Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mutiara Rishela Lukeny Armajaya

Nim : 2017.030.2036

Dosen : Prof. Dr. Hendra Tanu Atmadja SH, MIP, LLM

Soal

1. Hak Kekayaan Cipta mengenai lagu untuk Kasus Lagu batak

Jawaban

Pada dasarnya suatu karya rekaman suara/recorded song adalah derivative works dari suatu karya
cipta lagu yang diciptakan oleh pencipta. Hak untuk memperbanyak dan mengumupulkan atas lagu
tersebut ada di tangan Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Namun dengan adanya pengaturan
mengenai hak Produser Rekaman suara dalam pasal 49 ayat (2) UUHC, maka hak perbanyakan atas
karya rekaman suara tidak lagi dimiliki oleh Pencipta tetapi dimiliki oleh Produser Rekaman suara
baik sebagai akibat dari perjanjian Lisensi maupun perjanjian Pengalihan Hak Cipta. Adapun
terhadap Hak Menlgumumkan sebuah recorded song/karya rekaman suara benlpa tindakan
penjualan, pendistribusian dan penyewaan (making available for public) otomatis jatuh ke tangan
Produser Rekaman Suara berdasarkan adanya perjanjian perbanyakan lagu, karena hal tersebut akan
timbul secara otomatis.sedangkan terhadap pengumuman pada karya cipta lagu berupa tindakan

mendengarkan dan menyuarakan (communicating to the public) tetap ada pada Pencipta atau
pemegang hak cipta, namun hak tersebut dapat dialihkan atau dilisensikan kepada siapapun
termasuk kepada pihak yang bertndak sebagai produser dcngan persyaratan bahwa Pencipta
menyetujui dan mengetahui isi perjanjian yang sebenarnya, sehingga jika hal tersebut terjadi maka
pihak tcrsebut disebut sebagai Produser dan Publisher. Namun sebaiknya hak pengumuman sebuah
lagu berupa tindakan mendengarkan dan menyuarakan (communicating I0 the public) tidak turut
diberikan kepada Produser Rekaman Suara dalam perjanjian Lisensi karena sesuai dengan
pembatasan pada pasal 51 UUHC dimana karya rekaman suara tidak termasuk dalam perlindungan
hak cipta tetapi termasuk dalam perlindungan hak terkait dan pasal 2 UUHC serta pasal 12 UUHC
dikecualikan dari pemberlakuanmutatis/mulandis. Apabila suatu perjanjian Lisensi mengatur tentang
hak pengumuman atas sebuah lagu yang diberikan kepada Produssr Rekaman suara maka hal
tersebut akan menimbulkan ketidakadilan bagi Pencipta dan sudah tidak ada lagi perlindungan
terhadap karya cipta lagu serta menyalahi ketentuan pasal 2 UUHC tentang hak eksklusif pencipta.
Kewenangan dari Produser Rekaman suara akan melebihi kewenangan sebagaimana diatur dalam
UUHC maupun dalam WPPT dimana Produscr Rekaman suara hanya memiliki perlindungan hak
terkait bukan hak cipta. Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa pengumuman dalam pasal l
angka 5 yang mencakup seluruh kegiatan penjualan, pcndistribusian, pendcngaran, dan penyuaraan
akan sangat berbeda pengaplikasiannya dalam industri musik karena perlu dibedakan antara making
available for public kegiatan penjualan dan pendistribusian karya rekaman suara/recorded song)
yang merupakan hak Produser Rekaman suara sefia communicating I0 the public (berupa kegiatan
pengumuman dan pendengaran karya lagu/zmrecorded song) yang sebaiknya harus tetap berada di
tangan Pencipta. Perbedaan antara perjanjian pengalihan hak cipta dcngan perjanjian lisensi yaitu
terletak pada sejauh mana hak ekonomi pencipta berupa hak perbanyakan, hak pengumuman, hak
adaptasi serta hak sinkronisasi diberikan kcpada pihak lain. Apabila semua hak tersebut diberikan
kepada pihak lain untuk selamanya, maka perjanjian yang terjadi diantara kedua belah pihak adalah
perjanjian pengalihan hak cipta dan pihak lain yang menerima pengalihan tersebut dinamakan
sebagai pemegang hak cipta. Apabila tidak semua hak dibenkan kepada pihak lain serta terdapat
jangka waktu tertentu dalam peljanjian, maka perjanjian tersebut dapat disebut waktu tertentu
dalam pmjanjian, maka perjanjian tersebut dapat disebut sebagai perjanjian lisensi hak cipta dan
pihak lain yang Iqknerima hak dari pencipta tersebut disebut sebagai penerima lisensi. Suatu
perjanjian lisensi pembuatan karya rekaman dapat memberikan hak eksklusif perbanyakan dan
pengumuman yang dimiliki pencipta kepada produser rekaman suara sesuai dengan pengaturan
perjanjian lisensi dalam pasal 45 UUHC. Namun sebaiknya pemberian hak mengumumkan ini harus
lebih diperhatikan lagi dalam peljanjian lisensi karena jika hal ini dilakukan maka produser rekaman
suara dapat memonopoli hak ekonomi pencipta. Hal ini akan bcrtcntangan dengan pengaturan
Produser rekaman suara dalam pasal 49 ayat (2) UUHC dimana produser rekaman suara hanya
membutuhkan hak perbanyakan dari pencipta bukan hak pengumuman dalam communicating to
public . Apabila dalam lisensi diberikan seluruh hak sebagaimana terdapat dalam pasal 2 UUHC,
maka pcncipta sudah kehilangan seluruh hak ekonominya, maka hal ini tidak dapat disebut sebagai
peljanjian lisensi namun merupakan peljanjian pengalihan hak cipta. Cara menentukan apakah
sebuah perjanjian itu adalah termasuk ke dalam perjanjian lisensi ataukah perjanjian pengalihan hak
cipta adalah menentukan kriteria jangka waktu perjanjian. Kita harus mclihat jangka waktu
perjanjian yang dibuat oleh kcdua bclah pihak. Jika ada klausula yang menyatakan ’"bahwasanya
perjanjian ini berlaku seumur hidup” maka ini adalah perjanjian pengalihan hak cipta. Perjanjian
lisensi biasanya memuat jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan para pihak. Lingkup
perjanjian juga dapat menentukan kriteria apakah sebuah pejanjian itu adalah termasuk ke dalam
perjanjian lisensi ataukah perjanjian pengalihan hak cipta. Jika lingkup hal yang diperjanjikan adalah
menyangkut seluruh hak ekonomi dari pencipta berupa performing right dan mechanical right
sehingga pcncipta tidak mcmiliki hak lagi tcrhadap karya ciptanya maka perjanjian ini dapat
dikatakan sebuah perjanjian pengalihan hak cipta. Kriteria yang lainnya yaitu masalah pembayaran.
Jika dalam perjanjian ditentukan masalah pembayarannya adalah menggunakan flat pay maka
secara otomatis perjanjian ini adalah pengalihan hak cipta terhadap objek yang diperjanjikan.
Namun sebagai pihak yang membuat perjanjian, kita harus benar-benar menegaskan apakah
perjanjian yang dibuat adalah perjanjian lisensi ataukan perjanjian pengalihan hak cipta agar
scngketa dapat dihindari. Pengaturan mengenai perjanjian pengalihan hak cipta diatur dalam pasal 3
ayat (2) huruf d UUHC, scmentara pcngaturan mengenai peljanjian Lisensi Hak Cipta diatur dalam
pasal 45 UUHC dan secara umum bentuk perjanjian tunduk pada ketentuan yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata buku III.

Saran-saran

1. Apabila suatu saat akan diadakan suatu revisi pengaturan UUHC, maka sebaiknya memperhatikan
rumusan kaidah hak cipta dan hak terkait secara lebih jelas dan tsgas agar tidak terjadi bcrbagai
penafsiran yang rentan konflik. Mengingat terdapatnya kepentingan ekonomi yang bcsar dalam
industri musik sehingga hukum diharapkan dapat memberikan suatu kaidah tentang hak masing-
masing pihak sehingga hukum dapat memberikan keteniban bagi masyarakatnya.

2.Perlu diatur mengcnai perjanjian pengalihan dan pengelolaan sena lisensi penggunaan hak atas
karya cipta lagu berupa standar umum mengenai rumusan-rumusan umum dalam industri musik
rekaman suara sehingga pelaksanaannya tidak menimbulkan ketimpangan diantara para
pihak.Pencipta harus benar-benar memperhatikan kontrak yang diberikan oleh Produser Rekaman
Suara dimana sebaiknya dalam kontrak terdapat jangka waktu penggunaan karya cipta serta
hindarkan adanya jual putus terhadap hasil ciptaan” karya seni mengenai harga kontrak, sebaiknya
diperhitungkan dengan perbandingan nilai jual ciptaan tersebut serta keuntungan yang didapat oleh
produksi rckaman.
3. Perlunya melakukan sosialisasi hukum hak cipta kcpada pelaku industri musik terutama industri
rekaman suara secara memadai karena Produser Rekaman suara kadangkala mengabaikan hak-hak
yang dimiliki oleh pencipta karena didasari oleh kepentingan bisnis saja. Misalkan lagu pencipta Iaris
dipasaran kemudian lagu tcrsebut dibuat menjadi kompilasi, kadangkala produser tidak meminta ijin
kcmbali kepada pencipta, padahal penggunaan lagu ke dalam bentuk kompilasi di dalamnya masih
terdapat hak-hak ekonimis pencipta.

4. Jika dalam suatu perjanjian lisensi hak cipta atas lagu diberikan hak mengumumkan, maka
sebaiknya harus diperhatikan hak ekonomis pencipta atas pengumuman lagu tersebut yaitu berupa
royalty yang sebaiknya tctap dipertimbangkan oleh Produser Rekaman suara maupun Publisher
karena harus diingat lagi bahwa karya cipta lagu adalah hak eksklusif dad Pencipta dan karya
rekaman suara tidak akan dapat dihasilkan tanpa adanya karya cipta Pencipta, maka apapun yang
dilakukan terhadap karya rekaman suara tersebut harus tetap memperhatikan hak ekonomis dan
Pencipta berupa Royalti yang harus tetap diperhatikan. Scrta sebaiknya lisensi yang diberikan adalah
lisensi non-eksklusif dengan jangka Waktu yang singkat, agar penerima lisensi tidak dapat
melisensikan kembali/memberi sub-license pada pihak lain sehingga kepentingan ekonomis dari
pencipta terhadap hak mengumumkan tetap terjaga.

5. Pemerintah seharusnya melihat bahwa perlindungan hak cipta bukan hanya pada plagiat,
piracy,maupun bootlegging. Pelanggaran hak cipta bahkan tak jarang sudah dimulai sebelum lagi
diproduksi misalnya melalui kesalahan dalaln penerapan hukum perjanjian. Pemerintah melalui
Dirjen HKI haruss mensosialisasikan UUHC terutama masalah perjanjian Lisensi dan perjanjian
pengalihan hak cipta kepada user dan pencipta, agar para pihak memahami hak dan kewajibannya
masing-masing sehingga pada nantinya tidak ada substansi kontrak yang melanggar ketentuan yang
ada.

6. Untuk itu perlindungan hukum hak cipta hamslah digerakkan melalui tiga unsur yaitu substansi,
aparatur, dan budaya hukum masyarakat. Sebaiknya sebelum memutuskan perkara, hakim yang
menangani sengketa mengenai hak cipta seharusnya hams menerapkan hukum pembuktian yang
benar. Dimana hakim sebelum menjatuhkan putusannya sebaiknya meneliti terlebih dahulu dimana
letak kesalahan sehingga timbul suatu sengketa. Apakah kesalahan tersebut disebabkan karena
kesalahan pembuatan isi perjanjian, ataukah kesalahan tersebut disebabkan oleh pihak penerima
lisensi yang mcmberikan sub-license tanpa seijin dari pemegang hak cipta.

Anda mungkin juga menyukai