Anda di halaman 1dari 4

BAB III

KESIMPULAN
Hak Cipta dapat didefinisikan sebagai hak eksklusif bagi Pencipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni dan sastra yang antara lain dapat terdiri dari buku, program
komputer, ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu,
serta hak terkait dengan hak cipta. Rekaman suara dan/atau gambar
pertunjukan seorang pelaku (performer), misalnya seorang penyanyi atau
penari di atas panggung, merupakan hak terkait yang dilindungi hak cipta.

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU. No. 28. Tahun 2014, menyatakan bahwa
“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.” Dalam hal ini menurut pengertian berdasarkan pasal 1
angka 1 UU. No. 28. Tahun 2014 ini mempunyai asas deklaratif yang dimana
perlindungan hukum otomatis diberikan saat ciptaan sudah jadi wujudnya
(dilahirkan) tanpa harus mendaftarkannya.
Terdapat 2 macam mengenai pengertian Hak Cipta sebagai pemberian Hak
eksklusif yang diatur dalam UU. No. 28 Tahun 2014 , yaitu
1. Hak Cipta sebagai pencipta (pasal 1 angka (2) UU. No. 28 Tahun
2014) dan pemegang hak cipta (pasal 1 angka (4) UU. No. 28 Tahun
2014
2. Hak Cipta dan Hak Terkait. (Pasal 3 UU. No. 28. Tahun 2014 )

Pada dasarnya Ruang Lingkup Hak Cipta terdapat dalam Pasal 40 ayat (1)
Undang- Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menetapkan secara
rinci ciptaan yang dapat dilindungi, yaitu :
1. Ciptaan Yang Dilindungi Buku, program komputer, pamflet,
perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lain. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang
sejenis dengan itu alat peraga yang dibuat untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan Lagu atau musik dengan atau
tanpa teks Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan,
dan pantomime Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis,
gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan
seni terapan, Arsitektur, Peta, Seni batik, Fotografi, Sinematografi
Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain
dari hasil pengalih wujudan.
2. Ciptaan Yang Tidak Diberi Hak Cipta Sebagai Pengecualian
Terhadap Ketentuan Di Atas, Tidak Diberikan Hak Cipta Untuk Hal-
hal Berikut: Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara Peraturan
perundang-undangan Pidato kenegaraan atau pidato pejabat
Pemerintah Putusan pengadilan atau penetapan hakim Keputusan
badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya.

Berdasarkan UU. No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta


terdapat subjek Hak Cipta, yaitu Pencipta dan Pemegang Hak Cipta.
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU. No. 28 Tahun 2014 Pengertian
pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat
khas dan pribadi. Dalam hal ini Pencipta memiliki hak eksklusif untuk
mengumumkan dan memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara
otomatis setelah suatu Ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi
pembatasan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Maka dari
itu, tidak boleh seorang pun mengumumkan atau memperbanyak
Ciptaan seorang, kecuali dengan izin pemilik atau pemegang suatu Hak
Cipta.
Adapula penjelasan mengenai pengecualian apabila pencipta
terbukti melakukan pelanggaran terhadap UU. No. 28 Tahun 2014
sebagaimana dimaksud dalam pasal 31, yaitu
a) Orang yang disebut dalam ciptaan;
b) Orang yang dinyatakan sebagai Pencipta pada suatu ciptaan;
c) Orang yang disebutkan dalam surat pencatatan ciptaan;
d) Tercantum dalam daftar umum ciptaan sebagai pencipta
Berdasarakan UU. No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta terdapat
dua macam pencipta, yaitu perorangan dan badan hukum.

Berdasarkan pasal 1 angka 3 UU. No. 28 Tahun 2014 obyek


dari hak cipta itu merupakan Ciptaan yang mempunyai arti bahwa
setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi,
kecekatan, ketrampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam
bentuk nyata.
Berdasarkan pengertian pasal diatas terdapat jenis-jenis dari
ciptaan yang diatur dalam pasal 40 angka 1 UU. No. 28 Tahun 2014
yang harus dilindungi oleh hukum, yaitu Ciptaan yang dilindungi
meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
Adapun Ruang Lingkup Hak Cipta berdasarkan ciri-ciri hak cipta yang
diantaranya yaitu:
1) Jangka waktu perlindungan ialah seumur hidup dan tambahan waktu
50 tahun setelah pemegang hak meninggal dunia.
2) Hak cipta didapatkan secara otomatis, tidak ada kewajiban
mendaftarkan. Namun demi kepentingan pencipta atau pemegang hak
cipta surat pendaftaran ciptaan tetap penting, terutama jika da
permasalahan hukum pada kemudian hari.
3) Surat pendaftaran dapat dijadikan sebagai alat bukti awal untuk
menentukan siapa pencipta atau pemegang hak cipta yang lebih berhak
atas suatu ciptaan.
4) Bentuk-bentuk pelanggaran, misalnya terdapat bagian-bagiannya telah
disalin secara sinstantif, memiliki kesamaan, diperbanyak atau
diumumkan tanpa izin.
5) Sanksi pidana yang dikenakan jika terbukti bersalah melakukan
pelanggaran hak cipta, hukuman yang dikenakan maksimum tujuh
tahun dan atau denda lima milyar rupiah.
6) Dilindungi, misalnya ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan
sastra, musik, buku ceramah, seni tari, program komputer dan lainnya.
7) Kriteria benda atau hal-hal yang mendapatkan perlindungan hak cipta
hanya ciptaan yang asli.

Ketentuan yang mengatur tentang hak cipta yang menjadi dasar hukum yang
mengatur tentang hak cipta adalah Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014
tentang Hak Cipta terdapat pada Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28 C ayat (1),
dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hak Cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penggantian Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dengan
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta dilakukan dengan
mengutamakan kepentingan nasional dan memperhatikan keseimbangan antara
kepentingan Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik hak Terkait, dengan
masyarakat serta memperhatikan ketentuan dalam perjanjian internasional di
bidang Hak Cipta dan hak Terkait.

Anda mungkin juga menyukai