Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring berkembangnya teknologi, perekonomian juga semakin

berkembang dari yang melakukan transaksi melalui cara tradisional hingga

sekarang bisa melakukan transaksi melalui media elektronik. Pada saat ini

ramai transaksi jual beli dengan cara online seperti penjual dan pembeli tidak

perlu bertatap muka untuk melakukan transaksinya, cukup melalui dunia

maya atau internet transaksi dapat dilakukan dan hal ini memudahkan

masyarakat yang melakukan transaksi bisnisnya.

Perkembangan teknologi juga terjadi terhadap mata uang, mata uang

pun dibuat menjadi lebih praktis yakni sebagai alat transaksi digital. Hal ini

membuat masyarakat dapat melakukan proses transaksi tanpa harus

membawa uang kemana-mana. Mereka dapat menyimpan uang di bank dan

hanya perlu melakukan transaksi baik lewat ATM, mobile banking ataupun

dengan teknologi yang lebih canggih. Teknologi mata uang digital yang

sedang marak adalah cryptocurrency yakni merupakan teknologi yang

memanfaatkan kriptografi untuk keamaanannya.

Cryptocurrency atau disebut mata uang kripto adalah nama yang

diberikan untuk sebuah sistem yang merupakan serangkaian kode kriptografi

yang dibentuk sedemikian rupa agar dapat disimpan dalam perangkat

1
komputer dan dapat dipindahtangankan seperti surat elektroik dan

dimungkinkan untuk digunakan sebagai alat pembayaran.1

Cryptocurrency yang pertama kali ada yakni Bitcoin dan yang sangat

ramai digunakan oleh banyak kalangan. Lalu muncullah berbagai

cryptocurrency lainnya seperti Bitcoin Gold, Bitcoin Cash, Ripple, Ethereum,

Dash, Qtum, Nxt, Dogecoin, dan lain sebagainya. Mata uang ini dari bentuk

dan penyimpanannya adalah digital.

Penemu Bitcoin untuk pertama kali adalah seorang/grup (belum

diketahui pasti) programmer yang menggunakan nama Satoshi Nakamoto.

Awal mula Bitcoin adalah pada 18 Agustus 2008, nama domain bitcoin.org

telah terdaftar. Sekarang, meskipun nama domainnya adalah “Who is Guard

Protected” berarti identitas seseorang yang terdaftar ini informasinya tidak

dipublikasikan.2 Pada 31 Oktober 2008, seseorang menggunakan nama

Satoshi Nakamoto membuat suatu pengumuman pada The Cryptography

Mailing di metzdowd.com.3

Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 mengakibatkan

munculnya teknologi cryptocurrency yakni Bitcoin serta merupakan reaksi

dari revolusi keuangan yang terjadi selama 20 tahun terakhir. Pada saat itu

banyak orang yang kehilangan kepercayaannya terhadap bank serta otoritas

1
Aby Haryono. 2014. Analisis Yuridis Bitcoin Menurut Peraturan Perundang-Undangan
di Indonesia. Depok. Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Hal 2-3.
2
Bitcoin. http://investopedia.com. Diakses tanggal 14 Maret 2018.
3
Ibid.

2
pusat. Teknologi ini dianggap menghilangkan ketergantungan terhadap

otoritas yang terpusat.4

Bitcoin merupakan jaringan pembayaran peer-to-peer desentralisasi

pertama yang dikontrol sepenuhnya oleh penggunanya tanpa ada otoritas

sentral ataupun perantara. Bitcoin adalah mata uang digital yang berada di

dalam sistem jaringan pembayaran open source P2P (peer-to-peer). P2P

adalah salah satu model jaringan komputer yang terdiri dari dua atau beberapa

komputer, dimana setiap komputer yang terdapat di dalam lingkungan

jaringan tersebut bisa saling berbagi. Jaringan ini memudahkan pengguna

dalam bertransaksi secara langsung tanpa memerlukan jasa dari pihak ketiga

seperti misalnya Bank.5

Bitcoin mencatat segala riwayat transaksi serta berapa banyak

seseorang memiliki Bitcoin seperti bank pada umumnya yang juga

mempunyai jurnal seperti ini untuk mencatat nasabah A mempunyai berapa

banyak uang. Perbedaannya yakni Bitcoin tidak disimpan di sebuah instansi

atau pihak tertentu karena setiap para pengguna akan memiliki jurnal digital

(blockchain) yang mencatat segala transaksi dari setiap para penggunanya dan

dapat mengetahui berapa jumlah koin yang dimiliki. Meskipun sifatnya

transparan dan terbuka, seseorang tidak dapat megetahui nama, alamat,

ataupun informasi pribadi lebih lainnya milik orang lain kecuali Bitcoin

address yang bentuknya seperti nomor rekening.

4
Teguh Kurniawan Harmanda. Hasil Seminar Understanding of Bitcoin, Blockchain
Technology & Basic Implementation. Oleh Tokocrypto di Aula Teknik Universitas
Muhammadiyah Malang. 10 November 2018.
5
Tiara Dhana Danella. 2015. Bitcoin Sebagai Alat Pembayaran Yang Legal Dalam
Transaksi Online. Malang. Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Hal 2.

3
Bitcoin dapat digunakan untuk melakukan pembelian berbagai jasa

seperti game sampai dengan hosting website. Bitcoin juga dapat digunakan

untuk pembayaran di berbagai merchant bahkan melakukan transfer ke

sesama pengguna. Seiring perkembangan teknologi, banyak orang yang

menggunakan Bitcoin atau cryptocurrency lainnya ini karena sebagian besar

mereka gunakan untuk investasi dan menjadi kaya.

Grafik 1.1. Peningkatan Jumlah Harga Bitcoin dari 2011 hingga

penghujung 2017.

Sumber : Aditya Hadi Pratama. Fakta Penting Tentang Bitcoin.


http://id.techinasia.com. Tanggal 23 Maret 2018.

Grafik di atas menunjukkan jika harga Bitcoin pada 2 Januari 2012

sebesar $6.18 kemudian di penghujung tahun 2017 tepatnya 4 Desember

2017 harga Bitcoin senilai $14,269.63.

4
Chief Executive Officer Bitcoin Indonesia Oscar Darmawan

menjelaskan pada dasarnya Bitcoin merupakan e-money seperti halnya

perfect money dan Paypal. Namun, kata dia, kedua mata uang tersebut

beredar dengan server yang mengaturnya. Sedangkan dalam peredaran

Bitcoin, seluruh komputer pengguna merupakan server Bitcoin. "Dalam

peredaran Bitcoin, tidak ada server yang mengatur," tutur Oscar.6

Cara kerja Bitcoin berdasarkan software matematika. Dalam Bitcoin

dikenal sebutan miner, user, dan calculation software. Seperti halnya

penambang emas, penambang Bitcoin merupakan perusahaan atau

perorangan yang mempunyai calculation software tersendiri yang terhubung

dengan sistem server Bitcoin. Software nantinya itu akan mengeluarkan

algoritma matematika.

Nilai tukar Bitcoin dapat berubah-ubah, penyebab fluktuasinya adalah

penawaran dan permintaan. Ketika permintaan tinggi dan jumlah Bitcoin

yang tersedia rendah maka harga Bitcoin akan tinggi, dan berlaku sebaliknya.

Penyebab Bitcoin bisa naik begitu tinggi adalah karena Bitcoin tidak berdasar

pada nilai yang sebenarnya. Nilai saham perusahaan naik bisa karena

pendapatan mereka naik atau jumlah penjualan meningkat. Tapi Bitcoin

hanya berbasis kepercayaan para pembeli bahwa harganya akan naik.

Demikian tidak ada dasar yang menjadi jaminan atau pengukuran naik

turunnya harga.7

6
Dewi Rina Cahyani. Membuat Sri Mulyani Khawatir, Apa itu Bitcoin.
http://tempo.co.id. Diakses tanggal 24 Maret 2018.
7
Aditya Hadi Pratama. Fakta Penting Tentang Bitcoin. http://techinasia.com. Diakses
tanggal 23 Maret 2018.

5
Bank Indonesia melarang penggunaan Bitcoin karena fluktuasi harga

Bitcoin sangat berisiko tinggi terhadap stabilitas sistem keuangan apabila

terjadi bubble burst (gelembung ekonomi). Cryptocurrency termasuk Bitcoin

tidak diakui sebagai alat pembayaran yang sah karena mata uang yang diakui

hanyalah rupiah, sehingga dilarang digunakan sebagai alat pembayaran di

Indonesia. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun

2011 tentang Mata Uang pada pasal 1 angka 1 disebutkan jika:

“Mata Uang adalah uang yang dikeluarkan oleh Negara Kesatuan


Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Rupiah.”

Macam Rupiah dalam pasal 2 juga disebutkan jika terdiri atas Rupiah

kertas dan Rupiah logam. Dijelaskan pula pada pasal 21 Undang-Undang

Mata Uang jika:

(1) Rupiah wajib digunakan dalam:

a. Setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran;

b. Penyelesaian kewajiban lainnya yang harus dipenuhi dengan

uang;dan/atau

c. Transaksi keuangan lainnya, yang dilakukan di wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi:

a. Transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan

dan belanja negara;

b. Penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri;

c. Transaksi perdagangan internasional;

6
d. Simpanan di bank dalam bentuk valuta asing; atau

e. Transaksi pembiayaan internasional.

Menurut Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan (PPATK) Dian Ediana Rae, saat ini pola tindak pidana pencucian

uang dan pendanaan terorisme mulai memanfaatkan perkembangan teknologi

informasi sebagai pengumpulan dananya guna mempersulit aparat penegak

hukum dalam memproses para pelaku kejahatan tersebut.8

Adanya Bitcoin ini membuat pihak Bank Indonesia menyatakan jika

melarang Bitcoin untuk menjaga persaingan usaha, pengendalian risiko, dan

perlindungan konsumen. Pelarangan itu guna mencegah kejahatan seperti

pencucian uang, pendanaan terorisme, dan menjaga kedaulatan rupiah sebagai

alat pembayaran yang sah di Indonesia. Alasan yang diungkapkan Agus

punya dasar, terjadi pada 2013 pendiri situs Silk Road, Ross Ulbricht

ditangkap aparat Amerika karena situsnya ketahuan lebih pada jual beli

narkoba daripada menjual Bitcoin.9

Pada Oktober 2014, seorang mahasiswa Indonesia, DB, ditangkap di

Bintaro karena membeli sabu secara online dan membayarnya dengan

Bitcoin. Ia memesan sabu itu dari Meksiko. Oktober 2015, LWK pelaku teror

bom Mal Alam Sutera meminta ditransfer Rp 300.000.000 dalam bentuk

Bitcoin. Pada Desember 2016, Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian

8
Septian Deny. PPATK Waspadai Penggunaan Bitcoin Untuk Pencucian Uang.
http://www.m.liputan6.com. Diakses 4 Juni 2018.
9
Tito Sianipar. Bitcoin Dilarang Otoritas Keuangan Indonesia, Ini Fakta-Faktanya.
http://www.bbc.com. Diakses 4 Juni 2018.

7
menyebutkan bahwa pendanaan kelompok terorisme sudah menggunakan

mata uang virtual.10

Bank Indonesia telah mengeluarkan larangan penggunaan mata uang

virtual dalam layanan fintech. Namun demikian standarisasi program anti

pencucian uang dan pendanaan terorisme bagi layanan fintech masih perlu

diberlakukan. “PPATK bersama Bank Indonesia dan OJK juga aparat

penegak hukum akan membentuk forum koordinasi untuk percepatan

penetapan pengaturan dan pengawasan fintech,” ujarnya.11

Bank Indonesia telah secara tegas melarang penggunaan Bitcoin dalam

setiap transaksi di Indonesia. Salah satu alasannya yakni tingginya fluktuasi

yang dimiliki mata uang virtual itu sendiri. Hal tersebut menjadi dasar Bank

Indonesia membuat peraturan mengenai pelarangan penggunaan Bitcoin ini

dalam dua Peraturan Bank Indonesia yakni Nomor 18/40/PBI/2016 tentang

Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran dan Nomor

19/21/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial. Rencananya

Bank Indonesia akan menerbitkan aturan yang lebih tegas soal penggunaan

mata uang virtual tersebut pada 2018. Bank Indonesia tidak bekerja sendiri

tetapi juga menggandeng sejumlah instansi lainnya seperti Otoritas Jasa

Keuangan.12

Kehadiran mata uang digital yang masih menjadi kontroversi di

beberapa negara ini seringkali membuat penggunaan Bitcoin di suatu negara

10
Ibid.
11
Waspadai Bitcoin Sarana Pencucian Uang. http://economy.okezone.com. Diakses 4
Juni 2018.
12
Ibid.

8
tidak selalu diterima kehadirannya. Meski demikian, tidak kalah banyak juga

negara yang sudah melegalkan Bitcoin sebagai alat transaksi yang sah dalam

penggunaannya sebagai alat pembayaran.

Bitcoin digunakan untuk transfer, pembayaran, pembelian hingga

barter. Berbanding terbalik dengan Indonesia, salah satunya negara Amerika

Serikat merupakan negara besar yang maju, tidak mengherankan jika

Amerika Serikat menjadi yang memiliki sikap paling positif terhadap Bitcoin.

Alasan mengapa Bitcoin diizinkan untuk diberlakukan adalah karena Bitcoin

telah dikembangkan dalam negara ini maka perkembangan Bitcoin di

Amerika Serikat jauh lebih baik dibandingkan negara lainnya. Membayar

perkuliahan di negara ini pun juga telah dapat dilakukan dengan Bitcoin.

Mereka juga telah memberitahukan kepada badan pemerintah untuk

memastikan jika itu tidak digunakan untuk hal yang illegal.

Negara-negara yang telah melegalkan Bitcoin selain Amerika Serikat

diantaranya yakni Jepang, Hong Kong, Denmark, Finlandia, Inggris, Italia,

Singapura, Turki, Australia, Rusia, Kanada, Korea Selatan, Meksiko.

Sedangkan negara-negara yang tidak melegalkan Bitcoin diantaranya

Indonesia, Cina, Thailand, Bangladesh.

Sesuai dengan penjelasan yang telah penulis kemukakan di atas, dalam

menulis skripsi ini, penulis bermaksud untuk membahas mengenai

permasalahan di atas dengan judul skripsi:

“BITCOIN SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM

PERSPEKTIF HUKUM DI INDONESIA”

9
B. Rumusan Masalah

Sesuai uraian latar belakang yang telah penulis paparkan di atas maka

dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah

maupun alat pembayaran transaksi komersial di beberapa negara?

2. Bagaimana Bitcoin sebagai alat pembayaran atau transaksi komersial

dalam perspektif hukum di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari peneltian hukum ini sesuai dengan latar

belakang dan rumusan belakang di atas yakni:

1. Untuk mengetahui penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang

sah maupun alat pembayaran transaksi komersial di beberapa negara.

2. Untuk mengetahui Bitcoin sebagai alat pembayaran atau transaksi

komersial dalam perspektif hukum di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ada, maka penelitian ini diharapkan

mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

wawasan penulis mengenai cryptocurrency khususnya mengenai Bitcoin.

Penulisan ini sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan

di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

10
2. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini guna menambah wawasan bagi masyarakat

mengenai penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah maupun

alat pembayaran transaksi komersial di beberapa negara serta perspektif

Bitcoin di Indonesia mengenai Bitcoin sebagai alat pembayaran atau

transaksi komersial.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memberi kegunaan sebagai

berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman

kepada masyarakat luas terkait Bitcoin sebagai alat pembayaran yang

sah maupun alat pembayaran transaksi komersial.

