Anda di halaman 1dari 5

Nama : Biqi Darmawan

Kelas : 4 A
Nim : 03200015
Studi : Hukum Kebendaan Perdata

KASUS POSISI
Beberapa saat setelah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 56/2021 tentang
Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik disahkan, Rhoma Irama,
penyanyi dan pencipta lagu dangdut, kalah dalam gugatan terkait royalti lagu
miliknya di Pengadilan Negeri Surabaya pada 16 April 2021. Rhoma
menggugat perusahaan Sandi Record sebesar Rp 1 miliar, karena dianggap
melanggar hak cipta, memproduksi dan mengunggah lagu-lagu ciptaannya ke
Youtube tanpa izin. Kendatipun pihak tergugat mampu membuktikan bahwa
mereka sudah membayar royalti lagu-lagu itu ke Rhoma, namun kasus ini
menjadi menarik, sekaligus menunjukkan bagaimana peliknya urusan royalti
lagu di negeri ini. Kisah Rhoma dan Sandi Record hanya satu dari sekian
banyak kasus serupa yang selama ini tak terbaca secara terbuka. Apabila
Sandi Record adalah sebuah perusahaan rekaman resmi yang memiliki
mekanisme jelas. Permasalahan menjadi sangat kompleks apabila dikaitkan
dengan persoalan royalti atau perlindungan hak cipta.
PERTANYAAN
1. Uraikan dengan analisa hukum saudara bagaimana jika terjadi seorang
musisi menyanyikan ulang lagu ciptaan orang lain di depan publik yang
sifatnya komersial?
Jawaban
Dasar hukum yang digunakan disini adalah Undang-Undang No.19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta “UU Hak Cipta”  mengenai Hak Cipta diatur dalam
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC). Berdasarkan Pasal 1
angka 1 UUHC, Hak Cipta adalah: “hak ekslusif pencipta yang timbul
secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Hak Cipta merupakan
hak ekslusif yang terdiri dari hak ekonomi dan hak moral. Bahwa seorang
yang menyanyikan lagu orang lain dengan tujuan komersil berdasarkan
Pasal 12 ayat (1) huruf d UU Hak Cipta, sementara perlindungan hak cipta
atas rekaman suara disebut pada Pasal 49 ayat (1) dan (2) UU Hak Cipta.
Terutama untuk tujuan komersial, seseorang perlu memperoleh izin
(lisensi) dari pencipta/pemegang hak cipta yang terdiri dari hak-hak
sebagai berikut :
a. Lisensi atas Hak Mekanikal (mechanical rights), yakni hak untuk
menggandakan, mereproduksi (termasuk mengaransemen ulang) dan
merekam sebuah komposisi musik/lagu pada CD, kaset rekaman dan
media rekam lainnya; dan atau
b. Hak Mengumumkan (performing rights), yakni hak untuk
mengumumkan sebuah lagu/komposisi musik, termasuk menyanyikan,
memainkan, baik berupa rekaman atau dipertunjukkan secara live
(langsung), melalui radio dan televisi, termasuk melalui media lain
seperti internet, konser live dan layanan-layanan musik terprogram.
Kemudian  pemungutan royalti atas pemberian performing rights pada
umumnya dilakukan oleh sebuah lembaga. Lembaga tersebut di Indonesia
disebut Lembaga Manajemen Kolektif  (LMK), yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan antara pencipta dan lembaga tersebut. Hak cipta pada
sebuah rekaman suara tidak dapat disamakan dengan, atau tidak dapat
menggantikan hak cipta pada komposisi musiknya yang menjadi dasar
rekaman suara tersebut. Perlindungan hak cipta atas komposisi musik
disebut pada Pasal 12 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta (UU 19/2002), sementara perlindungan hak cipta
atas rekaman suara disebut pada Pasal 49 ayat (1) dan (2) UU 19/2002.
2. Jelaskan bagaimana dengan hak royalti yang harus diterima oleh Pencipta
lagunya?
Jawaban
Berdasarkan pmbagian royalty LMKN dalam penetapan besaran royalti
harus sesuai kelaziman dalam praktiknya berdasarkan keadilan (Pasal 89
(ayat 1) dan (2) UUHC 2014) , Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 yang dimaksud dengan royalti adalah imbalan atas
pemanfaatan hak ekonomi suatu ciptaan atau produk hak terkait yang
diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait. Adanya royalty
menunjukkan penghargaan terhadap jerih payah dan talenta para pencipta
atau pemegang hak cipta, sekaligus memberikan motivasi kepada
pencipta untuk melahirkan ciptaan-ciptaan baru untuk berkarya. Tanpa
royalti, tidak ada penghargaan yang patut kepada pencipta dan akibatnya
proses penciptaan atau kreativitas akan terhenti. arti imbalan yang wajar
yang diatur dalam Pasal 87 (ayat 1) UUHC. LMKN dalam penetapan
besaran royalti haruslah sesuai dengan kelaziman di dalam praktik
berdasarkan keadilan (Pasal 89 ayat (1) dan (2) UUHC). Arti imbalan yang
wajar yang diatur Pasal 87 ayat (1) UUHC juga mengundang tanya yang
tidak terjawabkan UUHC itu sendiri karena batasan wajar setiap pihak itu
berbeda. Wajar menurut LMKN akan berbeda ukurannya dengan pengguna
lagu secara komersial tentang besaran royaltinya

