Anda di halaman 1dari 15

MAGISTER AKUNTANSI PASCASARJANA UNPAS

NASKAH SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER


TAHUN AKADEMIK 2023/2024
Mata Kuliah : Sistem Informasi Akuntansi
Kelas : A
Waktu : 120 Menit
Dosen : Prof. Dr. H. Atang Hermawan, SE.,MSIE., Ak.,CSRS.,CSRA.,CPF., CMA.
Sifat Ujian : Buka Buku / Buka Catatan

Nama : ABDUL RAHMAN NRP : 228110001

Petunjuk :

Soal Kasus 1 bagi mahasisw NPM Ganjil dan Soal Kasus 2 bagi mahasiswa NPM
Genap

Kasus 1 (Problematika Mata Uang Kripto di Indonesia)

Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum UNISI menyelenggarakan


webinar “Problematika Cryptocurrency di Indonesia”. Webinar ini diadakan pada
Sabtu (11/6) dengan menghadirkan dua narasumber yang ahli di bidangnya, yaitu
Peneliti Institute For Development of Economics and Finance dan Dosen UNISI.

Dalam seminar menyampaikan bahwa belanja perusahaan IoT terus mengalami


peningkatan dan diprediksi akan mencapai angka 10 persen pada tahun 2021.
Berdasarkan data dari Google, Temasek, dan Bain, Indonesia saat ini menjadi negara
dengan ekonomi digital terbesar di ASEAN. Jumlah PDB Ekonomi Digital yang
mencapai 3,7 persen dari PDB nasional, dan diprediksi pada tahun 2025 mendatang
akan terus meningkat menjadi 9,3 persen. Hal ini juga diiringi dengan penggunaan
pembayaran uang elektronik yang semakin meningkat.

Jika melihat pada penjualan aset kripto, pemerintah tidak bisa mengatur harga yang
berlaku atas suatu aset kripto. Harga ini murni ditentukan dari penjualan dan
penawaran antar penjual dan pembeli aset kripto. Meskipun diklaim lebih unggul dari
mata uang konvensional, namun harga kripto sangat cepat berubah, sehingga
dampak dari investasinya sangat beresiko.

Ia mencontohkan pada kasus Bitcoin TERA, harga kripto sangat cepat berubah.
Seperti ketika seseorang pada saat ini membeli aset kripto dengan harga 150 ribu

1
rupiah, pada malam hari angkanya bisa naik sampai 1 juta rupiah. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa dengan adanya perkembangan ini, terjadi juga berbagai kejahatan
digital currency.

Dengan masifnya kejahatan yang dapat ditimbulkan dari transaksi digital currency ini,
ia menyarankan kepada semua orang untuk lebih berhati-hati. Hal ini dapat dilakukan
dengan dua cara yakni know your customer (KYC) yaitu mengetahui dan mengenali
setiap customer yang akan melakukan transaksi, melalui riset atau data alternatif dan
transaction monitoring yaitu memonitoring setiap transaksi yang akan dilaksanakan.

Sementara itu, dijelaskan bahwa cryptocurrency diciptakan dengan dua tujuan, yaitu
pertama, untuk dijadikan sebagai alat pembayaran/mata uang dan kedua, untuk
dijadikan sebagai komoditas/aset digital. Beberapa regulasi di Indonesia yang
mengatur atau berkaitan dengan virtual currency terdapat dalam UU No 7 Tahun 2011
tentang Mata Uang, PBI No 18/40/PBI/2016 tentang Pemrosesan Transaksi
Pembayaran, PBI No 19/12/PBI/2017 tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial,
UU No 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No 32 Tahun 1997 tentang
Perdagangan Berjangka Komoditi, dan Peraturan Menteri Perdagangan No 99 Tahun
2019 tentang Kebijakan Umum Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset
Kripto.

Meski demikian, menurutnya ada beberapa hal yang menyebabkan virtual currency
hingga saat ini belum dapat diterima sebagai alat pembayaran. Hal ini dikarenakan
virtual currency tidak memenuhi beberapa karakteristik alat pembayaran, seperti:
terdapat otoritas pengatur dan pengawas yang bersifat sentral, memiliki nilai yang
cenderung stabil, diterima secara umum (acceptability), dan terdapat lembaga
penjamin.

