Anda di halaman 1dari 6

Bab 1

Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain.
Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah
kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.
Namun bukan berarti semua himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial. Untuk dikatakan
kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan tertentu. Dalam kelompok social yang telah tersusun
susunan masyarakatnya akan terjadinya sebuah perubahan dalam susunan tersebut merupakan sebuah
keniscayaan. Karena perubahan merupakan hal yang mutlak terjadi dimanapun tempatnya.

Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau komunitas, ia
dapat menyangkut “struktur sosial” atau “pola nilai dan norma” serta “pran”. Dengan demikina, istilah
yang lebih lengkap mestinya adalah “perubahan sosial-kebudayaan” karena memang antara manusia
sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan itu sendiri.

Cara yang paling sederhana untuk mengerti perubahan sosial (masyarakat) dan kebudayaan itu, adalah
dengan membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri,
bahkan jika ingin mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi mengenai perubahan mayarakat dan
kebudayaan itu, maka suatu hal yang paling baik dilakukan adalah mencoba mengungkap semua
kejadian yang sedang berlangsung di tengah-tengah masyarakat itu sendiri.

Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat dianalisa dari berbagai segi
diantaranya: ke “arah” mana perubahan dalam masyarakat itu “bergerak” (direction of change)”, yang
jelas adalah bahwa perubahan itu bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah
meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk yang baru sama sekali,
akan tetapi boleh pula bergerak kepada suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang lampau.[1]

Kebanyakan definisi membicarakan perubahan dalam arti yang sangat luas. Wilbert Moore misalnya,
mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari stuktur sosial” dan yang dimaksud
dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku dan interaksi sosial”. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa perubahan social dalam suatu kajian untuk melihat dan mempelajari tingkah laku masyarakat
dalam kaitannya dengan perubahan.

Bab 2

perubahan sosial adalah suatu perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terkait dengan pola pikir,
sikap sosial, norma, nilai-nilai, dan berbagai pola perilaku manusia di dalam masyarakat.

Setiap individu atau suatu masyarakat pasti akan mengalami perubahan secara terus-menerus. Hal ini
terjadi karena setiap individu dan anggota kelompok masyarakat memiliki pemikiran dan kemampuan
yang terus berkembang dari waktu ke waktu.
Namun, tingkat perubahan pada suatu kelompok masyarakat akan berbeda dengan kelompok
masyarakat lainnya. Ada perubahan yang terjadi dengan cepat, namun ada juga proses perubahan yang
terjadi secara lambat. Hal ini tergantung kebutuhan, kesadaran, dan tindakan anggota kelompok
tersebut.

Proses perubahan sosial biasa tediri dari tiga tahap:

Invensi, yakni proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan

Difusi, yakni proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial.

Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian
atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai
akibat.

Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi merupakan
sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota
masyarakat. Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk memahami
perubahan sosial. Kurt Lewin dikenal sebagai bapak manajemen perubahan, karena ia dianggap sebagai
orang pertama dalam ilmu sosial yang secara khusus melakukan studi tentang perubahan secara ilmiah.
Konsepnya dikenal dengan model force-field yang diklasifikasi sebagai model power-based karena
menekankan kekuatan-kekuatan penekanan. Menurutnya, perubahan terjadi karena munculnya
tekanan-tekanan terhadap kelompok, individu, atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan
tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan
dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan melemahkan resistences to change.

Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengelola perubahan,[3] yaitu: (1) Unfreezing, merupakan
suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan untuk berubah, (2) Changing,
merupakan langkah tindakan, baik memperkuat driving forces maupun memperlemah resistences, dan
(3) Refreesing, membawa kembali kelompok kepada keseimbangan yang baru (a new dynamic
equilibrium). Pada dasarnya perilaku manusia lebih banyak dapat dipahami dengan melihat struktur
tempat perilaku tersebut terjadi daripada melihat kepribadian individu yang melakukannya. Sifat
struktural seperti sentralisasi, formalisasi dan stratifikasi jauh lebih erat hubungannya dengan perubahan
dibandingkan kombinasi kepribadian tertentu di dalam organisasi.

