Anda di halaman 1dari 20

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

Di era globalisasi ini segala kemudahan informasi dapat kita nikmati, bahkan kita memiliki kebebasan
untuk mengakses segala informasi yang dibutuhkan. Namun, terkadang kebebasan tersebut
disalahgunakan oleh banyak orang. Mereka menggunakan kebebasan tersebut untuk mencuri karya
orang lain. Karena banyaknya kasus-kasus pencurian hak intelektual, maka pemerintah menerapkan hak
paten. Hak paten memiliki dampak penting dalam dunia kewirausahaan. Tak jarang hak paten juga
menimbulkan banyak kontroversi. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan hak paten? Bagaimana bisa
hak paten memengaruhi wajah kewirausahaan? Mari kita pelajari bab ini dengan seksama!

A. Hak Kekayaan Intelektual dan Macam-Macamnya

Kita sering mendengar istilah hak merek, hak paten, hak cipta, dan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Bahkan, sering kali kita mendengar berbagai kasus sengketa yang berkaitan dengan segala hak tersebut.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan semua itu? Dan, apa perbedaan dari masing-masing istilah,
tersebut? ,

Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan hak yang dimiliki oleh seseorang berkaitan dengan ide, dan
karyanya. HAKI merupakan hak eksklusif yang diberikan negara kepada seseorang, sekelompok maupun
lembaga untuk memegang kuasa dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat dari kekayaan
intelektual yang dimiliki atau diciptakannya.

Sebenarnya sejarah kemunculan HAKI ini sudah ada sejak lama. Pada tahun 1470 di Venice, Itali sudah
muncul Undang-undang mengenai HAKI, khususnya menyangkut masalah hak paten. Kemudian pada
tahun 1500-an, hukum-hukum tentang hak paten tersebut diadopsi oleh kerajaan Inggris, sehingga lahir
hukum mengenai hak paten pertama di Inggris. Di Indonesia sendiri HAKI mulai popular sekitar - tahun
2000-an hingga saat ini.

Keberadaan HAKI dapat melindungi kekayaan intelektual. Kekayaan intelektual merupakan kekayaan
atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan
lagu, karya tulis, karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia. Dengan demikian, dapat kita
simpulkan bahwa HAKI adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif daya berpikir manusia yang
mengekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuk, yang memiliki manfaat serta berguna
dalam menunjang kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomis yang melindungi karya-karya
intelektual manusia tersebut.

Perlu kita ketahui bahwa HAKI merupakan hak privat (private rights), sehingga. seseorang bebas untuk
mengajukan permohonan atau mendaftarkan karya intelektualnya atau tidak. Keberadaan HAKI sangat
bermanfaat, khususnya bagi para "pencipta” berbagai kreativitas. Dengan adanya HAKI, apabila ada
yang meniru karya cipta intelektual seseorang, maka ia berhak untuk menuntutnya.

Secara umum Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dibagi menjadi dua, yaitu Hak Cipta dan Hak
Kekayaan Industri.

1. Hak Cipta

Semakin berkembangnya teknologi, maka semakin memudahkan seseorang mendapatkan informasi


apapun. Oleh sebab itu, seringkali kita mendengar adanya sengketa di pengadilan mengenai
pembajakan hak cipta. Tentu saja hal ini merugikan pihak yang sudah ”mencipta” sebuah karya. Apa
sebenarnya yang dimaksud dengan hak cipta?

Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Hak cipta adalah hak
khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang
dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Oleh sebab itu, pembajakan
merupakan pelanggaran atas hak cipta karena pembajakan telah melanggar hak eksklusif dari pencipta
atau pemegang hak cipta.
Hak eksklusif itu sendiri merupakan hak yang semata-mata diperuntukkan bagi pemegangnya, sehingga
tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan, seperti mengumumkan atau memperbanyak hak
tersebut tanpa izin pemegangnya. Dalam hal ini, pengertian "mengumumkan" atau “memperbanyak”
adalah kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, menjual, menyewa dan mengomunikasikan ciptaan
kepada publik melalui sarana apapun.

Dan pengertian hak cipta, maka dapat disimpulkan bahwa hak cipta meliputi pula hak-hak untuk
membuat salinan dari ciptaannya tersebut, hak untuk membuat produk derivatif, dan hak-hak untuk
menyerahkan hak-hak tersebut ke pihak lain. Hak cipta berlaku seketika setelah ciptaan tersebut dibuat
Hak cipta tidak perlu didaftarkan terlebih dahulu.
a. Dasar Hukum Hak Cipta

Sebelumnya, undang-undang yang mengatur hak cipta di Indonesia adalah UU Nomor 19 tahun 2002.
Namun, saat ini terdapat undang-undang baru, yaitu Undang Undang Nomor 28 Tahun 2014 Dalam
undang-undang tersebut disebutkan mengenai pengertian hak cipta adalah “hak eksklusif bagi pencipta
atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku” (pasal 1 butir 1).

Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan “hak moral” Hak ekonomi adalah hak
untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada
diri pencipta atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apapun,
walanpun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Contoh pelaksanaan hak moral adalah
pencantuman nama pencipta pada ciptaan, walaupun hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk
dimanfaatkan pihak lain. Hak moral diatur dalam pasal 24-26 Undang-undang Hak Cipta.
Hak cipta dikategorikan sebagai benda bergerak. Sebagai benda bergerak baik dalam UU 19/2002 dan
UU Hak Cipta Baru diatur mengenai cara mengalihkan hak cipta. Namun, dalam Pasal 16 ayat (1) UU Hak
Cipta baru ditambahkan bahwa hak cipta dapat dialihkan dengan wakaf. Selain itu, dalam Pasal 16 ayat
(3) UU Hak Cipta baru dikatakan bahwa hak cipta adalah benda bergerak tidak berwujud yang dapat
dijaminkan dengan jaminan fidusia, sedangkan dalam undang-undang sebelumnya hal tersebut tidak
diatur.

Mengenai jangka waktu perlindungan hak cipta yang lebih panjang, dalam Pasal 29 ayat (1) UU 19/2002
disebutkan bahwa jangka waktu perlindungan hak cipta adalah selama hidup pencipta dan berlangsung
hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dan sedangkan dalam UU Hak Cipta Baru, masa berlaku hak
cipta dibagi menjadi 2 (dua), yaitu masa berlaku hak moral dan hak ekonomi.

Hak moral pencipta untuk (i) tetap mencantumkan atau tidak mencatumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum; (ii) menggunakan nama aliasnya atau
samarannya. (iii) mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi
ciptaan, hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya, berlaku tanpa batas waktu (Pasal
57 ayat (1) UU Hak Cipta Baru). Sedangkan hak moral untuk (i) mengubah ciptaannya sesuai dengan
kepatutan dalam masyarakat, dan (ii) mengubah judul dan anak judul ciptaan, berlaku selama
berlangsungnya jangka waktu hak cipra atas ciptaan yang bersangkutan (Pasal 57 ayat (2) UU Hak Cipta
Baru).
Kemudian, untuk hak ekonomi atas ciptaan, perlindungan hak cipta berlaku selama hidup pencipta dan
terus berlangsung selama 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari
tahun berikutnya (Pasal 58 ayat (1) UU Hak Cipta Baru). Sedangkan jika hak cipta tersebut dimiliki oleh
badan hukum, maka berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.

Adapun perlindungan sebagaimana diatur dalam Pasal 58 tersebut hanya berlaku bagi ciptaan berupa:

1) buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya,

2) ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lain,

3) alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan,

4) lagu atau musik dengan atau tanpa teks, 5) drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim, 6) karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat,
patung, atau kolase:

7) karya arsitektur,

8) peta, dan

9) karya seni batik atau seni motif lain.

Ada perbedaan perlindungan hak cipta untuk hal-hal berikut:

1) karya fotografi,

2) potret,

3) karya sinematografi,

4) permainan video,

5) program komputer,

6) perwajahan karya tulis,

7) terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi, dan karya
lain dari hasil transformasi;

8) terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi budaya tradisional, 9)


kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan program komputer atau
media lainnya, dan

10) kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli.

Bagi hal-hal tersebut di atas masa berlaku perlindungan hak cipta diatur pada Pasal 59 ayat (1)
Undangundang Hak Cipta baru, yaitu selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman.
Kemudian, untuk ciptaan berupa karya seni terapan, perlindungan hak cipta berlaku selama 25 tahun
sejak pertama kali dilakukan pengumuman (Pasal 59 ayat (2) UU Hak Cipta Baru).

UU Hak Cipta Baru ini juga melindungi pencipta dalam hal terjadi jual putus (sold flat), ciptaan buku,
dan/atau semua hasil karya tulis lainnya, lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks yang dialihkan
dalam perjanjian jual putus dan/atau pengalihan tanpa batas waktu, hak ciptanya beralih kembali
kepada pencipta pada saat perjanjian tersebut mencapai jangka waktu 25 tahun (Pasal 18 UU Hak Cipta
Baru). Hal tersebut juga berlaku bagi karya pelaku pertunjukan berupa lagu dan/atau musik yang
dialihkan dan/atau dijual hak ekonominya, hak ekonomi tersebut beralih kembali kepada pelaku
pertunjukan setelah jangka waktu 25 tahun (Pasal 30 UU Hak Cipta Baru). Hal lain yang diatur dalam UU
Hak Cipta Baru, yaitu adanya larangan bagi pengelola tempat perdagangan untuk membiarkan penjualan
dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait

di tempat perdagangan yang dikelolanya (Pasal 10 UU Hak Cipta Baru). Dalam Pasal 114 UU Hak Cipta
paru diatur mengenai pidana bagi tempat perbelanjaan yang melanggar ketentuan tersebut, yaitu
pidana enda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Selain itu, dalam UU Hak Cipta Baru juga ada yang namanya Lembaga Manajemen Kolektif. Lembaga
Manajemen Kolektif adalah institusi yang berbentuk badan hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh
pencipta, pemegang hak cipta, dan/atau pemilik hak terkait guna mengelola hak ekonominya dalam
bentuk menghimpun dan mendistribusikan royalti (Pasal 1 angka 22 UU Hak Cipta Baru).

b. Cara Pendaftaran Hak cipta

Perlindungan suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk yang
nyata. Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan hak cipta. Namun
demikian, pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan ciptaannya akan mendapat surat
pendaftaran ciptaan yang dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa
di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut. Ciptaan dapat didaftarkan ke Kantor Hak Cipta, Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual-Departemen Hukum dan HAM (Ditjen HKI-DepkumHAM).

Berikut adalah syarat untuk permohonan pendaftaran Hak Cipta.

1) Mengisi formulir pendaftaran ciptaan rangkap dua.

2) Surat permohonan pendaftaran ciptaan mencantumkan nama, dan kewarganegaraan.

3) Uraian ciptaan rangkap dua.

4) Melampirkan bukti kewarganegaraan pencipta dan pemegang hak cipta berupa fotokopi KTP,

5) Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan atas nama lebih dari seorang dan satu Badan Hukum
dengan demikian nama-nama harus ditulis semuanya, dengan menetapkan satu alamat pemohon .

6) Melampirkan contoh ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya atau penggantinya.


7) Membayar biaya permohonannya pendaftaran sebesar Rp. 75.000 (tujuh puluh lima ribu rupiah)

2. Hak Kekayaan Industri

Hak kekayaan industri adalah hak yang mengatur segala sesuatu milik perindustrian, terutama yang
mengatur perlindungan hukum. Mengapa hak kekayaan industri penting bagi pelaku usaha? Hak
kekayaan industri sangat penting bagi pemilik usaha, karena untuk melindungi pemilik usaha ataupun
perusahaan dari plagiatisme. Artinya, dengan dilegalkannya suatu industri yang menghasilkan produk
tertentu tidak akan mudah ditiru atau diklaim oleh perusahaan lain dengan produk sejenis.

Secara umum hak kekayaan industri ini meliputi hak paten, merek, desain industri, desain tata letak
Sirkuit terpadu, rahasia dagang, dan indikasi. Dalam bab ini, kita hanya akan membahas mengenai hak
paten dan merek.

a. Hak Paten

Hak paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada penemu atas penemuannya yang
pada waktu tertentu telah membuat suatu penemuan atau memberikan persetujuannya kepada pihak
lain untuk melaksanakannya.

Hak paten merupakan bentuk perlindungan hak kekayaan intelektual yang sangat efektif karena dapat
mencegah adanya penggunaan suatu barang atau penemuan tanpa izin penemu aslinya. Bahkan,
meskipun pihak lain tersebut memperoleh teknologinya secara mandiri (bukan meniru). Menurut UU
hak paten No. 14 Tahun 2001 (UU hak paten 2001), hak paten diberikan untuk penemuan yang
memenuhi syarat kebaruan, mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan dalam industri selama
20 tahun.
Indonesia menganut hak paten dengan asas first-to-file. Artinya, hak paten akan diberikan kepada orang
yang pertama kali mendaftarkan invensinya di kantor Paten. Namun, Amerika Serikat menggunakan hak
paten dengan asas first-to-invent, yaitu hak paten diberikan kepada orang yang pertama kali
menemukan sebuah invensi.

Terkadang kita sering keliru membedakan antara hak cipta dan hak paten. Padahal, hak paten dan hak
cipta memiliki pengertian yang berbeda. Berikut perbedaan antara hak cipta dan hak paten.

1) Menurut undang-undang tentang hak cipta, hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sedangkan hak paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas
hasil invensi (temuan) di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

2) Objek yang dilindungi dari kedua hak kekayaan intelektual tersebut juga berbeda. Hak cipta
memberikan perlindungan atas ciptaan-ciptaan di bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan, yang
selengkapnya bisa dilihat di Pasal 12 UU Hak Cipta. Sedangkan hak paten memberikan perlindungan atas
penemuan di bidang teknologi, yakni kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi yang
berupa proses, hasil produksi, penyempurnaan dan pengembangan proses, serta penyempurnaan dan
pengembangan hasil produksi.
Pemegang hak paten tentu saja memiliki kewajiban dan hak atas hasil temuannya dan kepada orang lain
yang memanfaatkan bentuk patennya. Pemegang paten memiliki hak sebagai berikut.

1) Mereka yang dikatakan pemegang paten dapat memiliki hak eksklusif dalam melaksanakan paten
yang dimilikinya schingga orang lain dilarang melaksanakannya tanpa persetujuannya. 2) Mercka yang
dikatakan pemegang paten berhak atas memberikan sebuah lisensi kepada orang lain XI berdasarkan
perjanjian yang terdapat dalam surat perjanjian lisensi.

3) Atas temuanya, pemegang paten berhak untuk melakukan gugatan atas ganti rugi melalui pengadilan
negeri setempat, kepada siapapun, yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan yang
telah 1 dijelaskan dalam butir 1 diatas.

4) Pemegang paten berhak untuk melakukan tuntutan kepada orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
melanggar hak pemegang paten dengan dasar melakukan suatu tindakan yang telah dijelaskan dalam
butir 1 diatas.

Selain memiliki hak, pemilik hak paten juga memiliki kewajiban, sebagai berikut.

1) Mereka yang mempunyai hak paten tentu harus membayar semua biaya pemeliharan paten atau
yang biasa disebut biaya tahunan.

2) Wajib dalam melaksanakan paten yang berlaku di wilayah Indonesia, kecuali pelaksanaan paten yang
demikian dilakukan secara ekonomi hanya layak dalam skala regional serta terdapat adanya pengajuan
permohonan tertulis dari pemegang paten dimana permohonan tersebut harus disertai dengan berbagai
alasan serta bukti yang sudah diberikan oleh instansi yang berwenang dan juga telah disetujui oleh
Ditjen HKI.
Ada berbagai istilah dalam hak paten, yaitu sebagai berikut.

1) Invensi atau penemuan merupakan ide atau gagasan inventor yang dituangkan ke dalam suatu
kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

2) Inventor atau Pemegang Paten

inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi. Pemegang paten
adalah inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau
pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum paten.

Adapun syarat-syarat inventor sebelum melakukan permohonan paten, sebagai berikut.

1) Melakukan Penelusuran

Tahapan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang teknologi terdahulu dalam bidang
invensi yang sama (state of the art) yang memungkinkan adanya kaitannya dengan invensi yang akan
diajukan. Melalui informasi teknologi terdahulu tersebut, maka inventor dapat melihat perbedaan
antara invensi yang akan diajukan permohonan Patennya dengan teknologi terdahulu.

2) Melakukan Analisis Tahapan ini dimaksudkan untuk menganalisis apakah ada ciri khusus dari invensi
yang akan diajukan permohonan patennya dibandingkan dengan invensi terdahulu.

3) Mengambil Keputusan Jika invensi yang dihasilkan tersebut mempunyai ciri teknis dibandingkan
dengan teknologi terdahulu, maka invensi tersebut sebaiknya diajukkan permohonan Patennya.
Sebaliknya, jika tidak ditemukan ciri khusus, maka invensi tersebut sebaiknya tidak perlu diajukan untuk
menghindari kerugian dari biaya pengajuan permohonan Paten.
Meskipun hak paten adalah hak yang terbuka untuk umum, namun tidak semua penemuan berhak
mendapatkan hak paten. Apabila suatu penemuan tidak memenuhi syarat dalam mendapatkan hak
paten, maka otomatis penemuan tersebut akan gugur.

Syarat-syarat sebuah penemuan agar bisa mendapatkan hak paten berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UU
Nomor 14 tahun 2001 tentang paten, sebagai berikut.1) Bersifat baru Suatu penemuan dianggap
bersifat baru apabila pada tanggal penerimaan pengajuan paten penemuan tersebut sama sekali
berbeda dengan teknologi yang sudah pernah ada sebelumnya. Untuk membukukan bahwa penemuan
tersebut belum pernah ada sebelumnya, yaitu dengan cara mencari tahu apakah penemuan tersebut
telah diumumkan, baik di Indonesia maupun di luar negeri, baik dalam suatu tulisan, uraian lisan,
peragaan, atau cara lain yang memungkinkan seorang ahli melaksanakan penemuan tersebut.

2) Mengandung langkah inventif Adapun suatu penemuan disebut mengandung langkah inventif apabila
penemuan tersebut bagi seorang yang memiliki keahlian di bidangnya merupakan hal yang tidak dapat
diduga sebelumnya. Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada
pada saat permohonan diajukan.

3) Dapat diterapkan dalam skala industri Suatu penemuan dikatakan dapat diterapkan dalam industri
apabila penemuan tersebut memang dapat dilaksanakan dalam industri sebagaimana uraian
industrialisasi paten yang disertakan dalam permohonan. Bentuknya dapat berupa produk atau alat
baru yang memiliki nilai kegunaan praktis. Tentunya nilai kegunaan praktis ini disebabkan oleh bentuk,
konfigurasi, konstruksi atau komponennya.

Selain penemuan yang bisa diajukan hak patennya, ada pula penemuan yang tidak mendapatkan hak
paten Berikut adalah penemuan-penemuan yang tidak akan mendapatkan hak paten.
1) Penemuan tersebut berisi proses atau hasil produksi yang bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum, serta agama atau kesusilaan.

2) Penemuan tersebut merupakan metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau


pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan.

3) Penemuan tersebut merupakan teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika.

4) Penemuan tersebut berisi tentang penemuan semua makhluk hidup, kecuah jasad renik, dan/atau
proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan. Proses non-biologis atau
mikrobiologis dikecualikan dalam kasus ini.

