Anda di halaman 1dari 12

2.

Sistem Pengendalian Intern Persediaan

A. Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2014:163), Sistem Pengendalian Intern adalah meliputi struktur


organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Definisi sistem pengendalian intern
tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai , dan bukan pada unsur-unsur yang
membentuk sistem tersebut. Dengan demikian pengertian pengendalian intern tersebut
berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah infomasinya secara manual dengan mesin
pembukuan maupun dengan komputer.

B. Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2014:163), tujuan Sistem Pengendalian Intern menurut definisi


tersebut adalah :

1. Menjaga aset organisasi


2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3. Mendorong efisiensi
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
C. Sistem Pengendalian Intern atas Persediaan

Unsur pengendalian internal dalam sistem penghitungan fisik persediaan


digolongkan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut :

a. Organisasi
1. Penghitungan Fisik Persediaan Harus Dilakukan oleh Suatu Panitia yang
Terdiri dari Fungsi Pemegang Kartu Penghitungan Fisik, Fungsi
Penghitung, dan Fungsi Pengecek.
Untuk menjamin ketelitian dan keandalan data yang dihasilkan dari kegiatan
penghitungan fisik persediaan, panitia yang dibentuk untuk melaksanakan
kegiatan tersebut harus terdiri dari 3 kelompok : pemegang kartu perhitungan
fisik, penghitung, dan pengecek.
2. Panitia yang Dibentuk Harus Terdiri dari Karyawan Selain Karyawan
Fungsi Gudang dan Fungsi Akuntansi Persediaan, dan Biaya, karena
Karyawan di Kedua Bagian Inilah yang Justru Dievaluasi Tanggung
Jawabnya atas Persediaan.
Tujuan penghitungan fisik persediaan adalah untuk meminta pertanggungjawaban
mengenai barang yang disimpan oleh fungsi gudang, dan pertanggungjawaban
mengenai ketelitian dan keandalan data persediaan yang dicatat pada kartu
persediaan di fungsi akuntansi persediaan. Oleh karena itu agar data yang
dihasilkan dari perhitungan fisik persediaan dijamin ketelitian dan keandalannya,
maka panitia yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan tersebut harus bukan
karyawan dari kedua fungsi yang dimintai pertanggungjawaban tersebut.
b. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
1. Daftar Hasil Penghitungan Fisik Persediaan Ditandatangani oleh Ketua
Panitia Penghitungan Fisik Persediaan.
Daftar ini merupakan dokumen sumber sebagai dasar untuk menyesuaikan kartu
persediaan, dan kartu gudang, serta merupakan dokumen pendukung bukti
memorial yang dicatat dalam jurnal umum.
2. Pencatatan Hasil Penghitungan Fisik Persediaan Didasarkan atas Kartu
Penghitungan Fisik yang Telah Diteliti Kebenarannya oleh Pemegang Kartu
Penghitungan Fisik.
Pencatatan ke dalam kartu daftar hasil penghitungan fisik harus didasarkan atas
dokumen sumber yang telah diteliti kebenarannya oleh pemegang kartu
penghitungan fisik. Hal ini dimaksudkan agar setiap dokumen sumber dibuat atas
dasar data yang dijamin ketelitiannya.
3. Harga Satuan yang Dicantumkan dalam Daftar Hasil Penghitungan Fisik
Berasal dari Kartu Persediaan yang Bersangkutan.
Harga satuan yang dicantumkan dalam daftar hasil penghitungan fisik adalah
diambilkan dari kartu persediaan yang bersangkutan dalam prosedur penetapan
harga.
4. Penyesuaian terhadap Kartu Persediaan Didasarkan pada Informasi
(Kuantitas Maupun Harga Pokok Total) Tiap Jenis Persediaan yang
Tercantum dalam Daftar Penghitungan Fisik.
Hasil penghitungan fisik persediaan digunakan untuk meminta
pertanggungjawaban fungsi gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan
dan untuk meminta pertanggungjawaban fungsi akuntansi persediaan mengenai
ketelitian dan keandalan informasi persediaan.
c. Praktik yang Sehat
1. Kartu Penghitungan Fisik Bernomor Unit Tercetak dan Penggunaanya
Dipertanggungjawabkan oleh Fungsi Pemegang Kartu Penghitungan Fisik.
Untuk menghindari tidak dicatatnya hasil penghitungan fisik persediaan, dokumen
yang dipakai sebagai alat untuk merekam hasil penghitungan fisik harus bernomor
urut tersebut harus dipertanggungjawabkan oleh pemegang kartu perhitungan
fisik.
2. Penghitungan Fisik Setiap Jenis Persediaan Dilakukan Dua Kali seacara
Independen, Pertama Kali oleh Penghitungan dan Kedua Kali oleh Pengecek.
Untuk menjamin ketelitian penghitungan fisik persediaan, penghitungan tiap jenis
persediaan harus dilakukan dua kali. Penghitungan pertama dilakukan oleh
penghitung dan hasilnya direkam dalam kartu penghitungan fisik bagian ke 3.
Hasil penghitungan ini kemudian dicek kebenarannya oleh pengecek dengan cara
melakukan penghitungan kedua secara independen. Hasil penghitungan kedua ini
direkam dalam kartu perhitungan fisik bagian ke 2.
3. Kuantitas dan Data Persediaan yang Lain yang Tercantum dalam Bagian ke
3 dan Bagian Ke 2 Kartu Penghitungan Fisik Dicocokkan oleh Pemegang
Kartu Penghitungan Fisik Sebelum Data yang Tercantum dalam Bagian Ke-
2 Kartu Penghitungan Fisik Dicatat dalam Daftar Hasil Penghitungan Fisik.
Kartu penghitungan fisik bagian ke 2 merupakan dokumen sumber bagi
pencatatan dalam daftar hasil penghitungan fisik. Untuk menjamin ketelitian
dokumen sumber tersebut, kartu penghitungan fisik bagian ke 2 harus dicocokkan
dengan kartu penghitungan fisik bagian ke 3 oleh pihak yang bebas dari kegiatan
penghitungan fisik. Pemegang kartu penghitungan fisik harus mencocokkan kedua
bagian kartu penghitungan fisik untuk, membuktikan ketelitian data yang direkam
dalam kartu tersebut.
4. Peralatan dan Metode yang Digunakan untuk Mengukur dan Menghitung
Kuantitas Persediaan Harus Dijamin Ketelitiannya.
Diantara persediaan yang dihitung, ada jenis persediaan yang mudah dihitung
dengan cara sederhana, ada pula persediaan yang memerlukan alat tertentu dan
metode tertentu untuk menghitung kuantitasnya. Peralatan dan metode yang
digunakan untuk mengukur dan menghitung kuantitas persediaan harus dijamin
ketelitiannya, agar hasil penghitungan fisik persediaan teliti dan andal.
D. Bagan Alir Dokumen Sistem Penghitungan Fisik Persediaan
Sistem penghitungan fisik persediaan merupakan alat untuk menguji
ketelitian catatan akuntansi yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi dan
ketelitian dan keandalan penyimpanan barang di gudang oleh fungsi gudang.
Oleh karena itu, salah satu unsur pengendalian internal mensyaratkan bahwa
karyawan dari kedua fungsi tersebut tidak diikutsertakan di dalam panitia
penghitungan fisik persediaan. Dokumen penting yang dipakai sebagai alat untuk
merekam hasil penghitungan fisik persediaan adalah kartu penghitungan fisik
(inventory tag). Dalam prosedur kompilasi, data hasil penghitungan fisik yang
direkam dalam kartu penghitungan fisik bagian ke-2 dicatat di dalam daftar hasil
penghitungan fisik. Dalam pricing procedure, Bagian Kartu Persediaan mengisi
harga satuan persediaan yang tercantum dalam daftar hasil penghitungan fisik dan
mengkalikan harga satuan tersebut dengan kuantitas hasil penghitungan fisik.
Dalam prosedur penyesuaian, data hasil penghitungan fisik yang disahkan oleh
yang berwenang digunakan oleh Bagian Kartu Persediaan untuk menyesuaikan
catatan di dalam kartu persediaan yang bersangkutan dengan hasil penghitungan
fisik persediaan yang tercantum dalam daftar hasil penghitungan fisik.
3. Prosedur Pemeriksaan Atas Persediaan

Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test, analytical review dan
substantive test. Prosedur pemeriksaan persediaan mencakup pembelian,
penyimpanan, pemakaian, dan penjualan persediaan, karena berkaitan dengan
siklus pembelian, utang dan pengeluaran kas serta siklus penjualan, piutang dan
penerimaan kas.