3. Jika Pencipta lagunya telah meninggal dunia, dapatkah royaltinya diterima


oleh ahliwarisnya.
Jawaban
Didalam pasal 16 ayat (2) UU Hak Cipta, kepemilikan hak cipta dapat
beralih atau dialihkan baik seluruh maupun sebagian. Pengalihan hak cipta
ini lazim disebut dengan transfer, yakni pengalihan hak cipta kepada
orang lain, dimana sang pencipta asal melepas haknya kepada orang lain
karena: Pewarisan; Hibah; Wakaf; Wasiat; Perjanjian tertulis; atau Sebab
lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. dapat beralih atau dialihkan” ialah hanya hak ekonominya saja
selama Pencipta tidak mengalihkan haknya. Pengalihan hak ekonomi atas
Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 19
UU Hak Cipta berlaku secara mutatis mutandis terhadap pengalihan hak
ekonomi atas produk Hak Terkait. asal 16 ayat (2), dimana kepemilikan
hak cipta dapat dialihkan baik seluruh maupun sebagian, salah satunya
dengan cara mewaris. Pencipta yang belum, telah, atau tidak dilakukan
Pengumuman, Pendistribusian, atau Komunikasi setelah Penciptanya
meninggal dunia menjadi milik ahli waris atau milik penerima wasiat.
Namun ketentuan tersebut tidak berlaku apabila dilakukan secara
melawan hukum. agi pewaris dalam melaksanakan hak cipta yang bersifat
khusus ini harus dilakukan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pembatasan hal tertentu ini dilakukan agar Pencipta, pemegang
hak cipta, maupun orang lain yang telah diberi izin untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya tadi tidak menggunakan haknya secara
sewenang-wenang. Bila keluarga sedarah dan suami atau isteri yang hidup
terlama tidak ada, maka semua harta peninggalan menjadi milik negara,
yang wajib melunasi utang-utang orang yang meninggal tersebut, sejauh
harga harta peninggalan mencukupi untuk itu. Walaupun telah terjadi
pengalihan Hak Cipta atas seluruh ciptaan kepada pihak lain dan terdapat
orang yang sengaja dan tanpa hak serta persetujuan Pencipta melanggar
hak moral milik Pencipta, maka hal tersebut tidak mengurangi hak
Pencipta maupun ahli warisnya untuk menggugat pihak yang melanggar
tersebut.
4. Bagaimana pula jika pribadi yang menyanyi di Youtube? Dapatkah
dikategorikan sebagai komersial?
Jawaban
Hal ini Jika cover lagu di Youtube dilakukan dengan tujuan komersial
tanpa seizin Pencipta atau pihak terkait mereka merasa keberatan dengan
adanya cover lagu, maka perbuatan meng-cover lagu tersebut menjadi
suatu perbuatan yang melanggar Hak Cipta. Tujuan komersial yang
dimaksud ialah menjual kembali lagu cover ke khalayak ramai. Apabila hal
ini terjadi, pelaku cover haruslah mempunyai lisensi atas lagu tersebut.
Kemudian jika mengcover lagu dilakukan tidak dengan tujuan komersial
dan Pencipta atau pihak terkait tidak merasa keberatan dengan
adanya cover lagu, maka perbuatan meng-cover lagu bukanlah suatu
perbuatan yang melanggar Hak Cipta. Orang yang meng-cover lagu juga
tetap harus menghormati hak dari Pencipta, baik hak moral maupun hak
ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai