Anda di halaman 1dari 27

BITCOIN SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penelitian ini dilakukan keberadaan bitcoin sebagai alat pembayaran di


Indonesia tidak didukung oleh Bank Indonesia dan menyebabkan kekosongan
hukum. Namun dengan pemakaian bitcoin yang semakin mengingkat di
Indonesia diperlukan adanya regulasi untuk mengatur bitcoin sehingga adanya
perlindungan dan kejelasan hukum mengenai alat pembayaran virtual ini.
Bitcoin sebagai salah satu mata uang virtual berbasis kriptografi yang
digunakan sebagai alat pembayaran oleh komunitas tertentu mengalami
perkembangan yang sangat signifikan sejak kemunculannya tahun 2009. Di
Indonesia bitcoin dapat digunakan sebagai alat pembayaran dalam transaksi
komersial, akan tetapi belum ada regulasi yang mengatur penggunaan bitcoin
sebagai alat pembayaran di Indonesia. Hal ini akan menimbulkan berbagai
permasalahan hukum, antara lain terkait aspek perlindungan hukum,
pengawasan pemerintah terhadap penggunaan bitcoin di Indonesia dan
penerimaan negara. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan
menggunakan metode pendekatan perundang-undangan dan pendekatan
perbandingan. Kemudian seluruh data yang ada diolah secara deskriptif analitis.
Urgensi dari penelitian ini adalah karena belum adanya regulasi yang mengatur
tentang bitcoin sehingga belum adanya kepastian dan perlindungan hukum
Pembayaran dengan menggunakan uang elektronik yang terintegrasi
dengan semua penyedia baik bank maupun non-bank akan membuat banyak
cukup kemudahan bagi masyarakat. Uang elektronik yang menggunakan jenis
chip based maupun server based masih memerlukan peran pihak ketiga untuk
mengatasi persoalan kompatibilitas antar terminal baca elektronik (EDC) agar
dapat saling bertukar informasi nasabah terkait proses debet rekening. Tujuan
dari penelitian ini yaitu melakukan kajian mengenai pemanfaatan teknologi
cryptocurrency dengan menggunakan teknologi bitcoin untuk membangun
sistem pembayaran uang elektronik terintegrasi. Metode penelitian kualitatif
digunakan
dalam penelitian, melalui analisis naratif dan penjelasan berdasarkan sumber
yang dikumpulkan dari berbagai media publikasi. Dengan dibangunnya sebuah
sistem terintegrasi antar penyedia baik bank maupun non-bank, maka dapat
dimungkinkan bagi masyarakat maupun pihak penjual hanya cukup memiliki
satu jenis alat pembayaran yang dapat di gunakan di semua tempat. Teknologi
cryptocurrency dengan menggunakan bitcoin memungkinkan untuk
dibangunnya sebuah sistem terintegrasi yang mampu saling bertukar data dalam
satu jaringan peer-to-peer yang terbatas antar penyedia layanan.
Pada pembangunan yang semakin berkembang, banyak teknologi baru
yang muncul dan menarik perhatian orang banyak, salah satunya adalah
perkembangan teknologi internet. Internet adalah sistem global dari seluruh
jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar Internet
Protocol Suite yang terhubung secara global, dengan internet ini masyarakat
dapat melakukan banyak hal, dari sekedar main-main sampai mengadakan
usaha online. Seiring perkembangannya juga, usaha online ini turut berubah
dalam hal tata cara pembayaran. Pembayaran transaksi online tidak lagi hanya
memakai nominal sejumlah uang, namun memakai alternative pembayaran
yaitu uang virtual yang disebut dengan bitcoin. Bitcoins adalah jaringan
konsensus yang memungkinkan sistem pembayaran baru dan uang yang
sepenuhnya berbentuk digital. Bitcoin merupakan jaringan pembayaran peer-to-
peer desentralisasi pertama yang dikontrol sepenuhnya oleh penggunanya tanpa
ada otoritas sentral ataupun perantara1. Dari sudut pandang pengguna, Bitcoins
serupa seperti uang tunai di dunia internet. Bitcoins tidak dapat diuangkan
namun dapat digunakan untuk membeli kebutuhan barang di internet.
Salah satu transaksi digital yang sedang naik daun adalah Bitcoin.
Menurut www.maxmanroe.com Bitcoin adalah mata uang virtual dengan simbol
BTC yang muncul sejak sekitar tahun 2009 dengan dirintis oleh seseorang atau
sekelompok orang yang menggunakan nama alias Satoshi Nakamoto. Bitcoin
tergolong juga mata uang kripto (cryptocurrency), yaitu jenis mata uang yang
beredar tanpa diatur oleh bank sentral tertentu, tidak dibekingi emas, dan tidak
pula dinaungi oleh negara tertentu. Peredaran dan penggunaannya melalui
media jaringan internet. Dengan Bitcoin ini banyak keuntungan yang diperoleh
dibandingkan dengan uang digital lainnya seperti bitcoin dapat diperoleh tanpa
menukarnya dengan uang asli, nilai harga bitcoins memiliki stadar Internasional
sehinnga nilainya sama dimanapun, waktu transfer yang sangat cepat, dan
Bitcoins tidak dimiliki oleh suatu perusahaan tertentu.
Namun dalam perkembangan bitcoin juga memiliki pro kontra seperti
Rusia dan Islandia yang menyatakan Bitcoins ilegal dan haram karena sulit
dilacak dan berpotensi terjadi pencucian uang, Di China bitcoin beredar bebas
dengan peringatan, mereka memberikan larangan untuk perusahaan-perusahaan,
tetapi masyarakat diperbolehkannya transaksi dengan bitcoin sebagai aktivitas
perdagangan komoditas di internet. Demikian untuk Negara Korea menganggap
bahwa bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik sehingga tidak memiliki indikator
perbandingan. Amerika Serikat dimana bitcoin boleh beredar sebagai transaksi
elektronik. Sementara di Singapura bitcoin boleh beredar namun bank sentral
tak ikut campur atas transaksi dengan bitcoin, tetapi akan mengenakan pajak
karena bitcoin dianggap komoditas. Di Indonesia melalui Bank Indonesia (BI)
Melakukan siaran pers yang diedarkan pada tanggal 6 Februari 2014
menyatakan bahwa bitcoin maupun mata uang virtual currency lainya bukanlah
merupakan mata uang atau alat pembayaran yang sah di Indonesia.[4]
Kemudian Bank Indonesia menghimbau kepada masyarakat agar berhati-hati
terhadap bitcoin dan virtual currency lainnya. Segala resiko terkait
kepemilikannya ditanggung sendiri oleh pemilik atau penggunanya.
Sebagaimana Bank Indonesia ungkapkan juga bahwa mata uang haruslah
memiliki penangguang jaminan dan dasar hukum untuk melindungi pemiliknya
sementara bitcoin dianggap lemah dari sisi penanggung jawaban serta
pengawasannya.
Bitcoin mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan jika digunakan
sebagai mata uang, yakni tidak adanya payung hukum yang mengatur terhadap
peredaran mata uang Bitcoin. Apabila terjadi penyalahgunaan terhadap Bitcoin
seperti pencurian, money laundry, penipuan, dan tindak pidana lainnya tidak
ada satu lembaga pun yang bertanggungjawab. Selain dari pada itu, jika dilihat
dari sisi lainnya, suatu uang harus memenuhi syarat, seperti yang telah
disebutkan oleh Dumairy yakni, diterima secara umum, sebagai alat
pembayaran, dan diakui oleh pemerintah. Bitcoin sendiri, menurut penyusun
belum memenuhi beberapa syarat uang tersebut, yang mana belum adanya
pengakuan dari pemerintah sebagai alat pembayaran, dikarenakan Bitcoin
merupakan suatu fenomena baru oleh sebagian masyarakat di Indonesia. Selain
dari pada itu, Bitcoin sebagai mata uang dan alat transaksi pembayaran di
masyarakat, perlu mendapatkan perhatian khususnya dari Bank Indonesia. Lain
dari pada itu pengawasan yang dulu sepenuhnya dilakukan oleh bank sentral
yaitu Bank Indonesia, sekarang diambil alih oleh OJK (Otoritas JasaKeuangan).
Sehingga Bank Indonesia pun hanya memiliki wewenang untuk mengatur dan
mengontrol peredaran mata uang saja. Sejak sebagian tugas dan wewenang
Bank Indonesia diambil alih oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan), banyak hal
yang belum tercover seperti adanya fenomena baru dalam bidang keuangan
dalam hal permodalan, investasi, peredaran mata uang, dan lain-lain. Selain
belum ada payung hukum terhadap Bitcoin, dan semakin merebaknya transaksi
dengan menggunakan Bitcoin yang dilakukan oleh sebagian masyarakat, dilihat
dari segi keamananannya juga perlu dipertanyakan, maka dari itu perlu ada
aturan dan pengawasan secara khusus terhadap Bitcoin, sehingga masyarakat
tidak akan merasa dirugikan.
Menurut Bank Indonesia sebagai regulator system pembayaran di
Indonesia bitcoins dinilai belum sesuai dengan beberapa undang-undang yang
berlaku dalam dunia perbankan, yaitu Undang-undang no 7 tahun 2011 tentang
Mata Uang dan Undang-undang no. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Dalam undang-undang Mata Uang dinyatakan bahwa mata uang adalah uang
yang di keluarkan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral yang disebut
rupiah, dan dalam Undang-undang Bank Indonesia dinyatakan mata uang yang
sah beredar di Negara Republik Indonesia adalah uang rupiah. Oleh karena itu
dari penjelasan yang telah di jelaskan diatas akan di analisis regulasi bitcoin
sebagai alat pembayaran di Indonesia.
B. Metode Pendekatan
Penulisan hukum ini menggunakan metode analitis dengan pendekatan
yuridis normatif yang dilakukan dngan cara mengkaji ketentuan yang
berhubungan dengan penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran dalam
transaksi komersial sesuai peraturan yang ada di Indonesia.

C. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis, karena hasil penelitian
yng diperoleh dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana implikasi
yuridis terhadap penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran dalam transaksi
komersial di Indonesia
Deskriptif analitis ini diawali dengan mengelompokan bahan dan
informasi yang sama menurut sub-aspek dan selanjutnya melakukan interpretasi
untuk memberi makna terhadap tiap sub-aspek dan hubungannya satu sama lain.
Kemudian setelah itu dilakukan analisis keseluruhan aspek untuk memahami
makna hubungan aspek yang satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan
aspek yang menjadi pokok permasalahan penelitian yang dilakukan secara
induktif sehingga memberikan gambaran hasil secara utuh. Disamping
memeroleh gambaran hasil secara utuh, adakalanya ditetapkan langkah
selanjutnya dengan memerhatikan domain khusus yang menarik untuk diteliti.
Dengan demikian memungkinkan bahwa penelitian berikutnya menjadi lebih
fokus dan tertuju pada masalah yang lebih spesifik.

D.Metode Pengumpulan Bahan Hukum


Penelitian hukum normatif merupakan penelitian kepustakaan yaitu
penelitian terhadap data sekunder. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro, data
sekunder umum yang dapat diteliti adalah data sekunder yang bersifat pribadi
dan data sekunder yang bersifat publik.12 Penulis dalam penelitian hukum ini
mengambil data sekunder yang bersifat publik yang terdiri dari:
1. Bahan Hukum Primer:
a. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
b. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
c. Undang-Undang No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
d. Siaran Pers Bank Indonesia No. 16/6/Dkom Tahun 2014 tentang Pernyataan
Bank Indonesia Terkait Bitcoin dan Virtual Currency Lainnya
e. Inland Revenue Authority of Singapore E-Tax Guide, Goods and Services
Tax Guide for E-commerce (Third Edition, May 2016)
2. Bahan Hukum Sekunder:

Bahan Hukum Sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan


mengenai bahan hukum primer diantaranya abstrak, hasil penelitian dan hasil
karya dari kalangan hukum dan non hukum (politik, ekonomi dan administrasi).
Selain itu bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang
bukan merupakan dokumen resmi, publikasi tentang hukum meliputi buku-
buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar atas putusan pengadilan

E. Teknik Analisis Bahan Hukum


Data yang diperoleh selama penelitian, akan dianalisis dengan
menggunakan metode analisis data yang berupa metode kualitatif. Metode
analisis bahan menggunakan cara deskriptif kualitatif dengan memberikan
gambaran secara khusus berdasarkan bahan yang dikumpulkan secara
sistematis, yaitu membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum untuk
memudahkan analisis dan kontruksi .

G. Rumusan Masalah
1. Apakah bitcoins (alat pembayaran virtual di dunia maya) dikategorikan
sebagai alat pembayaran yang legal di Indonesia mengingat belum ada regulasi
yang mengatur?
2.Bagaimana perlindungan konsumen dan investor di Indonesia terkait dengan
penggunaan Bitcoin di Indonesia sebagai alat pembayaran dan Investasi ?
3. Bagaimana pertanggung jawaban atas Bitcoin di Indonesia?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Uang telah dipergunakan sejak berabad-abad yang lalu dan merupakan


salah satu penemuan umat manusia yang dinilai paling menakjubkan. Dalam
perkembangannya, uang memiliki sejarah yang sangat panjang dan telah
mengalami berbagai perubahan yang sangat besar sejak dikenal oleh manusia.
Oleh karena itu uang dipandang dapat memainkan perannya yang baik sebagai
alat pembayaran yang sah di dalam suatu negara maupun sebagai bentuk simbol
negara yang digunakan sebagai alat pemersatu, atau dapat pula menjadi alat
untuk menguasai perekonomian atau penjajahan oleh suatu negara kepada
negara lain.5 Dengan kata lain, uang dalam kehidupan perekonomian suatu
negara memiliki fungsi yang penting dan strategis, dimana uang bukan hanya
berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah dalam setiap kegiatan transaksi
ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat luas di dalam sebuah negara, namun
uang juga dipandang sebagai suatu alat untuk menunjukkan eksistensi atau
keberadaan dari suatu negara.
Welter B.Wrinson memandang mata uang dari aspek politik dikaitkan
dengan kedaulatan suatu negara. Oleh karena itu, dikatakan bahwa kokohnya
suatu negara antara lain dapat diukur dari kuatnya mata uang dari negara
tersebut. Pandangan dimaksud kekuasaan negara untuk mengeluarkan mata
uang dan menyatakan nilainya Munculnya mata uang yang memiliki fungsi
sebagai alat pertukaran merupakan suatu bentuk respons terhadap timbulnya
hambatan atau kendala dalam penerapan sistem barter di masyarakat. Pada
waktu itu pertukaran barang dengan barang lain secara langsung tanpa
menggunakan alat pertukaran dipandang kurang efektif di dalam
pelaksanaannya karena tenaga dan waktu yang relatif lama dalam prosesnya.
Sehingga dalam kenyataannya tidak banyak terjadi transaksi atau kegiatan
perdagangan yang makin dapat dilakukan apabila sistem barter ini digunakan
sebagai
satu-satunya media dalam melakukan kegiatan pertukaran .
Pada sistem barter murni, salah satu hal yang harus dipenuhi sehingga
pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar adalah adanya suatu keinginan
yang sama diantara masing-masing pihak menukarkan barang tersebut. Tanpa
dibatasi prinsip tersebut, maka dalam praktiknya akan sulit untuk terjadinya
suatu transaksi atau kegiatan barter. Selain itu menemukan orang-orang yang
memiliki keinginan yang sama, sudah tentu bukanlah suatu pekerjaan yang
mudah untuk dilaksanakan karena beragam jenis kebutuhan dari masingmasing
pihak. Maka penerapan prinsip kesamaan akan keinginan dan kebutuhan pada
sistem barter menimbulkan atau
kendala bagi setiap manusia dalam memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam
dari waktu ke waktu.
Oleh sebab itu dilakukan upaya untuk mengatasi tersebut dengan cara
menggunakan barang atau komiditi tertentu secara umum dapat diterima
sebagai alat pertukaran, misalnya menggunakan komoditi atau barang-barang
hasil pertanian, seperti padi, jagung dan gandum. Penggunaan benda-benda
dimaksud sebagai alat penukar didasarkan pada kesepakatan diantara anggota
masyarakat yang menggunakan pada suatu daerah tertentu.
Menurut D. H Robertson, dengan menggunakan barang atau komoditi
tertentu tersebut, maka kita dapat mengartikan “uang” sebagai alat sesuatu yang
diterima secara umum sebagai pembayaran untuk benda-benda atau untuk
melunasi kewajiban-kewajiban lain yang timbul karena dilaksanakannya
sesuatu usaha (bussiness obligation).
Mengingat dalam perkembangan semakin meluas, maka untuk lebih
memperlancar maka kegiatan transaksi pertukaran jual beli dengan
menggunakan benda-benda seperti logam berharga dan bahan kertas sebagai
uang. Seiring dengan penggunaan logam berharga sebagai bahan baku uang,
dalam perkembangannya ternyata kondisi yang turun naik sejalan dengan situasi
dan kondisi yang ada. Sehingga perkembangan peran uang sebagai alat
pembayaran terus mengalami perubahan wujud yaitu dalam suatu bentuk uang
pembayaran cek dan bilyet giro yang memungkinkan pembayaran dengan cara
transfer dana dari saldo rekening antar institusi keuangan khususnya bank. Cek
dan bilyet giro merupakan alat pembayaran paling lama yang digunakan oleh
masyarakat di Indonesia
Cek dan bilyet giro merupakan jenis alat pembayaran non tunai. Seiring
dengan perkembangan teknologi, berbagai instrumen pembayaran non tunai
atau elektronik mulai bermunculan dalam berbagai wujud antara lain: kartu
debet, kartu kredit dan uang elektronik. Sejauh ini seluruh pembayaran
elektronis tersebut masih selalu terkait langsung dengan rekening nasabah bank
yang menggunakannya.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yaitu
meneliti ketentuan-ketentuan hukum dengan menggunakan studi kepustakaan
Penelitian hukum normatif dikonsepkan sebagai apa yang tertulis di dalam
peraturan perundang-undangan (law in book) atau hukum dikonsepkan sebagai
kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap
pantas . Dengan digunakannya penelitian aini peneliti akan menganalisis
kedudukan dan lelegalan bitcoin di Indonesia. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Statuta Approach atau pendekatan perundang-
undangan. Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan melihat isi pasal 1 nomor 1
undang-undang No.7 tahun 2011 tentang Mata Uang, dan pasal 2 (3) Undang-
undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Pendekatan perundang-
undangan dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.
Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Kualitatif yaitu suatu
Metode Analisis data Deskriptif Analitis yang menganalisis tentang undang-
undang yang berlaku yang berkaitan dengan pengaturan bitcoin sebagai alat
pembayaran yaitu dengan menggunakan undang-undang nomor 23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia, Undang-undang no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang.
Alat Tukar/Alat pembayaran dalam hukum Indonesia
a. Sistem Pembayaran Di Indonesia.
Sistem pembayaran dijalankan merupakan bentuk dari tugas Bank
Indonesia untuk menjaga stabilitas rupiah sebagaimana yang diamanatkan
dalam Undang- undang no 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Secara
umum sistem pembayaran memiliki tujuan yaitu dapat mendorong ekonomi
nasional dan dapat meningkatkan aktivitas ekonomi melalui kondisi lingkungan
bisnis yang lebih kondusif serta meningkatkan daya asing dan image
perekonomian nasional sehingga dapat mendorong investor asing masuk ke
Indonesia.
Dalam sistem pembayaran mencakup tentang alat pembayaran, prosedur
perbankan sehubungan dengan pembayaran dan juga sistem transfer dana antar
bank yang dipakai dalam proses pembayaran. Sistem pembayaran dapat
diartikan sebagai tatacara dalam pemindahan sejumlah uang dari satu pihak ek
pihak lainnya yang disebabkan karena adanya transaksi ekonomi. Sehingga
dapat kaitkan dengan alat pembayaran seperti cek, Bilyet Giro, wesel-wesel,
electronic funds transfer, kartu ATM, kartu debet, kartu kredit, dan e-money
atau uang elektronik seperti bitcoins.
Alat pembayaran adalah komponen penting yang ada dalam sistem
pembayaran, maka dari itu dalam sistem pembayaran diperlukan adanya suatu
alat pembayaran untuk menunjang sistem tersebut tetap berjalan.
Sistem pembayaran tidak lepas dari keterkaitan alat atau instrument
pembayaran yang legal digunakan. Alat pembayaran dapat dikatakan sebagai
media yang digunakan dalam pembayaran. Dalam prakteknya masyarakat masih
banyk menggunakan uang tunai dalam melakukan transaksi, namun dalam
perkembangannya selain alat pembayaran cash based terdapat alat pembayaran
baru yaitu dengan non-cash yang dapat digolongkan lagi menjadi paper based
seperti cek dan bilyet giro. Menurut Bank Indonesia,
Alat pembayaran tunai yang banyak digunakan adalah uang, baik dalam
bentuk uang kertas atau uang logam, karena dinilai masih memainkan peran
penting dalam transaksi bernilai kecil Menurut fungsinya uang dapat diartikan
sebagai suatu benda yang dapat ditukarkan dengan benda lain, dapat digunakan
untuk menilai benda lain dan dapat disimpan.
Syarat-syarat sebuah benda untuk dapat dijadikan uang atau alat tukar adalah
benda tersebut harus diterima secara umum atau bersifat acceptability, agar
dapat diakui sebagai suatu alat tukar umum benda tersebut harus memiliki nilai
tinggi atau dijamin keberadaannya oleh pemerintah yang berkuasa. Suatu benda
dapat dijadikan sebagai alat tukar juga harus tahan lama dan tidak mudah
musnah (durability), mempunyai kualitas yang cenderung sama (uniformity),
benda tersebut jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
serta tidak mudah dipalsukan (scarity), bersifat portable atau mudah dibawa dan
mudah dibagi tanpa mengurangi nilai benda tersebut, benda tersebut juga harus
memiliki nilai yang cenderung sama stabil dari waktu ke waktu (stability)
Undang-undang No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang pada pasal 1 ayat (1)
menjelaskan bahwa Mata Uang adalah uang yang dikeluarkan oleh Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Rupiah
Di dalam Undang-undang no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang pasal 11
disebutkan bahwa Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang
berwenang melakukan pengeluaran, pengedaran, dan/atau pencabutan dan
penarikan Rupiah untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta
mencabut, menarik dan memusnahkan uang dimaksud dari peredaran.
Dengan demikian, suatu alat pembayaran dapat dikatakan legal dengan
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
Unsur Keterangan
Kebijakan/Prangkat Hukum Peraturan yang dikeluarkan BI seperti UU
mata uang atau UU BI
Kelembagaan Dikeluarkan oleh Bank Sentral, otoritas lain,
perbankan, lembaga keuangan lain bukan
Bank, kantor pos, operator mobile phone,
perusahaan lain
Bentuk Fisik Alat pembayaran Paper-based & card-based
Dasar Teori
Uang
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai alat tukar
yang dapat diterima secara umum, alat tukar itu sendiri dapat berupa apapun
selama dapat diterima secara umum atau masyarakat dalam proses pertukaran
barang dan jasa (Paganelli, 2012). Sejarah mengenai pergeseran cara
pembayaran dalam hal transaksi tukar menukar barang telah dikenal sejak
jamandahulu. Awal kemunculan dimulai dari system barter dimana setiap orang
melakukan transaksi tukar menukar barang dalam rangka memenuhi keperluan
hidupnya, setelah era ini berakhir muncul era baru dengan menggunakan uang
sebagai alat tukarnya yang menggunakan logam mulia yaitu berupa emas dan
perak. Era ini dikenal sebagai era uang berbasis komoditas (commodity money)
dimana sebuah barang dijadikan penopang yang biasanya berbasiskan logam
mulia seperti emas dan perak.Sedangkan menurut Ólafsson, Ísak Andri B dalam
jurnal “Is Bitcoin money? An analysis from the Austrian school of economic
thought” (Ólafsson & B, 2014) Uang sendiri harus memiliki 3 fungsi utama
yaitu :
1) Sebagai alat tukar
2) Sebagai alat satuan hitung
3) Sebagai alat penyimpan nilai

Uang Elektronik

Rupiah merupakan satu satunya mata uang yang diakui di indonesia dan
wajib bagi seluruh warga negara indonesia untuk menggunakan rupiah dalam
setiap transaksi keuangan. Mata uang rupiah digunakan untuk segala jenis
transaksi apapun di indonesia yang memerlukan alat
pembayaran. Namun Bank Indonesia memberikan kebebasan bagi para pelaku
bisnis untuk
menggunakan mata uang lain selain rupiah yang hanya diperuntukkan dengan
tujuan-tujuan
khusus sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2009 Uang Elektronik
(electronic money) adalah alat
pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

1) Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang
kepada penerbit;
2) Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau
chip;
3) Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektonik tersebut
4) Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit
bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang
mengatur mengenai perbankan. Pemegang adalah pihak yang menggunakan
uang elektronik. Nilai uang elektronik adalah nilai uang yang disimpan secara
elektronik pada suatu media yang dapat dipindahkan untuk kepentingan
transaksi pembayaran dan/atau transfer dana. Penerbit adalah Bank atau
Lembaga Selain Bank yang menerbitkan uang elektronik.

