Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS MENGENAI KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DIKUTIP

DARI ARTIKEL YANG BERJUDUL

“Inul Vizta Jadi Tersangka Pelanggaran Hak Cipta”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Hak Kekayaan


Intelektual

DISUSUN OLEH :

SANI PRATAMA ISNU WARDANA

NIM : E1A116039

KELAS D

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2018
KASUS POSISI

Sumber :
http://hiburan.metrotvnews.com/musik/9K5YXD1K-inul-vizta-jadi-tersangka-
pelanggaran-hak-cipta

Tanggal Penerbitan :
17 Maret 2015 15:04 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: PT Vizta Pratama, perusahaan pemegang franchise


rumah bernyanyi (karaoke) Inul Vizta, menjadi tersangka atas kasus pelanggaran
hak cipta.

"Berkas PT Vizta Pratama sudah P21, dalam waktu dekat akan memasuki
tahap dua," ungkap kuasa hukum Nagaswara, Eddy Ribut, saat ditemui di
Bareskrim Polri, Selasa (17/3/2015).

Nagaswara menganggap Inul Vizta melanggar hak cipta dengan


mengedarkan dan menyalin lagu tanpa membayar royalti untuk produser dan
pencipta lagu.

Direktur Utama Nagaswara, Rahayu Kertawiguna, yang turut hadir,


menjelaskan bahwa sudah terdapat pemanggilan kepada pihak terkait, namun
terlapor K, dirut Inul Vizta, saat ini masih berada di Korea.

Sebelumnya, Nagaswara yang turut merasa dirugikan oleh Inul Vizta


melapor ke Mabes Polri pada Jumat, 8 Agustus 2014.

Inul Vizta dilaporkan melanggar Undang-Undang Hak Cipta Pasal 2 Ayat


1, Pasal 72, Pasal 49 Ayat 1 dan UU. No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Pemegang saham terbesar Inul Vizta, pedangdut Inul Daratista, belum


berkomentar atas kasus dugaan pelanggaran hak cipta yang dilayangkan
Nagaswara tersebut.
Sebetulnya, ini bukan kali pertama karaoke Inul Vizta tersandung masalah. Pada
2009, Andar Situmorang pernah mengajukan gugatan kepada Inul Daratista
sebagai pemegang saham terbesar PT Vizta Pratama yang menaungi outlet
karaoke Inul Vizta.

Andar mengajukan gugatan materi Rp5,5 triliun karena 171 lagu ciptaan
komponis nasional, (alm) Guru Nahum Situmorang berada di 20 outlet Inul Vizta
tanpa izin. Gugatan yang diproses di Pengadilan Negeri Tata Niaga Jakarta Pusat
akhirnya dimenangkan Inul.

Pada 2012, Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) mengadukan Inul


Vizta ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terkait lisensi penggunaan lagu. Namun,
oleh pihak pengadilan, gugatan tersebut ditolak karena salah konsep. Pada
akhirnya, KCI dan Inul sepakat berdamai.

Pada Januari 2014, band Radja melaporkan Inul Vizta ke Mabes Polri
karena dianggap menggunakan lagu "Parah" tanpa izin. Inul terancam hukuman 7
tahun penjara dan denda Rp5 miliar karena diduga melanggar UU No. 19 th 2002
tentang Hak Cipta.
ANALISIS KASUS

Kasus Inul Vizta dengan beberaapa para pihak ini merupakan salah satu
contoh kasus pelanggaran Hak Cipta di Indonesia. Di Indonesia, hak cipta sendiri
diatur dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Dalam Undang-Undang No. 19 tahun 2002, Pengertian Hak Cipta diatur


dalam pasal 1 angka 1 yang berbunyi :

“Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.1

Yang kemudian dijelaskan kembali pada pasal 2 ayat 1 UU No.19 tahun


2002 yang berbunyi :
“Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul
secaraotomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.2

Kasus pelanggaran Hak Cipta yang dilakukan oleh Inul Vizta ini bukan
hanya sekali, pelanggaran yang dilakukan Inul Vizta mencakup tidak membayar
royalti, serta menggunakan lagu tanpa izin dari pencipta.

