Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Hukum Milik Perindustrian
Dosen Pengampu: Ir. Siti Kusumawati Azhari, S.H., M.T.
Oleh
Karyn Emily - 10520015
Natalie Calosa - 10820004
Shelly Delfiani - 10820014
Tricia Madeline Santosa - 10820035
Amanda Kuswanto - 10820048
Hak cipta merupakan salah satu bagian dari hak kekayaan intelektual di bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra. Definisi hak cipta dijabarkan pada Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta) yang menyebutkan
bahwa:
“Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Hak eksklusif yang dimaksud dalam pengertian di atas terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Artinya, dengan memiliki hak ekonomi inilah pencipta dapat memperoleh manfaat ekonomi dari
ciptaannya. Perlu dipahami bahwa hak eksklusif adalah hak yang diperuntukan hanya bagi
pencipta atau pemegang hak cipta yang sah, dengan begitu pihak lain tidak boleh memanfaatkan
suatu ciptaan tanpa seizin pencipta atau pemegang hak cipta. Pihak lain yang ingin menggunakan
suatu karya dapat menjadi pemegang hak cipta dengan izin pencipta melalui perjanjian. Namun
pemegang hak hanya memiliki sebagian hak eksklusif, yaitu berupa hak ekonomi karena hak
moral adalah hak yang melekat pada pencipta secara abadi.
Sejak UU Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta, UU Nomor 7 tahun 1987 tentang
Perubahan UU 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta, UU Nomor 12 tahun 1987 tentang Perubahan
UU Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7
tahun 1987 tentang Perubahan UU 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta, kemudian dicabut dan
diubah dengan UU Nomor 19 tahun 1982 tentang Hak Cipta, dan terakhir hingga saat sekarang
ini adalah UU Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.
UU Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta secara umum mengatur tentang:
a. Perlindungan Hak Cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang sejalan dengan penerapan
aturan di berbagai negara sehingga jangka waktu perlindungan Hak Cipta di bidang
tertentu diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70 (tujuh puluh) tahun setelah
Pencipta meninggal dunia.
b. Pelindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para Pencipta dan/atau Pemilik Hak
Terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus (sold flat).
c. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase atau pengadilan,
serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana.
d. Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab atas tempat penjualan dan/atau
pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di pusat tempat perbelanjaan yang
dikelolanya.
e. Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek jaminan fidusia.
f. Menteri diberi kewenangan untuk menghapus Ciptaan yang sudah dicatatkan, apabila
Ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan
dan keamanan negara, serta ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait menjadi anggota Lembaga
Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan atau Royalti.
h. Pencipta dan/atau pemilik Hak Terkait mendapat imbalan Royalti untuk Ciptaan atau
produk Hak Terkait yang dibuat dalam hubungan dinas dan digunakan secara komersial.
i. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola hak ekonomi
Pencipta dan pemilik Hak Terkait wajib mengajukan permohonan izin operasional kepada
Menteri.
j. Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana multimedia untuk merespon
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Pengajuan permohonan hak cipta sekarang dapat dilakukan secara online melalui
https://hakcipta.dgip.go.id/. Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengajukan
permohonan adalah dengan registrasi akun melalui website tersebut. Lalu, pilih bagian
“Pengajuan Pencatatan Digital” dan isi seluruh formulir yang tersedia. Kemudian, orang yang
akan melakukan pengajuan diminta untuk mengunggah seluruh data pendukung yang diperlukan
dan melakukan pembayaran. Selanjutnya terdapat pemeriksaan formalitas agar dapat diverifikasi
seluruh data pendukung terkait pengajuan permohonan hak cipta. Setelah melalui proses
tersebut, pencatatan ciptaan disetujui sehingga sertifikat hak cipta akan dicetak.
Hak cipta yang telah dilindungi dengan berbagai undang-undang tidak menutup
kemungkinan untuk dilanggar. Pelanggaran hak cipta adalah tindakan melanggar hak eksklusif
pencipta dengan menggandakan, menjual, atau menampilkan suatu ciptaan tanpa izin pencipta.
Peraturan mengenai kegiatan yang tidak melanggar hak cipta tertulis di dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014. Sebagai contoh untuk pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, laporan, kritik, resensi, kuliah dan pertunjukan, dengan syarat sumber
karya dicantumkan secara lengkap. Untuk penggunaan yang mendapatkan keuntungan, izin harus
diperoleh terlebih dahulu dari penulis.
Pelanggaran hak cipta ini dapat diselesaikan dengan beberapa cara salah satunya dengan
tindak pidana. Namun, umumnya masalah ini diselesaikan secara damai, dengan menarik dan
memusnahkan salinan bajakan, atau dengan membawanya ke pengadilan. Pembajakan massal,
terutama yang menyangkut pemalsuan, dapat dituntut melalui sistem peradilan pidana.
Pergeseran harapan publik, kemajuan teknologi digital, dan perluasan Internet telah
menyebabkan pelanggaran anonimitas yang meluas. Hal ini menyulitkan industri kreatif untuk
fokus melacak mereka yang menemukan dan mendistribusikan konten berhak cipta secara online
dan bebas. Bahkan industri kreatif bergegas untuk memperluas undang-undang untuk
menghukum penyedia layanan dan distributor perangkat lunak yang memfasilitasinya sebagai
pembajak tidak langsung.
Sebuah hak cipta yang telah disahkan masih dapat dialihkan kepada pihak lain.
Pengalihan Hak Cipta adalah pembagian peran pemegang hak cipta atas suatu karya tulis kepada
penerbit. Ini berarti bahwa penerbit memiliki hak eksklusif untuk mengontrol di mana artikel
diterbitkan dan digunakan dalam mode penggunaan apa pun. Lisensi untuk karya yang diuraikan
dalam affidavit yang memberikan lisensi pelisensian ulang kepada penerbit memiliki arti yang
berbeda. Lisensi sebuah karya berarti bahwa penerbit hanya diperbolehkan untuk menerbitkan
karya di bawah persyaratan lisensi yang disepakati dan tidak berbagi peran pemilik hak cipta
dengan penerbit. Mekanisme ini secara otomatis mempertahankan semua kontrol hak cipta
eksklusif dari penulis atas karya tertulis.
REFERENSI:
Contoh Hak Cipta & Jenis-Jenisnya yang Harus Anda Ketahui dengan Baik. (n.d.). Libera. Retrieved February 10,
2022, from https://libera.id/blogs/contoh-hak-cipta/
Creative Commons Indonesia. (2018, October 26). Creative Commons Indonesia.
https://creativecommons.or.id/2018/10/pengalihan-hak-cipta-copyright-transfer-ciptaan-vs-pelisensian-ciptaan/
#:%7E:text=Pengalihan%20hak%20cipta%20adalah%20pembagian,dalam%20model%20penggunaan%20apa
%20saja.
Hak Cipta. (n.d.-b). Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum & HAM RI.
https://dgip.go.id/menu-utama/hak-cipta/syarat-prosedur
Hak Cipta: Pengertian,Fungsi,Hukum,Pendaftaran, dan Pelanggarannya. (n.d.). Kompas. Retrieved February 11,
2022, from
https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/25/123247469/hak-cipta-pengertian-fungsi-hukum-pendaftaran-
dan-pelanggarannya
UU 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta | Jogloabang. (n.d.). jogloabang. Retrieved February 11, 2022, from
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-28-2014-hak-cipta
Wikipedia contributors. (2021, July 14). Pelanggaran hak cipta. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelanggaran_hak_cipta