FRAUD
FRAUD DALAM PERUNDANGAN
KITA
• Pengumpulan dan pelaporan statistik tentang kejahatan di suatu Negara dapat dilakukan sesuai dengan
klasifikasi kejahatan dan pelanggaran (tindak pidana) menurut ketentuan perundang-undangan Negara
tersebut.
• Dalam Statistik Kejahatan Indonesia yang dilaporkan oleh BPS tidak selalu tersedia dalam format yang
sama, istilah kejahatan yang dipergunakan sering kali juga tidak konsisten, dan tidak terlalu bermanfaat
untuk pembahasan akuntansi forensik.
• perlu diingat bahwa masih rendahnya kesadaran untuk melaporkan kejahatan. Banyak faktor yang
menyebabkan masyarakat enggan melaporkan kejahatan. Di antaranya, tercermin dari ungkapan sehari-hari
yang sederhana. Oleh karena itu, beberapa kajian luar negeri tentang data kejahatan di Indonesia memberi
peringatan “crimes may be unreported”.
FRAUD DALAM KUHP
Beberapa pasal dalam KUHP yang mencakup pengertian Fraud :
1) Pasal 362 tentang pencurian (definisi KUHP: “mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum”);
2) Pasal 368 tentang Pemerasan dan pengancaman (definisi KUHP: “dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang”);
3) Pasal 372 tentang penggelapan (definisi KUHP: “dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan”);
4) Pasal 378 tentang perbuatan curang (definisi KUHP: “dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang
lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang”);
5) Pasal 396 tentang merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit;
6) Pasal 406 tentng menghancurkan dan Merusak Barang (definisi KUHP: “dengan sengaja atau melawan hukum menghancurkan,
merusakkan, membikin tak layak dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian barang orang lain”) ;
7) Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425 dan 435 yang secara khusus diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 199).
FRAUD TREE (POHON FRAUD)
• fraud tree yang dibuat ACFE sangat bermanfaat. Fraud tree memetakan
fraud dalam lingkungan kerja. Ada gejala-gejala “penyakit” fraud yang
dalam auditing dikenal sebagai red flags. Dengan memahami gejala-gejala
ini dan menguasai teknik-teknik audit investigatif, akuntan forensik dapat
mendeteksi fraud tersebut.
Fraud Triangle
• Bermula dari penelitian Donald R. Cressey yang tertarik
pada embezzlers yang disebutnya “trust violators” atau
pelanggra kepercayaan, yakni mereka yang melanggar
kepercayaan atau amanah yang dititipkan kepada mereka.
Penelitian nya diterbitkan dengan judul Other People’s
Money : Study in the Social Psychology of
Embezzlement.
REPORT TO THE NATION
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) secara berkala menerbitkan kajiannya mengenai fraud
di Amerika Serikat. Laporan ACFE terakhir mengenai hal ini dikenal dengan nama Report to the Nation
on Occupational Fraud and Abuse. eport to the Nation adalah untuk, dari, dan berkenaan dengan Amerika
Serikat, Namun di dalamnya ada informasi tertentu yang bermanfaat bagi akuntan forensik (fraud
examiners).ACFE mensurvei dengan carasurvey online secara terbuka kepada Certifed Fraud Examiners
(CFEs) dengan jangka waktu satu tahun. sebagai bagian dari survey, responden di minta untuk menyajikan
sebuah naratif yang detail tentang kasus fraud yang terbesar yang pernah mereka tangani/ investigasi
dalam kurun waktu tertentu, Kasus tersebut harus memenuhi 4 kriteria yaitu :
1. Kasus harus berhubungan atau melibatkan Occupational Fraud (didefinisikan sebagai Fraud secara
internal, atau fraud yang dilakukan oleh seseorang yang di dalam organisasi.
2. Kasus dan investigasi yang dilakukan oleh CFEs haruslah terjadi dalam kurun waktu survey.
3. Investigasi dari kasus tersebut haruslah sudah selesai pada kurun waktu survey.
4. CFEs haruslah telah yakin dengan pelaku kejahatan yang telah di identifikasi.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH