Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEBIJAKAN TRANSFORMASI NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN


(NIK) MENJADI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

DOSEN PENGAMPU :
SYAFUDDIN, SE, MM.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3:
LEDY SEFIRA RAMADHANI (64222400)
LELYANIARWATI ZEBUA (64222395)
NABILA AIDAWATI (64220562)
SANCAYA PUTRI HARDIANTO (64222633)
SHENIA LUTHFYA PUTRI (64222383)
SYIFDATUL SHOFIAH (64222374)
WULANDARI (64220741)

PRODI MANAJAMEN
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama mari kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena berkat rahmat berkah dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kebijakan Transformasi NIK
Menjadi NPWP” tepat pada waktunya. Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat
membantu khalayak luas untuk dapat memahami mengapa terdapat kebijakan
transformasi NIK menjadi NPWP.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


dosen mata kuliah Perpajakan yang telah memberikan tugas ini. Tidak lepas pula
kami ucapkan kepada rekan-rekan kami yang telah turut membantu memberikan
kritik, saran, tenaga dan juga pikiran sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan sebagaimana mestinya.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangandalam penyusunan makalah ini. Maka dari itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan agar makalah ini dapat berguna bagi para
pembaca ataupun untuk pihak yang berkepentingan. Semoga makalah dengan judul
“Kebijakan Transformasi NIK Menjadi NPWP” ini dapat memberikan inspirasi dan
juga manfaat kepada seluruh pembaca.

Jakarta, 12 Mei 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH .................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusahan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
1.4 Masalah Penelitian ............................................................................................ 2
BAB II ............................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Nomor Induk Kependudukan (NIK) ............................................. 3
2.1.1 Kegunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK) .......................................... 3
2.1.2 Cara Mendapatkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) ........................... 3
2.2 Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ............................................. 4
2.2.1 Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ............................................... 4
2.2.2 Dasar Hukum NPWP .................................................................................... 4
2.2.3 Kebijakan Dikeluarkannya NIK sebagai pengganti NPWP ....................... 5
2.2.4 Sarana dan Tujuan Penerapan NIK menjadi NPWP ................................... 5
2.2.5 Batas Waktu Pendaftaran NPWP ................................................................. 6
2.2.6 Proses Pendaftaran ........................................................................................ 6
BAB III ........................................................................................................................... 10
PENUTUP ...................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 11

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


NIK atau Nomor Induk Kependudukan tentu sudah tidak asing di telinga
kebanyakan masyarakat Indonesia, nomor yang terdiri dari 16 digit angka yang
tercatat jelas di Kartu Tanda Penduduk seluruh masyarakat yang sudah berusia 17
tahun. Namun, masih banyak yang belum mengetahui apa itu NPWP atau Nomor
Pokok Wajib Pajak, karena minimnya pengetahuan tentang wajib pajak dan juga
banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk tidak bayar pajak.

Maka dari itu, pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) secara bertahap mulai menerapkan penggunaan
Nomor Induk Kependudukan (NIK) menjadi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Dengan harapan dapat memberikan efisiensi dan efektivitas dalam mengelola
berbagai hal yang berkaitan dengan administrasi perpajakan dan juga untuk
mempermudah pengawasannya. Dengan kata lain, bila seseorang melakukan
transaksi seperti membeli properti, kendaraan, dan pergi ke luar negeri yang
mengharuskan masyarakat untuk mencantumkan Nomor Induk Kependudukan (NIK),
DJP atau Direktorat Jenderal Pajak akan lebih mudah melakukan pengawasan
terhadap data tersebut.

Sehingga dari data yang sudah didapatkan Direktorat Jenderal Pajak bisa
menilai apakah seseorang sudah memenuhi kriteria untuk mempunya NPWP atau
tidak. Jika memenuhi syarat maka akan dilihat secara lebih mendalam apakah data
penghasilan sudah sesuai dengan ketentuan yang ada, apabila tidak sesuai maka
masyarakat tidak menjadi Wajib Pajak, terkecuali jika mendaftarkan diri sendiri
sebagai Wajib Pajak. Setiap orang atau badan yang telah memenuhi syarat baik itu
syarat objektif atau syarat subjektif yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan
Undang-Undang perpajakan bedasarkan sistem self,assessment, wajib mendaftarkan
diri ke kantor Direktorat Jendral Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan
mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
1.2 Rumusahan Masalah
1. Apa pengertian NIK dan NPWP serta apa fungsi dan tujuan dari kebijakan
transformasi NIK menjadi NPWP ini?
2. Mengapa pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengeluarkan kebijakan ini?
3. Siapa saja sasaran dari tujuan penerapakan kebijakan transformasi ini?
4. Bagaimana proses pengalihan dari NIK menjadi NPWP yang pada akhirnya
akan digunakan untuk banyak hal?

