Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA


ATAS PEMBAJAKAN MUSIK ATAU LAGU”

Disusun Oleh :
Imei Lorna Carrenina
210710101071
Dosen Pengampu :
Iswi Hariyani, S.H., M.H

Fakultas Ilmu Hukum


Universitas Jember
I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan warisan budaya merupakan salah satu Investasi
yang berperan penting dalam mendorong kemajuan ekonomi kreatif, khususnya dibidang Hak
Cipta. Oleh karenanya, diperlukan perlindungan hukum yang kuat terhadap Hak Cipta agar
para pencipta seni dan sastra maupun musik, terdorong untuk membuat karya-karya baru.
Suatu pencipta memiliki Hak Cipta atas karyanya, baik seni maupun sastra bahkan music
yang memiliki pengaruh besar untuk pembangunan bangsa serta dapat menambah ekonomi
negara, karena Hak Cipta terdiri atas Hak moral dan Hak ekonomi, dimana para pencipta
sudah seharusnya mendapat royalty atas ciptaan karyanya. Kemudian Hak moral yaitu hak
yang sudah melekat pada diri penciptanya yang tidak bisa dialihkan maupun dihilangkan.
Penegakan Hukum Hak Cipta ini sudah seharusnya terwujud dengan harapan dapat
merealisasikan cita-cita hukum yang sudah tertuang dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun
2014tentang Hak Cipta. Akibat dari tidak terlaksananya tujuan hukum hak cipta, timbulnya
para pihak yang mengalami kerugian, baik kerugian ekonomi maupun kerugian moral, faktor
kerugian tersebut adalah adanya pelanggaran hukum hak cipta yang masih kerap terjadi.
Salah satu pelanggaran hak cipta yg masih seringkali terjadi ialah Karya Musik serta Lagu
Bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta bidang musik atau lagu yang terjadi di Negara
Indonesia pada umumnya merupakan counterfeit serta piracy, sedangkan unsur-unsurnya
seperti, merupakan kecenderungan di pokoknya, kecenderungan harfiah, menyiarkan,
mengedarkan serta menjual.
Upaya pemerintah dalam Penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran hak cipta terutama
di bidang musik serta lagu masih kurang maksimal , Pelanggar hak cipta tak hanya bisa
digugat secara perdata untuk menerima ganti rugi terhadap apa yg diderita pencipta yang
berhak, namun pula bisa dituntut sesuai menggunakan Hukum Pidana yang berlaku karena
sudah melakukan tindak kriminalitas pencurian karya sebab pelanggaran hak cipta ini bukan
hanya merugikan kepentingan pihak pencipta saja, namun pula masyarakat juga menjadi
imbas dampaknya.
Setelah diberlakukannya Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang hak cipta menyebabkan
timbulnya konflik tersendiri bagi Pencipta bahkan pemegang Hak Cipta terkhusus terhadap
Pencipta karya lagu. Lagu serta/atau musik yang diedarkan melalui proses illegal akan
merugikan ekonomi pemilik hak cipta sebagaimana tertulis pada Pasal 9 ayat (1) UU HC

Rumusan Masalah
Permasalahan
Wisnu datang ke counter handphone “Irama” untuk mengisi 10 (sepuluh) lagu yang sedang
hits pada handphonenya. Setelah diisi Wisnu membayar Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah)
pada counter tersebut.
a. Bagaimana Tindakan Wisnu menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta?
b. Apakah Tindakan counter “Irama” tersebut termasuk pelanggaran Hak Cipta?
c. Analisa terhadap counter tersebut yang akhirnya digrebek polisi karena diduga
menjual rekaman lagu-lagu illegal,
II. PEMBAHASAN
a. Pelanggaran Hak Cipta menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
Hak Cipta merupakan suatu hak eksklusif yang hanya dimiliki oleh pencipta atau
Pemegang Hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil karyanya maupun informasi
tertentu. Selain itu, hak cipta merupakan “hak untuk menyalin suati ciptaan” atau hak
untuk menikmati suatu karya.
Undang-undang di Indonesia yang mengatur tentang Hak Cipta yang ada pada
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 dan setelah melalui pembaharuan jaman
kemudian diperbarui dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014. Perubahan
Undang-undang ini mempunyai semangat perubahan dengan memperhatikan berbagai
perbaharuan, dan jangka waktu perlindungan hak cipta yang masih jauh.
Berbeda dengan undang-undang lama, kini pencipta dilindungi sampai 75 tahun dan
jangka waktu 75 tahun ini mengikuti sejumlah negara maju, yang awalnya pencipta
dilindungi seumur hidup dan 50 tahun sesudah pencipta meninggal.
Dalam kasus diatas Tindakan Wisnu sudah jelas melanggar Hak Cipta sang Pencipta
musik atau lagu yang telah di belinya di counter toko “Irama” tersebut. Karena
Tindakan yang dilakukan oleh wisnu dianggap merugikan pencipta karena Suatu
ciptaan dapat memberi nilai ekonomis bagi para pencipta dan pemegang izin melalui
penjualannya secara komersial ke pasar. Jika Wisnu melakukan pembelian lagu atau
musik di platform yang tidak resmi maka secara tidak langsung Wisnu juga
merugikan para pencipta, dan Tindakan tersebut sudah pasti tidak dapat dibenarkan.
Selain itu, Perbuatan para pelaku pembajakan Hak ciptasudah pasti melanggar fatsun
hukum yang sudah seharusnya setiap orang memiliki rasa menghargai karya orang
lain dengan cara mematuhi, menghormati, dan menghargai hak-hak orang lain dalam
hubungan keperdataan termasuk karya orang lain yang di klaim sebagai hak milik
oleh ketentuan hukum.1

1
Anonim: Bentuk-bentuk pelanggaran Hak Cipta. http://repository.usu.ac.id/bitstream Di akses pada tanggal 4
Maret 2023
Upaya menghasilkan suatu ciptaan juga melalui banyak proses pemikiran, waktu,
inspirasi, tenaga, dana yang terkuras untuk proses produksi serta kerja keras sehingga
sudah seharusnya hasil karya para pencipta ini mendapatkan perlindungan hukumh
dari setiap bentuk pelanggaran hak cipta yang sudah pasti merugikan kalangan
pencipta. Sebaliknya, pada batas-batas tertentu dalam undangundang hak cipta, maka
hasil ciptaan seseorang dapat dibenarkan diambil orang lain dengan izin atau tanpa
izin pemilik yang bersangkutan. Artinya, ada “nilai sosial” hak cipta yang dapat
diberikan kepada orang lain.
Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 juga diatur bahwa para pencipta dan
pemegang Hak cipta akan mendapatkan hak ekonomi yaitu imbalan atau royalty
terkait produk atau ciptaannya yang akan dikomersilkan dan digunakan untuk
hubungan dinas. Dengan pernyataan tersebut secara tidak langsung Tindakan Wisnu
sangat merugikan pencipta karenanya tidak mendapatkan imbalan royalty dengan
melakukan pembelian Lagu di counter yang melakukan pembajakan lagu-lagu
tersebut.

b. Tindakan Pembajakan Lagu termasuk dalam Pelanggaran Hak cipta


Dalam kasus diatas dapat penulis sampaikan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh
counter “Irama” adalah pelanggaran Hak cipta yaitu melakukan penyebaran lagu
secara illegal atau biasa disebut dengan pembajakan. Perbuatan tersebut tidak hanya
merugikan para pencipta namun juga merugikan pemegang Hak Cipta, yang telah
mengeluarkan modal banyak untuk melakukan produksi rekaman, hal itu juga dapat
merugikan pemerintah yang berkaitan dengan pembayaran pajak.
Pembajakan yang dilakukan oleh counter “Irama” juga dipengharui oleh keinginan
para pasar konsumen counter tersebut, dimana biasanya para konsumen yang ingin
memiliki akses kepada lagu-lagu tersebut namun terhalang oleh platform original
yang aksesnya memerlukan cukup banyak biaya dibandingkan dengan harga yang
dipatok di counter-counter yang menyediakan lagu bajakan. Namun hal itu juga tidak
dapat dibenarkan karena pembajakan merupakan pelanggaran yang harus segera
diatasi dan dihilangkan karena mengingat Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar
1945 bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum dapat diartikan
negara yang penyelenggaran pemerintahannya didasarkan atas hukum (kepastian
hukum). Atas pernyataan itu, karya cipta lagu atau musik yang termasuk dalam Hak
Cipta, Hukum Indonesia juga telah mengatur secara khusus undang-undang tentang
Hak Cipta ke dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Pembajakan rekaman merupakan salah satu bentuk pelanggaran tindak pidana hak
cipta yang tidak boleh dalam undang-undang. Pekerjaannya tersembunyi dan terkesan
seperti mencuri tidak diketahui orang banyak apalagi oleh petugas penegak hukum
serta pajak. Pekerjaan tersembunyi ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari
penangkapan para pihak kepolisian. Pembajak tidak mungkin menunaikan kewajiban
untuk membayar pajak pada negara sebagaimana layaknya rakyat negara yg baik.
Maka dari itu, pembajakan ialah satu dari banyaknya dampak negatif dari kemajuan
iptek pada bidang grafika serta elektronika yg dimanfaatkan secara melawan hukum
(illegal) oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang mencari keuntungan
menggunakan jalan cepat serta praktis tanpa memperdulikan hak-hak orang lain dan
hukum yg berlaku.
Pembajakan yang dilakukan oleh Counter Irama adalah pembajakan sederhana, di
mana suatu rekaman asli dibuat duplikatnya untuk diperdagangkan tanpa seizin
produser atau pemegang hak yang sah. Rekaman hasil bajakan dikemas sedemikian
rupa, sehingga berbeda dengan kemasan rekaman aslinya.
Pembajakan hak cipta merupakan suatu pelanggaran. Berdasarkan rumusan Pasal 72
ayat (1), (2), (3) dan Pasal 73 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun
2002, maka unsur-unsur pelanggaran, adalah sebagai berikut : 1. “barang siapa”, 2.
“dengan sengaja”, 3. “tanpa hak”, 4. “mengumumkan, memperbanyak, menyiarkan,
memamerkan, mengedarkan atau menjual”, 5. “hak cipta” dan “hak terkait”.’
Pelanggaran hak cipta tidak hanya dapat digugat secara perdata untuk mengganti
kerugian yang diderita pencipta yang berhak, tetapi juga dapat dituntut sesuai dengan
hukum acara pidana yang berlaku, karena pelanggaran hak cipta tidak hanya dapat
merugikan kepentingan pribadi dari pencipta, tetapi juga merugikan kepentingan
masyarakat secara keseluruhan. 2

c. Analisa terhadap counter Irama


Dalam kasus diatas counter “Irama” di grebek oleh polisi setelah kemarin memperjual
belikan lagu-lagu hits dengan harga murah, maka dapat penulis simpulkan bahwa
penyebab dari penggrebekan itu adalah penjualan lagu-lagu illegal yang dilakukan
oleh counter Irama, hal tersebut memang sudah sepatutnya terjadi karena berdasarkan
2
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hlm. 61.
uraian dan penjelasan penulis diatas, terkait Analisa pelanggaran Hak Cipta yang
dilakukan oleh counter Irama, mengapa memperjual belikan lagu-lagu tersebut
termasuk dalam hak cipta? Karena, hal tersebut merupakan pembajakan karya original
yang sudah dilindungi oleh Hak Cipta, counter melakukan pembajakan pada lagu
tersebut lalu menyebarkan dan menjualnya secara illegal dengan harga murah. Tentu
saja hal tersebut melanggar Hak Cipta karena sudah jelas dalam Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2014 yang mengatur tentang Hak Cipta.
Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 hak cipta tidak diperbolehkan oleh
orang yang bukan pemegang Hak Cipta, karena tiga hal yakni:
1. Dapat merugikan pencipta/pemegang hak cipta serta Negara, seperti yang sering
terjadi adalah memfotokopi sebagian bahkan seluruhnya karya orang lain kemudian
dijual belikan kepada masyarakat luas tanpa seijin penciptanya;
2. Dapat merugikan kepentingan Negara, misalnya mengedarkan ciptaan yang
bertentangan dengan kebijakan pemerintah baik di bidang keamanan maupun
pertahanan; atau
3. Bertentangan dengan keasusilaan dan peraturan umum, misalnya membajak karya
original kemudian diperbanyak dan menjual video compact disc (VCD);
Meskipun Hak Cipta di Indonesia telah dilindungi oleh Undang-undang Nomor 28
Tahun 2014, dengan harapan setelah diundangkannya Undang-undang tersebut para
pemegang Hak Cipta dapat perlindungan hukum atas hak cipta yang sebesar-besarnya
kepada para pencipta asli maupun pemegang hak cipta lagu dan akan dilindungi
negara dari setiap pelanggaran Hak Cipta yang dapat merugikan maupun
memperoleh hak-hak atas ciptaanya secara maksimal, namun sangat ironis masih saja
banyak oknum-oknum seperti counter Irama yang kurang menghargai karya orang
lain yang kemudian melakukan pembajakan dan terjadinya pelanggaran.
Namun, dengan adanya peraturan Undang-undang tentang Hak Cipta telah dibentuk
dan dirancang semaksimal mungkin hal itu merupakan upaya dari pemerintah untuk
memperkuat perlindungan atas Hak Cipta untuk melindungi karya-karya maupun
ciptaan original pemilik hak, agar hak-hak pencipta dapat terpenuhi baik moral
maupun ekonomi. Dan sudah seharusnya pula oknum-oknum pelanggaran Hak Cipta
untuk diberi sanksi dan ditindak tegas, agar para pencipta tidak dirugikan dan lebih
dihargai Kembali atas ciptaannya.
III. PENUTUP

a. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas yang menganalisa tentang kasus yang terjadi pada
counter Irama, maka dapat disimpulkan bahwa pelanggaran Hak Cipta di
Indonesia masih sering terjadi, kurangnya rasa menghargai ciptaan dan karya
orang lain salah satu penyebab para oknum melakukan pembajakan, Selain itu
pelanggaran hak cipta khususnya karya musik di Indonesia tidak lepas dari
kondisi sosial ekonomi yang ada dimasyarakat karena membeli lagu-lagu bajakan
yang cenderung lebih murah harganya dibanding platform originalnya, karena
sudah ada Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan Hak Cipta
diharapkan mampu membawa perubahan di bidang kekayaan intelektual di
Indonesia.

b. Saran
Berhasilnya perlindungan Hak Cipta , termasuk dibidang karya music atau lagu tidak
hanya berpacu pada Undang-undang saja, namun keberhasilan perlindungan juga
banyak bergantung pada aparatur penegak hukum yang juga berperan penting dalam
hal ini, perlu adanya Tindakan tegas untuk para pelanggar Hak Cipta, melakukan
pemberantasan pembajakan music atau lagu oleh kepolisian.
Daftar Pustaka

Lopes, Fransin Miranda. "Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Di Bidang
Musik Dan Lagu." Lex Privatum 1.2 (2013).
Kezia Regina Widyaningtyas, Tifani Haura Zahra. “Tinjauan Hak Cipta Terhadap Kewajiban
Pembayaran Royalti Pemutaran Lagu dan/atau Musik di Sektor Usaha Layanan Publik” Jurnal
Padjadjaran Law Review, Vol. 9, No. 1, Hlm 2, 2021.
Anonim: Bentuk-bentuk pelanggaran Hak Cipta. http://repository.usu.ac.id/bitstream Di akses
pada tanggal 4 Maret 2023
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hlm. 61.
Syahputra, Rizky, Doddy Kridasaksana, and Zaenal Arifin. "Perlindungan Hukum Bagi
Musisi Atas Hak Cipta Dalam Pembayaran Royalti." Jurnal Semarang Law Review 3.1
(2022).
Jannah, Maya. "Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Dalam Hak Cipta Di
Indonesia." Jurnal Ilmiah Advokasi 6.2 (2018): 55-72.

Anda mungkin juga menyukai