A. Prosedur Pemeriksaan untuk compliance test.


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan.
a. Dalam hal ini auditor biasanya menggunakan internal control
questionnaires, yang contohnya bisa dilihat di lampiran 1
b. Lakukan tes transaksi (compliance test) atas pembelian dengan
menggunakan purchase order sebagai sampel. Untuk tes transaksi atas
pemakaian persediaan (bahan baku) bisa digunakan material requisition
sebagai sampel. Untuk tes transaksi atas penjualan, bisa digunakan faktur
penjualan sebagai sampel.
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan.
Jika dari tes transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka
auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan berjalan
efektif. Karena itu substantive test atas persediaan bisa dipersempit.

B. Prosedur Pemeriksaan Substantive Atas Persediaan.


1. Lakukan observasi atas perhitungan fisik (stock opname) yang dilakukan
perusahaan (klien).
Stock opname dilakukan untuk persediaan yang berada di gudang
perusahaan. Untuk barang consigment out dan barang – barang yang
tersimpan di public warehouse jika memiliki nilai yang material harus
dilakukan stock opname, jika tidak material cukup dikirim konfirmasi. Untuk
perusahaan yang memiliki SPI yang lemah, stock opname dilakukan pada
tanggal posisi keuangan. Perusahaan yang memiliki SPI baik, stock opname
dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal pelaporan posisi
keuangan. Namun sebaiknya tidak terlalu jauh dari tanggal neraca untuk
memudahkan auditor pada waktu melakukan trace backward (rekonsiliasi
saldo persediaan pertanggal stock opname dengan pertanggal laporan posisi
keuangan).
Beberapa hal yang harus dilakukan auditor sebelum pelaksanaan stock
opname:
a. Dapatkan dan pelajari petunjuk pelaksanaan stock opname yang dibuat oleh
perusahaan yang mencakup pengaturan team/petugas stock opname, tanggal
pelaksanaan, lokasi denah gudang, pembatasan keluar masuknya barang pada
waktu pelaksanaan stock opname, prosedur cut off, penggunaan bin tag.
b. Lakukan peninjauan gudang sebelum stock opname dilakukan, guna mendapat
gambaran mengenai lokasi gudang dan barang – barang sudah disusun sesuai
dengan jenis dan kelompoknya.
c. Siapkan tema audit yang ajan ditugaskan untuk melakukan observasi atas
pelaksanaan stock opname yang dilakukan klien serta kelengkapan yang
dibutuhkan. hal yang harus diperhatikan waktu pelaksanaan observasi stock
opname:
a. Lakukan briefing kepada pelaksana stok opname mengenai cara stock
opname. Dipimpin oleh penanggung jawab stock opname dan dihadiri
team auditor.
b. Saat stock opname dilakukan, klien harus menghitung 100%, sedangkan
auditor mengamati keseuaian perhitungan dengan physical inventory
instruction.
c. Selesai pelaksanaan stock opname, auditor membuat laporan/memo
mengenai pelaksanaan stock opname dan hasil oservasi auditor.
2. Minta Final Inventory List (Inventory Compilation) dan lakukan prosedur
pemeriksaan berikut ini :
 Cek perhitungan matematisnya (penjumlahan dan perkalian).
 Cocokkan quantity per book dengan stock card.
 Cocokkan quantity per count dengan count sheet kita (auditor).
 Cocokkan value dengan buku besar persediaan.
Berikut contoh Final Inventory List :

3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.