Cyrptocurrency

Sebelum muncul era digital seperti sekarang ini, alat pembayaran berupa
benda fisik baik itu emas, perak maupun uang kartal yang telah banyak
digunakan saat ini. Peranan uang sendiri memiliki 3 fungsi yaitu sebagai alat
pembayaran, satuan unit, penyimpan nilai (Conway, 2014). Berdasarkan jurnal
yang ditulis oleh Joey Conway yang berjudul Beginners Guide to
Cryptocurrencies, pada kisaran tahun 1982, David Chaum dari University of
california pertama kali mempublikasikan mengenai ide pembuatan sebuah
metode pembayaran berbasiskan kriptografi yang dapat menjaga kerahasiaan
data pemiliknya. Dan pada tahun 1990, David Chaum membuat perusahaan
yang diberi nama DigiCash, dengan produk utamanya yaitu membuat sebuah
alat pembayaran menggunakan smart card dan electronic cash (ecash). Jenis
pembayaran digital (virtual currency) terdiri dari 2 macam, yang pertama virtual
currency dalam bentuk uang digital seperti uang yang digunakan pada aplikasi
video game, telkomsel cash, XL tunai, Indosat Dompetku, dan beberapa alat
pembayaran digital lainnya. Jenis virtual currency ini bersifat tersentralisasi,
diatur dan dikelola oleh suatu lembaga maupun perusahaan (Conway, 2014).
Yang kedua adalah virtual currency yang menggunakan teknologi
kriptografi atau dikenal dengan sebutan cryptocurrency dimana untuk setiap
transaksi data akan dilakukan penyandian menggunakan algoritma kriptografi
tertentu. Untuk saat ini baru bitcoin satu-satunya cryptocurrency pertama yang
telah banyak diterapkan dan digunakan secara luas, bahkan banyak sekali
sekarang bermunculan jenis cryptocurrency lain pengembangan dari protokokol
bitcoin.

Teknologi Bitcoin
Konsep dasar bitcoin yaitu membuat system decentralized authority
transaction tanpa adanya pihak ketiga yang dapat melakukan verifikasi dengan
menggunakan konsep digital signature pada setiap transaksi (Nakamoto, 2008).
Koin elektronik merupakan sebuah nilai nominal yang dapat di transaksikan,
dimana koin digital ini merupakan sebuah rangkaian digital signature yang
saling terhubung
BAB III
PENCARIAN FAKTA

Bitcoins sebagai alat pembayaran yang legal di Indonesia

Bitcoin berkembang pesat sejak diciptakan tahun 2009 oleh seorang


individu atau kelompok misterius dengan nama samaran Satoshi Nakamoto,
kurs bitcoin pun melonjak naik seiring banyaknya permintaan. Bitcoin muncul
karena akibat dari Great Recession dan krisis keuangan yang terjadi di tahun
2008, bitcoin merupakan reaksi dari revolusi keuangan yang terjadi selama 20
tahun terakhir. Seperti yang telah diketahui bitcoin adalah alat pembayaran yang
menggunakan peer-to-peer network yang umum di gunakan oleh para
programmer. Bitcoin menggunakan jaringan peer-to-peer atau file-sharing
service karena kita bisa membagi file bitcoin kepada sesama pengguna dengan
media jaringan komputer. Konsep dibalik bitcoin adalah untuk memangkas
biaya yang digunakan untuk membayar makelar yang dibutuhkan dalam
transaksi jual beli konvensional, sehingga dengan memangkas biaya makelar ini
penjual dapat menawarkan barangnya lebih murah. Inti utama dari bitcoin
adalah buku besar umum (global ledger) atau neraca (balance sheet), yang
disebut dengan blockchain. Buku besar umum ini mencatat semua transaksi
yang dilakukan menggunakan bitcoin, dari sejak bitcoin ditambang semua
transaksi dicatat, sehingga hal inilah yang membuat bitcoin tidak mudah
dipalsukan.
Unsur-unsur bitcoin adalah adanya jaringan peer-to-peer, blok,
blockchain dan miners. Jaringan peer-to-peer dalam bitcoin memperbolehkan
pengguna untuk mentransfer sejumlah nilai bitcoin, transaksi ini disimpan
dalam file yang disebut dengan blok, blok-blok ini akan terjalin satu sama lain
sehingga membentuk rantai blok yang disebut dengan blockchain, dan miners
memecahkan formula matematika kompleks untuk membuktikan kepemilikan
bitcoin.
Untuk dapat menggunakan bitcoin sebelumnya pengguna harus mengunduh
wallet atau dompet virtual yang bisa didapatkan dari sumber tertentu. Dompet
virtual ini terdiri dari 3 jenis yaitu dompet perangkat lunak (software wallet),
mobile wallet dan dompet Web (web wallet). Perbedaan dari ketiga wallet
tersebut adalah terletak pada dimana bitcoin itu disimpan. Pada dompet
perangkat lunak atau software wallet, bitcoin akan tersimpan didalam hard drive
yang artinya komputer apapun yang digunakan untuk mengunduh software
wallet ini akan menjadi tempat penyimpanan bitcoin.
Apabila komputer yang digunakanrusak maka bitcoin yang tersimpan
akan ikut hilang. Sedangkan mobile wallet sistem kerjanya sama dengan
software wallet hanya saja media yang digunakan adalah mobile phone. Pada
web wallet menyediakan akses untuk dapat menggunakan bitcoin dimana saja
dengan menggunakan internet. Tak jauh berbeda dengan online banking,
dengan web wallet pengguna dapat melihat jumlah bitcoin yang tersimpan
kapanpun dimanapun. Wallet ini mempunyai fungsi yang sama dengan bank-
bank konvensional lainnya, yaitu melindungi harta nasabah atau pengguna dari
ancaman penjahat, namun wallet juga memiliki perbedaan yaitu tidak
ditanggung oleh pemerintah, apabila sesuatu terjadi pada wallet pengguna
seperti serangan hacker maka bitcoin yang tersimpan didalam wallet tidak bisa
ditanggung resiko oleh pemerintah. Bitcoin merupakan alat pembayaran yang
tidak membutuhkan waktu lama untuk melakukan transaksi karena bitcoin tidak
membutuhkan jasa makelar. Pada mata uang konvensional dibutuhkan prosedur
panjang dan biaya untuk melakukan transaksi.
Penelitian mengenai sistem pembayaran di Indonesia pernah dibahas oleh
Bank Indonesia (Indonesia, 2012), dengan pembahasan mengenai potensi sistem
pembayaran di indonesia akan semakin lebih baik apabila didukung dengan
teknologi informasi, karena
teknologi informasi telah menjadi tulang punggung kegiatan ekonomi.
Dengan hadirnya teknologi informasi, paka proses pembayaran dapat
dilakukan dengan cepat secara elektronik.
Tentunya hal ini akan membawa kemudahan bagi masyarakat, dan
dampaknya perputaran ekonomi akan menjadi efisien dan cepat. Dalam
penelitian lain yang dilakukan oleh Bank Indonesia (Untoro, R, & Wahyu,
2014) juga menyatakan bahwa sistem pembayaran yang baik akan membawa
dampak yang sangat signifikan bagi stabilitas sistem keuangan.
Banyak penelitian yang mengkaji mengenai bitcoin dari berbagai aspek.
Pada penelitian ini, penulis akan coba melakukan kajian mengenai pemanfaatan
bitcoin untuk digunakan sebagai penerapan mata uang rupiah. Penelitian yang
dilakukan oleh (Brander, 2014) mencoba untuk membandingkan mengenai mata
uang bitcoin dengan mata uang amerika serikat yaitu USD. Penelitian tersebut
juga mengangkat mengenai isu-isu yang muncul mengenai pandangan dari
banyak pakar mengenai mata uang bitcoin dengan mata uang selain USD dan
dampaknya terhadap perekonomian suatu negara.
Penelitian yang membahas mengenai era pembayaran digital sudah cukup
banyak digunakan oleh banyak negara seperti system pembayaran internasional
yang banyak seperti Visa, MasterCard, Paypal, American Express, JCB,
Western Union yang dibahas oleh (Evans, 2014).Pada penelitian tersebut
dibahas mengenai sistem pembayaran yang selama ini digunakan sifatnya
sentralisasi atau dikelola oleh pihak ketiga untuk melakukan fungsi pengelolaan
data nasabah yang artinya kesemuanya itu akan sangat tergantung oleh pihak
penyedia. Dengan munculnya teknologi bitcoin menjadi era baru transaksi
pembayaran digital pertama yang dimungkinkan sebuah transaksi pembayaran
dapat dilakukan tanpa tergantung oleh pihak ketiga (desentralisasi). Hal ini
dimungkinkan karena bitcoin menggunakan teknologi jaringan peer-to-peer
dalam mengelola setiap transaksi yang terjadi.

Analisis Sistem Pembayaran Elektronik


Sistem pembayaran elektronik memiliki banyak sekali keragaman istilah
seperti: digital currency, digital money, digital cash, virtual currency, virtual
money, virtual cash, e-money, e-cash, cryptocurrency. Tidak adanya
standarisasi istilah mengakibatkan banyak kesalahanan dalam mengartikan.
Namun pada dasarnya dapat ditarik kesimpulan mendasar yang berkaitan
dengan pemahaman mengenai konsep dari uang elektronik, pertama uang
elektronik yang memiliki karakteristik sebagai akses terhadap rekening di bank
maupun penyedia layanan pihak ketiga, layanan uang elektronik yang demikian
dikenal sebagai access product. Dan uang elektronik yang memiliki
karakteristik sebagai store value, jenis dari uang elektronik store value seperti
layaknya uang kartal atau uang yang digunakan sehari hari oleh masyarakat.
Informasi saldo tersimpan secara langsung didalam sebuah kartu chip, sehingga
tidak diperlukan akses secara online ke penyedia layanan untuk melakukan
otentikasi data, otentikasi hanya di level terminal pembaca saja.Pembahasan
pada penelitian akan lebih difokuskan pada alat pembayaran elektronik dalam
hal ini yaitu uang elektronik seperti yang telah disebutkan oleh Bank Indonesia,
uang elektronik jumlahnya sudah semakin banyak dan beragam, tidak hanya
bidang perbankan yang mengeluarkan produk uang elektroniknya, hingga
pemain selular pun ikut mengeluarkan produk uang elektroniknya. Seperti yang
bisa dilihat pada tabel dibawah, beragam produk uang elektronik yang cukup
banyak digunakan di indonesia.
Dari daftar produk uang elektronik diatas jenis informasi saldo dapat
dikategorikan menjadi 2
bagian yaitu informasi saldo disimpan pada server dan informasi saldo yang
disimpan pada kartu chip. Tentunya dari masing-masing jenis kartu memiliki
kelebihan dan kekurangan masingmasing. Untuk jenis kartu yang berbasis
server, maka data cenderung lebih aman dikarenakan informasi saldo tersebut
disimpan di server. Sehingga bila perangkat tersebut hilang, maka dapat segera
dilakukan pemblokiran akses. Namun sebaliknya, untuk jenis uang elektronik
yang menggunakan media penyimpanan informasi menggunakan chip maka
cenderung tidak aman karena uang elektronik jenis ini seperti layaknya uang
fisik yang dimiliki masyarakat pada umumnya jenis dari uang elektronik ini
adalah uang offline, apabila hilang maka siapapun yang menemukannya dapat
menggunakannya dengan bebas tanpa perlu mengetahui PIN maupun password.
Perangkat pembayaran yang digunakan dalam setiap transaksi finansial terdiri
dari perangkat utama sebagai media simpan data dan perangkat
pembaca sebagai media validasi.

Analisis Uang Elektronik


mengelompokkan menjadi dua bagian terkait dengan uang elektronik.
1) Uang elektronik akses produk (access product) Jenis uang elektronik ini
sudah lama
digunakan yaitu seperti kartu ATM/Debit/Kredit, internet banking, sms
banking. Jenis uang elektronik ini mensyaratkan penggunanya untuk membuka
rekening tabungan terlebih dahulu dan menyimpan sejumlah dana di tabungan
tersebut. Atau menyimpan sejumlah uang
pada penyedia layanan uang elektronik nonbank (penyedia layanan selular)
untuk dilakukan konversi menjadi sebuah nilai elektronik dengan identifikasi
nomor selular calon penggunanya. Selain itu pihak penjual pun perlu
menyiapkan perangkat baca (EDC) yang terhubung secara online, karena perlu
dilakukan verifikasi data nasabah pemegang kartu tersebut. Setiap informasi
transaksi,tidak disimpan didalam kartu nasabah. Akses informasi tersebut
disimpan di database penyedia dan nasabah diberikan akses untuk mengetahui
jumlah saldo yang dimiliki melalui portal online penyedia.
2) Uang elektronik tersimpan (stored value) Yang dimaksud dengan uang
elektronik yaitu jumlah uang kartal yang dimiliki oleh nasabah, nilai uangnya
disimpan pada salah satu penerbit (bank) dalam bentuk digital menggunakan
sebuah media elektronik. Untuk media elektronik informasi tersimpan dalam
bentuk chip. Bentuk uang elektronik tersimpan tergolong lebih mudah, karena
tidak diperlukan akses secara online untuk melakukan validasi data dan
pengecekan saldo. Disatu sisi transaksi jadi lebih cepat, karena tidak diperlukan
sebuah akses
terminal yang terkoneksi secara online ke server bank untuk melakukan
authentication,
namun di sisi lain uang elektronik jenis ini sangat rentan terhadap tindak
pencurian karena tidak dilindungi dengan password dan pengamanan standar
lainnya. Dalam pembahasan selanjutnya pada penelitian ini, peniliti akan
menggunakan istilah uang elektronik dalam setiap penyebutan yang mengacu
pada jenis uang elektronik tersimpan.
Transaksi Uang Elektronik Langsung Uang elektronik memiliki banyak
keunggulan terutama dalam hal kecepatan akses, untuk melakukan transaksi
waktu yang diperlukan tidak lebih dari 2-5 detik dalam kondisi normal. Kondisi
ini tentunya memberikan kemudahan bagi masyarakat yang terbiasa
menggunakan uang kartal, mengingat untuk melakukan setiap transaksi
pembelanjaan, perlu menyediakan uang dengan pecahan kecil yang tentu saja
akan sangat menyulitkan. Faktor keamanan dari jenis uang elektronik ini hanya
mengandalkan enkripsi data standar untuk melindungi informasi yang tersimpan
didalam chip dan pengamanan bagi pemegang kartu agar tidak jatuh ke tangan
orang lain.

Analisis Teknologi Bitcoin


Bitcoin merupakan sebuah konsep, teknologi maupun mata uang yang mengatur
sejumlah
aturan dan prosedur. Bitcoin mengatur sejumlah prosedur terkait dengan :
1) Memastikan bahwa transaksi yang terjadi dilakukan oleh pengguna yang sah
2) Mencegah terjadinya double spending oleh pengguna yang sama (terjadinya
selisih perhitungan nominal saldo)
3) Melakukan pencatatan untuk setiap transaksi yang sedang berlangsung
maupun yang telah
berlangsung
4) mencegah terjadinya perubahan catatan transaksi(ledger) yang dilakukan oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab Peran bank sangat penting sebagai pihak
yang akan membantu melakukan validasi transaksi melalui proses mining.
Setiap bank akan bertindak sebagai miner yang memiliki tugas untuk menjaga
validasi transaksi. Bitcoin akan melakukan perlindungan data secara
matematika yang akan dilakukan oleh miner yang terhubung ke jaringan
Analisis Data
Setiap informasi yang diperlukan untuk melakukan transaksi pembayaran,
memerlukan
sejumlah data yang dapat diakses secara bersama oleh seluruh penyedia layanan
yang tergabung dalam jaringan. Peneliti menggunakan istilah shared access
data untuk menyebutkan sebuah catatan rinci mengenai transaksi yang terjadi.
Istilah ini diambil dari konsep dasar blockchain pada bitcoin yang berisi
rekaman semua transaksi. Data ini nantinya akan tersimpan pada semua
penyedia yang tergabung dalam jaringan untuk dilakukan proses validasi
transaksi.
Analisis Perbandingan
Teknologi cryptocurrency menggunakan bitcoin menawarkan alternatif
teknologi yang cukup canggih, sehingga apabila berhasil diterapkan maka
efisensi dapat tercapai. Berikut table perbandingan antara sistem uang
elektronik yang saat ini digunakan dengan konsep uang elektronik
menggunakan teknologi cryptocurrency.
BAB III
PENCARIAN FAKTA

Dari sistem pembayaran tersebut kriptografi memiliki peran yang


penting dalam hal pengamanan, kerahasiaan dan autentikasi, beberapa sistem
pengamanan terhadap sistem pembayaran dapat dibagi menjadi dalam beberapa
bentuk yaitu Sistem Tanpa Kriptografi, sistem ini tidak menggunakan
kriptografi sama sekali berarti bergantung pada keamanan diluar jaringan
seperti konfirmasi melalui faks sebagai bukti otorisasi, selain itu dalam
kegiatan virtual data yang dikirim dalam sistem ini sangat rentang karena tidak
terlindungi Sistem selanjutnya adalah sistem Shared-key cryptography, sistem
ini mendasarkan autentikasi pada kriptografi diterbitkan oleh seorang verifier
dan seorang prover kedua pihak ini saling membagi rahasia seperti kunci DES
atau kata kunci. Terakhir adalah tanda tangan digital pada sistem kunci publik,
autentikasi pada sistem ini didasarkan pada kriptografi kunci publik dan para
pihak harus memiliki tanda tangan digital rahasia serta sertifikat resmi yang
diterbitkan oleh otoritas. Dari bentuk sistem yang dijelaskan sebelumnya dapat
terlihat kriptografi memiliki peran penting dalam memberikan otentifitas dan
kerahasiaan dalam transaksi melalui media elektronik.
Dasar alogaritma pada sistem Hash yang digunakan dalam Bitcoin adalah
SHA-256.Dalam Bitcoin teori kriptografi yang relevan yaitu teori Ralph
Merkle, pada tahun 1982 Merkle mengembangkan sistem yang memungkinkan
secara efisien untuk menverifikasi struktur data yang besar melalui struktur
pohon hash sistem ini dapat digunakan untuk memverifikasi non-reputability
dari datum, tapi untuk struktur data yang besar akan sangat memakan waktu
untuk melakukan fungsi hash pada setiap datum yang kemudian oleh Merkle
dilakukan penyusunan datum kedalam struktur pohon hash (di mana setiap
node adalah hash ) sehingga pemeriksaan hanya dilakukan pada hash yang
paling atas dari struktur pohon daripada setiap node untuk memastikan non-
reputability. Metode pohon hash ini biasanya digunakan untuk memastikan
integritas data dan ketika digunakan dalam kriptografi, hash berfungsi untuk
memeriksa setiap pesan untuk di autentifikasi.
Tanda tangan buta (blind signatures) adalah konsep yang ditemukan
oleh Chaum,sistem ini bertujuan memberikan kemungkinan sistem pembayaran
dengan uang tunai namun dengan anonimitas keamanan uang digital (seperti
Bitcoin). Dengan menggunakan kriptografi kunci publik Chaum mengusulkan
sebuah sistem yang menjamin:

a)ketidakmampuan pihak ketiga untuk menentukan informasi tentang


penerima pembayaran.
b)kemampuan individu untuk memberikan bukti pembayaran.
c) kemampuan untuk menghentikan pembayaran bila diperlukan.

Chaum membayangkan setara digital dari amplop kertas dilapisi


dengan kertas karbon. Dengan menulis tanda tangan di bagian luar
amplop kedua yang "buta" sehingga tanda tangan juga terdapat di amplop
lainnya. Chaum memberikan contoh tentang voting menggunakan suara
rahasia, dalam metode ini tanda tangan buta dikirim ke pemilih tersebut yang
kemudian dikeluarkan dari amplop lalu ditandatangani oleh pemilih dan
dikirimkan kembali ke pemilih dalam amplop baru dengan demikian hanya
pemilih yang melihat tanda tangannya, sehingga jika sengketa terkait suara
timbul maka tanda tangan dapat dikonfirmasi terhadap tanda tangan di amplop
namun tetap menjaga setiap suara anonim.Angka biner yang berubah-ubah
berguna untuk banyak komputer namun pada sistem uang tunai elektronik
membutuhkan kualitas yang berlawanan: uang perlu dibuat padat, lambat, dan
tidak dapat ditiru. Teori ini diusulkan dan dikembangkan oleh Adam Kembali
pada 1997 untuk membatasi email spam,Teori yang terkait pada kriptografi
Bitcoin adalah teori Hal Finney yang memperluas konsep bmoney dan
Hashcash dengan menyarankan formalisasi bukti mekanisme kerja (proof of
work ), skema ini memungkinkan penggunaan kembali dan pertukaran token
(digest hash).

Konsep ini kemudian dikembangkan lagi oleh Nick Szabo yang


kemudian mengembangkan konsep untuk memahami sistem yang akurat untuk
menghitung kesulitan dari proof-of-work terkait dengan konsep alat
pembayaran dengan itu dimungkinkan uang diproduksi ( hash digests) untuk
dipertukarkan dan digunakan kembali.

Secara teori syarat-syarat dari suatu uang antara lain:


a)Mudah Dibawa (portability)
b)Tahan Lama (durability)
c) Dapat dipecah menjadi unit-unit yang lebih kecil (divisibility)
d) Dapat distandarisasi ( standaribility)
e) Diakui (recognizability)
f) Nilainya stabil (stability of value)

Bitcoin tidak memenuhi berapa syarat dari syarat-syarat tersebut, pertama


Bitcoin tidak dapat di standarisasi, Bitcoin merupkan program yang bersifat
terbuka (opensource) dan Bitcoin dijalankan berdasarkan partisipasi publik,
tidak ada otoritas sentral yang dapat mengatur Bitcoin sehingga secara teori
setiap orang yang mengerti pemograman dapat mengubah kode pemograman
Bitcoin asalkan mendapat dari persetujuan dari setiap komputer yang sedang
menjalankan program ini, oleh karena hal tersebut tidak mungkin untuk
melakukan standarisasi atas Bitcoin.
Syarat kedua yang tidak dipenuhi oleh Bitcoin adalah diakui, setiap uang
harus diakui oleh otoritas yang berwenang, Rupiahmerupakan uang dan
memiliki nilai karena negara yang mempunyai kuasa menjamin bahwa Rupiah
dapat ditukarkan dengan barang dan jasa di wilayah Republik Indonesia oleh
karena itu syarat pengakuan adalah syarat yang paling penting dalam
keberadaan suatu uang, pengakuan membedakaan atara kertas biasa dan uang,
Bitcoin merupakan program yang diciptakan oleh tokoh anonimus dan bahkan
telah dilarang di beberapa negara seperti Tiongkok, oleh karena itu Bitcoin tidak
memenuhi syarat ini.
Syarat terakhir yang tidak dipenuhi oleh Bitcoin adalah nilai yang stabil,
nilai Bitcoin terus berubah-ubah dan didasarkan pada spekulasi semata tanpa
ada faktor penentu yang pasti atas nilainya, nilai pasarnya bisa berubah dari
USD 1.300 pada Sepetember 2013 menjadi sekitar USD500 pada Juli 2014 dan
nilai tersebut terus turun dan naik sesuai dengan spekulasi masyarakat, uang
harus memiliki nilai yang stabil agar dapat diadikan alat pembayaran oleh
karena itu Bitcoin tidak memenuhi unsur ini. Bitcoin tidak memenuhi syarat
uang secara teori dan UU Mata Uang hanya mengakui Rupiah sebagai alat tukar
yang sah, dan berdasarkan UU Mata Uang Bitcoin tidak dapat dikatakan sebagai
uang. Selain tidak dapat dikatakan sebagai uang Bitcoin juga tidak dapat
dikatakan sebagai uang elektronik, PBI tentang Uang Elektronik mensyaratkan
bahwa:
a)Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang
kepada penerbit.
b)Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau
chip
c) Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang eletronik tersebut.
d)Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit
bukan merupakan simpanan sebagai mana yang dimaksud dalam undang-
undang yang mengatur mengenai perbankan. Bitcoin terus diproduksi melalui
proses Minning dengan mengikuti alogaritma yang ada, sebuah uang elektronik
harus diedarkan berdasarkan uang yang disetor sehingga Bitcoin tidak tepat
dikatakan sebagai uang elektronik.

Selain tidak memenuhi syarat sebagai uang karena Bitcoin tidak


memenuhi persyaratan dalam peraturan perundang-undangan, Bitcoin juga tidak
dapatdikatakan sebagai uang karena Bitcoin bukan benda, Bitcoin merupakan
merupakan merupakan bagian dari cryptocurrencymerupakan sistem informasi
yang digunakan oleh beberapa orang sebagai alat pembayaran dan investasi,
secara yuridis Bitcoin tidak dapat dikatakan sebagai benda karena tidak
memenuhi beberapa persyaratan hukum untuk dapat digolongkan sebagai
benda, unsur-unsur kebendaan menurut para ahli, yaitu:
a)Dapat dikuasai manusia,
b)Dapat diraba maupun tidak,
c)Dapat dinilai dengan uang atau setidak-tidaknya berhargauntuknya, dan
d)Merupakan satu kesatuan serta bersifat mandiri.

Bitcoin memenui unsur pertama karena Bitcoin dapat dikuasai, Bitcoin


menggunakan sistem kriptografi dalam penguasaanya dan menjamin
keotentikannya, setiap pengguna Bitcoin memiliki dua kunci yaitu kunci publik
dan kunci privat, krioptgrafi pada Bitcoin ini memastikan keotentikan dari
Bitcoin dengan memastikan hanya pengguna yang mengetahui kunci privat saja
yang dapat mengakses Bitcoin yang disimpannya dalam dompet digital, selain
itu kriptografi pada Bitcoin juga memastikan keunikan setiap penggunanya
dengan penggunaan kunci kriptografi yang unik untuk setiap pengguna melalui
fungsi penurunan kunci key derivation functiondengan menggunakan parameter
input yang unik dari pengguna.
Syarat kedua dari kebendaan adalah dapat diraba ataupun tidak, Bitcoin
adalah serangkaian bahasa pemograman komputer yang dienkripsi
menggunakan kriptografi untuk mencegah modifikasi tanpa hak atas kriptografi
Bitcoin dan Bitcoin tidak memiliki wujud fisik, Bitcoin dapat dikategorikan
sebagai suatu hak karena penguasaan atas suatu token Bitcoin dapat
menyampingkan orang lain atas token Bitcoin tersebut.
Bitcoin memenuhi unsur ketiga karena meskipun Bitcoin tidak memiliki
nilai inheren namun Bitcoin telah dikomersialisasi dan digunakan sebagai alat
pembayaran serta spekulasi atas nilainya.
Unsur keempat merupakan suatu kesatuan yang bersifat mandiri, unsur
ini tidak terpenuhi oleh Bitcoin, meskipun setiap token Bitcoin dapat disimpan
dalam dompet digital/
virtual namun Bitcoin sendiri tidak dapat terlepas dari sistem Bitcoin secara
keseluruhan, sistem Bitcoin ini berjalan secara peer-to-peer sehingga
membutuhkan partisipasi masyarakat dalam keberadaanya, oleh karena itu jika
dalam suatu kondisi dimana tidak ada lagi masyarakat yang berkontribusi dalam
sistem ini maka token Bitcoin yang ada menjadi tidak berguna, oleh karena itu
Bitcoin merupakan satu kesatuan dari sistemnya dan tidak bersifat mandiri.
Unsur-unsur tersebut diatas bersifat kumulatif sehingga harus terpenuhi seluruh
unsur yang ada untuk dikatakan sebagai suatu benda, Bitcoin yang tidak
memenuhi seluruh unsur tersebut tidak dapat dikatakan sebagai benda.
Selain syarat tersebut syarat benda dalam PP PSTE bahwa dalam
penyelenggaraan Sistem Elektronik yang ditujukan untuk Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang dapat dipindahtangankan, Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik harus unik serta menjelaskan
penguasaan dan kepemilikannya, meskipun sistem Bitcoin menggunakan
kriptografi dalam menjami keotentikan dari suatu token Bitcoin namun sistem
ini tidak memberikan identitas hukum yang jelas dalam suatu Bitcoin, tidak ada
sistem registrasi yang membuat tanda tangan digital dalam sistem ini nirsangkal
sehingga sistem Bitcoin tidak memenuhi syarat dalam PP ini.
Pelaku usaha yang menawarkan barang/jasa pada konsumen memiliki
kewajiban pelaku usaha yang diatur dalam UU perlindungan konsumen. Di
Indonesia telah ada pelaku usaha yang menawarkan jasa dalam menukarkan
produk Bitcoin, pelaku usaha yang menawarkan jasa ini jika menjual kepada
pembeli yang merupakan konsumen akhir terikat kepada UU Perlindungan
Konsumen, konsumen memiliki hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta
mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
serta
jaminan yang dijanjikan, hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan
konsumen dan juga hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya, pelakuusaha memiliki tanggung jawab secara
pidana dan perdata dalam memenuhi hak konsumen tersebut jika barang/jasa
yang ditawarkannya tidak sesuai dengan kondisi, jaminan,
keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket,
atau keterangan
barang dan/atau jasa tersebut dengan tujuan agar memberi jaminan kesesuaian
peruntukan (fitness for particular purpose).

Mereka yang menggunakan, menyelanggarakan dan menawarkan


barang/jasa terkait Bitcoin memiliki tanggung jawab hukum sesuai dengan
peran masing-masing, selain itu regulator yaitu negara juga memiliki tanggung
jawab pada rakyatnya dalam edukasi dan perlindungan terhadap sistem
informasi seperti Bitcoin, mereka yang menggunakan Bitcoin dapat diancam
dengan ketentuan pidana, Pasal 33 ayat (1) UU No.7 Tahun 2011 tentang Mata
Uang melarang:

a)setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;


b)penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan uang; dan/atau
c)transaksi keuangan lainnya

Sehingga mereka yang menggunakan Bitcoin dalam melakukan hal yang


disebut diatas dapat diancam dengan ketentuan Pidana Pasal 15 ayat (1) UU ITE
mengatakan Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan
Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap
beroperasinya Sistem Elektronik sebagaimana mestinya, penyelenggara Bitcoin
pada dasarnya adalah mereka yang melakukan proses Minning sehingga sistem
Bitcoin dapat berjalan, secara teori mereka yang berpartisipasi dan menjadi peer
dalam sistem tersebut sehingga mereka yang digolongkan sebagai
penyelenggara wajib untuk memenuhi persyaratan yang terdapat dalam UU ITE
dan PP
PSTE, bila penyelenggara tidak memenuhi syarat tersebut maka dapat dikenai
sanksi
administratif sesuai dengan padal 84 PP PSTE.

Negara sebagai regulator memiliki peran pengawasan dan memberi


perlindungan konsumen, Bank Indonesia telah mengeluarkan peringatan atas
penggunaan Bitcoin sebagai upaya perlindungan konsumen dan Kementrian
Komunikasi dan Informasi memiliki kewajiban dalam melakukan pengawasan
atas sistem informasi Bitcoin dan memiliki kewajiban administratif dalam
memastikan Bitcoin yang merupakan sistem elektronik yang bersifat publik
untuk mendapat sertifikasi.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan:

1 .Bitcoin dan variasinya sering dikatakan sebagai “cryptocurrency” atau


mata uang kripto karena diklaim dapat digunakan sebagai alat tukar/alat
pembayaran atas suatu jasa atau benda, meskipun dikatan sebagai mata uang
Bitcoin tidak memenuhi syarat sebagai suatu alat pembayaran baik secara teori
ataupun secara undang-undang.

2. Pelaku usaha yang menawarkan barang/jasa pada konsumen memiliki


kewajiban pelaku usaha yang diatur dalam UU perlindungan konsumen. Di
Indonesia telah ada pelaku usaha yang menawarkan jasa dalam menukarkan
produk Bitcoin, pelaku usaha yang menawarkan jasa ini jika menjual kepada
pembeli yang merupakan konsumen akhir terikat kepada UU Perlindungan
Konsumen, konsumen memiliki hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta
mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
serta jaminan yang dijanjikan, hak untuk mendapatkan pembinaan dan
pendidikan konsumen dan juga hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi
dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya, pelaku usaha memiliki tanggung
jawab secara pidana dan perdata dalam memenuhi hak konsumen tersebut jika
barang/jasa yang ditawarkannya tidak sesuai dengan kondisi, jaminan,
keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket,
atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut dengan tujuan agar memberi
jaminan kesesuaian peruntukan
(fitness for particular purpose).
3. Mereka yang menggunakan, menyelanggarakan dan menawarkan
barang/jasa terkait Bitcoin memiliki tanggung jawab hukum sesuai dengan
peran masing-masing, selain itu regulator yaitu negara juga memiliki tanggung
jawab pada rakyatnya dalam edukasi dan perlindungan terhadap sistem
informasi seperti Bitcoin.

