atau nilai penjualannya adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan
atau diterima berdasarkan harga pasar.
Studi Kasus 6.8

PT Indofood (Kendaraan A) PT Indomarco (Kendaraan B)


Nilai Buku Rp100.000.000,00 Rp125.000.000,00
Harga Pasar Rp120.000.000,00 Rp150.000.000,00

Antara PT Indofood dan PT Indomarco terjadi pertukaran harta. Dalam


pertukaran ini, PT Indofood memperoleh keuntungan sebesar
Rp20.000.000,00 dan PT Indomarco memperoleh keuntungan sebesar
RP25.000.000,00.
3. Pengalihan Harta
Pengalihan harta dalam rangka pengembangan usaha berupa likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambil-alihan
usaha ditambah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima
berdasarkan harga pasar. Selisih antara harga pasar dan nilai buku harta yang
dialihkan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak.
Studi Kasus 6.9
PT Garudafood dan PT Indofood melakukan peleburan usaha dan membentuk
badan baru, yaitu PT Sukses Makmur. Nilai Buku dan harga pasar harta dari
kedua badan tersebut adalah sebagai berikut.
PT Garudafood PT Indofood
Nilai Buku Rp200.000.000,00 Rp300.000.000,00
Harga Pasar Rp250.000.000,00 Rp375.000.000,00
Pada dasarnya, penilaian harta yang diserahkan oleh PT Garudafood dan PT Indofood dalam
rangka peleburan menjadi PT Sukses Makmur adalah harga pasar harta yang diserahkan. PT
Garudafood mendapat keuntungan sebesar Rp50.000.000,00 dan PT Indofood mendapat
keuntungan sebesar Rp75.000.000,00. Sementara PT Sukses Makmur membukukan semua harta
tersebut dengan jumlah Rp675.000.00,00.
Namun, dalam rangka menyelaraskan dengan kebijakan di bidang sosial, ekonomi, investasi,
moneter, dan kebijakan lainnya, Menteri Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan nilai lain
selain harga pasar, misalnya atas dasar Nilai Sisa Buku. PT Sukses Makmur membukukan
penerimaan harta dari PT Garudafood sebesar Rp200.000.000,00 dan PT Indofood sebesar
Rp300.000.000,00.

Sumber: geralt, pixabay.com


4. Penggunaan Nilai Buku
Menurut akuntansi komersial, penggabungan, peleburan, pemekaran usaha akan
melibatkan pihak yang mengalihkan harta dan pihak yang memperoleh harta, sesuai
metode yang digunakan dalam konsolidasi, yaitu penyatuan kepentingan (pooling of
interest) dan pembelian (purchase).

Dalam perpajakan digunakan metode pembelian (purchase method) atau berdasarkan


Harga Pasar, sedangkan metode penyatuan kepentingan dapat digunakan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2008 tentang Penggunaan Nilai Buku
atas Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran
Usaha. Wajib Pajak dapat menggunakan nilai buku pada saat melakukan merger.
Pengertian atau batasan merger tersebut, yaitu meliputi penggabungan usaha atau
peleburan usaha.
E. Penilaian Persediaan Barang dan
Harga Pokok Penjualan
1. Penilaian Persediaan Barang
Dalam pencatatan persediaan barang, setiap
terjadi transaksi penjualan barang dagang
diadakan perhitungan dan pencatatan Harga
Pokok Penjualan. Penilaian persediaan
dengan sistem perpetual dapat dilakukan
dengan:
a. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
(First In First Out)
b. Metode Rata-rata Bergerak (Moving
Average Method)

Sumber: deankruger, pixabay.com


2. Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan merupakan salah satu biaya langsung yang berkaitan
dengan usaha, terutama usaha dagang dan manufaktur. Pada usaha dagang
terdapat persediaan barang dagang dengan penilaian pemakaian persediaan
untuk penghitungan Harga Pokok Penjualan.