2. Kegunaan Praktis

Adanya penelitian ini, diharakan dapat menjadi wacana baru, serta

pemahaman lebih mendalam mengenai penggunaan cryptocurrency

khususnya Bitcoin.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian ini dibagi menjadi empat bagian untuk

mempermudah penulis dalam melakukan penelitian terhadap permasalahan

yang diangkat, yakni:

11
1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

dengan melakukan pendekatan yuridis normatif atau penelitian

pustaka (library research). Metode ini merupakan cara yang

digunakan dalam penelitian hukum dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka yang ada.13

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer dalam penulisan ini merupakan bahan yang berupa

peraturan undang-undang terkait yakni:

1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia,

2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik,

3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata

Uang,

4) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor 99 Tahun 2018 tentang Kebijakan Umum

Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset Kripto

(Crypto Asset),

13
Hardijan Rusli. 2006. Meode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana?”. Law Review
Fakultas Hukum Pelita Harapan, Vol V. Hal. 50.

12
5) Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/14/PBI/2016 tentang

Penyelenggaraan Pemrosesan Teknologi Pembayaran, dan

6) Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/21/PBI/2017 tentang

Penyelenggaraan Teknologi Finansial.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penulisan ini merupakan bahan yang

mendukung data primer yakni berupa jurnal-jurnal, makalah-

makalah, serta buku-buku penunjang terkait.

c. Data Tersier

Data tersier dalam penulisan ini merupakan jenis data yang

membantu memberikan petunjuk ataupun penjelasan serta

pelengkap bahan dari data primer dan data sekunder yakni

berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kamus hukum,

dan lain sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data yakni:

a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan yakni mengumpulkan bahan-bahan

kepustakaan dari berbagai literatur yang berkaitan mengenai

permasalahan yang sedang diteliti oleh penulis.

13
b. Internet

Internet yakni mengumpulkan data melalui browsing internet

atau website untuk melengkapi data yang dibutuhkan oleh

penulis.

4. Teknik Analisa Data

Seluruh data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisa

data deskriptif kualitatif yakni menjelaskan, menguraikan, dan

menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang merupakan

bagian dari penelitian ini guna memberikan pemahaman yang jelas

dan terarah dari hasil yang telah diperoleh melalui penelitian,

sehingga diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas

mengenai data yang dicapai. Kemudian data yang diperoleh tersebut

dianalisa menggunakan peraturan-peraturan yang berhubungan

dengan permasalahan yang diteliti.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan hukum ini dibagi menjadi empat bab yang

masing-masing bab terdiri atas sub yang bertujuan agar mempermudah

pemahaman tulisan penulis. Adapun sistematika penulisannya sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini penulis menguraikan secara umum latar belakang

permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

14
kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan, sehingga

dalam bab ini semuanya telah tersusun secara terperinci.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab kedua ini berisi uraian dari tentang kajian-kajian dari teori-teori

yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat oleh penulis guna

mendapat landasan teoritis dan menguraikan mengenai tinjauan umum

tentang Bitcoin, tinjauan umum tentang alat pembayaran, serta tinjauan

yuridis tentang penggunaan cryptocurrency di Indonesia sebagai aset digital.

BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ketiga ini berisi uraian terutama mengenai pembahasan dari

rumusan masalah yang diangkat oleh penulis yang kemudian dilakukan

analisis data menggunakan data-data yang telah dikumpulkan dari hasil

penelitian pustaka yang dilakukan oleh penulis.

BAB IV PENUTUP

Pada bab keempat ini memuat tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan

berisi tentang inti dari pembahasan terkait dengan permasalahan yang

diangkat, yaitu Bitcoin sebagai alat pembayaran transaksi dalam perspektif

hukum di Indonesia. Saran berisi tentang perlindungan hukum terhadap

penggunaan Bitcoin atau cryptocurrency lainnya.

15

Anda mungkin juga menyukai