Perkembangan teknologi yang kredibel itu membuat hukum kesulitan untuk


mengikutinya. Hal ini menjadi tantangan bagi hukum untuk terus berkembang
menyesuaikan diri untuk mengatur segala hal yang berkembang saat ini. (EDN/ESP)

Saudara diminta :

Jelaskan kasus tersebut diatas berdasarkan aspek berikut ini :

1. Mata uang digital Bitcoin berjalan secara terdesentralisasi, sehingga tidak ada satu
pihak yang bisa mengatur baik harga maupun pernyebarannya.

2
2. Teknologi blockchain adalah sistem yang tidak dikelola oleh pihak ketiga seperti
bank melainkan dapat dikelola oleh semua pengguna komputer internet.
3. Potensi yang besar menyebabkan cryptocurrencyperlu diatur dan mendapat
kepastian hukum serta perhatian dari otoritas yang berwenang seperti perbankan
dan otoritas perpajakan.

JAWAB NOMOR 1

Berkembangnya model serta aksesibilitas dalam dunia cyber, membuat


berbagai fenomena transaksi muncul di dalamnya. Salah satu fenomena yang
menjadi inti dari topik hangat belakangan ini adalah kemunculan
bitcoin. Bitcoin adalah cryptocurrency atau uang elektronik yang bersifat digital.
Penggunaannya bersifat desentralisasi, atau dapat digunakan tanpa otorisasi bank
sentral di setiap negara. Bitcoin pun dapat menjadi alat transaksi, karena nilainya yang
sangat diperhitungkan dalam dunia siber dalam jenis pembayaran barang legal hingga
ilegal. Berdasarkan hal tersebut, secara umum akan dibahas mengenai
risiko bitcoin menjadi wadah serta fasilitas yang sangat mempermudah transaksi
dengan tujuan money laundering.

Dilansir dari situs resmi bitcoin, dijelaskan beberapa keuntungan yang


didapatkan oleh penggunanya. Melalui perantara dunia cyber, maka bitcoin pun dapat
digunakan dengan teknologi peer-to-peer untuk beroperasi tanpa otoritas pusat atau
bank. Bitcoin bersifat open-source, di mana desain serta kepemilikannya dapat
diakuisisi oleh berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Melalui berbagai properti
serta penawaran yang unik dan bersifat tidak konvensional, bitcoin memungkinkan
penggunaan menarik yang tidak dapat dicakup oleh sistem pembayaran sebelumnya.

Keberadaan bitcoin seringkali digunakan pada beberapa situs ilegal dan


aksesibilitas yang hanya bisa diakses melalui deep web hingga dark web. Tentu hal
ini bersifat mengancam bagi stabilitas serta perbankan legal yang ada di setiap
negara. Kesulitan tentu muncul pada saat dilakukannya pemeriksaan terhadap
transaksi yang menggunakan bitcoin. Dengan dasar dunia cyber sebagai tempat
bagi bitcoin, maka ancaman akan muncul bagi lembaga-lembaga pemeriksa transaksi
keuangan.

3
Dalam hal ini, bitcoin merupakan bentuk dari mata uang virtual. Mata uang
virtual sendiri telah didefinisikan oleh FATF sebagai representasi digital dari nilai tukar
yang dapat diperdagangkan secara virtual dan berfungsi sebagai satu: media
pertukaran; dan / atau dua :satu unit akun; dan / atau tiga : penyimpan nilai, tetapi
tidak memiliki status tender legal di yurisdiksi mana pun. Selain itu, transaksi yang
dilakukan menggunakan bitcoin tetap didefinisikan sebagai bentuk transaksi
keuangan. Bitcoin sebagai mata uang digital, tetap dapat disinggung di dalam
penjelasan mengenai transaksi keuangan dalam Pasal 1 angka 4 UU No. 8 Tahun
2010, yaitu merujuk pada penerimaan, pentransferan, penyetoran, penarikan,
pemindahbukuan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, dan/atau penukaran
atas sejumlah uang atau tindakan dan/atau kegiatan lain yang berhubungan dengan
uang. Maka, bitcoin pun seharusnya tetap dapat dipidanakan jika terkait dengan
transaksi yang dilakukan. Namun demikian, belum terdapat regulasi yang secara sah
mengatur tentang penggunaan bitcoin sebagai mata uang virtual di Indonesia,
sebaliknya kegiatan yang dapat dilakukan secara legal melalui bitcoin hanya dalam
bentuk investasi sehingga rentan terjadi tindakan pencucian uang di dalamnya. Selain
itu bitcoin dengan volatilitasnya yang rendah menghasilkan risiko nilai tukar yang lebih
rendah pula. Hal ini meningkatkan kemampuan mata uang digital untuk menjadi
sarana yang efisien untuk mentransmisikan dan menyimpan kekayaan.

Dalam konteks pencucian uang, teknologi dengan lanskap finansial


seperti bitcoin dapat memfasilitasi tindakan tersebut. Perpindahan uang ke perbankan
online dan teknologi yang memungkinkan adanya remote-desktop membuat manuver
dan transfer dana dari akun ke akun jauh lebih populer bagi para pencuci uang.
Berdasarkan hal tersebut, bitcoin menjadi salah satu sarana teknologi finansial yang
dapat berisiko terjadinya kejahatan. Dalam transaksi bitcoin, perlindungan privasi
yang kuat dirancang sedemikian rupa. Pada saat melakukan transaksi,
sistem bitcoin tidak akan mengungkap identitas individu atau kelompok yang terlibat.
Sebaliknya, pengguna bitcoin hanya dapat diidentifikasi oleh kode numerik yang
terkadang juga dialihkan dengan beberapa nama samaran. Kemudian, risiko
pencucian uang yang dapat dilakukan oleh para penjual maupun pembeli bitcoin,
dimudahkan dengan ketiadaan regulasi AML (Anti Money Laundering) serta prosedur
KYC (Know your Customer).

4
Kemudahan tersebut membuat perdagangan bitcoin dapat dilakukan beberapa kali
hingga dapat ditukarkan dengan mata uang legal di suatu negara.

Sebenarnya, transaksi bitcoin langsung (straightforward bitcoin) mungkin saja


lebih mudah dilacak melalui identifikasi titik akhir, tetapi bagi mereka yang
membutuhkan tingkat perlindungan tambahan agar tidak teridentifikasi, mereka dapat
meningkatkan anonimitas melalui campuran bitcoin. Campuran bitcoin terjadi di
tengah transaksi sehingga ketika seseorang mencoba untuk melacak jalur
transaksi bitcoin, transaksi tersebut dapat dikaburkan. Contoh perantara yang
menyediakan layanan seperti itu adalah “Bitlaundry.”

Di Indonesia, bitcoin sudah memiliki status resmi sebagai komoditas dan bisa
diperdagangkan di bursa berjangka. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (Bappebti) telah menerbitkan Peraturan Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi Nomor 3 Tahun 2019 tentang Komoditi yang dapat Dijadikan
Subyek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif Lain
yang Diperdagangkan di Bursa Berjangka. Berdasarkan peraturan tersebut, uang
kripto kini menjadi produk komoditas dan dapat diperdagangkan di bursa berjangka
Indonesia. Dengan kata lain, bitcoin legal sebagai suatu bentuk alat investasi.
Peraturan ini juga memuat beberapa ketentuan lain dimana mata uang virtual yang
bisa diperdagangkan merupakan yang berbasis distributed ledger technology dan
berbentuk cryptocurrency beragun aset. Perdagangan aset cryptocurrency juga
harus memperoleh persetujuan Bappebti agar dapat difasilitasi dalam bursa
berjangka. Peraturan ini memberi ruang pengembangan usaha inovasi komoditas
digital, kepastian berusaha di sektor digital, serta memberi kepastian dan
perlindungan hukum bagi masyarakat, termasuk dana nasabah atau pengguna aset
kripto. Aturan ini juga memuat ketentuan mengenai Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU/PTT).

Dengan demikian, mata uang virtual (cryptocurrency) khususnya Bitcoin telah


menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, telah membuatnya lebih mudah untuk
melakukan transaksi secara aman melalui internet. Namun, disisi lain dapat
dieksploitasi untuk memfasilitasi kejahatan dunia maya dan membantu para pelaku
kejahatan lebih aman mencuci hasil kejahatannya. Bitcoin adalah contoh mata uang
kripto yang telah dieksploitasi karena anonimitas, keamanan, irreversibilitas, dan

5
desentralisasi. Pada akhirnya, Bitcoin dapat berisiko dalam membentuk lingkaran
dimana pelaku dan entitas kejahatan memiliki aliran dana yang konstan.

Bitcoin merupakan salah satu instrumen investasi yang memiliki potensi untuk
meraup keuntungan maksimal. Bitcoin menjadi cryptocurrency paling
populer dibanding 5 ribu lebih lainnya cryptocurrency yang ada saat ini Patut diingat
Bitcoin adalah investasi yang berisiko sangat tinggi. Harganya bergerak sangat
fluktuatif. Investor dan trader bisa menjadi kaya mendadak dalam semalam. Bisa juga
menjadi miskin dalam waktu semalam pula. Ada baiknya kamu mengadakan riset
mendalam sebelum berinvestasi di Bitcoin untuk mengenal risiko dan mencocokkan
kemampuan kamu dalam menyerap risiko. Jangan terburu nafsu dan jadi investor naif.

Jika Anda tertarik dengan investasi bitcoin ini, silahkan simak penjelasan
lengkap di bawah ini terlebih dahulu untuk mengenal lebih dalam terkait bitcoin. Bitcoin
adalah mata uang digital terdesentralisasi yang diciptakan pada tahun 2009 oleh
seseorang dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. Bitcoin hadir dengan
menawarkan janji biaya transaksi yang rendah dibandingkan dengan mekanisme
pembayaran online tradisional. Mata uang digital baru ini masuk ke dalam jenis
cryptocurrency karena menggunakan kriptografi untuk menjaganya agar tetap aman.
Meski dikenal sebagai mata uang, bitcoin tidak memiliki bentuk fisik.

Bitcoin hanya berupa saldo yang disimpan pada buku besar publik yang bisa
diakses setiap orang secara transparan. Mata uang ini digunakan dalam bertransaksi
di internet tanpa menggunakan perantara seperti jasa bank. Sistem yang digunakan
adalah peer to peer atau P2P yang sistemnya bekerja tanpa penyimpanan dan
administrator tunggal. Departemen Keuangan Amerika Serikat menyebut bahwa
bitcoin adalah sebuah mata uang yang terdesentralisasi.

Mengenal Sistem Kerja Bitcoin

Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa bitcoin menggunakan sistem


P2P. Bitcoin menggunakan kriptografi untuk menyediakan keamanan dasar seperti
penggunaannya yang hanya dapat digunakan oleh mereka yang memang
memilikinya. Jika ingin menggunakannya, pengguna harus menginstall wallet bitcoin
di perangkat komputer atau ponsel. Lalu akan secara otomatis membuat alamat

6
bitcoin pertama. Mirip seperti email, pengguna bisa saling berbagi alamat bitcoin.
Alamat bitcoin ini sebaiknya hanya digunakan sekali saja. Kepemilikan bitcoin ini akan
disimpan di dalam komputer pribadi dengan file walet atau walet yang disediakan oleh
pihak ketiga tanpa wajib memerlukan identitas. Alias bitcoin bisa dimiliki dengan
identitas anonim.

Ada sebuah catatan transaksi publik yang menjadi jaringan bersandar dari bitcoin
yang disebut dengan Rantai-blok atau blockchain. Transaksi bitcoin yang sudah
terkonfirmasi akan tersimpan pada rantai-blok. Wallet bitcoin menyimpan data rahasia
yang disebut kunci pribadi atau seed yang digunakan untuk menandatangani
transaksi yang menjadi sebuah bukti matematis untuk pemilik wallet.

Lalu pada sistem kerja bitcoin ada istilah Pertambangan. Pertambangan adalah
sistem yang digunakan untuk mengonfirmasi antrian transaksi dengan memasukkan
ke dalam rantai-blok. Prosis ini akan menegaskan urutan kronologis rantai-blok,
melindungi netralitas jaringan dan mendukung komputer untuk menyetujui keadaan
sistem. Pertambangan ini juga diistilahkan seperti sebuah lotre yang kompetitif untuk
mencegah individu menambahkan blok baru dengan mudah secara berturut-turut ke
rantai-blok.