Sumber: jaymethunt, pixabay.com


Studi Kasus 6.10
PT Karya Kita merupakan distributor peralatan elektronik, khususnya televisi.
Berikut ini adalah data mutasi persediaan barang dagang yang terjadi selama
bulan Mei 2010.
7 Mei Pembelian 100 unit televisi @ Rp3.000.000,00
19 Mei Penjualan 30 unit televisi @ Rp3.250.000,00
22 Mei Pembelian 70 unit televisi @ Rp3.100.000,00
25 Mei Penjualan 80 unit televisi @ Rp3.300.000,00
28 Mei Pembelian 10 unit televisi @ Rp3.200.000,00
29 Mei Penjualan 30 unit televisi @ Rp3.400.000,00
Berdasarkan informasi di atas, Anda diminta untuk menghitung nilai Persediaan
Akhir dan Harga Pokok Penjualan dengan menggunakan metode:
a. Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)
b. Rata-rata Bergerak (Moving Average).
Jawab:
a. MPKP (FIFO)
Persediaan Akhir adalah:
30 × Rp3.100.000,00 = Rp 93.000.000,00
10
× Rp3.200.000,00 = Rp 32.000.000,00 +
40
Rp 125.000.000,00
Harga Pokok Penjualan:
30 × Rp3.000.000,00 = Rp 90.000.000,00
70 × Rp3.000.000,00 = Rp 210.000.000,00
10 × Rp3.100.000,00 = Rp 31.000.000,00
30
× Rp3.100.000,00 = Rp 93.000.000,00 +
140
Rp 424.000.000,00
Besarnya Harga Pokok Penjualan dengan metode MPKP (FIFO) adalah
Rp424.000.000,00, sedangkan nilai Persediaan Akhir adalah Rp125.000.000,00.
b. Rata-rata Bergerak
Persediaan Akhir adalah:
40 × Rp3.071.429,00 = Rp 122.857.160,00
Harga Pokok Penjualan:
30 × Rp3.000.000,00 = Rp 90.000.000,00
80 × Rp3.050.000,00 = Rp 244.000.000,00
30
× Rp3.071.425,00 = Rp 92.142.870,00 +
140
Rp 426.142.870,00
Besarnya Harga Pokok Penjualan dengan metode Rata-rata Bergerak adalah
Rp426.142.870,00 sedangkan nilai Persediaan Akhir adalah
Rp122.857.160,00.

Wajib Pajak diperbolehkan memilih salah satu metode tersebut selama


dilakukan secara taat asas.
F. Perhitungan Penghasilan Kena
Pajak (PKP)
1. Menghitung Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi
Orang pribadi sebagai subjek pajak yang telah memenuhi kewajiban pajak subjektif
dan kewajiban pajak objektif disebut wajib pajak (WP-OP), yang harus memenuhi
kewajiban pajaknya baik yang dibayar sendiri maupun yang dipotong melalui
pemungut pajak. Penghitungan besarnya pajak yang terutang bagi wajib pajak orang
pribadi dilakukan dengan menggabungkan seluruh penghasilannya selama tahun pajak
dengan cara sebagai berikut.
• Menghitung penghasilan neto dari usaha atau pekerjaan bebas,
• Menghitung penghasilan neto dari dari pekerjaan,
• Menghitung penghasilan neto lain-lain dari penghasilan yang tidak ada
hubungannya dengan usaha/pekerjaan bebas dan pekerjaan yang belum dipotong
pajak secara final,
• Menghitung penghasilan neto luar negeri.
2. Menghitung Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan
a. Wajib Pajak Badan yang mempunyai peredaran usaha dalam satu
tahun pajak tidak lebih dari 4,8 miliar dengan izin usaha UKM
terhitung Juni 2013 tidak perlu menyelenggarakan pembukuan,
tetapi dikenakan pajak secara final sebesar 1% dari peredaran
brutonya secara bulanan.
b. Wajib pajak yang peredaran brutonya dalam satu tahun pajak
lebih dari 4,8 miliar diwajibkan menyelenggarakan pembukuan.

Anda mungkin juga menyukai