Lippit (1958) mencoba mengembangkan teori yang disampaikan oleh Lewin dan menjabarkannya dalam
tahap-tahap yang harus dilalui dalam perubahan berencana. Terdapat lima tahap perubahan yang
disampaikan olehnya, tiga tahap merupakan ide dasar dari Lewin. Walaupun menyampaikan lima
tahapan Tahap-tahap perubahan adalah sebagai berikut: (1) tahap inisiasi keinginan untuk berubah, (2)
penyusunan perubahan pola relasi yang ada, (3) melaksanakan perubahan, (4) perumusan dan stabilisasi
perubahan, dan (5) pencapaian kondisi akhir yang dicita-citakan.
Konsep pokok yang disampaikan oleh Lippit diturunkan dari Lewin tentang perubahan sosial dalam
mekanisme interaksional. Perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap kelompok,
individu, atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan
dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat terjadi dengan memperkuat driving
forces dan melemahkan resistences to change. Peran agen perubahan menjadi sangat penting dalam
memberikan kekuatan driving force.

Kornblum (1988), berusaha memberikan suatu pengertian tentang perubahan sosial. Ruang lingkup
perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Penekannya
adalah pada pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat.

Akhirnya dikutip definisi Selo Soemardjan yang akan dijadikan pegangan dalam pembicaraan selanjutnya.
“Perubahan –perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuka didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap
dan pola-pola per-kelakukan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat”. Definisi ini menekankan
perubahan lembaga sosial, yang selanjutnya mempengaruhi segi-segi lain struktur masyarakat. Lembaga
social ialah unsur yang mengatur pergaulan hidup untuk mencapai tata tertib melalui norma.

Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan
dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah
pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi
struktur masyarakat lainnya (Soekanto, 1990). Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam
unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur
geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan.Sorokin (1957), berpendapat bahwa segenap usaha untuk
mengemukakan suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan sosial tidak akan
berhasil baik.

Adapun beberapa teori perubahan sosial adalah sebagai berikut:

1. Teori Evolusi

Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang dilalui oleh semua masyarakat.
Masyarakat berubah dan berkembang dari tahap peradaban sederhana menuju tahap peradaban yang
lebih kompleks. Menurut Alex Inkeles dibedakan menjadi beberapa, yaitu:

Inkeles membuat kategori-kategori tersebut untuk memudahkan kita dalam mengidentifikasi kejadian-
kejadian yang berhubungan dengan perubahan sosial.

2. Teori Perkembangan Linier


Teori perkembangan, yaitulinier perubahan yang berkembang menuju suatu titik tertentu, seperti
perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kompleks. Pola perubahan ini dapat
digambarkan sebagai berikut. Perubahan sosial menurut pola linier. Masyarakat berkembang dari semula
modern primitif, tradisional dan menjadi modern. Teori ini dilihat dari sudut pandang tradisjonal primitif
masyarakat modern.

Teori ini percaya bahwa perubahan sosial dapat diarahkan ke titik tujuan tertentu, seperti perubahan
dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang modern. Contohnya, perkembangan bangsa Indonesia
dari zaman penjajahan, mempertahankan kemerdekaan, sampai dengan saat ini.

3. Teori Perubahan Melingkar (Siklus)

. Teori siklus, yaitu perubahan yang berulang-ulang menyerupai spiral. Menurut teori siklus, apa yang
terjadi sekarang pada dasarnya memiliki kesamaan atau kemiripan dengan apa yang telah terjadi
sebelumnya. Pola perubahan ini dapat digambarkan sebagai berikut. Di dalam perubahan ini, tidak ada
batas yang jelas antara pola hidup primitif, tradisional, modern.

Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial pada masyarakat merupakan sesuatu yang tidak dapat
direncanakan atau diarahkan. Misalnya perubahan mode pakaian atau gaya hidup.Seperti gaya hidup,
teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial bisa saja terulang kembali. Misalnya pada waktu tahun
1970an, scooter digandrungi oleh anak muda. Sekarang pada 2018 kegandrungan anak muda terhadap
scooter mulai bangkit kembali.

Setelah kita mengetahui bagaimana perubahan sosial merubah masyarakat, sekarang mari kita pelajari
teori apa saja yang menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan sosial.

Teori Konflik

Salah satu teori yang berpengaruh adalah teori konflik yang digagas oleh Karl Marx. Marx berpendapat
bahwa perubahan sosial tercipta akibat adanya pertentangan antar kelas atau konflik. Dalam contoh
yang diberikan dalam bukunya “Das Capital”, Marx melihat konflik antara 2 kelas sosial, yaitu kaum
borjuis dan kaum proletar. Dimana kaum borjuis adalah orang yang kaya dan punya uang sedangkan
kaum proletar adalah para buruh, baik buruh pabrik, buruh, bangunan, buruh kantoran, juga buruh
lainnya.Karena terjadi ketimpangan dan perbedaan kepentingan dimana kaum borjuis berorientasi
kepada keuntungan yang sebesar-besarnya, maka mereka menekan upah buruh yang bekerja kepada
mereka. Hal ini menyebabkan para buruh yang berharap akan penghasilan lebih baik untuk menaikkan
taraf hidupnya tidak tercapai. Maka dari itu terjadilah sebuah konflik yang menghasilkan aturan-aturan
untuk buruh sehingga tidak di eksploitasi oleh kaum borjuis
Teori Gerakan Sosial

Gerakan sosial merupakan sumber dari perubahan sosial. Ketidakpuasan terhadap kondisi tertentu yang
ada di masyarakat terkadang dapat menimbulkan sebuah gerakan sosial. Hal ini terjadi pada saat
sejumlah besar orang mengorganisasikan diri untuk memperjuangkan sebuah perubahan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang mencakup hampir semua aspek kehidupan sosial dan
budaya dari suatu masyarakat atau komunitas. Acapkali tidak mudah untuk menentukan letak garis
pemisah antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Akan tetapi, perubahan sosial dan
budaya mempunyai satu aspek yang sama yaitu kedua-duanya memiliki keterikataan dengan suatu
penerimaan dari cara baru atau suatu perbaikan dari cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
Proses Perubahan Sosial Budaya, diawali dengan penyesuaian masyarakat terhadap perubahan yang
terjadi, kemudian dilanjutkan dengan saluran-saluran perubahan sosial budaya (avenue or channel of
change), dimana lembaga kemasyarakatan memiliki peran yang amat penting. Proses selanjutnya yaitu
Disorganisasi (disintegrasi) dan reorganisasi (reintegrasi).

Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perubahan sosial budaya, di dalamnya terdapat bentuk, faktor
pendorong, faktor penghambat dan faktor penyebab timbulnya perubahan sosial budaya di dalam
masyarakat.

Mengenai relasi antara pendidikan dan perubahan sosial budaya adalah saling berintegrasi. Posisi
pendidikan dalam perubahan social sesuai dengan pernyataan Eisenstadt, institusionalisasi merupakan
proses penting untuk membantu berlangsungnya transformasi potensi-potensi umum perubahan
sehingga menjadi kenyataan sejarah. Dan pendidikanlah yang menjadi salah satu institusi yang terlibat
dalam proses tersebut. Pendidikan adalah suatu institusi pengkonservasian yang berupaya
menjembatani dan memelihara warisan-warisan budaya masyarakat. Disamping itu pendidikan berfungsi
untuk mengurangi kepincangan yang terjadi dalam masyarakat. Pendidikan harus dipandang sebagai
institusi penyiapan anak didik untuk mengenali hidup dan kehidupan itu sendiri, jadi bukan untuk belajar
tentang keilmuan dan keterampilan karenanya yang terpenting bukanlah mengembangkan aspek
intelektual tetapi lebih pada pengembagan wawasan, minat dan pemahaman terhadap lingkungan social
budayanya.

SARAN

Dengan senang hati kami ekspresikan kepada kita semua yang telah membaca makalah ini, namun di
balik ini semua kami sangat mengharapkan masukan tentang koreksi makalah kami. Tentu di dalam kami
menyusun makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami berharap
ada di antara kita semua sebuah masukan yang bersifat membangun. Kami ucapkan terimakasih

Daftar pustaka

https://www.studiobelajar.com/perubahan-sosial/

https://belajar.kemdikbud.go.id/KaryaGuru/Repositorys/perubahan_sosial/

https://www.google.com/amp/sosiologis.com/teori-perubahan-sosial/amp

https://tugassekolah.co.id/2017/08/teori-utama-pola-perubahan-sosial-budaya.html

https://www.google.com/amp/s/blog.ruangguru.com/teori-perubahan-sosial-dan-faktor-penyebabnya
%3fhs_amp=true

Anda mungkin juga menyukai