Dalam kasus tersebut, Inul Vizta tidak membayar Royalti atas penggunaan
karya seseorang yang menimbulkan kerugian bagi Penciptanya. Sehingga Pihak
Nagaswara (Pemilik Hak Cipta) menuntut Tergugat dengan pasal Pasal 2 Ayat 1,
Pasal 72, Pasal 49 Ayat 1 dan UU. No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Namun,
karena pada saat ini, Undang-undang No. 19 tahun 2002 sudah digantikan dengan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014, maka analisis kasus tersebut dikaji
menggunakan Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku sekarang.

1
Pasal 1 Undang-Undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
2
Pasal 2 Undang-Undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Pada Undang-Undang No. 28 Tahun 2018, Hak cipta diatur dalam pasal 1
angka 1 yaitu :

“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”

Ciptaan yang dilindungi Undang-Undang No.28 Tahun 2014 adalah


sebagai berikut :

a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lainnya;

b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu


pengetahuan;

d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung,atau kolase;

g. karya seni terapan;

h. karya arsitektur;

i. peta;

j. karya seni batik atau seni motif lain;

k. karya fotografi;

l. Potret;

m. karya sinematografi;

n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,


aransemen, modifikasi dan karya
lain dari hasil transformasi;

o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi


budaya tradisional;

p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer

maupun media lainnya;

q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut


merupakan karya yang asli;

r. permainan video; dan

s. Program Komputer.

Pemanfaatan Karya Ciptaan seseorang harus mendapatkan izin dari


Pencipta. Dan harus memberikan Royalti atas penggunaan Karya seseorang
apabila telah mendapatkan izin.

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2014, royalti dibahas pada pasal 1


angka 21 yaitu :

”Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan Hak Ekonomi suatu Ciptaan atau
Produk Hak Terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait.”3

Hak terkait lebih lanjut dibahas pada pasal 1 angka 5 Undang-Undang


No.28 Tahun 2014 yaitu :

”Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang merupakan
hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, producer fonogram, atau lembaga
Penyiaran.”4

Dalam hal ini, Hak Terkait di dalamnya mengandung Hak Ekseklusif yang
berkaitan dengan Hak Cipta dimana merupakan hak yang dimiliki oleh Pencipta
dimana hanya boleh dimanfaatkan oleh pencipta dan apabila ada orang lain yang

3
Pasal 1 angka21 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
4
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
ingin memanfaatkan atau mempergunakan harus berdasarkan izin dari pencipta
atau pemilik Hak Cipta.

Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2014, tercantum pula sanksi bagi yang


melakukan pelanggaran hak cipta. Pada pasal 116 UU Nomor 28 Tahun 2014
tercantum bahwa bagi Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 angka 2 huruf a,
huruf b, dan/atau huruf f, untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Penjelasan Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 :

Hak ekonomi Pelaku Pertunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi hak melaksanakan

sendiri, memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk melakukan:

a. Penyiaran atau Komunikasi atas pertunjukan Pelaku Pertunjukan;

b. Fiksasi dari pertunjukannya yang belum difiksasi;

c. Penggandaan atas Fiksasi pertunjukannya dengan cara atau bentuk apapun;

d. Pendistribusian atas Fiksasi pertunjukan atau salinannya;

e. penyewaan atas Fiksasi pertunjukan atau salinannya kepada publik; dan

f. penyediaan atas Fiksasi pertunjukan yang dapat diakses publik.5

Menurut pendapat saya, penindakan terhadap okunum maupun perusahaan


yang melanggar hak cipta merupakan salah satu upaya yang tepat. Namun, akan
lebih efektif apabila dilakukan pula pencegahan terhadap pelanggaran hak cipta,

5
Pasal 23 Undang-Undang No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
misalnya dengan memperketat pengawasan peredaran hasil hak cipta serta
pemberantasan pembajakan hak cipta.

DAFTAR PUSTAKA

http://hiburan.metrotvnews.com/musik/9K5YXD1K-inul-vizta-jadi-tersangka-
pelanggaran-hak-cipta

Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Anda mungkin juga menyukai