Anda di halaman 1dari 11

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Pengertian

SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan Besarnya Jumlah Pokok Pajak, Jumlah Kredit
Pajak, Jumlah Kekurangan Pembayaran Pokok Pajak, Besarnya Sanksi Administrasi, dan Jumlah Pajak
Yang Masih Harus Dibayar.

Penerbitan SKPKB

SKPKB diterbitkan apabila:

Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar

Surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah ditegur
secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagimana ditentukan dalam Surat Teguran.

Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenaik tarif 0% (nol persen)

Kewajiban menyelanggarakan pembukuan atau pencatatan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang atau

Kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak Secara Jabatan.

SKPKB hanya dapat diterbikan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan hasil pemeriksaan atau
keterangan lain tidak memenuhi kewajiban formal dan/atau kewajiban material. Keterangan lain
tersebut adalah data konkret yang diperoleh atau dimiliki oleh Direktur Jendral Pajak, antara lain berupa
hasil konfirmasi faktur pajak dan bukti pemotongan Pajak Penghasilan.

Sanksi Administrasi

Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin 2a dan 2e, maka jumlah kekurangan pajak terutang
ditambah dengan sanksi adminstrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24
( dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terhutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin 2b, 2c, dan 2d maka dikenakan sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar:
50% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan

100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor,
dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan

100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau Burang Bayar

Fungsi SKPKB

Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya

Sarana untuk mengenakan sanksi

Alat untuk menagih pajak

Jangka Waktu Penerbitan SKPKB

Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan SKPKB.

Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat
diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari
jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana
karena melakukan tindak pidan di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

Pengertian

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

Penerbitan SKPKBT

SKPBT diterbitkan apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang
terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan.
Fungsi SKPKBT

Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya

Sarana untuk mengenakan sanksi

Alat untuk menagih pajak

Sanksi SKPKBT

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKBT, ditambah dengan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

Sanksi administrasi berupa kenaikan tidak dikenakan apabila SKPKBT diterbitkan berdasarkan keterangan
tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jendral Pajak belum mulai
melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak kurang Bayar
Tambahan.

Jangka Waktu Penerbitan SKPKBT

Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian
tahun pajak, atau tahun pajak, apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah
pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat ketetapan
Kurang Bayar Tambahan, Direktur Jendral Pajak dapat Menerbitkan SKPKBT.

Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun telah lewat,Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tetap
dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari
jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar, dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 5 (lima) tahun
tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Pengertian

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah SKP yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.

Penerbitan SKPLB

SKPLB diterbikan setelah dilakukan pemeriksaan, jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar
lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. Surat ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan untuk:

Pajak penghasilan apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
Jika terdapat pajak yang dipungut ileh pemungut pajak pertambahan nilai, jumlah pajak yang terutang
dihitung dengan cara jumlah pajak keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut ileh pemungut pajak
pertambahan nilai tersebut, atau

Pajak Penjualan atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar lebih bedsar daripada jumlah
pajak yang terutang

Fungsi SKPLB

Sebagai alat sarana untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak

SKP Nihil

Pengertian

Surat ketetapan pajak nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak kredit pajak.

Penerbitan SKPN

SKPN diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang
dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak
atau tidak ada pembayaran pajak.
A. Dasar Hukum.

Pasal 21 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang BPHTB.

Peraturan Pemerintah Nomor 115 Tahun 1997 tentang pembagian hasil penerimaan BPHTB antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 634/KMK.04/1997 tentang penggunaan hasil penerimaan BPHTB
bagian Pemerintah Pusat.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 24/PJ.6/1997 tentang Tata Cara Penerbitan Surat
Ketetapan BPHTB Lebih Bayar (SKBLB) dan Penghitungan Kelebihan Pembayaran BPHTB.

Surat Keputusan Bersama Direktur Jenderal Pajak dan Direktur Jenderal Anggaran Nomor KEP -
27/PJ.6/1997 dan 6399b/A.6/61/1297B/A.6/61/1297 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perhitungan dan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran BPHTB.
B. Pengembalian Kelebihan Pembayaran

Wajib Pajak dapat mengajukan pemohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak kepada
Direktur Jenderal Pajak.

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan menerbitkan :

1)

Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Lebih Bayar, apabila jumlah pajak yang
dibayar temyata lebih besar daripada jumlah pajak yang terhutang atau dilakukan pembayaran pajak
yang tidak seharusnya terhutang.

2)

Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Nihil, apabila jumlah pajak yang dibayar
sama dengan jumlah pajak yang terhutang.

-
Apabila dalam jangka waktu 12 bulan telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi
keputusan, permohonan kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan serta Surat Ketetapan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Lebih Bayar harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan.

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkannya Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Lebih Bayar.

Apabila pengembalian keleblhan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan,
Direktur Jenderal Pajak memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan
pembayaran kelebihan pembayaran pajak.

Kepala KPPBB atas nama Dirjen Pajak dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya
SKBLB harus menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan BPHTB (SPMKB) setelah terlebih dahulu
diperhitungkan dengan hutang BPHTB dan atau PBB dalam wilayah Dati II yang sama.

Imbalan bunga dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Lebih Bayar (SKBLB).
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menerbitkan berbagai dasar hukum yang mengatur tentang ketetapan
pajak. Dasar hukum tersebut nantinya harus dipahami oleh seluruh bagian Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
atau Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), untuk memahami atas adanya kewajiban
maupun hak Wajib Pajak. Kewajiban atau hak yang dimaksud disampaikan kepada Wajib Pajak dalam
bentuk surat ketetapan pajak yang terdiri dari enam jenis sebagai berikut:

Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)

Dari enam jenis surat tersebut, masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai tujuannya,
berikut penjelasan lengkap yang perlu Anda ketahui.

1. Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat Tagihan Pajak (STP) merupakan surat yang diterbitkan untuk melakukan tagihan pajak dan atau
sanksi administrasi berupa bunga maupun denda. Sesuai dalam peraturan UU Nomor 16 Tahun 2000
KUP, STP diatur dan diterbitkan dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.

Jika hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah
tulis dan atau salah hitung.

Jika Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga.

Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang PPN dan perubahannya tidak melaporkan
kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP).

Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi membuat faktur pajak.
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tidak membuat atau membuat faktur
pajak, tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi faktur pajak secara lengkap.

Penerbitan STP ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% dalam satu bulan dengan
ketentuan paling lama 24 bulan dihitung sejak waktu terutangnya pajak, atau bagian Tahun atau Tahun
Pajak sampai dengan diterbitkannya STP.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

SKPKB merupakan Surat Ketetapan Pajak (STP) yang diterbitkan untuk menetapkan besaran nominal
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besaran sanksi
administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayarkan.

Dalam Pasal 13 UU KUP mengatur tentang SKPKB yang dapat diterbitkan dalam jangka waktu sepuluh
tahun setelah waktu terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
dalam ketentuan-ketentuan yang dipaparkan sebagai berikut:

Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.

Surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan telah ditegur
secara tertulis, tidak disampaikan juga seperti ditentukan dalam surat teguran.

Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atas PPN dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan
selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0%.

Jika Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban pembukuan dan tidak memenuhi permintaan dalam
pemeriksaan pajak, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.

Biasanya penerbitan SKPKB akan diikuti dengan sanksi administrasi dalam bentuk denda maupun
kenaikan. Sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dalam satu bulan akan dikenakan, jika
berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa Wajib Pajak tidak atau kurang membayar besarnya pajak
yang terutang.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan atau disingkat SKPKBT merupakan Surat Ketetapan Pajak
yang diterbitkan dengan tujuan untuk menetapkan tambahan atas besaran pajak yang akan ditetapkan.
Dalam Pasal 13 UU KUP mengatur SKPKBT yang diterbitkan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Jika SKPKBT yang ditetapkan ternyata lebih rendah dripada perhitungan yang sebenarnya.

Terjadinya proses pengembalian pajak yang telah ditetapkan dalam SKPLB yang seharusnya tidak
dilakukan.

Terjadinya pajak terutang dalam surat ketetapan pajak nihil (SKPN) yang ditetapkan ternyata lebih
rendah.

Penerbitan SKPKBT dilakukan jika ditemukan data baru (novum) atau data yang semula belum terungkap,
sehingga dapat menyebabkan penambahan pajak yang terutang.

4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

SKPLB merupakan STP yang diterbitkan dengan tujuan untuk menetapkan jumlah kelebihan pembayaran
pajak. Hal ini disebabkan karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak
seharusnya terutang.

Dalam Pasal 17 Undang-Undang KUP mengatur tentang SKPLB yang diterbitkan dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:

Pada Pajak Penghasilan (PPh) jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau
sudah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

Pada Pajak Pertambahan Nilai (PPN), jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang
atau sudah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.

Pada Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah
pajak yang terutang, atau sudah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang.

Penerbitan SKPLB akan dilakukan apabila ada permohonan tertulis dari Wajib Pajak.

5. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) merupakan STP yang diterbitkan dengan tujuan untuk menetapkan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
Dalam Pasal 17A Undang-Undang KUP mengatur tentang SKPN dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:

Dalam PPh, jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang, atau pajak yang tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.

Dalam PPn, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.

Dalam PPnBM, jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak
terutang dan tidak ada pembayaran pajak.

Anda mungkin juga menyukai