Untuk persediaan consignment out, biasanya jumlahnya tidak terlalu besar.
Auditor bisa memerika bukti pengiriman barang tersebut. Untuk persediaan bahan
baku auditor memeriksa faktur pembelian yang terakhir dan perhatikan apakah
perusahaan menggunakan FIFO atau average. Untuk persediaan barang dalam
proses, pelajari prosedur akuntansi biayanya untuk mengetahui besarnya bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead yang sudah dibebankan.
4. Periksa harga per unit dari bahan baku (raw material), barang dalam proses
(work in process), barang jadi (finished goods)
Untuk persediaan bahan baku auditor memeriksa faktur pembelian
yang terakhir dan perhatikan apakah perusahaan menggunakan FIFO atau
average. Untuk persediaan barang dalam proses, pelajari prosedur akuntansi
biayanya untuk mengetahui besarnya bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung dan biaya overhead yang sudah dibebankan.
5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum
atau sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
6. Periksa cukup tidaknya barang-barang yang bergerak lambat (allowance for
slow moving), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan
mode.
Cukup dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Auditor
harus memeriksa kebijakan dan cara perusahaan menentukan allowance
(tunjangan) dan konsistensi penggunaan kebijakan tersebut dengan periode
sebelumnya. Perusahaan dalam menetukan allowance biasanya menggunakan
sebagai berikut untuk barang yang tidak di pakai tidak terjual selama :
a. 3 bulan, dibuatkan tunjangan 10%
b. 6 bulan, dibuatkan tunjangan 30%
c. 9 bulan, dibuatkan tunjangan 50%
d. 12 bulan, dibuatkan tunjangan 80%
e. Diatas 12 bulan dibuatkan tunjangan 100%.
Auditor harus memeriksa stock card untuk mengetahui sudah berapa
lama persediaan tersebut tidak mengalami pengurangan.
7. Periksa kejadian sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
(subsequent event).
Tujuannya untuk mengetahui apakah terdapat penjualan fiktif yang
dicatat untuk memperbesar jumlah laporan penjualan.
8. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian.
Tujuannya agar tidak terjadi pergesereran waktu dalam pencatatan
penjualan dan pembelian. Sehingga harus dicatat (minta copynya) tanggal dan
nomor terakhir dari faktur penjualan, delivery order, faktur pembelian dan
receiving report. Perhatikan pula syarat pengiriman barang (FOB shipping
point atau destination point)
9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit (loan agreement),
notulen rapat.
Tujuannya untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan
sebagai barang jaminan atas kredit yang diperbolehkan perusahaan dari pihak
ketiga. Jika terdapat persediaan yang dijaminkan maka harus di jelaskan dalam
CALK
10. Periksa apakah ada perjanjian pembelian atau penjualan per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca).
Jika terdapat perjanjian pembelian dan penjualan yang menimbulkan
kerugian material pada perusahaan dalam periode berikutnya maka harus
dijelaskan dalam CALK. Auditor harus memeriksa kontrak penjualan dan
pembelian yang realisasinya akan dilakukan pada periode berikutnya serta
memerikan apakah terdapat penurunan harga jual atau harga beli dipasar pada
periode berikutnya.
11. Seandainya ada barang dalam perjalanan (Goods In Transit), lakukan prosedur
berikut ini :
 Minta rincian goods in transit per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
 Periksa perhitungan matematisnya
 Periksa apakah syarat pengiriman barang menggunakan Free On Board
(FOB) shipping point atau FOB destination point
 Periksa penyelesaian sesudah tanggal pelaporan posisi keuangan. Dalam hal
ini auditor harus menanyakan kepada klien dan memeriksa bukti pendukung
yaitu laporan penerimaan barang, apakah sesudah tanggal laporan neraca
barang dalam perjalanan tersebut sudah diterima. Jika sesudah tanggal
laporan neraca sampai mendekati selesainya pemeriksaan barang tersebut
belum juga diterima, kemungkinan terjadi pembatalan pembelian atau
kesalahan pencatatan.
12. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan
penyesuaian (adjustment) jika diperlukan.
Auditor harus menyimpulkan apakah berdasarkan prosedur
pemeriksaan yang telah dilakukan, persediaan disajikan secara wajar atau
tidak.
13. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia /SAK/ETAP/IFRS.
Daftar Pustaka

Agoes, S. (2016). Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaaan Akuntan Oleh Akuntan


Publik . Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. (2016). Sistem Akuntansi . Jakarta: Salemba Empat .

Wardiah, M. L. (2016). Akuntansi Keuangan Menengah. Bandung: CV. Pustaka Setia


.

Warren, C. S., Reeve, J. M., Duchac, J., Wahyuni, E. T., & Jusuf, A. A. (2017).
Pengantar Akuntansi 1. Jakarta: Salemba Empat .

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 14 tentang Akuntansi untuk


Persediaan

Anda mungkin juga menyukai