JAWAB NOMOR 2

Blockchain merupakan struktur data yang memungkinkan membuat buku besar


digital (hyperledger) dan membagikannya diantara jaringan dengan pihak independent
[19]. Setiap transaksi dalam buku besar publik diverifikasi oleh consensus mayoritas
peserta dalam sistem. Setelah dimasukan, informasi tidak akan pernah bisa diubah
atau dihapus. Blockchain berisi catatan tertentu dan dapat diverifikasi dari setiap
transaksi yang pernah dilakukan. Bitcoin, mata uang digital peer-to-peer
terdesentralisasi, adalah contoh paling populer yang menggunakan teknologi
blockchain. Bitcoin mata uang digital itu sendiri sangat kontroversial tetapi teknologi
blockchain yang mendasarinya telah bekerja dengan sempurna dan menemukan
berbagai aplikasi baik di dunia finansial maupun non-finansial.

7
Sejarah Blockchain

Pada tahun 2008, seorang individu (atau grup) yang menulis dengan nama
Satoshi Nakamoto menerbitkan sebuah makalah berjudul "Bitcoin: A Peer-To-Peer
Electronic Cash System". Makalah ini menjelaskan versi peer-to-peer dari uang tunai
elektronik yang akan memungkinkan pembayaran online untuk dikirim langsung dari
satu pihak ke pihak lain tanpa melalui lembaga keuangan. Bitcoin adalah realisasi
pertama dari konsep ini. Sekarang "cryptocurrency" adalah label yang digunakan untuk
menggambarkan semua jaringan dan media pertukaran yang menggunakan kriptografi
untuk mengamankan transaksi seperti terhadap sistem-sistem di mana transaksi
disalurkan melalui entitas tepercaya yang terpusat. Penulis makalah ingin tetap
menjadi anonim dan karenanya tidak ada yang tahu Satoshi Nakamoto sampai hari
ini. Beberapa bulan kemudian, sebuah program open source yang
mengimplementasikan protokol baru dirilis. Siapa pun dapat menginstal program
sumber terbuka ini dan menjadi bagian dari jaringan peer-to-peer bitcoin. Ini telah
tumbuh dalam popularitas sejak itu. Popularitas Bitcoin tidak pernah berhenti
meningkat sejak saat itu. Selain itu, teknologi BlockChain yang mendasari sekarang
menemukan berbagai aplikasi baru di luar keuangan.

Gambar 2.3 Sejarah Bitcoin

Sumber: Blockchain Technology: Beyond Bitcoin

8
Keunggulan Blockchain
Seiring berjalannya waktu, popularitas blockchain terus meningkat dan kian
dikenal masyarakat luas. Hal ini tidak terlepas dari beberapa keunggulan yang
ditawarkan oleh teknologi blockchain. Berikut beberapa keunggulan dari blockchain:

1. Mengamankan data : dengan teknologi blockchain keamanan data akan terjamin.


Dengan enkripsi kriptografi, informasi pribadi kamu akan dijaga secara aman,
termasuk histori transaksi. Penyimpanan pun ada di banyak komputer sehingga
data tidak mudah diretas oleh pihak tak bertanggung jawab.
2. Menghilangkan middleman teknologi blockchain memungkinkan kamu melakukan
transaksi tanpa perantara atau middleman. Sehingga kamu dapat bertransaksi
mandiri secara peer to peer (P2P) langsung dengan vendor atau penyedia jasa.
3. Memperbaharui “Sharing Economy” : dengan teknologi blockchain, kamu tidak
akan dikenakan biaya apapun saat melakukan transaksi. Berbeda dengan platform
teknologi besar pada umumnya, dimana mereka masih menggunakan middleman
sehingga terdapat rincian biaya tertentu yang harus dibayar setelah melakukan
transaksi.
4. Transparan selain keamanan yang ketat, teknologi ini juga
menyimpan database kamu secara transparan.
5. Adanya public access memungkinkan semua pihak dapat melihat transaksi yang
telah kamu buat. Data ini tentunya tidak dapat dihapus atau diubah oleh siapapun.
6. Mempercepat transaksi : biasanya, transaksi antar bank memerlukan cukup
banyak waktu untuk memprosesnya hingga kliring. Apalagi jika diluar jam kerja,
proses transaksi bahkan bisa memakan waktu sampai hitungan hari. Berbeda
dengan blockchain, teknologi ini dapat digunakan 24 jam serta transaksi lebih
cepat dalam hitungan menit.

Cara Kerja Blockchain


Seperti yang telah disebutkan bahwa jaringan teknologi blockchain menggunakan
jaringan P2P atau peer to peer. Tidak ada server pusat yang menjadi sentralisasi
atau middleman seperti sistem perbankan pada umumnya. Artinya, pelaku transaksi
maupun penerima transaksi memiliki hak istimewa dalam melakukan transaksi
menggunakan blockchain.

9
Cara kerja blockchain dimulai saat sebuah transaksi dibuat. Transaksi yang dibuat
seseorang akan disiarkan terlebih dahulu di jaringan P2P untuk kemudian divalidasi.
Karena bersifat desentralisasi, proses validasi pada blockchain dilakukan
oleh nodes (input dan output dari komputer individu).

Setelah nodes memverifikasi bahwa transaksi yang dilakukan valid, selanjutnya akan
dibuatkan sebuah blok yang berisi data transaksi baru sekaligus dihubungkan dengan
transaksi lain. Proses pembuatan blok baru ini juga berguna untuk pembuatan buku
kas induk.

Blok data baru yang telah dibuat dan dihubungkan tersebut kemudian ditambahkan
ke blockchain. Data akan disimpan secara permanen serta dapat dilihat dan
didistribusikan oleh publik. Sampai sini, transaksi sudah berhasil.

JAWAB NOMOR 3

Cryptocurrency atau mata uang digital menggunakan transaksi melalui jaringan


(online). Cryptocurrency, kosakata turunan dari kata cryptography atau kriptografi
(bahasa persandian), merujuk kepada sebuah kesepakatan dari para pengguna dan
proses penyimpanan yang diamankan oleh sandi-sandi yang kuat, sedangkan
currency adalah mata uang sebagai alat pertukaran yang berlaku di masyarakat.
Cryptocurrency adalah sistem mata uang yang terpusat berupa jaringan yang mampu
menghubungkan penggunanya tanpa perantara atau pihak ketiga seperti perbankan

10
atau pemerintah.Crytocurency bermula darimencari jawaban atas permasalahan yang
dihadapi sistem pembayaran dewasa iniyang bergantung kepada pihak ketiga
sebagai perusahaan produk pembayaran yang dapat di percaya untuk mengelola
transaksi digital seperti Visa Paypal dan lainnya (Syamsiah 2017).

Bank Indonesia membagi 2 jenis instrumen sistem pembayaran yaitu tunai dan
nontunai, terdiri dari: Instrumen pembayaran tunai berupa uang kertas atau uang coin
dan instrument non tunai atau Digital Money/ Electronic Money merupakan alat atau
instrumen pembayaran non tunai. Perkembangan e-money di Indonesiamenciptakan
suatu trendless cash society, yaitu suatu perilaku masyarakat menggunakan transaksi
non tunai dengan memanfaatkan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh alat-
alat transaksi elektronik tersebut, antara lain kecepatan dan efisiensi dalam
melakukan transaksi (waspada, 2012).Penggunaan e-money di rasalebih nyaman
dibandingkan uang tunai, untuk transaksi bernilai kecil,karena nasabah tidak perlu
mempunyai sejumlah uang pas untuk transaksi, serta kesalahan dalam menghitung
dapat dikurangi.Gormez & Capie (2003) menjelaskan bahwa e-money akan
memengaruhi industri jasa keuangan di masa depan dan mampu mengurangi barrier
dalam mengakses industri jasa keuangan.

Penggunaan Cryptocurrencysebagai alat pembayaran di Indonesia masih kecil


yaitu 0,02%dari pangsa seluruh dunia. Di Indonesia sudah ada lebih dari 50 merchant
cryptocurrency baik untuk transaksi online maupun transaksi offline, khususnya
bitcoin bisa dilihat pada situs http://directory.bitcoin.co.id/. Walaupun didominasi oleh
usaha restoran dan penginapan, namun hal ini sudah cukup membuktikan
eksistensinya di negeri ini (Syamsiah 2017). Dapat disimpulkan adanya potensi yang
besar di masa depan yang disebabkan pertumbuhan yang pesat sebagai antisipasi
perkembangan teknologi. Hal ini membuat cryptocurrencyperlu diatur dan mendapat
kepastian hukum serta perhatian dari otoritas yang berwenang seperti perbankan dan
otoritas perpajakan. Cryptocurrencysebagai sistem transaksi keuangan dan sebagai
mata uang digital merupakan teknologi yang relatif baru dan perlu penelitian serta
pengkajian lebih lanjut terutama untuk akuntansi bagi transaksi Cryptocurrency untuk
antara lain

1. Cryptocurencies sebagai kas atau instrumen keuangan

11
Standar akuntansi bila bitcoin dinyatakan kas atau setara kas sesuai PSAK 50 pp
03 kas adalah aset keuangan yang merupakan alat tukar. Walaupun bitcoin
digunakan untuk pembayaran tetapi bitcoin belum di anggap sebagai alat tukar
yang legal di beberapa negara termasuk indonesia. Bitcoin digunakan sebagai
investasibila dimasukan sebagai instrumen keuangan, namun bitcoin tidak
memenuhi hal kontraktual untuk menerima aset keuangan lainya karena bitcoin
dianggap sebagai emas batangan yang tidak bisa dianggap sebagai instrumen
keuangan walaupun sifatnya likuid.

2. Cryptocurrency sebagai aset tidak berwujud atau persediaan


Standar akuntansi PSAK 19 bila bitcoin tidak bisa dianggap aset tidak berwujud
seperti goodwill, royalti, hak paten, piranti lunak dan lain lain. Bitcoin bila diterima
sebagai alat pembayaran maka akan sesuai degan PSAK 58 sebagai aset tersedia
untuk di jual.Bila entitas yang menggunakan bitcoin bertindak sebagai trader atau
broker maka bitcoin dianggap sebagai persediaan sesuai PSAK 14, dalam hal ini
bitcoin dianggap sebagai emas batangan,

3. Cryptocurrency sebagai mata uang asing dan mata uang dasar


Standar PSAK 10 bitcoin dianggap sebagai mata uang asing, namun bitcoin tidak
memenuhi persyaratan sebagai mata uang fungsional. Bitcoinsebagai mata uang
dasar belum memenuhi persyaratan karena tidak semua negara melegalkan
bitcoin sebagai alat pembayaran, baru enam negara yang melegalkan bitcoin
sebagai alat pembayaran sehingga bitcoin belum bisa dikatakan sebagai mata
uang dasar.Dapat dikatakan Cryptocurrency bukan mata uang yang sah dan resmi
karena tidak adanya otoritas yang

berwenang untuk menerbitkan dan mengatur sehingga masih


diragukan pertanggungjawabanya

4. IFRS dan PSAK dirasakan kurang memberikan panduan tentang aset tidak
berwujud yang dimiliki untuk investasi seperti emisi karbon yang dibeberapa negara
diperjualbelikan secara aktif dan juga PSAK dan IFRS kurang mengatur pada
komoditas seperti emas batangan.Belum adanya kerangka PSAK dan IFRS yang
memberi panduan lebih jelas tentang perlakuan akuntansi untuk bitcoin dan
Cryptocurrency. Hal ini menjadi pertimbangan untuk IASB dan FASB serta IAI untuk
tidak mengeluarkan akuntansi untuk Cryptocurrency.

12
Gambar 2.5 Contoh Mata Uang Digital Cryptocurrency

Sumber: https://kampungpasarmodal.com/

Teknologi cryptocurrency menggunakan bitcoin menawarkan alternatif yang


canggih sehingga bila diterapkan efisiensi mudah tercapai. Berikut tabel
perbandingan antara sistem uang elektronik yang saat ini digunakan dengan konsep
uang elektronik menggunakan teknologi cryptocurrency berdasarkan hasil analisis
perbandingan dalam Jurnal penelitian Ferry Mulyanto dengan judul “Pemanfaatan
Cryptocurrency Sebagai Penerapan Mata Uang Rupiah Kedalam Bentuk Digital
Menggunakan Teknologi Bitcoin” .

Tabel 2.1 Analisis Perbandingan Uang Elektronik dan


Cyptocurrency
Faktor Penilaian Uang Elektronik Saat Ini Uang Elektronik

Menggunakan

Cryptocurrency
Keamanan Rentan terjadi manipulasi Cukup aman karena
data, tergantung teknologi
menggunakan kriptografi
masing – masing
penyedia layanan

13
Kecepatan Relative terhadap Cenderung lebih lama
penyedia layanan namun dibandingkan dengan
cenderung uang elektronik
lebih cepat umumnya seluruh
perbankan yang
terdaftar pada Bank
Indonesia.
Biaya Biaya setiap penyedia Biaya cenderung lebih
beragam murah karena penyedia
tidak perlu membangun
infrastruktur masing –
masing
Kompatibilitas Tidak semua penyedia Semua penyedia
layanan bisa saling layanan perbankan
menukung transaksi dapat saling sinkronisasi
finansial data nasabah
menggunakan konsep
shared ledger
Kemudahan Cukup mudah dan cepat Lebih cepat dari uang
untuk melakukan elektronik saat ini, cukup
transaksi, karena alat memasukan public
pembayaran cukup address tujuan
didekatkan dengan pengiriman dana.
terminal akses
pembayaran

Secara hukum, alat pembayaran yang sah adalah uang, sesuai Pasal 1 angka
2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang (UU Mata Uang).
Bahkan, berdasarkan Pasal 21 UU Mata Uang, rupiah sebagai mata uang wajib
digunakan dalam setiap transaksi pembayaran. Meskipun begitu, dalam ayat dua
pasal tersebut, kewajiban penggunaan rupiah ini dikecualikan untuk: (a) transaksi
tertentu dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara; (b)
penerimaan atau pemberian hibah dari atau ke luar negeri; (c) transaksi perdagangan

14
internasional; (d) simpanan di bank dalam bentuk valuta asing; atau (e) transaksi
pembiayaan internasional dalam hal perdagangan maupun pembiayaan internasional.
Pengecualian ini menjadi menarik karena penggunaan Bitcoin sebagai alat
pembayaran dalam transaksi perdagangan internasional mungkin saja tidak
menyalahi aturan tersebut. Apalagi, secara prinsip umumnya, cryptocurrency bisa
saja digunakan dalam suatu transaksi, selama ada kesepakatan dan para pihak
memahami konsepnya, sehingga hal ini tidak perlu dipersoalkan secara hukum.
Meskipun begitu, seperti halnya uang, Bitcoin dan cryptocurrency lainnya tetap tidak
memenuhi beberapa syarat uang dalam teorinya, seperti harus bernilai stabil, dapat
distandarisasi oleh pihak berwenang, dan diakui secara umum. Dengan
demikian, cryptocurrency bukanlah uang dan belum dapat menggantikan kedudukan
uang secara umum.
Dalam perkembangannya, penggunaan Bitcoin ataupun cryptocurrency di
Indonesia sudah mulai dianggap sah secara hukum, bukan sebagai alat pembayaran
yang sah, tetapi sebatas sebagai komoditi saja. Artinya, cryptocurrency baru dapat
diperjualbelikan sebagai aset berjangka sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 99 Tahun 2018 tentang Kebijakan Umum
Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset Kripto (Crypto Asset). Hal ini
menunjukkan bahwa cryptocurrency dapat digolongkan sebagai hak (benda tidak
berwujud) karena dapat dikuasai sehingga sesuai dengan Pasal 499 Burgerlijk
Wetboek (BW). Lebih spesifik lagi, cryptocurrency juga dapat diklasifikasikan sebagai
benda digital karena di dalamnya terdapat unsur informasi elektronik yang sesuai
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, yaitu harus melalui proses pengolahan data. Dalam hal ini, data
pada cryptocurrency diproses melalui sistem blockchain.
Meskipun begitu, cryptocurrency bukanlah uang elektronik karena tidak
memenuhi unsur dalam Pasal 1 Nomor 3 Huruf a Peraturan Bank Indonesia Nomor
20 Tahun 2018 tentang Uang Elektronik, yaitu didasarkan atas nilai uang yang disetor.
Sedangkan, cryptocurrency memiliki nilainya masing-masing, seperti halnya mata
uang yang ada di dunia. Dari sini, dapat diketahui bahwa berbagai hal sebelumnya
masih belum bisa menegaskan legalitas cryptocurrency sebagai alat pembayaran
yang sah di Indonesia. Dengan demikian, pengarang pun menyarankan pemerintah
untuk meregulasi cryptocurrency secara jelas terutama dalam hal kedudukannya
sebagai mata uang atau alat tukar.
15

Anda mungkin juga menyukai