4. Bitcoin terhambat oleh tidak adanya regulasi dari pemerintah dan tidak
ada hukum yang melindungi pengguna bitcoin sehingga apabila terjadi sesuatu
pada para pengguna seperti kehilangan bitcoin, para pengguna tidak dapat
meminta pertanggungjawaban kepada pemerintah.
5. Penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran di Indonesia semakin
meningkat dan tidak dapat dibendung, maka untuk menghindari tindak pidana
yang melanggar undang-undang dan bersifat merugikan penggunaan bitcoin
perlu adanya regulasi yang mengatur baik dari pemerintah atau dari Bank
Indonesia.
6. Pemerintah indonesia bisa mengambil tindakan atas hal ini yaitu
meregulasi bitcoin dengan pengenaan pajak atas segala transaksi yang
menggunakan bitcoin sebagai alat pembayaran untuk menghindari terjadinya
tindak pidana pencucian uang atau kegiatan terorisme. Indonesia dapat
mencontoh Singapura dengan meregulasi bitcoin dengan pengenaan pajak. Hal
ini dapat mencegah tindak pidana yang dilarang oleh undang-undang dan juga
dapat membantu meningkatkan perekonomian Indonesia karena apabila
transaksi bitcoin ini meningkat tiap tahunnya maka pajak atas bitcoin ini akan
meningkat pula sehingga dapat menambah pendapatan Negara dari hasil pajak
pengenaan pada transaksi bitcoin.

Saran

1. Bitcoin dan “cryptocurrency” lainnya merupakan fenomena yang


mendapat perhatian besar oleh publik, penggunaan atas Bitcoin dan variannya
pun memiliki potensi cukup besar sehingga, meskipun fenomena ini sudah
berjalan mulai dari tahun 2009 namun pemerintah atau otoritas yang
berwenang dalam mengatur Bitcoin ini belum mengambil posisi yang jelas
dalam pengaturan Bitcoin, melihat beberapa fakta yang ada diantara lain Bitcoin
merupakan sistem informasi yang bersifat seperti uang dan dilindungi oleh
kriptografi serta memiliki dampak negatif dalam pencegahan tindak pidana
pencucian uang serta pendanaan terorisme serta potensi kejahatan lainnya Bank
Indonesia selaku regulator seharusnya melarang penggunaan Bitcoin secara
tegas.
2. Bagi pemerintah diharapkan dapat mengambil tindakan terhadap
pengaturan bitcoin sebagai alat pembayaran dengan mengeluarkan regulasi
tentang pengaturan bitcoin sehingga jelas kedudukannya dan masyarakat yang
menggunakan dapat mendapatkan perlindungan hukum.

3. Bagi masyarakat diharapkan untuk dapat lebih berhati-hati dalam


pemakaian bitcoin sebagai alat pembayaran selama belum ada regulasi dari
pemerintah atau Bank Indonesia karena tingkat sekuritas yang lemah
disebabkan belum adanya perlindungan hukum.

DAFTAR PUSTAKA
Bryan A.Garner, Black‘s Law Dictionary ninth edition, Minnesota: West
Publishing CO,
2009.
Makarim, Edmon. Pengantar Hukum Telematika suatu kajian kompilasi.
Jakarta: Rajawali
Pers, 2005. Makarim, Edmon, Tanggung Jawab Penyelenggara Sistem Hukum.
Jakarta: PT. Rajagrafindo persada, 2010.
Mandala Manurung, Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi
Moneter : Kajian
Kontekstual Indonesia, Jakarta: Penebitan Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2004.
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian. Bandung:
Citra AdityaBakti, 1995.
Ludlow, Peter, ed. Crypto anarchy, cyberstates, and pirate utopias. Oxford: MIT
Press, 2001.
Sri Redjeki Hartono,Kapita Selekta Hukum Ekonomi Bandung: Mandar
Maju,2000.
Robling Denning, Dorothy Elizabeth. Cryptography and data security.Addison-
Wesley
Longman Publishing Co., Inc., 1982
Margono, Suyud. Aspek Hukum Komersialisasi Aset intelektual. Bandung:
Nuansa Aulia,
2010.
Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen. Hukum Perdata: Hukum Benda. Yogyakarta
Liberty, 1981.
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa, 2001.
Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa, 2002.
Widjaja, Gunawan. dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen.
Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Jerry J. Phillips, Products Liability in a nut shell, St. Paul: Minn, West
Publishing Co, 1993.
Analisis yuridis..., Aby Haryono, FH UI, 2014
Inosentius Samsul, Hukum Perlindungan Konsumen Kemungkinan Penerapan
Tanggung
Jawab Mutlak, Jakarta: Universitas Indonesia, Fakultas Hukum, Pascasarjana,
2004.
II.Penelitian Asokan, Nadarajah, et al. The state of the art in electronic payment
systems.
IBM Zurich Research Laboratory.1997.
Allison Nathan, All About Bitcoin, Goldman Sachs Global Investment
Research, 2014.
David Woo, Ian Gordon, Bitcoin: a First Assessment, Bank of America Merril
Lynch, 2013.
Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia,
Perspektif Virtual Currency Sebagai Mata Uang Alternatif, Bank Indonesia,
2013.
European Central Bank, Virtual Currency Schemes, European Central Bank,
2012.
Peter Surda, Economics of Bitcoin: is Bitcoin an alternative to fiat currencies
and gold?,
Tesis Magister Viena University of Economics and Business, 2013.
III. Jurnal Varriale, G., Bitcoin: How to regulate a virtual currency, dimuat
dalam
International Financial Law Review Eilertsen, O. An Introduction to
Cryptography.
Dimuat dalam TELEKTRONIKK 96.3 (2000 Madsen, Wayne, et al,
Cryptography and liberty: an international survey of encryption policy, dimuat
dalam Journal Marshall of Journal Computer & Information law, 1997.
DuPont, Quinn. The politics of cryptography: Bitcoin and the ordering
machines, dimuat
dalam Journal of Peer Production , 2014.
Chaum, D, Blind Signatures for Untraceable Payments, dimuat dalam
R. L. Rivest, D. Chaum, & A. T. Sherman, 1983.
Solikin, Suseno, Uang: Pengertian, Penciptaan, dan Perananya dalam
Perekonomian,
dimuat dalam Seri Kebanksentralan,Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, 2002.
Analisis yuridis..., Aby Haryono, FH UI, 2014
Johan Wahyudi,Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti Pada Pembuktian di
Pengadilan
dimuat dalam Perspektif Vol.XVII No.2 Tahun 2012
Moore, Tyler. The promise and perils of digital currencies, dimuat dalam
International
Journal of Critical Infrastructure Protection 6.3.
Sofia Giannakoudi, Internet Banking: The Digital Voyage of Banking and
Money in
Cyberspace,dimuat dalam Information and Communications Technology Law,
vol.
8.No. 3, 1999.
Misra, S. K., Rajshekhar, G. J., & Scherer, R. F.Global, electronic money and
related issues,
dimuat dalam Review of Business,25(2).
Krueger, Malte. E -money regulation in the EU, dimuat dalam Journal of the
European
Communities on 27,2000.
I.- C. Lin and C. Chang, A Practical Electronic Payment System for Message
Delivery Service in the Mobile Environment, dimuat dalam Wireless Personal
Communication Vaughn, Karen I. John Locke And The Labor Theory Of
Value, dimuat dalam Journal of
Libertarian Studies Vol. 2. No. 4. Great Britain: Pergamon Press, 1978.
Joshua J. Doguet, The Nature of the Form: Legal and Regulatory Issues
Surrounding the
Bitcoin Digital Currency System, dimuat dalam Louisiana Law Review Volume
73, Number 4, Lousiana: 2013.
Burleson, Joseph, Bitcoin: The Legal Implications of a Novel Currency
, dimuat dalam Developments In Banking And Financial Law XI. Farmer Jr,
Paul H. Speculative Tech: The Bitcoin Legal Quagmire & the Need for Legal
Innovation, dimuat dalam Journal Business & Technology.
Yudha Adian Nur, Dwi Wahyuniarti Prabowo, Penerapan Prinsip Tanggung
Jawab Mutlak
(Strict Liability)Dalam Rangka Perlindungan Konsumen, dimuat dalam Buletin
Ilmiah
Litbang Perdagangan, Vol. 5 No. 2, Desember 2011.
Analisis yuridis..., Aby Haryono, FH UI, 2014 Plassaras, N. A., Regulating
virtual currencies: Bringing bitcoin within the reach of the IMF,dimuat dalam
Chicago Journal of International Law

Anda mungkin juga menyukai