Undang-Undang Paten menegaskan bahwa ada 3 (tiga) macam pembatalan paten, yaitu batal demi
hukum, batal atas permohonan pemegang paten, dan batal karena adanya gugatan Paten dinyatakan
batal demi hukum apabila pemegang paten tidak memenuhi kewajiban membayar biaya tahunan dalam
jangka waktu yang ditentukan oleh undang-undang, yang akan diberitahukan secara tertulis oleh Ditjen
HAKI kepada pemegang paten serta penerima lisensi dan mulai berlaku sejak tanggal pembenitahuan
tersebut Paten yang dinyatakan batal demi hukum ini akan dicatat dan diumumkan.

Kalian pasti sudah tidak asing dengan sosok Presiden ke-3 Indonesia, Bacharuddin Jusuf (B.J.) Habibie,
bukan? Beliau dianggap memiliki kecerdasan yang luar biasa, membuatnya banyak memiliki jasa dalam
dunia penerbangan, tidak hanya di Indonesia, melainkan juga dunia.
Dirinya mengembangkan berbagai teori dan teknologi yang berguna di bidang penerbangan. Terhitung
B.J. Habibie memiliki 46 hak paten hingga beliau wafat pada 19 September 2019 silam. Hak paten yang
beliau miliki banyak membantu perkembangan di dunia penerbangan hingga saat ini.

Ternyata hak paten atas suatu benda atau produk memiliki fungsi dan dampak yang penting.
Kepemilikan terhadap sesuatu yang orisinil ini perlu dinyatakan secara jelas dengan hukum-hukum yang
berlaku.

Sejarah Hak Paten

Kalian perlu memahami bahwa hak paten tidak serta merta muncul di kalangan masyarakat begitu saja.
Terdapat sejarah yang cukup panjang dan juga berliku sebelum akhirnya kita bisa mendapatkan hukum
hak paten seperti yang kita kenal di era modern ini. Layaknya berbagai macam hal, sejarah hak paten
datang dari benua Eropa, tepatnya dari negara Italia pada abad ke-15. Berasal dari sebuah teks yang
dikenal dengan nama “Venetian Patent Statute”, negara ini memperkenalkan istilah hak paten yang saat
ini digunakan di era modern.

Meskipun begitu, sejarah mencatat bahwa hak paten sendiri sudah digunakan pada tahun 500 sebelum
masehi, di mana sejarawan menemukan manuskrip kuno dari Yunani berisikan bahasan mengenai
penghargaan terhadap orang-orang yang berhasil menemukan benda-benda menggemparkan. Selain
itu, di Kepulauan Britania Raya, tepatnya pada abad ke-14, ditemukan juga surat dengan isi serupa
terhadap manuskrip Yunani kuno yang sebelumnya sudah dibahas. Sejumlah perusahaan di pulau
tersebut mendapatkan hak paten karena mereka berhasil menciptakan benda yang berguna di kalangan
masyarakat.

Cikal bakal hak paten modern secara sistematis diberikan di Venesia, Italia, sekitar tahun 1450, di mana
mereka mengeluarkan dekrit yang menjelaskan bahwa penemuan baru dan inventif harus
dikomunikasikan ke negara untuk mendapatkan perlindungan hukum terhadap pelanggaran
penggunaan benda terkait. Kemudian, barulah sejumlah negara lain di Eropa menerapkan apa yang Italia
lakukan terhadap penemuan-penemuan baru. Sejarawan mengamati Perancis dan Inggris adalah 2
negara yang berpengaruh untuk menyebarluaskan istilah hak paten di Eropa.

Di Indonesia sendiri, istilah hak paten sudah digunakan sejak zaman penjajahan Belanda, tepatnya sejak
tahun 1840-an. Saat itu, pemerintah Belanda memperkenalkan hukum kekayaan intelektual (HKI)
terhadap kolonial mereka di Indonesia. Bahkan setelah Indonesia bebas dari penjajahan pun, kita tetap
menggunakan hukum hak paten yang diperkenalkan oleh Belanda ini. Tentunya, hak paten di Indonesia
disesuaikan dari masa ke masa, dan sempat berganti sesuai dengan kebutuhan masyarakat di periode
tersebut. Hukum mengenai hak paten bukanlah hal yang cukup sulit untuk dipahami. Grameds yang
memang cukup awam di bidang hukum juga bisa mempelajari hukum hak paten dengan sedikit niat dan
usaha. Buku “Undang-undang Hak Cipta, Paten, Merek“, adalah salah satu buku yang bisa membantu
Grameds terkait pemahaman mengenai hak paten.

Contoh Hak Paten

Jika kita membahas mengenai contoh hak paten, kalian bisa menemukan banyak sekali ciptaan
seseorang yang sudah dipatenkan agar tidak digunakan secara sembarangan. Dan ciptaan ini umumnya
berupa karya ilmiah atau benda-benda berbau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Dalam kasus
B.J. Habibie misalnya, salah satu teorinya bernama teori keretakan atau crack theory, merupakan
sebuah teori yang mampu memprediksi adanya keretakan dalam pesawat terbang. Teori ini berhasil
meminimalisir tingkat kecelakaan armada pesawat, dan B.J. Habibie sebagai pencipta teori ini
mematenkan teorinya agar tidak digunakan sembarangan.

Selain contoh dari B.J. Habibie, masih banyak contoh hak paten lain yang tidak mungkin diulas satu per
satu dalam artikel ini. Untuk menambah pemahaman kalian terkait contoh hak paten, berikut beberapa
contoh hak paten oleh sejumlah sosok terkenal.
1. Hak Paten atas Telepon oleh Alexander Graham Bell

Alat komunikasi telepon merupakan penemuan yang cukup menggemparkan di masanya. Sosok
Alexander Graham Bell memiliki jasa yang amat besar dalam dunia teknologi dan komunikasi, mengingat
keberadaan telepon sangat mempermudah masyarakat untuk berkomunikasi jarak jauh. Temuan
sebesar ini tentu saja layak dipatenkan, karena pengaruhnya yang begitu terasa di masyarakat sekitar.
Alexander Graham Bell akhirnya membuat sebuah perusahaan telekomunikasi bernama American
Telephone & Telegraph Company (AT&T), dan di sanalah hak paten telepon disimpan.

2. Hak Paten atas Bluetooth oleh Jaap Haartsen

Bluetooth merupakan teknologi yang memungkinkan penggunanya untuk memindahkan data dari satu
perangkat ke perangkat lainnya, melalui sinyal radio kecil. Hampir semua perangkat teknologi di era
modern ini memiliki bluetooth, mulai dari HP, laptop, televisi, hingga kamera. Adalah Jaap Haartsen, pria
asal Belanda, yang berhasil mengembangkan teknologi ini. Dirinya sudah beberapa kali mencoba
mematenkan bluetooth, meskipun sempat mendapat halangan dari sejumlah pihak yang mencoba
mematenkan ciptaannya tersebut.

3. Hak Paten atas Vaksin AstraZeneca oleh Sarah Gilbert

Vaksin AstraZeneca adalah salah satu dari sekian banyak vaksin yang beredar di masyarakat, dengan
tujuan untuk meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap virus Covid-19. Adalah Sarah Gilbert, sosok
ilmuwan di balik keberhasilan penemuan vaksin ini. Penemuan penting seperti vaksin AstraZeneca tentu
saja layak mendapatkan hak paten. Meskipun Sarah Gilbert berhasil mendapatkan hak paten tersebut,
dirinya merelakan hak patennya terhadap vaksin ini untuk dilepas, agar masyarakat bisa mendapatkan
vaksin AstraZeneca dengan harga yang lebih terjangkau.

b. Merek

Selain hak paten, merek juga termasuk ke dalam Hak Kekayaan Industri yang mendapatkan
perlindungan hukum, dan bagian dari HAKI. Apa yang dimaksud dengan merek? Lamb (2001)
berpendapat bahwa “Merek adalah suatu nama, istilah, simbol, desain atau gabungan keempatnya yang
mengidentifikasikan produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing”.
Menurut Keller dalam Tjiptono (2005), "Merek adalah produk yang mampu memberikan dimensi
tambuhan yang secara unik membedakannya dari produk-produk lain yang dirancang untuk memuaskan
kebutuhan serupa", Perbedaan tersebut bisa bersifat rasional dan tangible (terkait dengan kinerja
produk dari merek bersangkutan) maupun simbolik dan emosional.

Dari definisi merek menurut kedua tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa merek merupakan suatu
nama, srmbol, tanda, desain atau gabungan di antaranya untuk dipakai sebagai idenutas suatu
perorangan, Organisasi atau perusahaan pada barang dan jasa yang dimiliki untuk membedakan dengan
produk jasa lannya.

Di Indonesia, hak merek dilindungi melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Jangka waktu
perlindungan untuk merek adalah sepuluh tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan
permohonan merek bersangkutan dan dapat diperpanjang, selama merek tetap digunakan dalam
perdagangan Hak Merek

merupakan bagian dari HKI, dan dianggap sebagai "roh" dari suatu produk. Mengapa merek begitu
penting bagi pengusaha? Menurut Keller dalam Tjiptono (2005), manfaat merek hagi produsen, sebagai
berikut:

1) Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan,
terutama dalam pengorganisasian sediaan dan pencatatan akuntansi.

2) Bentuk proteksi terhadap fitur atau aspck produk yang unik.

3) Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih
dan membelinya lagi di lain waktu.

4) Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing,
5) Sumber keunggulan kompeuuf, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra
untk yang terbentuk dalam benak konsumen.

6) Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa dating

Merek memiliki beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.

1) Merek produk

Merek produk atau merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
barang-barang sejenis lainnya. Merek produk yang sukses adalah merek produk yang mampu
mendorong konsumen untuk memilih produk miliknya di atas produk-produk pesaing lainnya

2) Merek pribadi

Merek pribadi merupakan alat pemasaran yang paling populer di kalangan publik figur, seperti politisi,
musisi, selebriti, dan lannya, sehingga mereka memiliki pandangan tersendiri di mata masyarakat.

3) Merek perusahaan

Merek perusahaan adalah merek yang digunakan sebuah perusahaan untuk mengembangkan reputasi
sebuah perusahaan di pasar, meliputi semua aspek perusahaan tersebut mulai dari produk/jasa yang
ditawarkan hingga kontribusi karyawan mereka terhadap masyarakat.

4) Merek regional

Merek regional bertujuan untuk memunculkan gambaran dari produk atau jasa ketika nama lokasi
tersebut disebutkan oleh seseorang.

5) Merek budaya

Merek budaya digunakan untuk mengembangkan reputasi mengenai lingkungan dan orang-orang dari
tempat tertentu.

Seperti halnya hak paten, permohonan perlindungan hak merek harus diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia kepada Direktorat Merek. Seseorang yang ingin mengajukan permohonan
perlindungan mereknya harus mengajukan dengan terlebih dahulu mengisi formulir permohonan yang

sudah disediakan di kantor direktorat Merek. Apabila permohonan diajukan oleh lebih dan satu
pemohon yang secara bersama-sama berhak atas merek tersebut, maka semua nama pemohon
dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.

Contoh-Contoh Hak Merek

Adapun contoh-contohnya brand right yaitu:

 Agar-Agar Swallow Globe Brand dan Cap Bola Dunia.


 Larutan Penyegar Cap Badak dan Cap Kaki Tiga.
 Sepatu Converse All Star & Ball Star Classic.
 Joystick PlayStation SQMY dan Joystick PlayStation SONY.
 Supermi Sedaaap dan Mie Sedaap Wings Food.

PT. WINGS FOOD PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR


PT. SINDE BUDI SENTOSA PT. KINO INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai