Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH HUKUM HAK CIPTA

DISUSUN OLEH,

JUNIO RATU

Nim, 1974201047
KELAS, A2

SEMESTER, 5

FAKULTAS HUKUM

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hak Cipta merupakan salah satu jenis Hak Kekayaan Intelektual, namun hak cipta berbeda secara
mencolok dari Hak kekayaan Intelektual lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas
penggunaan invensi) karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu,
melainkan hak untuk mencegah orang lain yang melakukan. Hak Cipta merupakan hak khusus bagi
pencipta atau pemegangnyan untuk memperbanyak atau menggandakan hasil karya ciptaannya yang
tumbuh bersamaan dengan lahirnya suatu ciptaan. Pencipta berhak pula atas manfaat ekonomi yang
lahir dari ciptaannya tersebut, baik dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Pelanggaran Hak Cipta
itu dihukum sebagaimana yang tercantum menurut Pasal 44 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto
(J.o) Pasal 72 undang-undang No. 19 Tahun 2000.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Hak cipta?

2. Apa sifat Hak Cipta?

3. Bagaimana Perkecualian dan batasan Hak Cipta?

4. Berapa Lama masa berlakunya Hak Cipta?

5. Bagaimana Proses Pendaftaran Hak Cipata?

6. Apa itu Hak Moral dan Hak Ekonomi?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian tentang Hak Cipta

Hak cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil
penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan "hak untuk menyalin
suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi
penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Padaumumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku
tertentu yang terbatas.Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau
"ciptaan".Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya, film, karyakarya
koreografis (tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman suara,lukisan, gambar, patung, foto,
perangkat lunak komputer, siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri. Hak
cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta berbeda secara mencolok
dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan
invensi), karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak
untuk mencegah orang lain yang melakukannya. Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya
mencakup ciptaan yang berupa perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak mencakup gagasan
umum, konsep, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud atau terwakili di dalam ciptaan tersebut.

2. Sifat Hak Cipta

Mengenai sifat-sifat hak cipta, sebagaimana diterangkan pada pasal-pasal dibawah ini

Pasal 1

Hak cipta adalah hak tunggal daripada pencipta, atau hak dari pada yang mendapat hak tersebut, atas
hasil ciptaannya dalam lapangan kesusasteraan, pengetahuan atau kesenian, untuk mengumumkan dan
memperbanyak, dengan mengingat pembatasanpembatasan yang ditentukan dalam undang-undang
(K.U.H.Pt. 570).

Pasal 2

Hak cipta dianggap sebagai barang bergerak. Hak itu pindah dengan warisan, dan dapat diserahkan
seluruhnya atau sebagian. Penyerahan seluruhnya atau sebagian dari hak cipta hanya boleh dilakukan
dengan akte otentik atau akte dibawah tangan. Penyerahan itu hanya mengenai wewenangwewenang,
sebagaimana yang disebutkan dalam akte penyerahan itu atau merupakan akibat mutlak yang timbul
menurut sifat dan tujuan dari persetujuan yang diadakan (K.U.H.Pt. 511, 613, U.U.C, 51).

Karena hak cipta itu merupakan satu kesatuan dengan pemilikanya, yaitu pencipta, demikan juga hak
cipta atas ciptaan-ciptaan yang belum diumumkan setelah pencipta meninggal dunia yang didapat oleh
seseorang, yang memilikinya sebagaib warisan atau sebagai wasiat dari pencipta, tidak dapat disita
(pasal 4 UUHC).
3. Perkecualian dan Batasan Hak Cipta
Perkecualian hak cipta dalam hal ini berarti tidak berlakunya hak eksklusif yang diatur dalam hukum
tentang hak cipta. Contoh perkecualian hak cipta adalah doktrin yang diterapkan pada beberapa negara
yang memungkinkan perbanyakan ciptaan tanpa dianggap melanggar hak cipta. Dalam Undang-undang
Hak Cipta yang berlaku di Indonesia, beberapa hal diatur sebagai dianggap tidak melanggar hak cipta
(pasal 14–18). Pemakaian ciptaan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta apabila sumbernya
disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan terbatas untuk kegiatan yang bersifat
nonkomersialbtermasuk untuk kegiatan sosial, misalnya, kegiatan dalam lingkup pendidikan dan ilmu
pengetahuan, penelitian dan pengembangan, dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang
wajar dari penciptanya. Kepentingan yang wajar dalam hal ini adalah "kepentingan yang didasarkan
pada keseimbangan dalam menikmati manfaat atas suatu ciptaan". Termasuk dalam pengertian ini
adalah pengambilan ciptaan untuk pertunjukan atau pementasan yang tidak dikenakan bayaran. Khusus
untuk pengutipan karya tulis, penyebutan atau pencantuman sumber ciptaan yang dikutip harus
dilakukan secaralengkap. Artinya, dengan mencantumkan sekurang-kurangnya nama pencipta, judul
atau nama ciptaan, dan nama penerbit jika ada. Contoh lain, seorang pemilik (bukan pemegang hak
cipta) “program computer” diperbolehkan membuat salinan atas programcomputer yang dimilikinya
untuk dijadikan cadangan semata-mata untuk digunakan sendiri.

Dalam karya fotografi, hak cipta foto umumnya dipegang oleh fotografer, namun foto seseorang (atau
beberapa orang) dilarang disebarluaskan bila bertentangan dengan kepentingan yang wajar dari orang
yang dipotret. UUHC Indonesia secara khusus mengatur hak cipta atas potret dalam pasal 19–23. Selain
daripada itu, Undang-Undang Hak Cipta juga mengatur hak pemerintahbIndonesia untuk memanfaatkan
atau mewajibkan pihak tertentu memperbanyak ciptaan, berhak cipta demi kepentingan umum atau
kepentingan nasional (pasal 16 dan 18), ataupun melarang penyebaran ciptaan yang “apabila
diumumkan dapat merendahkanbnilai-nilai suatu agama, ataupun menimbulkan masalah, dapat
menimbulkan gangguan atau bahaya terhadap pertahanan keamanan negara, bertentangan dengan
norma,kesusilaan umum yang berlaku dalam masyarakat, dan ketertiban umum” (pasal 17) Menurut
UU No.19 Tahun 2002 pasal 13, tidak ada hak cipta atas hasil rapat terbuka lembaga-lembaga negara,
peraturan perundang-undangan, pidato kenegaraanatau pidato pejabat pemerintah, putusan
pengadilan atau penetapan hakim, ataupun keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan
sejenis lain, misalnya keputusankeputusan dalam memutuskan suatu sengketa. Pasal 14 Undang-undang
Hak Cipta mengatur bahwa penggunaan atau perbanyaka lambang Negara dan lagu kebangsaan
menurut sifatnya yang asli tidaklah melanggar hak cipta. Demikian pula halnya dengan pengambilan
berita aktual baik seluruhnya

maupun sebagian dari kantor berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber

sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.


4. Masa Berlakunya Hak Cipta
Hak cipta berlaku selama pencipta masih hidup ditambah 25 tahun setelah dia meninggal dunia
(pasal 26 ayat 1 UUHC). Sesuai dengan ketentuan bahwa hak cipta mempunyai fungsi social, maka
berlakunya hak cipta ditentukan lebih pendek daripadabyang telah ditentukan dalam undang-undang
lama, dimaksudkan agar hak cipta tersebut tidak terlalu lama berada ditangan orang tertentu. Menurut
U.U.C 1912, pasal 37, jangka waktu tersebut adalah 50 tahun. Jika hak cipta tersebut dimiliki oleh dua
orang atau lebih, maka hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang terlama hidupnya, ditambah
dengan jangka waktu 25 tahun sesudah dia meninggal dunia (pasal 26 ayat 2 UUHC). Jangka waktu 25
tahun tersebut dihitung sejak pencipta yang terlama hidupnya meninggal dunia.
Jika pada suatu ciptaan tidak dicantumkan sama sekali nama penciptanya atau bila
pencantuman itu sedemikian rupa, sehingga pencipta yang sebenarnya tidak diketahui, maka hak
cipta itu berlaku selama 25 tahun sejak ciptaan itu diumumkan untuk yang pertama kalinya (pasal 26
ayat 3 UUHC). Begitu pula jika penciptanya adalah suatu badan hukum (pasal 26 ayat 4 UUHC). Hak cipta
atas ciptaan karya fotografi atau karya seni sinematografi atau ciptaan sejenis, berlaku 15 tahun sejak
ciptaan itu diumumkan untuk yang pertama kalinya (pasal 27bUUHC). Mengenai hal ini ditetapkan
waktu yang lebih pendek dikarenakan karya cipta fotografi atau sinematografi itu aktualitasnya tidak
begitu tahan lama.

5. Pendaftaran Ciptaan
Untuk kepentingan kepastian hukum, sebaiknya semua ciptaan harus didaftarkan. Keuntungan hak
cipta yang didaftarkan adalah bahwa seseorang yang mendaftarkan suatu ciptaan, dianggap sebagai
penciptanya. Jadi, kebenaran dalam hal ini harus dicarindi hadapan hakim, bukan pejabat pendaftar.
Undang-undang menunjuk Departemen Kehakiman sebagai penyelenggara pendaftaran hak cipta (pasal
29 ayat 1 UUHC). Dalam hal ini Departemen Kehakiman mempunyaidua tugas, yaitu:

a. menyelenggarakan pendaftaran penciptaan dalam daftar umum ciptaan

b. mengumumkan secara resmi tentang pendaftaran itu. Mengenai pengumuman itu tidak ditetapkan
dalam pasal ini, tetapi dalam pasal 34 ayat 2 UUHC, yang menentukan bahwa pendaftaran ciptaan itu
harus diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Dalam pasal 29 ayat 2 UUHC
ditentukan bahwa daftar umum ciptaan itu dapat dilihat oleh setiap orang di kantor Departemen
Kehakiman tanpa dipungut bayaran. Berhubungan dengan hal tersebut, maka setiap orang yang
membutuhkan, dapat memperoleh suatu petikan dari daftar umum ciptaan tersebut dengan membayar
biaya administrasi yang besarnya ditentukan oleh Menteri Kehakiman (pasal 29 ayat 3 UUHC. Jadi
menurut pasal 29 ayat 2 dan 3 UUHC, daftar umum ciptaan itu bersifatbterbuka, artinya setiap orang
dapat melihat daftar itu dan dapat pula meminta salinannya (petikannya) dengan membayar uang
administrasi

6. Hak Moral dan Hak Ekonomi


Banyak negara mengakui adanya hak moral yang dimiliki pencipta suatu ciptaan, sesuai penggunaan
Persetujuan TRIPs WTO (yang secara juga mensyaratkan penerapan bagian-bagian relevan Konvensi
Bern). Secara umum, hak moral mencakupbhak agar ciptaan tidak diubah atau dirusak tanpa
persetujuan, dan hak untuk diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak cipta merupakan hak ekslusif,
yang memberi arti bahwa selain pencipta maka orang lain tidak berhak atasnya kecuali atas izin
penciptaan. Pengaturan mengenai hak cipta dimuat dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 yang
bertujuan untuk merealisasi amanah Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dalam rangka pembangunan di
bidang hukum, dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi pencipta dan hasil karya ciptaanya.

Sebagaiman telah diterangkan diatas bahwasanya hak cipta itu memilikiketentuan-ketentuan, tata
cara pendaftaran, sifat-sifatnya, dan lain sebagainya yang tercantum dalam UUHC dengan tujuan untuk
melindungi setiap ciptaan yang telah diciptakan oleh penciptanya agar tidak disalahgunakan oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggungjawab, yang mungkin bisa menyalahgunakan suatu ciptaan untuk
kepentingannya semata

B. SARAN
Agar masyarakat mengetahui pentingnya menghargai HKI dalam kehidupan. Pemerintah harus
memberikan sosialisasi kepada semua masyarakat untuk menghargai hasil karya cipta seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta
Purwsutjipto, H.M.N, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1995, cet. Ke-11
Simorangkir, J.C.T, Hak Cipta, Jakarta: Djambatan, 1973, cet. Ke-2

Anda mungkin juga menyukai