1.3 Tujuan Penelitian


Jika dilihat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) serta apa fungsi dan tujuan dari kebijakan
tersebut.
2. Untuk mengetahui mengapa pemerintah pada akhirnya memutuskan untuk
membuat kebijakan ini.
3. Untuk mengetahui siapa saja sasaran yang ditargetkan pemerintah untuk
mematuhi kebijakan yang akan segera dilaksanakan ini.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses berlangsungnya kebijakan transformasi
Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

1.4 Masalah Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
sejelas-jelasnya dan selengkap-lengkapnya mengenai mengapa pemerintah
memutuskan untuk membuat kebijakan transformasi Nomor Induk Kependudukan
(NIK) menjadi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Dan agar masyarakat bisa lebih
memahami apa saja syarat untuk menjadi seorang Wajib Pajak, sehingga kedepannya
seluruh masyarakat bisa menjalankan kewajibannya sebagai seorang Wajib Pajak
jika sudah memenuhi syarat yang telah ditentukan.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nomor Induk Kependudukan (NIK)


NIK adalah nomor yang biasa Anda lihat di KTP, KTP, atau Kartu Keluarga.
KTP sendiri merupakan kartu identitas yang wajib dimiliki oleh setiap warga negara
yang memenuhi persyaratan. Kartu ini wajib dimiliki oleh warga negara Indonesia
(WNI) dan warga negara asing (WNA) dengan Izin Tinggal Tetap (ITAP) yang
berusia 17 tahun atau yang sedang atau pernah menikah.

2.1.1 Kegunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK)


NIK disertakan dalam setiap dokumen kependudukan dan berfungsi sebagai
dasar untuk menerbitkan kartu identitas, paspor, SIM, kode pajak, asuransi, dokumen
pendaftaran tanah, dan dokumen pribadi lainnya. NIK, atau Nomor Induk
Kependudukan, bersifat unik atau khas, perseorangan, dan diberikan kepada
seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia.
Selain itu, NIK dicantumkan dalam setiap dokumen kependudukan dan
dijadikan dasar penerbitan paspor, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Izin
Mengemudi (SIM), polis asuransi, Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB),
sertifikat hak atas tanah, ijazah SMU, ijazah Perguruan Tinggi, dan penerbitan
dokumen identitas lainnya.

2.1.2 Cara Mendapatkan Nomor Induk Kependudukan (NIK)


Sebagai warga negara indonesia kita pasti mendapatkan Nomer Induk
Kependudukan (NIK) sejak kita lahir, karena itu hal yang wajib yang harus dimiliki
untuk persyaratan administrasi yang akan dihadapi anak. Akan tetapi, secara resmi
Nomor Induk Kependudukan (NIK) itu sendiri akan diterbitkan setelah dilakukan
pencatatan biodata penduduk sebagai dasar penerbitan Kartu Keluarga, KTP dan
Akta-akta Catatan Sipil pada Dinas Dukcapil setempat. Warga Negara Indonesia
(WNI), baru bisa mendapatkan KTP ketika sudah berusia minimal 17 tahun. Jadi
ketika sudah memasuki usia 17 tahun, KTP baru akan diterbitkan oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (DISDUKCAPIL).
2.2 Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomer Pokok Wajib Pajak adalah nomer yang diberikan kepadaWajib Pajak
sebagai sarana administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda Identitas Wajib
Pajak ketika melakukan hak dan kewajiban dalam hal perpajakan.

2.2.1 Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


NPWP ini wajib dimiliki seseorang yang telah bekerja, baik bekerja di
pemerintahan ataupun perusahaan swasta. Sesuai yang tertulis pada surat edaran
Direktor Jendral pajak nomor SE60/PJ/2013, yakni semua wajib pajak hanya
memiliki satu jenis NPWP. Adapun fungsi NPWP yang harus diketahui, yaitu :
a. Sebagai tanda identitas Wajib Pajak.
b. Sebagai sarana korespondesi antara fiskus dengan Wajib Pajak.
c. Sebagai alat untuk menjaga ketertiban – ketertiban dalam pembayaran pajak dan
pengawasan administrasi perpajakan oleh fiskus terhadap Wajib Pajak.
d. Sebagai sarana untuk membayar pajak, yaitu NPWP dicantumkan dalam
dokumen Impor, dan Surat Setor Pajak (SSP).

2.2.2 Dasar Hukum NPWP


Dasar hukum Ketentuan Umum dan tata-cara Perpajakan adalah Undang-
undang No.9 tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.
Tahun 2000. Saat ini, dasar hukum NPWP yang berlaku adalah Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan
Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, Penghapusan. Pada pasal 2 UU no .6 tahun 1983 juga dijelaskan
sebagaimana telah di ubah terakhir dengan undang undang no. 28 tahun 2007 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan peraturan menteri keuangan no.
20/PMK.03/2008 Tentang jangka waktu pendaftaran dan pelaporan kegiatan usaha,
tata cara pendaftaran dan penghapusan pengukuhan pengusaha kena pajak. Peraturan
direktur jendral pajak no-44/PJ/2008 tentang tata cara pendaftaran nomor pokok
wajib pajak dan pengukuhan pengusaha kena pajak, perubahan data dan pemindahan
wajib pajak dan atau pengusaha kena pajak.

4
2.2.3 Kebijakan Dikeluarkannya NIK sebagai pengganti NPWP
Konsiderans huruf c Permenkeu 112/2022 menyebutkan alasan kenapa NIK
jadi NPWP yakni dengan tujuan mendukung kebijakan satu data Indonesia, sehingga
diperlukan pencantuman nomor identitas tunggal yang terstandardisasi dan
terintegrasi dalam pelayanan administrasi perpajakan.
Ada dua alasan dilakukannya migrasi NIK sebagai NPWP. Pertama,dalam
pemungutan pajak lebih mudah karena hanya menggunakan satu nomor
kependudukan. Sehingga dengan kemudahan yang diberikan akan mengakibatkan
meningkatnya kepatuhan dalam membayar pajak.
Manfaat lain yang diperoleh dengan migrasi NIK menjadi NPWP akan
menyederhanakan pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi(OP).
Tetapi dengan berlakunya NIK sebagai NPWP setiap warga negara Indonesia tidak
berarti langsung wajib mendaftarkan NPWP dan menjadi Wajib Pajak.

2.2.4 Sarana dan Tujuan Penerapan NIK menjadi NPWP


Pemerintah saat ini sudah menerapkan NIK (Nomor Induk Kependudukan)
sebagai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Penggunaan NIK sebagai NPWP untuk
memudahkan dan kesederhanaan pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan.
Kesederhanaan administrasi dan kepentingan nasional, dilakukan integrasi basis dan
kependudukan dengan sistem administrasi perpajakan sehingga mempermudah wajib
pajak orang pribadi melaksanakan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan.
Penggunaan NIK sebagai NPWP tidak menyebabkan orang pribadi membayar pajak.
Tujuan dari kebijakan ini adalah :
1. Untuk memberikan keadilan dan kepastian hukum dalam penggunaan NPWP
sehubungan dengan ketetuan penggunaan NIK sebagi NPWP bagi wajib pajak
Orang Pribadi.
2. Untuk memberikan kesetaraan serta mewujudkan administrasi perpajakan yang
efektif dan efisien bagi wajib pajak Orang Pribadi yang merupakan penduduk
Indonesia yang menggunakan NIK sebagai NPWP.
3. Untuk mendukung kebijakan satu data Indonesia dengan mengatur pencantuman
nomor identitas tunggal yang terstandardisasi dan terintegrasi dalam pelayanan
administrasi perpajakan.

5
2.2.5 Batas Waktu Pendaftaran NPWP
Direktorat Jendral Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak secara
jabatan apabila Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan objektif maupun subjektif
tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. Kewajiban Wajib Pajak yang
diterbitkan NPWP secara jabatan dimulai sejak Wajib Pajak memenuhi persyaratan
objektif dan subjektif sesuai dengan ketentuang UndangUndang perpajakan paling
lama 5 tahun sebelum diterbitkan NPWP.
Terdapat batas waktu bagi Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri. Jabatan atau
Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan objektik dan subjektik tidak mendaftarkan
diri untuk mendapatkan NPWP. Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang
diterbitkan NPWP secara jabatan dimulai sejak Wajib Pajak memenuhi persyaratan
objektif atau subjektif.
Terdapat batas waktu bagi para Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri karena
hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang, jangka waktu pendaftaran NPWP
adalah :
1. Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan
pekerjaan bebas wajib mendaftarka diri paling lambat 1 bulan setelah saat usaha
baguimulai dijalankan.
2. Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau melakukan
pekerjaan bebas jika penghasilan selama satu bulan yang disetahunkan ternyata
melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, maka Wajib Pajak tersebut wajib
mendaftarkan dirinya paling lambat pada akhir bulan sebelumnya.

2.2.6 Proses Pendaftaran


Setiap orang atau badan yang telah memenuhi syarat baik itu syarat objektif
atau syarat subjektif yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan Undang-Undang
perpajakan bedasarkan sistem self, assessment, wajib mendaftarkan diri ke kantor
Direktorat Jendral Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan mendapatkan Nomor
Pokok Wajib Pajak. Persyaratan objektik adalah persyaratan bagi subjek yang
memperoleh penghasilan atau subjek yang diwajibkan untuk melakukan
pemungutanbyang sebagai mana diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan
1984 dan perubahannya. Persyaratan subjektif adalah persyatan yang sesuai dengan

6
ketentuang mengenai subjek pajak sebagai mana diatur dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Wajib Pajak Orang Pribadi:
1. Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas berupa:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia.
b. Fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu
Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing.
2. Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas berupa:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia, atau
fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu
Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing, dan fotokopi
dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang
atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar
tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/ bukti pembayaran listrik,
b. Fotokopi e-KTP bagi Warga Negara Indonesia dan surat pernyataan di atas
meterai dari Wajib Pajak orang pribadi yang menyatakan bahwa yang
bersangkutan benar-benar menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
3. Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi adalah wanita kawin yang dikenai pajak
secara terpisah karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta, dan wanita kawin yang memilih melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya secara terpisah, permohonan juga harus
dilampiri dengan:
a. Fotokopi Kartu NPWP suami,
b. Fotokopi Kartu Keluarga,
c. Fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat
pernyataan menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami.

7
Wajib Pajak Badan :
1. Untuk Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai
pembayar pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor
dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi yang berorientasi
pada profit (profit oriented) berupa :
a. Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib
Pajak badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat
bagi bentuk usaha tetap,
b. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi
paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab
adalah Warga Negara Asing,
c. Fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar
tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/bukti pembayaran listrik.
2. Untuk Wajib Pajak badan yang tidak berorientasi pada profit (non profit oriented)
dokumen yang dipersyaratkan hanya berupa: fotokopi e-KTP salah satu pengurus
badan atau organisasi; dan surat keterangan domisili dari pengurus Rukun
Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW).
3. Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong
dan/atau pemungut pajaksesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, termasuk bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), berupa :
a. Fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai bentuk kerja sama
operasi (Joint Operation),
b. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk
kerja sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor
Pokok Wajib Pajak,
c. Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus
perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau
fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah

8
daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung
jawab adalah Warga Negara Asing,
d. Fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

9
10

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nomor Induk Kependudukan (NIK) disertakan dalam setiap dokumen
kependudukan dan berfungsi sebagai dasar untuk menerbitkan kartu identitas, paspor,
SIM, kode pajak, asuransi, dokumen pendaftaran tanah, dan dokumen pribadi lainnya.
NPWP adalah identitas Wajib Pajak (WP) yang wajib dimiliki warga Negara
berpenghasilan di atas rata-rata orang kebanyakan. Adapun yang dimaksud dengan
Wajib Pajak adalah seorang warga Negara dengan kewajiban pajak. Kesederhanaan
administrasi dan kepentingan nasional, dilakukan integrasi basis dan kependudukan
dengan sistem administrasi perpajakan sehingga mempermudah wajib pajak orang
pribadi melaksanakan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan. Tetapi dengan
berlakunya NIK sebagai NPWP setiap warga negara Indonesia tidak berarti langsung
wajib mendaftarkan NPWP dan menjadi Wajib Pajak. Akan tetapi, pemungutan
pajak lebih mudah karena hanya menggunakan satu nomor kependudukan.
Sehingga dengan kemudahan yang diberikan akan mengakibatkan meningkatnya
kepatuhan dalam membayar pajak. Manfaat lain yang diperoleh dengan
migrasi NIK menjadi NPWP akan menyederhanakan pendaftaran NPWP
bagi Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi(OP). Tetapi dengan berlakunya NIK
sebagai NPWP setiap warga negara Indonesia tidak berarti langsung wajib
mendaftarkan NPWP dan menjadi WP

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini disusun dengan baik dan benar, akan tetapi
penulis sangat menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh
karenanya penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran dari yang membaca
guna penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Kota Batam, 28 Maret 2023. “Penerapan NIK sebagai NPWP”.


https://bkpsdm.batam.go.id/penerapan-nik-sebagai-npwp/

Kementrian Keuangan, “Syarat-syarat Mendapatkan NPWP”


https://web.kemenkeu.go.id/page/tata-cara-pendaftaran-npwp/

Sumarsan, Thomas. (2017). Perpajakan Indonesia. Jakarta : Indeks PT.


Narwanti, Sri. (2018). Perpajakan. Daerah : Istana Media
Ratnawati, Juli. (2016). Dasar Dasar Perpajakan. Jakarta : Deeppublish

11

Anda mungkin juga menyukai